• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menggali Potensi Anak Sejak Usia Dini Ho

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Menggali Potensi Anak Sejak Usia Dini Ho"

Copied!
233
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

How to Explore Your Child Ability

Menggali Potensi Anak Sejak Usia Dini

Penulis : Jumiarti Agus Setting/Layout : Aku Cinta Indonesia

Illustrator : Najmi Azizah Prihardi (5tahun) Design sampul : Jumiarti Agus

Penerbit : Aku Cinta Indonesia Publishing Cetakan pertama : Juni 2007/06/12

Cetakan kedua : April 2013/04/20 Jumlah halaman : viii + 164

Kategori buku : Non Fiksi / Parenting Book

ISBN : 978-979-16415-0-0

(3)

Tentang Cover Buku

(4)

Kata Pengantar

Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena penulis telah diberikan kesempatan untuk merampungkan penulisan buku ini. Terima kasih banyak penulis sampaikan untuk suami tercinta yang telah memberikan banyak pengertian, sehingga penulis punya banyak waktu untuk mencurahkan segala ide dan pikiran untuk sebuah karya ini. Juga terima kasih kepada putri tercinta, Najmi, yang merupakan sumber inspirasi untuk terlahirnya karya ini.

Terimakasih kepada teman-teman di Multiply, yang telah memberikan ide untuk cover buku ini. Semoga sumbang saran dari rekan semua dibalas dengan pahala yang setimpal oleh Allah. Amiin.

Terimakasih yang mendalam penulis sampaikan buat ananda Najmi yang telah menjadi illustrator tunggal dalam buku ini. Semua illustrasi yang disertakan di buku ini merupakan karya Najmi. Terimakasih juga atas kesediaan ananda untuk menuliskan title dalam bahasa Inggris dengan tulisan tangan yang berwarna warni.

(5)

membuat tulisan parenting, dengan tujuan untuk berbagi kepada yang lain.

Tulisan ini juga dimaksudkan sebagai wujud kepeduliaan penulis terhadap para ibu dalam menggali potensi anak-anak Indonesia, terhadap generasi mendatang, dalam rangka menciptakan anak yang berpotensi di masa depan. Walau bagaimana pun merekalah yang akan melanjutkan pengelolaan di bumi pertiwi kita.

Apa untungnya mengeksplorasi (menggali) bakat anak?. Bakat atau potensi tidak muncul begitu saja namun melalui proses yang panjang. Semakin dini potensi anak dieksplorasi (digali) oleh orangtua, akan semakin mudah mengatur, membina dan mendidik anak. Anak juga tidak rewel baik di rumah atau bila diajak berpergian, karena dia telah punya aktivitas rutin berkarya dan mengembangkan bakatnya.

(6)

“InsyaAllah dengan menggali potensi anak sejak usia dini, merupakan salah satu cara untuk memutus rantai permasalahan bangsa”

Bila sebelumnya penulis membaca data dan menganalisisnya dari penelitian yang penulis lakukan di laboratorium, maka untuk hal ini penelitian penulis lakukan terhadap anak sendiri. Setiap ada hal yang menarik dari Najmi, penulis catat pada buku kecil yang selalu penulis bawa bila bersama Najmi, baik di dalam maupun di luar rumah. Data-data yang dipaparkan di sini berlangsung sejak Najmi kecil hingga berusia hampir mendekati 5 tahun.

Dalam buku ini dibahas bagaimana cara mengeksplorasi (menggali) potensi anak sejak usia dini, sehubungan dengan munculnya bakat Najmi dalam bidang menggambar. Berawal dari sebuah coretan, hingga akhirnya Najmi mempunyai aktivitas rutin menggambar dan membuat karya-karya unik tanpa modal yang bisa dijadikan sebagai alat mainan bagi anak seusia Najmi. Bukan itu saja, Najmi pun membuat pajangan unik. Karya Najmi dipajang di rumah serta di meja kerja sang Papi. Ini semua bisa dibaca pada bab 2

(7)

sesuatu yang bersifat memaksa orang tua. Juga dihadirkan kiat menggali potensi komunikasi multibahasa dengan anak, karena dapat meningkatkan kecerdasan anak.

Dampak TV sangat dicemaskan oleh orang tua, karena banyak efek negatif TV yang telah diberitakan oleh media massa. Namun tidak begitu halnya dengan Najmi yang tinggal di negara yang mempunyai aturan yang jelas terhadap program TV. Banyak keuntungan TV yang diamati oleh sang Ibu terhadap perkembangan Najmi, namun semua itu dalam aturan yang jelas, tidak membiarkan anak seharian bersama TV. Bila anak Anda terlanjur mengenal TV bahkan hingga kecanduan, maka dapat diikuti tips yang ditawarkan untuk mengalihkan anak dari TV, namun tidak membuat anak trauma.

Penulis juga memaparkan bagaimana kreativitas Ibu untuk anak. Sebaiknya Ibu membuatkan catatan kemajuan anak, dan apa saja yang merupakan pekerjaan rumah (PR) bagi orang tua untuk memperbaiki kekurangan dan ketinggalan anak. Bab ini sebagai bukti bahwa sebenarnya orangtua mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi dengan anak.

(8)

metoda yang dipaparkan di sini telah berhasil membuat anak suka mengaji Iqra.

Terakhir sebagai kesimpulan dari topik ini dapat dibaca pada Bab 10.

Silahkan mengikuti secara komplet materi buku ini untuk mengetahui secara utuh pesan-pesan yang disampaikan oleh penulis. Silahkan membaca penuturan demi penuturan untuk mendapatkan informasi yang hendak penulis bagi buat rekan muda atau ibu-ibu muda. Juga informasi ini bisa dimanfaatkan bagi pendidik, yang murid-muridnya adalah anak-anak balita atau usia prasekolah. Buku ini juga ditujukan kepada siapa saja yang berminat dan mengetahui dunia anak, dan yang peduli terhadap anak. Mereka adalah penerus kita, pada merekalah nasib bangsa ini kita titipkan. Untuk itu membentuk mereka menjadi insan yang punya potensi dan berkepribadian adalah suatu cara yang wajar dan bukan berlebihan.

(9)

1. Uang Yen dapat ditransferkan ke rekening di Jepang: Rek Post: ACIKITA (アチキタ), No rek : 10180-57922101

2. Uang rupiah dapat ditransferkan ke rekening di Indonesia, Bank Mandiri

atas nama R. Saharso No. Rek. 127-00-0540785-1

Mohon menuliskan “biaya buku 1 ACIKITA” saat mentransferkan dana. Dan mohon mengkonfirmasikan kepada jumiarti@yahoo.com

Terimakasih

Wassalam

(10)

Daftar Isi

Tentang Cover Buku i

Kata Pengantar ii Daftar Isi ii

Bab 1. Anak adalah Amanah dari Allah 1

Bab 2. Menggali Potensi Anak dalam Menggambar dan

Berkarya 9

2.1. Jangan Remehkan Coret-Coretan Anak Anda 10 2.2. Tak Bisa Diam Melihat Kertas 29 2.3. Pajangan dan Mainan Unik Tanpa Modal 39

Bab 3. Menggali Potensi Anak dalam Memasak dan Berkarya

di Dapur 53

3.1. Learning by Cooking 53 3.2. Manfaat Anak Masuk Dapur 55

Bab 4. Menggali Potensi Anak Berkomunikasi 67 4.1. Ketika Anak Membandingkan 68 4.2. Ketika Anak Kecewa 74

4.3. Berkomunikasi dengan Anak Usia 5 Tahun 80

Bab 5. Menggali Potensi Anak Berkomunikasi dalam Multibahasa

(11)

5.2. Keuntungan Bilingual 98

Bab 6. Mengatasi Potensi Tantrum pada Anak 102

6.1. Lima Tahun: Saatnya Mengakhiri Tantrum pada Anak 102

Bab 7. Waspadai dan Manfaatkan TV untuk Membantu Tumbuh Kembang Anak 113

7.1. Ketika Anak Asyik Menonton TV 116

7.2. Tips Menghindarkan Kecanduan TV 127

7.3. Manfaat Menonton TV yang Terarah bagi Anak 139

Bab 8. Kreativitas Ibu Untuk Anak 146 8.1. Anak Menginginkankan Ibunya Pintar dan Punya Kecakapan 147

8.2. Catatan Perkembangan Najmi (2) 154 Bab 9. Menggali Potensi Mengaji dan Membaca Alqur’an 164 9.1. Mencari Momen dan Metoda yang Tepat untuk Mengajarkan Anak Megaji 1164

Bab 10. Kesimpulan 177 Referensi 195

Tanggapan Buku Ini oleh Pembaca 198 Tentang Penulis 219

(12)

Bab 1

(13)

Anak adalah karunia dan rahmat dari Allah SWT. Kehadiran mereka di dalam keluarga adalah sesuatu yang dinantikan. Kehadiran anak merupakan salah satu sisi yang membawa kebahagian untuk kedua orangtua.

