• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menggali Potensi Anak Berkomunikasi dalam

Dalam dokumen Menggali Potensi Anak Sejak Usia Dini Ho (Halaman 103-113)

Menggali Potensi Anak

Berkomunikasi dalam

Multibahasa

5.1. Yuk Berkomunikasi dalam Multibahasa

dengan Anak

Para Ibu yang tinggal di negara asing sering merasa cemas akan kemampuan komunikasi anaknya di sekolah yang tak bisa menyamai teman-temannya yang memang warga negara setempat. Untuk membantu kesulitan anak, banyak orangtua yang mengajak anaknya untuk berkomunikasi dengan bahasa negara setempat bersama anaknya di rumah. Cara ini sebenarnya kurang baik untuk diterapkan, karena beberapa teman memberitakan, anaknya tidak dapat berkomunikasi dengan bahasa Ibu. Hal ini tentu sangat merugikan sekali. Misalnya seseorang dengan kewarganegaraan Indonesia, namun tak bisa berbahasa Indonesia.

Kami pun awalnya mencemaskan kemampuan bahasa Najmi, karena sejak Najmi lahir saya selalu menggunakan bahasa Indonesia dengan Najmi. Kami sengaja berdiskusi dengan guru Najmi. Mereka menyarankan kepada kami untuk selalu

Berdasarkan pengalaman saya, anak akan lebih cepat beradaptasi dari segi bahasa dibandingkan dengan orang besar. Najmi baru berusia hampir 5 tahun, namun dapat berbahasa Jepang dengan baik. Sementara saya memasuki tahun ketujuh tinggal di Jepang, namun bahasa Jepang saya tak sebagus Najmi. Saat ini karena Najmi juga sudah bisa berbicara dengan bahasa Indonesia, saya sering menanyakan arti dari suatu kalimat atau kata kepada Najmi.

***

Kami punya teman Melayu keturunan Cina. Noormi memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang baik walau dengan logat Melayu. Tiap hari tiga hingga empat jurnal berbahasa Inggris mampu dia lalap di sela waktu kerja. Kemampuan menulis dan presentasinya juga bagus. Sehingga saya tergelitik untuk mewawancarai Noormi.

Pada saat saat Noormi menginap di rumah kami, dia sempat bertutur panjang, kenapa dia bisa berbahasa Inggris dengan baik. Ternyata, Bapaknya (keturunan Cina) selalu mengajak dia berbicara dalam bahasa Inggris setiap hari di rumah, sejak Noormi berusia 3 tahun, disamping juga berbahasa Cina. Bahasa Melayu tak pernah digunakan di rumah, cukup practice dengan rekan di sekolah dan gurunya, atau pun dengan orang-orang dilingkungannya.

Normi juga punya pembantu orang Indonesia, yang sudah tinggal lama dengan keluarganya. Sehingga Noormi pun mengerti bahasa Indonesia dan bisa melafalkannya. Karena Noormi riset S3 di Jepang, tiga tahun di Jepang membuat dia juga bisa berkomunikasi dalam bahasa Jepang. Jadi Noormi bisa berbahasa Melayu, Indonesia, Inggris, Cina, dan Jepang, kalau bahasa Arab mungkin untuk sholat karena Noormi seorang muslimah. Subhanallah, saya terkesan dengan kemampuan komunikasinya.

Suatu kali suami saya ikut seminar ke Cina. Masyarakat Cina tak mengenal bahasa Inggris dengan baik. Bahasa Inggris hanya dikenal oleh kaum intelek yang menyentuh sekolah saja. Sehingga suami saya kewalahan untuk berbelanja, untung saja ada Noormi yang juga ikut konferensi saat itu, sehingga komunikasi bisa dilakukan.

Betapa beruntungnya menguasai bahasa suatu bangsa, karena komunikasi dapat tetap dilakukan, sehingga tujuan bisa tercapai. Perasaan pun menjadi tenang karena keinginan dapat diungkapkan walaupun daerahnya asing bagi diri kita.

Perkenalan saya dengan Noormi membuat saya lebih bersemangat untuk mengajak Najmi berkomunikasi dalam beragam bahasa pula. Memang saatnya di waktu kecil untuk memulai. Misi saya, agar Najmi lebih baik dari orangtuanya. Bila saya tak cukup punya nilai lebih dari segi bahasa, saya ingin Najmi lebih menguasai bahasa asing, terutama bahasa Internasional, bahasa Inggris.