Kehadiran anak merupakan karunia dan rahmat dari Allah SWT. Anak merupakan amanah dari Allah yang diberikan kepada kedua orangtuanya. Kehadiran anak akan membawa keuntungan yang besar jika amanah tersebut dipelihara dengan baik.

Orangtua seharusnya memahami bahwa anak adalah investasi masa depan, baik di dunia maupun di akhirat. Anak yang baik dan berbakti tentu akan menjadi penolong bagi orangtuanya, sedangkan anak yang durhaka akan menyusahkan orangtua, masyarakat dan mungkin juga negara.

(14)

Dari semua lingkungan pendidikan yang ada, rumahlah yang menjadi sekolah pertama bagi anak. Di rumah mereka pertama kali mengenal dunia, mengenal kata, dan mengenal benda. Mereka juga mengenal kehidupan dan tingkah laku orang-orang yang terdekat dan menyayanginya. Sehingga, sangat penting sekali agar orangtua memperhatikan pendidikan anak-anaknya di rumah.

Orangtua hendaklah menjadi tokoh panutan anak, berprilaku baik, dan memberikan contoh yang baik buat anak dalam segala tindak tanduk, sikap dan ucapan. Orangtua sebaiknya menyenangkan bagi anak, dan tidak mendidik anak secara otoriter. Orangtua sangat berperan dalam membentuk kepribadian, karakter anak dan membentuk pola pikir anak.

Rasulullah telah bersabda: ''setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orangtuanyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi.”

(15)

mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS At Tahrim: 6).

Jika amanah dan pemberian ini tidak diperlihara, pendidikan dan akhlaknya tidak diarahkan dengan pengarahan yang baik dan sungguh-sungguh, maka anak-anak itu akan menjadi sumber mala petaka. Bencana akan datang terhadap dirinya, keluarganya dan masyarakatnya.

Pendidikan anak secara Islami mestilah dilakukan sejak dini. Semakin awal anak diperkenalkan sholat dan mengaji akan semakin baik dampaknya. Karena keadaan anak lebih dekat dengan fitrahnya.

Pesan Ibnu Sina r.a : “ketika anak telah diasuh oleh ibunya, maka ajarkanlah adab-adab Islam sebelum ia diserang oleh nilai-nilai yang buruk.”

Imam Al-Ghazali menekankan bahwa tujuan pendidikan bukanlah untuk mencari rezeki di dunia, tetapi sampai hakikat ilmu yang sebenarnya dan akhlak yang sempurna.

(16)

bagaimana timbulnya kecakapan anak di usia yang masih dini dan bagaimana menumbuhkan potensi anak dalam berkarya. Bagaimana mengeksplorasi anak agar cakap dalam berkomukasi, juga akan dikupas pada bagian tersendiri.

Dalam buku ini juga diceritakan bagaimana peran aktif orangtua dalam menemukan metode-metode yang tepat dan disukai anak, sehingga akhirnya program orangtua terhadap anak bisa berjalan. Penulis juga menuturkan metode dan teknik mengajarkan mengaji bagi anak yang tinggal di luar negeri yang bukan Negara Islam, namun akhirnya anak terpikat untuk rajin belajar Iqraq.

Meskipun banyak orang yang berkata bahwa suatu metode belum tentu cocok untuk anak lain, tapi membaca buku ini insyaAllah akan memberikan warna, getaran berpikir, inspirasi dan kekuatan untuk berbuat yang lebih baik dan mampu menjawab berbagai permasalahan anak Anda. InsyaAllah orangtua yang memperhatikan tahap tumbuh kembang anaknya, dan menangani langsung anak-anaknya bisa menjadi peneliti dan menemukan metode pengasuhan yang baik untuk anak-anaknya sendiri.

(17)

Gambar 1. Lukisan Najmi saat dia masih berumur kurang dari 5

tahun. Ini adalah salah satu karyanya di komputer. Memang dari 4 tahun papinya telah mengenalkan software menggambar sederhana untuknya.

Paling kurang buku ini menggerakkan Anda untuk bergiat menjadi psikolog bagi anak-anak Anda. Karena bagaimanapun juga, orangtua khususnya Ibu adalah orang yang sangat paham akan anak-anaknya.

(18)

Tentu saja karya ini tidak bisa memuaskan semua pembaca. Masih banyak kekurangannya dibandingkan dengan seorang pakar yang menguasai khusus ilmu tentang mendidik anak.

InsyaAllah bila kita kaum ibu sepakat untuk peduli dan mau menggali potensi anak (dalam artian luas), maka melalui peran Ibu bisa tercipta generasi masa depan yang tangguh, baik tangguh secara ilmu sains, agama, dan kecakapan berkaryanya.

Anak yang sejak kecil sudah mempunyai potensi, insyaAllah besarnya nanti ia tak akan pernah membuang waktunya. Ia akan tahu bahwa satu detik saja juga merupakan kesempatan untuk meningkatkan potensi dirinya. Artinya apa? insyaAllah besar nanti, ia bisa survive di lingkungannya, dengan potensi dan kecakapan yang ia punyai, dan semoga saja menjadi salah satu upaya untuk memberantas korupsi, dari segi keberadaan dan kiprah kaum Ibu di dalam rumah tangga.

Bukankah akan diperoleh suatu hasil yang sangat besar bila diukur dari skala nasional?

Sehubungan dengan hal di atas maka saya ingin mengatakan, “Wahai kaum Ibu ayo bangkitlah!”

(19)

“Bila menanam biji tomat maka akan tumbuh tanaman tomat.”

Allah tidak akan pernah salah dengan menumbuhkan padi dari biji tomat, dan seterusnya untuk tanaman lain. Artinya apa? Allah akan menghargai usaha umatNya sesuai dengan usaha awal dan perjuangan kita. Maka logikanya, bila kita tidak mau repot untuk menanamkan pengajaran dan semua nilai-nilai yang baik kepada anak sejak dini, maka jangan pernah bermimpi si-anak akan menjadi seseorang yang baik, dengan segudang prestasi, keIsaman yang kuat dan nama besar. Yakinlah itu!

Semoga kita sebagai orangtua bisa mengemban amanah ini, agar kelak kita bisa mempertanggung jawabkannya dihadapan Allah, Aamiin.

(20)

Bab 2

Menggali Potensi Anak dalam

Menggambar dan Berkarya

(Kisah nyata dalam bab ini menuturkan bagaimana cara menggali dan menumbuhkan kreativitas menggambar dan berkarya anak).

(21)

2.1. Jangan Remehkan Corat-Coret Anak Anda

Mengikuti perkembangan Najmi di usia 4,8 tahun membuahkan suatu pelajaran yang menarik. Bagaimana tidak, di usianya yang belum mencapai 5 tahun, bakatnya sudah mulai kelihatan. Najmi sudah bisa menuangkan cerita melalui gambarnya, walaupun gambar-gambar yang dibikinnya masih jauh dari sempurna, tapi untuk anak seusianya hasil tersebut sudah bisa dikatakan bagus. Hal ini berdasarkan penilaian orang-orang yang melihat karya Najmi, entah sebagai support (dukungan) atau basa basi, tapi saya sendiri menilai juga begitu.

Semuanya melalui proses, Najmi pun begitu. Aktivitas menggambar yang sekarang sudah menjadi kegiatan rutin Najmi, tidak muncul dengan sendirinya. Najmi kecil sejak usia 9 bulan mulai pergi ke sekolah, karena Maminya harus melanjutkan study doktornya di jurusan Innovative and Engineered Material di Tokyo Institute of Technology (TIT), Jepang. Persisnya, setelah usia 10 bulan Najmi diantar pagi dan dijemput sore hari oleh Maminya.

(22)

Buku dan alat tulis adalah salah satu mainan Najmi sejak bayi. Mami dan Papinya senang membelikan buku bacaan sejak Najmi berusia nol tahun. Walaupun Najmi belum mengerti, tapi warna-warni pada buku bergambar membuat Najmi jadi tertarik. Bila di rumah, pada saat Ibunya bekerja, Najmi ditempatkan di tempat mainannya. Di sana tersedia buku-buku yang mudah dijangkau oleh Najmi. Bila hari libur, kerap kali sang Ayah membacakan buku-buku berbahasa Jepang kepada Najmi.

Sejalan dengan itu, sensei (guru) Najmi di sekolah, juga sering membacakan buku buat murid-murid tiap hari. Bahkan di sore hari menjelang anak-anak dijemput orangtua mereka, disediakan tumpukan buku dalam kotak besar oleh gurunya. Sehingga anak-anak mudah mengambilnya. Najmi pun suka membuka halaman demi halaman buku tersebut. Terkadang bila Maminya menjemput, Najmi masih harus menamatkan buku yang sedang dipegangnya.

Jadi dari kecil Najmi telah dekat dan bersahabat dengan buku.

Kujungan rutin ke Comme Ca Ism dan toko buku

(23)

Pelayanan yang disediakan oleh toko ini cukup menarik. Di atas meja kayu yang dirancang khusus untuk anak, disediakan buku gambar polos, crayon dan permen buat anak-anak. Sehingga para ibu dapat dengan asyik melihat-lihat barang dagangan atau berbelanja. Sementara itu anak-anak punya kegiatan menggambar sendiri atau didampingi oleh Ayah mereka.

Namun pelayan toko tak pernah marah walaupun si Ibu tidak berbelanja, sedangkan anaknya ikut menggambar dan menggunakan sarana yang disediakan toko. Mereka tetap mengucapkan arigatou gozaimashita (terimakasih) atas kesediaan berkunjung ke toko mereka. Bahkan kami sering luluh dengan pelayanan mereka. Karena Najmi sering menggambar bebas di sana, terkadang kami ikhlas membeli sesuatu, setidaknya satu buah sendok seharga 100 yen (Rp. 7,000).

(24)

Bila ke toko buku tak harus selalu membeli buku, namun Najmi lebih sering minta dibelikan buku. Tapi mereka pelayan toko tidak pernah marah sama sekali meskipun pengunjung tidak membeli buku, dan mereka tetap berterimakasih atas kedatangan pengunjung.

Di Jepang memang berlaku bahwa pengunjung atau tamu adalah raja. Mereka para pelayan toko sangat ramah dalam menerima tamu. Sebagi pelayan toko, mereka memperlakukan siapa saja dengan baik tanpa melihat orang dari segi tampilannya. Mereka selalu menyapa siapa saja yang datang, dan mengucapkan terimakasih pada setiap pengunjung yang meninggalkan toko meskipun tidak membeli. Dengan keramahan sperti itu membuat pengunjung senang dan bahkan tertarik untuk membeli.

Namun bagaimana dengan di Indonesia?. Dulu penulis sering kena tegur oleh pelayan toko karena lama membaca, dan tidak membeli buku. Semoga ini bisa memberikan masukan bagi kita, untuk menciptakan masyarakat yang cinta buku, layanan toko buku juga harus diperbaiki.

Sumber buku Najmi yang lain

(25)

Papi juga mendaftarkan Najmi untuk berlangganan buku “Shimajiro,” tiap bulan. Najmi mulai berlangganan sejak usia 2,5 tahun. Buku ini bertema mengajarkan kehidupan pada anak kecil untuk bisa mandiri dan mengerti aturan umum yang berlaku di Jepang. Saya nilai bukunya cukup interaktif dengan anak, unik dan mengundang anak untuk berkarya. Dengan demikian anak menjadi terpikat dan cinta akan buku sejak kecil.

Beberapa buku Najmi dibeli ketika ada bazaar di Suzukakedai. Lokasinya dekat dengan apartment (kontrakan) kami yang lama. Hanya 5 menit dengan sepeda, kami sudah sampai di lokasi bazaar. Bazaar di Jepang berbeda dengan bazaar di Indonesia yang hanya menjual barang baru. Saat bazaar mereka menjual barang yang tak mereka butuhkan lagi, dengan harga yang sangat murah sekali, meskipun baru. Makanya bazaar merupakan suatu kesempatan menarik untuk mendapatkan barang bagus tapi dengan harga murah meriah sekali. Baik orang Jepang maupun orang asing suka hunting (memburu) barang ketika ada bazaar.

(26)

sekarang telah ada aturan baru, untuk barang besar seperti mesin cuci, TV, kulkas dan sebagainya, tidak boleh dibuang ditempat sampah, harus menghubungi pihak pemerintahan kota dan membayar biaya recycle (penghancuran dan pemrosesan kembali) barang tersebut.

***

Suatu kali ayah Najmi pulang bekerja, sekitar jam 8 malam. Ketika bersepeda dari kampus TIT menuju rumah kami, ia melihat ada buku yang terletak rapi dalam satu ikatan tinggi di pinggir jalan, di tempat sampah kertas. Nenek yang membuang buku itu masih ada di sana. Ia adalah tetangga kami, dan cucunya sangat senang bermain dengan Najmi. Bahkan pernah ia meminta izin untuk mengambil foto Najmi, dan beerapa hari kemudian print-an hasil foto itu sengaja ia antarkan ke kontrakan kami. Tentu kami sangat berterimakasih sekali.

Sehubungan dengan buku di atas, Nenek itu berucap, “Maaf, cucu saya sudah besar dan ia sudah tidak butuh lagi buku-buku ini. Kalau ada yang tertarik dengan buku-buku ini silahkan diambil. Ayo buruan karena sepertinya mau hujan.”

(27)

Tanpa ragu ayah Najmi langsung mengambilnya. Tentu saja tidak lupa mengucapkan terimakasih banyak kepada si nenek, tetangga kami itu.

Jadi buku-buku yang kami suguhkan kepada Najmi tidak selalu buku baru semuanya.

Najmi sangat menyukai karakter menarik apa saja dari kecil. Ia menyukai hampir semua karakter unik, tidak hanya karakter kartun Jepang. Dia sering meminta ibu atau ayahnya untuk membuatkan gambar usagi-chan (kelinci), Anpanman (karakter Jepang), Kitty, Minny, Mickey dan masih banyak yang lainnya. Pendeknya, dia suka semua karakter-karakter lucu.

Gambar 3. Najmi dan karakter

(28)

juga sering minta dibuatkan gambar boneka kesayangannya itu pada ibu dan ayahnya di rumah.

Bila berbelanja di supermarket, Najmi memilih sesuatu yang ada karakternya. Misalnya ketika membeli minuman atau kue, pilihan pertama jatuh pada karakternya, bukan unsur rasanya. Bila makanan itu halal, maka ibu dan ayahnya mengizinkan Najmi untuk membelinya.

Apalagi di Jepang, semua produk barang dibikin unik dan menarik, penuh karakter lucu. Terutama pada peralatan anak, seperti baju, celana, kaos kaki, tas, buku, peralatan menulis, dan berbagai perlatan anak lainnya dibubuhi dengan karakter tertentu. Misalkan saja Anpanman, karakter yang paling banyak disukai oleh anak kecil hingga SMP.

(29)

Bila di rumah, Najmi menemukan karakter dari buku-buku bacaan, boneka, mainan dan pada semua peralatan kepunyaannya. Terkadang juga melalui tontonan, baik TV ataupun VCD anak.

Tidak hanya di rumah, di sekolah pun Najmi dekat dengan berbagai karakter. Ia dapat mengenalnya dari buku-buku bacaan di sekolah yang sangat banyak jumlahnya. Berbagai sarana mainan dan peralatan sekolah juga dibubuhi berbagai jenis karakter.

Sensei (guru) Najmi terkadang menggunakan eperon (celemek) yang bergambar sebuah karakter unik. Terkadang ibu guru mengajarkan sebuah nyanyi tentang karakter kepada murid-muridnya.

Hal dipaparkan di atas, membuat bakat Najmi menjadi makin tersalurkan. Ia tidak susah untuk melihat dan mendapatkan karakter unik dan lucu setiap harinya.

(30)

Satu hal yang membuat nyaman, ahamduillah Najmi tidak maniak satu karakter khusus. Dan bagi kami terkadang karakter tersebut dijadkan sebagai alat untuk membangun komunikasi dengan Najmi, disamping menggai potensi menggambar dan berkaryanya

Saat 4 Tahun 4 Bulan Najmi Bisa Menggambar

Sejak Najmi bisa berjalan (11 bulan), ia selalu membawa tas ke mana pun dia pergi. Di dalam tasnya penuh berisi alat tulis. Semua alat tulis kedua orangtuanya yang sempat diketahuinya, dikumpulkan dan dijadikan miliknya.

Terkadang, orangtua Najmi harus diam-diam mengurangi isi tasnya yang penuh dengan berbagai macam alat tulis. Sebab tasnya terlalu berat untuk disandang oleh anak seusia Najmi.

(31)

Seiring dengan berjalannya waktu, Najmi pun terus mengalami kemajuan. Berawal dari corat-coret yang dibuat semasa berusia nol tahun, kebiasaan memegang buku, dan menyukai karakter yang bersatu di dalam otak Najmi. Dan semua kegiatan itu dipelihara secara terus menerus oleh Najmi dengan dukungan orangtua. Akhirnya saat berusia 4 tahun 4 bulan, ia secara spontan memperlihatkan kemampuannya.

Gambar 5. Coretan guru-guru mawatte” Najmi ketika berumur 1 tahun 9 bulan.

Bisa jadi, sebelumnya Najmi sebatas merekam semua yang disukainya di otaknya. Namun, sejak ia mampu menggerakkan crayon dan pensil berwarna secara utuh, rekaman yang sudah ada di otaknya secara otomatis tercurahkan melalui gambar.

Orangtua Najmi sangat kaget, ketika pertama kali melihat karya Najmi yang sudah berwujud gambar.