Saya merasakan sangat betapa butuhnya kita untuk menguasai bahasa Inggris secara baik. Disamping berkomunikasi dengan bangsa manapun dapat dilakukan, berita luas dapat dilacak, berbagai informasi di internet dapat dicari. Kita pun jadi gampang membuat publikasi ilmiah dalam bahasa Inggris. Sekarang ini banyak berita miring tentang negeri kita dibuat orang, namun informasi dari kita dalam edisi Bahasa Inggris sangat sedikit sekali.

Kami pun mulai mengajak Najmi untuk berbicara dalam bahasa Inggris, sejak Najmi berusia 4 tahun. Selain itu, saya juga memperkenalkan bahasa daerah kami, bahasa Minang. Kalau bahasa Indonesia memang sudah wajib sekali untuk dipakai di rumah. Walau Najmi terkadang berbahasa Jepang tapi kami tetap melayani dalam bahasa Indonesia atau Inggris. Dengan Papinya, bila Najmi tidak mengerti arti suatu kata akan dijelaskan dalam bahasa Jepang.

Alhamdulillah untuk bahasa Inggris, Najmi sudah mengerti percakapan sederhana. Najmi sudah mengerti bila saya melarang, menjelaskan sesuatu dengan kalimat sederhana, juga pernyataan setuju atau tidak dalam bahasa Inggris. Dari Najmi pun banyak keluar kalimat-kalimat sederhana. Terkadang malah Najmi yg mengundang saya untuk ngomong dengan bahasa Inggris.

Untuk meningkatkan kemampuan komunikasi anak, kami membelikan buku-buku cerita dan kartu bermain edisi bahasa Inggris. Banyak cerita anak online gratis yang dapat kami download dari Internet. Selain itu ada film kartun gratis yang bisa diputar untuk meningkatkan hearing (pendengaran) anak.

Di TV Jepang banyak sekali acara belajar bahasa Inggris baik untuk orang dewasa, traveling, masak-memasak, juga acara khusus anak. Semuanya kami coba perkenalkan kepada Najmi. Perkenalkan kepada anak sesuatu yang menarik, untuk memikat hati anak. Kalau anak sudah terpikat, insyaAllah program akan berjalan.

Sambil bernyanyi, memasak, atau jalan keluar, kita dapat praktek dengan anak. Metode saya, bila kepepet dengan bahasa Inggris, saya mengirim pesan di Yahoo Messanger pada senior yang sudah lama tinggal di Amerika, karena mereka lebih tahu bahasa Inggris yang terpakai.

5.2.Keuntungan bilingual

Dengan melakukan komunikasi bilingual, bahasa Ibu akan tetap terpelihara secara konsekuen di rumah dengan anak-anaknya. Dengan begitu anak-anak akan memiliki kemampuan untuk memisahkan dengan tegas kapan bahasa ibu dipakai dan kapan bahasa negara atau daerah setempat digunakan. Pada akhirnya kedua bahasa itu tumbuh dengan baik tanpa ada satu bahasa pun

Berdasarkan hasil penelitian dari berbagai group, menunjukkan bahwa siswa yang berbicara dengan lebih dari satu bahasa menunjukan hasil test akademik, dan prestasi yang lebih baik dari siswa yang menggunakan satu bahasa.

Lagi pula dengan mempelajari banyak bahasa, siswa dapat mempelajari budaya dan cara hidup bangsa lain, akibatnya memperluas kemampuan berfikir dan pengetahuannya. Keuntungan ini akan sangat dirasakan ketika tinggal di negara lain. Siswa yang paham dan mengerti bahasa setempat akan bisa beradaptasi.

Menurut penelitian yang tertulis di wikipedia, hasil studi dari Lambert dan Peal di Universitas McGill di Montreal tentang “The relation of bilingualism to intelligence”, ditemukan bahwa anak- anak yang tumbuh dengan dua bahasa, memiliki intelegensia (kecerdasan) lebih tinggi dari anak-anak yang tumbuh dengan satu bahasa saja.

Feldman dan Shen, juga Lemmon dan Goggin menemukan dalam studinya bahwa anak-anak yang tumbuh dengan dua bahasa dapat menyelesaikan ujian bahasanya lebih baik, karena mereka lebih mengerti struktur dan tata bahasa sebuah kalimat.

Apakah bilingual hanya berdampak pada anak-

anak dan orang muda?