(32)

membubuhi “good job (bagus)” pada setiap karya yang dihasilkan Najmi.

Gambar 6. Najmi saat ia berusia 4 tahun 8 bulan (Najmi lahir 13 Juni 2002, seperti tertulis, gambar di atas dibuatnya pada tanggal 27 Februari 2007

(33)

Gambar 7. Map khusus berisi karya Najmi. Sejak ia mulai mengoret, hingga saat ini sudah sangat banyak sekali, mungkin lebih 15 map file seperti di atas. Ada yang berisi 40 halaman, ada yang kecil dan ada yang berukuran besar. Terus terang kami kewalahan menangani karya-karya ini. Cita-citanya semuanya ingin dibukukan, ada untuk konsumsi umum, dan ada yang khusus untuk perpustakaan keluarga kami.

Alat Tulis Najmi

Peralatan untuk menulis dan kertas gambar untuk Najmi selalu disediakan oleh ibu dan ayahnya, demi memupuk bakatnya. Padahal alat tulis yang digunakan Najmi terkadang belum pantas untuk anak seusianya. Tapi melihat keseriusannya, orangtuanya terkadang tidak mempermasalahkan hal tersebut.

(34)

seakan ingin meraih semua alat tulis yang unik dan lucu. Namun orangtuanya selalu berusaha mengajarkan kesederhanaan kepada Najmi.

Gambar 8. Alat tulis Najmi, sengaja ditempatkan oleh ibunya di tempat yang gampang diambil oleh Najmi.

(35)

Najmi Tidak Pernah Membuang Waktu

Dengan adanya kegiatan menggambar, Najmi tidak pernah membuang waktu di manapun berada. Baik di rumah ataupun di luar rumah. Ibu dan ayahnya pun sangat bersyukur sekali karena Najmi mempunyai kegiatan sendiri.

Sekarang ini menggambar menjadi kegiatan rutin bagi Najmi. Bila berpergian ia selalu membawa alat tulis. Dan bila ada kesempatan, Najmi langsung membuka tas dan mengeluarkan kotak pensilnya yang berisi alat tulis, dan ia segera menggambar.

Gambar 9. Najmi menggambar saat ibunya mengurus suatu keperluan di KBRI. Ia anteng menggambar.

(36)

***

Semoga penuturan ini bermanfaat bagi kita semua. Khususnya bagi Najmi, melalui penuturan ini ia dapat mengenal catatan kehidupannya, dan proses yang dialaminya.

Tulisan ini juga menjadikan bahan pelajaran bagi orangtua Najmi dalam mengikuti perkembangan ke depannya, setidaknya satu hal sudah dapat dibaca. “Berawal dari coretan, sekarang sudah menjadikan karya nyata.”

Bagi pembaca yang memiliki balita, belajarlah untuk menghargai karya anak, walau sekecil apapun. Dari tindakan menghargai, anak akan senang dan akan semakin bersemangat untuk terus berkarya.

Mari kita pupuk dan kembangkan potensi anak-anak kita untuk terus berkarya. Dengan berkarya mereka akan dapat menjalankan hari-hari mereka dengan baik dan penuh manfaat. Semoga mereka lebih baik dari kita hendaknya, amin yarabbal ‘alamiin.

Dari penuturan di atas, ada beberapa hal penting yang perlu dicatat:

(37)

memberikan support, baik berupa pujian dan penghargaan, serta membelikan kebutuhan anak untuk meningkatkan karyanya.

2. Bakat anak tidak terlihat dan muncul secara spontan, tetapi ada proses yang dilalui oleh anak. Oleh karena itu orangtua jangan meremehkan karya anak, sekecil apapun karya anak berikanlah penghargaan agar mereka terus berkarya dan bersemangat. Seperti yang diceritakan di atas, “Dulu Najmi hanya mulai mencorat-coret, tanpa rupa dan wujud.” Sesuai dengan kesibukan dan style (gaya) hidup orangtuanya, di mana saat orangtuanya belajar Najmi pun diajak belajar, bila weekend (akhir pekan) Najmi diajak ke toko yang menyediakan meja menggambar khusus buat anak-anak. Najmi juga sering diajak ke toko buku oleh orangtuanya. Ternyata dengan semua kegiatan itu menyebabkan bakat Najmi terpupuk. Akhirnya karena kegiatan rutin yang selalu dipelihara, Najmi jadi bisa menggambar.

3. Orangtua berperan penting dalam menemukan bakat anak, orangtua harus memberikan support terhadap kecenderungan anak. Sebaiknya orangtua juga memberikan kesempatan untuk menyalurkan bakat anaknya, misalnya Najmi yang menyukai karakter unik dan lucu, orangtuanya tidak melarangnya, karena itu memang ketertarikan anaknya. 4. Terlihat efek positif bila anak bisa berkarya, misalnya dalam

(38)

mempunyai waktu kosong, dan dari kecil anak telah belajar memanfaatkan waktu untuk berkarya. Oleh sebab itu, eksplorasilah (galilah) dan temukanlah bakat anak-anak kita sejak usia dini.

5. Saya menyarankan, agar orangtua memupuk kecenderungan baik yang muncul dari anak. Siapa tahu dikemudian hari akan membuahkan suatu keahlian tersendiri pada anak.

6. Dari penuturan di atas terbukti bahwa bakat bukanlah sesuatu yang diturunkan secara genetika, namun muncul melalui proses. Orangtua Najmi tidak mempunyai keahlian menggambar, bahkan gambar ibunya saat ini kalah oleh Najmi. Najmi bisa menggambar karena melalui proses yang panjang, ia terus mencoret dan menggambar, juga dengan adanya dukungan orangtua, dan lingkungan, akhirnya Najmi bisa menggambar.

(39)

gaya berdagang mereka untuk menciptakan anak untuk mencintai buku dan rajin berkarya.

8. Untuk menghasilkan anak berbakat, maka tidak harus dengan modal yang besar. Najmi tidak harus mengkonsumsi buku baru, yang bekas pun disukainya, asalkan menarik. Juga peralatan menulis dan menggambar untuknya, tidak semuanya harus yang mahal. Orangtua Najmi juga berbelanja di toko murah, toko seratus yen. Bahkan Najmi juga terkadang sering menggunakan kertas bekas untuk menggambar, kondisi ini dapat ditemui dalam penuturan selanjutnya. Jadi sebenarnya anak-anak bisa daiajak untuk hidup dan bersikap sederhana.

Wassalam Mamianak Tokyo 070227

(40)

2.2. Tak Bisa Diam Bila Melihat Kertas

“Najmi, jangan dibuka itu. Itu kan punya Papi, Nak…!”

Najmi tidak menghiraukan larangan ibunya. Ia terus membuka kertas A4 recycle copypaper yang baru di bawa ayahnya kemarin.

“Datte, kore anak-chan no mono da yo (Ini kan punya anak),” kata Najmi.

Najmi akhirnya berhasil membuka sampul kertas A4 itu dengan sobekan yang tidak beraturan. Najmi pun mengambil seperlima bagian kertas print dari satu rim kertas baru itu. Dia menempatkannya di keranjang buku dan peralatan tulisnya sendiri. Najmi terlihat senang dan gembira mendapat segepok kertas. Dia tampak senang sekali, ia seperti mendapatkan sesuatu yang dimintanya.

(41)

Buat apa kertas print itu bagi Najmi? Ya, seperti biasa ia ingin melanjutkan hobinya melukis. Kebutuhan anak dan orangtua sudah hampir sama. Biasanya kertas itu hanya ibu dan ayahnya yang menggunakan, tapi sekarang sudah menjadi kebutuhan Najmi juga. Najmi tidak hanya menggambar di buku gambar, tetapi juga di kertas A4 yang biasa digunakan orangtuanya untuk mem-print.

***

Posisi telpon yang sekaligus berfungsi sebagai mesin faksimil, ada di atas meja kecil di kamar kerja kami. Kertas A4 yang diletakkan di mesin faksimil pun tak pernah luput dari pandangan Najmi. Dia selalu meraihnya untuk media gambar atau kerajinan tangannya. Sehingga bila ada yang mau mengirim fax, ibu atau ayahnya harus mengisi kertasnya dulu.

Dulu pernah ayah Najmi membuatkan program untuk menerima fax lewat komputer. Tapi sekarang programnya sedang tidak ada, karena komputer baru diservis, dan programnya belum diinstall ulang lagi. Dengan program itu mereka bisa tahu fax yang masuk begitu komputer dibuka, dan hasilnya pun tentu lebih jelas dari fax.

***

(42)

Tapi, begitu Najmi melihat ibunya membuang kertas putih, dia cepat beraksi sambil berkata,

“Mami, kore wa iru da yo (Mami, ini masih kita perlukan). Mite Mami-chan, koko ni mada kaitenai yo? (Lihat Mami, ini masih belum ditulis, kan?)”

Najmi berbicara sambil memperlihatkan halaman belakang kertas yang masih kosong kepada ibunya.

Aduh maaf Nak! Ucap ibunya sambil ketawa kecil.

Ada rasa malu dan bersalah bercampur aduk di dalam diri sang ibu. Selama ini ibunya mengajarkan Najmi untuk berhemat dan tidak mubazir, tapi nyatanya ia melanggar ucapannya sendiri. Terkadang ibunya boros dalam menggunakan kertas. Mentang-mentang kertas dapat diperoleh dengan gratis, dan tinggal print kalau di kampus. Ibunya juga sering menggunakan kertas hanya bagian depannya saja. Lagi pula kalau dibaca lebih mudah, tanpa harus bolak-balik, itu alasannya.

Sehubungan dengan hal di atas, untung saja Najmi tidak protes. Biasanya, dia selalu membalikkan nasehat sang ibu untuknya. Najmi bergerak mengumpulkan semua kertas yang akan dibuang ibunya, kali ini dia tidak langsung menggambar. Tapi Najmi meletakkan kertas tersebut di tempat bukunya, karena hari masih pagi dan ia belum sarapan.

(43)

Minggu kemarin ketika berbelanja di Carrefour, setelah dari stand mainan anak, tidak sengaja orangtua Najmi melewati arena peralatan menulis. Di sebelah kirinya ada jajaran pena. Di sana tersedia kertas untuk pembeli mencobakan pena yang akan dipilihnya, apakah bagus atau tidak.

Najmi melihat semuanya. Dia langsung mengambil pena dan menggambar di sana. Padahal kertasnya tidak lebar. Tapi dia bisa menyesuaikan gambar dengan ukuran kertas.

“Wah, kacau ini!” gumam sang ibu. Ayahnya hanya tertawa melihat anak gadisnya bereaksi.

“Nak udah ya, nanti petugasnya marah. Ini kan barang jualan!” sang ibu mengingatkan Najmi.

Najmi malah menjawab dengan santai, ”Mami-chan cotto yo! (Mami tunggu sebentar!).”

Ya, itulah adanya Najmi yang belum mengerti sepenuhnya tentang banyak hal. Baginya, bila melihat kertas dan spidol atau alat tulis, langsung terlintas dalam pikirannya ingin menggambar.

Akhirnya orangtua Najmi sepakat untuk membeli pena. Ibunya memilih empat warna, dan ayahnya memilih dua warna pena. Harganya tidak terlalu mahal. Satunya 98 yen. Jadi ada belanja ekstra bagi orangtuanya saat itu, sebesar 6 x 98 yen.

(44)

Saat berbelanja pada hari yang sama, Najmi juga mendapat banyak rezeki. Selain satu helai kaos dalam baru, ada lagi rok kesukaannya, dan dua helai sweeter. Semuanya dibelikan orangtuanya dengan harga diskon.

Gambar 11. Gambar Najmi menggunakan kertas karton di dalam lipatan baju kaos yang baru dibeli.

(45)

pun mulai menggambar di atas kertas karton yang ditemukannya di dalam baju kaos barunya itu.

Memang sang ibu berusaha menempatkan peralatan menulis dan menggambar untuk Najmi di tempat-tempat yang strategis, dan sering dijamah oleh anaknya. Jadi ketika anak terlintas ingin menggambar, ia cepat menjangkau alat tulis, dan mengekspresikan buah pikirannya melalui gambar. Kalau sarana berkarya untuk anak ditempatkan jauh, mungkin anak malas mengambil, atau ketika akan mengambil peralatan menulis, ada lagi sesuatu yang menarik, akhirnya keinginan awal untuk menggambar jadi teralihkan.

Dari penuturan di atas, lagi-lagi Najmi tidak tega melihat kertas kosong. Ia selalu teringat untuk membubuhi gambar pada setiap kertas yang dilihatnya.

Melihat aktivitas Najmi, orangtuanya hanya ketawa saja. Ibunya membiarkan Najmi dengan bakatnya, karena ia harus menyiapkan makan malam, saat itu.

(46)

Semoga bakat Najmi bisa terus berkembang. Semoga Najmi makin hari makin bisa membuat cerita lewat gambar-gambarnya. Kreativitas dan inovasinya (pembaharuan) perlu terus dipupuk dan dikembangkan. Ibunya menyadari hal itu, dan harus waspada karena Najmi belum bisa membaca seutuhnya. Jangan sampai dokumen penting yang digambari oleh Najmi.

Pernah suatu hari ketika ibunya lengah, ia meletakkan begitu saja tasnya di samping Najmi. Padahal di dalam tas itu terdapat translate akte nikah untuk pengurusan visa sang ayah mengikuti gakkai (seminar) di Amerika. Tangan mungil Najmi langsung meraih akte itu. Tapi untung ayahnya datang, dan mengetahui aktivitas Najmi saat itu.

“Hah, Mami abunai yo (Hah, Mami bahaya),” kata sang ayah.

Sang ibu kaget setelah mengetahui apa yang dimaksud suaminya. Setidaknya kejadian ini memberi peringatan kepada para orangtua untuk lebih berhati-hati, agar anak yang belum bisa membaca tidak sembarangan mengambil dokumen penting orangtuanya. Orangtua yang harus waspada karena anak belum tahu sama sekali.

Dari cerita yang telah dipaparkan, beberapa hal perlu diingat :

(47)

butuhkan. Misalnya, Najmi suka menggambar, begitu melihat kertas dan alat tulis, dalam pikirannya langsung terlintas untuk meraih dan menggunakannya untuk menggambar.

Orangtua harus memberikan support (dukungan) dan arahan untuk memelihara kecakapan yang sudah dipunyai anak. Orangtua sebaiknya membelikan buku gambar dan alat tulis anak, serta memberikan penghargaan terhadap karya yang dihasilkan anak, agar anak merasa senang dan terus berkarya. Misalnya membubuhi “good job” pada setiap karya anak.

Orangtua harus sadar pada usia 4-5 tahun, terlihat anak masih belum bisa membedakan yang benar dan yang salah. Bila anak senang menggambar: ketika melihat kertas dan alat tulis yang terlintas di pikiran anak adalah menggambar. Semoga orangtua bisa berhati hati.

(48)

Najmi tidak boleh menggambar, karena itu bukan tempat menggambar.”

Dengan cara di atas anak akan bisa menerima kebenaran. Alhamdulillah, hanya sekali saja Najmi menggambar pada tempat yang bukan untuk menggambar.

Anak sebenarnya menerima kesederhanaan. Anak tidak butuh sesuatu yang harus baru dan mengeluarkan modal. Kecuali apabila orangtua telah terbiasa menyuguhkan sesuatu yang mewah kepada anak, maka anak akan menolak untuk menggambar di kertas bekas. Kesederhanaan ini mungkin bagus diterapkan di Indonesia, karena harga kertas yang lumayan mahal, sehingga orangtua bisa berhemat untuk kebutuhan lainnya.

Sebaiknya orangtua membuat arena khusus untuk buku anak walau pada space (tempat) yang kecil. Rancanglah tempatnya sedemikian rupa sehingga anak mudah mengambil buku-buku dan alat tulisnya. Di musim dingin sang ibu berusaha memindahkan alat tulis Najmi dan buku-buku barunya ke tempat di mana Najmi sering duduk dan bermain. Sang ibu menggunakan kotak serukuran dus Indomie, sehingga mudah untuk mengangkatnya. Dengan demikian anak selalu dekat dengan buku dan alat tulisnya.

(49)

terjadi kerusakan pada dokumen penting Anda, anak tidak dapat disalahkan. Mereka memang belum mengerti, sehingga kita yang harus lebih berhati-hati.

Gambar 12. Najmi menceritakan bahwa, gambarnya ini adalah pada saat ia mau pergi ke sekolah bersama usagi-chan (kelinci). Waktu Najmi kecil kelinci adalah salah satu binatang kesukaannya.

Wassalam

(50)

2.3. Pajangan dan Mainan Unik Tanpa Modal

Bila sedang berada di rumah bersama ibu dan ayahnya, Najmi sering mengajak membuat karya bersama. Misalnya pada saat Sabtu pagi, Najmi sering mengajak ayahnya menggambar menggunakan komputer, karena Najmi belum begitu mahir mengoperasikan mouse. Walaupun demikian, ia sudah mengerti mengoperasikan perintah sederhana, misalnya untuk menghapus, membesarkan ukuran alat tulis, memilih warna, atau membuat stempel yang bertuliskan namanya di komputer.

Bila Najmi menggambar bersama ibunya, dia yang senantiasa memberikan instruksi, karena ibunya tidak begitu memahami software yang di-download sang ayah. Kalau soal rancangan biasanya Najmi melukiskannya dulu di kertas, baru ibu atau ayahnya membuatkan gambar sesuai dengan rancangannya di komputer.