Sebuah artikel dari Bialystok di Universitas York Kanada, (Bilingualism, Aging, and Cognitive Control) memberitakan bahwa kemampuan belajar manusia dengan dua bahasa di masa tua tidak cepat luntur dibandingkan dengan manusia yang hanya berbicara dalam satu bahasa. Studi yang dilakukan juga membandingkan kinerja monolingual dan bilingual orang dewasa separuh baya dan yang lebih tua. Ternyata bilingual mengurangi efek negatif penuaan terhadap kontrol kognitif pada orang dewasa dan yang lebih tua.

Peserta bilingual juga mampu menjawab persoalan-persoalan yang diberikan dengan lebih cepat. Mereka mempunyai kemampuan menganalisis lebih efektif dari orang yang berbicara dalam satu bahasa.

Satu kenyataan sekarang adalah bahwa kedwibahasaan semakin biasa di banyak negara. Sensus di Kanada tahun 1996 melaporkan bahwa sekitar 11% dari orang Kanada berbicara dalam bahasa Inggris atau Prancis di rumah, selain satu bahasa lainnya. Di Amerika Serikat, dilaporkan bahwa 17,9% warga Amerika berbicara bahasa lain, selain bahasa Inggris.

Teori-teori yang telah ditemukan di atas menyanggah ungkapan para peneliti antara tahun 1950 - 1970-an yang mengatakan bahwa bilingual menyebabkan intelegensia yang tidak berkembang. Studi itu sekarang dianggap tidak tepat.

Jadi ajaklah anak kita untuk berbicara dalam berbagai bahasa. Misalnya Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Arab (kalau bisa) dan bahasa daerah kita. Bahasa dimana kita berada cukup didapatkan anak dari lingkungan. Misalnya pada saat tinggal di Jepang, biarkan anak di sekolah dan lingkungannya berbahasa Jepang, nanti kalau di Indonesia, biarkan anak dengan lingkungannya berbahasa Indonesia (atau ibu bapak hanya membantu membetulkan). Terapkan dan pertahankan bahasa Jepang di rumah ditambah bahasa lain, misalnya bahasa Inggris.

Bagi kita orang Indonesia, multibahasa (beragam bahasa) sangat mungkin sekali diterapkan. Sungguhpun orangtua tidak memahami bahasa negara lain, namun tetap bisa mengajak anak untuk menggunakan multibahasa. Misalnya seseorang yang tinggal di Jakarta, dapat menggunakan bahasa daerah dengan anak di rumah, sementara bahasa Indonesia cukup digunakan anak dengan orang di lingkungannya dan di sekolah. Sebaliknya bagi seseorang yang tinggal di daerah, bisa mengajak anak untuk berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, sedangkan bahasa daerah setempat cukup digunakan anak bila berinteraksi dengan orang lain. Ditambah dengan bahasa Arab, apakah dalam bentuk bacaan sholat atau membaca Alqur’an. Jadi sangat

memungkinkan bagi kita yang punya beragam bahasa untuk mengajak anak berbicara dalam multibahasa.

Suatu hal yang perlu diingat adalah jangan mencampurkan bahasa satu dengan bahasa lainnya, hal tersebut akan merusak bahasa anak. Misalnya, saya pernah mendengar Najmi mengatakan, “pedas kunai”, maksudnya dia ingin mengatakan, “tidak pedas”. Saat itulah ibu harus meluruskan bahasa anak. Mengajak anak untuk multilingual memang pada tahap awal akan membuat anak mencampur bahasa (karena keterbatasan kosa kata anak) tapi sebaiknya jangan dibiarkan.

Tulisan ini lahir setelah mengetahui hasil yang kami lihat dari anak sendiri. Bahkan, akhirnya kami mengetahui anak kami memiliki bakat untuk meningkatkan kemampuan bahasanya.

Ada yang mengatakan bahwa bahasa asing yang paling baik diajarkan untuk anak adalah bahasa Arab. Bila Ibu punya keahlian berkomunikasi dengan bahasa Arab, sebaiknya diajarkan. Namun kalau tidak, bagaimana mungkin mengajarkan pada anak. Maka tidak ada batasan yang tegas harus memaksakan bahasa Arab duluan dikenalkan kepada anak.

Silahkan mengenalkan bahasa asing yang kita ketahui, misalnya bahasa Inggris, bahasa Jepang, bahasa Jerman, Belanda, atau bahasa lain. Kepandaian orangtua akan terpelihara dan anak punya nilai tambah bisa berbahasa asing.

Semoga kemampuan berbahasa anak-anak kita lebih baik dari orangtuanya. Amiin. Wassalam Mamianak Tokyo 070427 ******

Dalam dokumen Menggali Potensi Anak Sejak Usia Dini Ho (Halaman 103-113)