(51)

Sekarang gambar Najmi jarang yang tersimpan utuh. Ia senang membuat kerajinan tangan yang menggunakan lukisannya. Kalaupun ada gambar yang masih utuh di atas kertas berukuran A4, ia mulai tertarik untuk membubuhi tulisan, layaknya seperti cerita di buku anak-anak. Karena Najmi belum bisa seutuhnya menulis, ia sering meminta bantuan ibunya untuk menuliskan teks bacaan, sesuai penuturannya. Sang ibu pun senang membantu anaknya.

Untuk karya gambar Najmi, alhamdulillah ada kemajuan lain. Bila sebelumnya ia selalu menggunggulkan dirinya dalam setiap lukisan yang dibuatnya, maka sekarang tidak lagi. Dia sudah menyertakan teman-teman sekolahnya. Namun masih terlihat Najmi sebagai karakter utamanya.

Najmi selalu melukis dirinya sebagai gadis kecil yang paling cantik, dengan gaun berwarna ceria dan rambut panjang berpita. Hal ini sesuai dengan keinginannya. Memang Najmi suka memakai gaun atau rok. Ia pingin berambut panjang kalau besar nanti. Dan ia selalu meminta bantuan ibunya untuk mengikat rambutnya.

(52)

Kecenderungan di atas terlihat dari gambar Najmi, dimana ia selalu melukiskan dirinya sebagai seorang anak yang tampil paling cantik dari teman-temannya. Jadi bagi orangtua mestinya hal ini diperhatikan untuk bisa menghadapi anak sesuai tahap tumbuh kembangnya.

Atau masukan di atas juga bermanfaat bagi kita dalam berinteraksi dan bergaul dengan sesama di masyarakat. Dimana mesti diingat, sebenarnya setiap orang ingin punya nilai dan menjadi yang terbaik dari yang lainnya. Kalau kita terlalu maju dan berbeda, jangan terlalu mengumbar diri, karena kasihan orang lain.

(53)

Dimana mereka juga ingin punya poin dan nilai. Dan masih banyak pemahaman dari nilai-nilai yang didapatkan bila mengamati keunikan tumbuh kembang anak. Contoh lain dari konteks di atas, memberikan kesempatan pada orang lain, memanfaatkan potensi anggota secara luas, dsbnya. Alhamdulillah banyak pelajaran dari interaksi bersama anak.

Dari karya Najmi ini jugalah orangtuanya berusaha memposisikan Najmi dalam skala prioritas dan yang diperhitungkan. Dan Najmi bukan sebagai anak kecil yang harus mengikut ultimatum orangtuanya, tapi Najmi yang menjadi subjek dalam kehidupan keluarganya.

Kerap kali kami meminta pendapat Najmi, misalnya dalam hal masakan.

“Bagaimana sebaiknya menu hari ini?” “Mau dikasih variasi apa?”

(54)

Majalah untuk anak-anak di Jepang kebanyakan dilengkapi dengan menu masakan yang menarik dan bervariasi. Dengan demikian Najmi juga mempunyai banyak pengetahuan soal masakan.

Pajangan Unik dan Mainan Menarik Buatan Najmi

“Mami bikin kartu yuk!” ajak Najmi merayu ibunya.

Berawal dari kegiatan menggambar, Najmi sekarang memproduksi berbagai macam pajangan dan mainan unik. Gambar yang telah ia buat diguntingnya, kemudian dijadikan berbagai macam kerajinan tangan, seperti wayang kertas, tako (layang-layang), berbagai macam pajangan unik, tas dari kertas, kartu bermain dan lain sebagainya. Kami selalu menghargai hasil karya Najmi, dan berusaha membubuhi tulisan “good job (bagus)” serta tanggal pembuatan karya. Dan Najmi tampak sangat senang sekali.

Untuk membuat wayang kertas, Najmi menggunting gambar yang telah ia buat, kemudian menempelkannya di atas karton bekas. Selanjutnya, ia menggunting karton sesuai dengan ukuran gambar yang telah ditempelkannya.

(55)

selotip. Sumpit gunanya untuk memegang dan memainkan wayang. Sumpit ini pun gratis, yang diperoleh ketika membeli takoyaki (makanan Jepang bentuknya bulat terbuat dari tepung berisi cumi).

Najmi terlihat sangat senang dengan hasil karyanya, dan ia suka melakonkan sendiri wayang-wayang bikinannya.

Gambar 14. Wayang bikinan Najmi. Ia asyik melakonkan wayang bikinannya.

(56)

Sang ibu memajang karya Najmi di atas lemari kecil di ruang tamu. Ibunya sering memandang karya Najmi karena lucu dan unik.

“Indahnya punya anak suka berkarya, rumah menjadi berseni!” ucap ibunya kepada sang ayah.

Gambar 15. Karya Najmi yang dipajang di ruang tamu. Unik dan sungguh menarik.

(57)

Untuk membuat tako plastik, Najmi memasukan gambarnya ke dalam plastik yang bisa ditutup. Untuk ekornya, Najmi menggunting kertas berukuran agak panjang dan ditempelkan dengan selotip pada bagian luar plastik. Cara memainkannya, Najmi berlari kecil di dalam rumah sambil membawa tako. Meskipun tampaknya sederhana, namun hal tersebut mampu menghadirkan kesenangan tersendiri bagi Najmi.

Gambar 16. Tako/layang-layang buatan Najmi.

(58)

Cara bermainnya, Najmi mengeluarkan perintah, misalnya, “Mami, mana yang Anemu? Jakobi? Shimajiro?”

Anemu, Jakobi dan Shimajiro adalah nama-nama tokoh kartun Jepang. Kerap kali ibunya kalah oleh Najmi karena tidak mengingat semua tokoh kartun Jepang itu.

"Omoshiroii ya Mami (menarik ya Mami)?" Najmi berkomentar ketika mereka asyik bermain.

"Iya menarik banget!!!" Jawab sang ibu.

Gambar 17. Kartu bermain buatan Najmi. Semuanya asli hasil karya Najmi.

(59)

Najmi, dibikin tatanannya dari karton bekas juga. Dua titik pada tatanan digunting untuk menyelipkan kartu agar bisa berdiri dan dipajang. Cara membuat tatanan sama dengan membuat tatanan untuk pajangan. Hasilnya lumayan bagus, dan punya originality tersendiri (Gambar 11/19).

Ibunya memajang karya Najmi di meja komputer di rumahnya. Najmi juga membuatkan satu pajangan unik untuk meja kerja ayahnya di lab. Ayahnya dengan senang hati menempatkan pajangan unik bikinan Najmi di meja kerjanya. Hal itu sebagai penghargaan atas karya Najmi. Dan Najmi tentu akan senang bila suatu saat berkunjung ke tempat kerja ayahnya dan melihat karyanya terpajang. Tentunya akan memberi semangat istimewa buat Najmi.

(60)

Sekarang rumah mereka penuh dengan pajangan unik, tanpa modal, namun artistik. Semuanya asli buatan Najmi. Semoga saja bakat untuk berkarya ini bisa terpelihara dengan baik, karena banyak keuntungan yang dirasakan ibunya, baik buat kemajuan Najmi maupun buat mereka sebagai orangtua. Ibu dan ayahnya tidak harus mengeluarkan modal untuk membeli mainan Najmi, karena ia sudah bisa membuatnya sendiri.

Semoga cerita ini bisa menjadi catatan buat Najmi dan orangtuanya. Juga bila terasa bermanfaat buat anda sekalian, silahkan mengajak dan memperkenalkan karya murah meriah tanpa modal untuk buah hatinya. Tetap semangat untuk menggali potensi dir putra-putri kita.

Dari cerita diatas dapat dianalisis bahwa:

Anak membutuhkan kehadiran orangtua untuk melakukan kegiatan bersamanya. Saya amati, anak merasa senang dengan keterlibatan orangtua bersamanya. Justru itu orangtua pun harus menyadari hal ini. Sebaiknya orangtua menyediakan waktu khusus bersama anak. Silahkan kita mengoreksi diri, apakah sudah cukup memberikan waktu bermain bersama anak?

(61)

Dalam menangani anak, tidak hanya Ibu yang harus berperan. Anak membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari ibu dan ayahnya. Apalagi karena permasalahan anak sangat kompleks, maka perhatian ayah juga harus dicurahkan kepada anak. Sang ayah juga harus ikut membantu ibu untuk mendidik anak, serta membantu pertumbuhan dan perkembangan anak.

Sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, mainan anak dapat dikembangkan, dan orangtua dapat menawarkan metode yang baru ke pada anak. Ini tentunya harus sesuai dengan kondisi anak dan orangtua.

Orangtua harus selalu berhati-hati menghadapi anak. Jangan menerapkan sistem diktator pada anak, karena anak pun ingin dihargai dan dianggap.

(62)

Anak akan terus berkembang bila diberikan dukungan, serta diperhatikan tahapan demi tahapan yang akan dicapainya. Untuk itu teruslah memberikan dukungan terhadap anak-anak kita. Orangtua harus senantiasa memberikan penghargaan kepada anak, agar anak terus berkarya. InsyaAllah anak akan terlihat senang sekali, bila orangtua menghormati hasil karyanya.

(63)

Bab 3

Menggali Potensi Anak dalam

Memasak dan Berkaryadi Dapur

3.1. Learning by

Cooking

Berdasarkan pengalaman pribadi kami, ada nilai positif tersendiri bila mengenalkan dapur sejak usia dini kepada anak. Kegiatan di dapur bisa memancing anak untuk aktif berkomunikasi, mengembangkan kreativitas anak, menumbuhkan inovasi (kemampuan anak untuk menciptakan sesuatu yang baru) pada anak, meningkatkan pengetahuan anak, membuat anak bahagia, dan juga bisa mengalihkan perhatian anak dari TV.

Rumah kami tidak begitu luas, terdiri dari tiga kamar, satu ruang keluarga, dan dapur ala kadarnya. Namun posisi dapur sangat strategis sekali, mudah dijangkau dari segala arah. Najmi pun sering bolak-balik masuk dapur.

(64)

diri, disaat ada menu donat atau yang lain yang sepertinya enak di sekolahnya, dan semua teman-temannya memakannya. Kemampuan Najmi yang sudah tahu akan larangan memakan yang haram, sudah sangat luar biasa. Maka itu saya ikhlas untuk membuatkan permintaan Najmi tentang makanan. Sebagai penghargaan terhadap anak yang sudah mau mematuhi ajaran Islam. Saya berusaha cepat membuatkan hal yang dimintanya. Najmi betah menemani ibunya bekerja di dapur, sambil duduk di atas kursi kecil.

“Mami, masih lama?” Begitu tanya Najmi selalu.

Hingga sekarang pun kebiasaan membuat kue masih bertahan. Selain itu, Najmi sering minta dibuatkan tanjoubi cake (kue ulang tahun), walaupun pada saat ia tidak berulang tahun. Ia suka membuat kue ulang tahun mungkin karena ada hiasan dan kreasi, misalnya ada nama dirinya, hiasan dari coklat, dan karakter yang dibikin dari gula.

(65)

Selain dengan ibunya, Najmi juga suka membuat pudding berdua dengan ayahnya, misalnya di hari libur atau Sabtu dan Minggu. Tetapi kalau membuat jus, Najmi sudah mahir sekali sendiri. Ibunya hanya mengawasi dan membantu ketika menghubungkan aliran listrik, karena berbahaya bagi anak kecil.

3.2. Manfaat Masuk Dapur Bagi Anak

Bila libur atau tidak sekolah, Najmi sering ikut memasak bersama ibunya. Terkadang malah mereka memasak bertiga, seperti membuat gyoza, karena harus mulai dari membuat kulitnya. Biasanya, Najmi dan ayahnya bertugas untuk membuat kulitnya.

Adapun manfaat anak ikut masuk dapur sebagai berikut : 1. Menghindarkan Tontonan TV Bagi Anak

Bila orangtua mencemaskan bahaya TV terhadap anaknya, maka berdasarkan pengalaman kami, mengajak anak bersama masuk dapur merupakan salah satu cara yang ampuh untuk menghindarkan TV. Sang ibu selalu memanggil Najmi di kala waktu menonton TV sudah habis, misalnya pada Sabtu atau Minggu pagi. Najmi selalu senang berada bersama ibu atau ayahnya di dapur. Tentu cara ini baru bisa diterapkan untuk anak seusia Najmi.

2. Membantu Perkembangan Motorik Anak

(66)

saya memotong-motong ninjin (wortel), tamanegi (bawang bombai), kyabetsu (kol), atau jenis sayuran lainnya. Tentu saya tidak memberikan pisau yang seperti kami gunakan. Pisau buat Najmi yang tumpul dan biasa digunakan untuk memotong kue. Jadi kami tidak risau dengan bahaya kecelakan di dapur. Alhamdulillah, sampai saat Najmi tidak pernah mengalami kecelakaan di dapur.

3. Membuat Suasana Hati Anak Senang Bersama Orangtuanya Terkadang Najmi memasak sambil bernyanyi bersama ibunya. Hal itu membuat hati anak gembira berada bersama orangtuanya. Namun bernyanyi di dapur tentu disesuaikan dengan kondisi pekerjaan yang sedang dilakukan.

Wash away wash away wash wash wash, Onion carrot potato

Let make soup

Cut away cut away cut cut cut, Onion carrot potato

Let make soup

Cook away cook away cook cook cook, Onion carrot potato

Let make soup

4. Anak Mengetahui Dunia Nyata

(67)

digunakan sebagai bahan masakan di dapur melalui buku-buku bacaannya atau mainan plastik. Namun sekarang dia melihat bahan yang sebenarnya. Begitu juga ketika kami sedang melakukan proses memasak, dia juga banyak bertanya. Apalagi kalau masakan sudah jadi. Najmi terlihat sangat ekspresif sekali. “Oh, This is carrot. This is onion.”

“Mami kenapa dimasukin itu?” “Mami itu apa? O … soyu (kecap).”

“Mmm niyoi ga iii (Mmm enak aromanya).”

“Oh … oishisho (oh ... sepertinya enak), omoshiroi (menarik).”

Kata-kata tersebut selalu keluar dari mulut si kecil Najmi. Silahkan Anda mencobanya. Betapa senang melihat wajah anak dengan ekspresi alaminya. Ya bagaimana tidak, dunia itu baru dihadapinya dan dia belum pernah melihat langsung perubahan bahan-bahan mentah menjadi masakan yang sedap dan lezat. Bagaimana dia tidak kaget? Dia masih anak kecil, tapi bisa cocok dan pas memberikan pujian atau kata-kata yang sungguh ekspresif. Mengasyikkan dech pokoknya mengajak anak berkarya di dapur. Silahkan Anda mencobanya dengan anak Anda.

5. Meningkatkan Rasa Ingin Tahu dan Menambah Pengetahuan Anak

(68)

tsukuru no? oshiete Mami! (Mami, gimana cara membuat telor dadar? jelaskan Mami!).”

Berjalan waktu, Najmi mulai suka memasak dan ingin tahu segala hal tentang masakan. Ia kini bukan lagi memasak dengan mainan masak-masakan yang sudah lama ditinggalkannya.

6. Memancing Anak Ikut Berkarya

Kegiatan memasak bersama anak di dapur dapat memancing tumbuhnya karya dan daya cipta anak. Anak juga tercambuk ingin bisa menghasilkan karyanya, seperti ibunya yang mampu membikin masakan.

Ada satu resep yang terlahir dari Najmi secara spontan. Ketika itu ia menemukan ikan kering di rak bahan-bahan makanan di dapurnya, yang bisa ditarik dengan mudah untuk mengambilnya. Ikan yang ditemukan Najmi itu, saya namakan dengan baby fish. Bila akan dibuat masakan, biasanya saya tinggal memanaskan menggunakan microwave, kemudian mencampurnya dengan goreng kentang untuk dibikin balado. Resep ini adalah kesukaan suami, dan sesekali saya menyajikannya.

“Ah souka ... Mamichan watashi wa odanggo koro-koro tsukuritai yo (oh ya ... Mami, aku mau bikin odanggo koro-koro).”

(69)

“Pertama ikan ini digiling dengan blender, terus nasi dibulat-bulatin. Setelah itu nasi tadi dilumuri dengan ikan yang telah digiling tadi.” Najmi menjelaskan menu yang akan dibuatnya sambil memegang baby fish. Dan ia menjelaskan dalam Bahasa Jepang.

Kantan yo, Mami-chan. Watashi wa jibun de dekiru yo (gampang bikinnya Mami. Aku bisa bikin sendiri kok),” kata Najmi meyakinkan saya.

Akhirnya saya mengizinkan Najmi untuk membuat menu yang dimaksudnya. Ternyata Najmi memang berhasil membuat odanggo koro-koro. Selesai membuatnya, ia sangat riang sekali, karena memang sukses menyelesaikan pekerjaannya. Danggo hasil bikinannya diperlihatkan ke pamannya yang biasa dipanggil Abi. Saya pun merasa sangat senang sekali, dan segera meminta bantuan Abi untuk mengambil foto karya Najmi tersebut.

(70)

7. Meningkatkan Kemampuan Bahasa Anak

Seperti yang di sebutkan di atas, Najmi ingin berkarya dan ingin membuat sesuatu yang maminya tidak tahu. Saya selalu berusaha menanyakan apa yang dimaksud oleh Najmi. Penuturan Najmi tentu dapat meningkatkan kemampuan bahasanya. Dia mengingat apa informasi yang pernah dia dapat dan kemudian berusaha untuk menjelaskan kepada maminya cara membuat menu yang dia maksudkan. Ini baru untuk satu contoh. Banyak lagi keinginan Najmi untuk membuat masakan yang sederhana yang dia ketahui dari buku atau TV.

8. Menyalurkan kreasi anak

Ada suatu kreasi hidangan menarik ala Najmi, telur dadar ditata seperti gambar usagi (kelinci) (Gambar 14). Di sekolahnya usagi adalah mark (simbul) untuk Najmi. Jadi semua peralatan Najmi dibubuhi label atau gambar usagi. Hal ini gunanya untuk memudahkan masing-masing anak mengambil dan menggunakan barangnya sendiri di sekolah, karena belum semua anak bisa membaca, apalagi bagi anak yang berada di kelas 0-3 tahun.

(71)

Gambar 20. Telur dadar yang ditata seperti gambar kelinci.

10. Membuat anak lebih mandiri

Mengenalkan dapur pada anak, membuat anak lebih mandiri. Saat ini, untuk urusan membuat jus, seperti jus strowberi, jus jeruk, jus kiwi, atau jus campuran beberapa buah-buahan, Najmi sudah bisa membuatnya sendiri.

Untuk mencuci buah-buahan, Najmi mengambil kursi tambahan untuk berdiri, sehingga ia bisa menghidupkan air sendiri, terus memasukkan buah ke dalam juser atau blender. Saya hanya mengawasi dan mendampingi bila ada cara kerjanya yang salah. Terakhir, saya membantu untuk menyambungkan kabel blender ke sumber listrik.

(72)

sesuai dengan waktu, potensi dan kemauan anak. Dan semoga hal baik yang telah dimiliki oleh Najmi dapat dipertahankan dan meningkat hendaknya. Aamiin.

Keuntungan mengajak anak masuk dapur bagi orangtua

Kami sangat senang dan merasa terbantu dengan adanya tangan tambahan dari Najmi. Najmi bisa dijadikan asisten untuk urusan memotong-motong sayuran. Najmi bisa membantu kami membuat kue. Namun saya bukan mengharapkan bantuan Najmi, karena dia masih kecil. Najmi masuk dapur sesuai dengan keinginan dan mood (suasana) hatinya.

Gambar 21. Najmi ketika berumur 5 tahun, telah menjadi asisten maminya di dapur.

(73)

sebagai bahan masukan bagi kami dalam memantau kemampuan anak dalam berbicara. Bila ada kesalahan bahasa yang digunakan anak, maka kami dapat membetulkannya.

Bila kita para orangtua ingin menerapkan multibahasa (barbagai bahasa) untuk anak, maka saat anak berada di dapur dapat dijadikan kesempatan untuk itu. Setidaknya melatih pengucapan anak dalam bahasa yang tengah diajarkan kepadanya, dan menambah kosa kata anak.

Keberadaan anak di dapur bersama orangtua merupakan salah satu kesempatan bagi ibu untuk mentransfer atau memberikan ilmu kepada anak. Ibu dapat menjelaskan bahan-bahan masakan dan fungsinya. Misalnya ikan mengandung protein, protein itu penting untuk pertumbuhan tubuhnya, sedangkan sayuran mengandung berbagai macam vitamin dan mineral.

Saya kerap kali menerangkan hal di atas kepada Najmi. Saya juga mengatakan, “Jadi … Anak kalau makan harus lengkap gizinya. Harus mau makan ikan atau daging, juga sayuran, karena nilai gizinya berbeda. Dan seluruhnya diperlukan tubuh agar kita agar tetap sehat”.

(74)

Najmi pun menjawab, “Ya. Anak ingin sehat Mami. Anak ingin pintar Mami. Anak nanti mamam semuanya.”

“Ya, good job (bagus), anak Mami mengerti. Mami jadi senang mendengarnya.”

Dengan demikian, saat anak ikut ke dapur bersama ibunya, kita bisa menyemangati anak untuk mengkonsumsi makanan dengan baik. Silahkan ajak anak Anda ikut masuk dapur, tentunya pada saat yang tepat. InsyaAllah Anda dapat merasakan hal apa yang pernah kami alami.

“Sungguh! Sangat menyenangkan sekali.”

Dari penuturan di atas ada beberapa hal penting yang bisa dipetik :

1. Anak selalu berpositif thinking (berfikiran baik), bahwa Ibunya bisa membuat makanan apa saja, terbukti anak pingin makan ini dan itu. Artinya kita sebagai Ibu, harus ikhlas untuk rajin ke dapur dan membuat masakan yang diinginkan oleh anak, bukan hanya membeli makanan jadi.

(75)

makanan yang tidak halal, yang dijual di supermarket atau restoran. Dengan adanya pengorbanan ibu dalam konteks ikhlas membuatkan makanan ini, insyaAllah anak akan tambah mantab dan kuat untuk selalu menjaga makanannya. Dan ia tidak akan menyesal sebagai seorang muslim. InsyaAllah perjuangan ibu di sini juga akan memperkokoh agama anak. Aamiin.

3. Makanan jadi banyak yang tidak sehat, apalagi banyak pedagang makanan yang menggunakan bahan-bahan yang tidak aman untuk kesehatan.

4. Tak ada salahnya anak diikutkan atau diperkenalkan dengan dapur, tentu sesuai dengan kapasitas anak. Anak akan senang diperkenalkan dengan sesuatu yang baru, melihat dunia nyata, dan proses memasak. Kehadiran anak kecil tidak hanya membuat orangtua repot, namun anak bisa memberikan bantuan kepada orangtuanya. Juga merupakan kesempatan bagi orangtua untuk meningkatkan kemampuan berbicara dan pengetahuan anak.

(76)

saya mengizinkan Najmi untuk menghias kue, walaupun kadang kue tersebut sudah saya hias.

6. Banyak keuntungan yang dapat diambil dari keikutsertaan anak di dapur, misalnya bisa menghindarkan bahaya TV terhadap anak, membantu perkembangan motorik anak, mendekatkan anak pada dunia nyata, menambah pengetahuan anak, meningkatkan kemampuan anak berkomunikasi, menambah kedekatan orangtua dengan anak, memancing tumbuhnya kreasi anak, dan juga membuat anak lebih mandiri.

Wassalam, Mami

Tokyo, 070319

******

(77)

Bab 4.

Kiat Menggali Potensi Anak

Berkomunikasi

(Dalam bab ini, melalui kisah nyata yang kami alami, dipaparkan bagaimana seni dan kiat menggali kemampuan anak untuk berkomunikasi).

(78)

4.1. Ketika Anak Membandingkan

“Mami boleh pakai ini?” Tanya Najmi.

“Boleh,” jawab Mami tanpa berpikir panjang. “Kok kata sensei nggak boleh?

“Sensei yang salah, Mami?” Tanya Najmi lagi.

Ceritanya, pada saat kami hendak pergi berbelanja, saya meminta Najmi berpakaian sendiri. Bajunya sudah saya siapkan, tinggal tugas Najmi untuk memakainya. Atasannya sudah oke, cuma bawahan yang bermasalah. Menurut saya, bawahannya kurang pas bila dipakai untuk berpergian keluar.

Ketika pertanyaan Najmi seperti di atas muncul, ia sedang mengenakan celana tidur. Najmi menanyakan apakah boleh langsung memakai jins tanpa harus mengganti celana tidur yang sedang ia kenakan. Tanpa berpikir panjang, saya langsung membolehkan.

“Mikirnya ingin cepat saja, he..he..he.”

(79)

Kok kata sensei nggak boleh.. Mami?”

Saya kaget mendengar protes Najmi. Saya sungguh tidak menduga protes Najmi akan keluar seperti itu. Perasaan saya bercampur aduk. Ada rasa malu pada Najmi, karena saya sudah membuat kesalahan. Ada rasa senang karena Najmi yang sekarang sudah lebih kritis. Dia sudah berani mengutarakan perbedaan ajaran yang dia terima.

Saya tidak marah diprotes anak. Saya senang dan gembira dengan sikap Najmi tersebut. Artinya, dia tanggap terhadap pengajaran yang diterimanya, dan dia ingin mencari suatu kebenaran dari dua sumber yang berbeda.

Bagi Najmi orangtuanya adalah segalanya, itu yang bisa saya baca. Dia bangga pada orangtuanya, Alhamdulillah. Semoga hal ni terus berlangsung. Dalam kasus ini pun Najmi beranggapan bahwa sensei (guru)-nya dan peraturan sekolah yang salah. Tapi saya tidak malu untuk mengatakan kalau yang benar itu senseinya.

(80)

“Sekarang, ayo Anak ganti celana tidurnya dengan taitsu (celana ketat untuk menghangatkan, yang dipakai pada musim dingin), kemudian baru pakai jins ya!”

Hai wakarimashita ( ya, mengerti),” jawab Najmi

Saya merasa lega karena sudah mengutarakan kebenaran yang sesungguhnya pada Najmi. Kejadian ini kami jadikan sebagai pelajaran agar lebih berhati-hati dalam menghadapi Najmi. Kami harus mengajarkan kejujuran dan kebenaran kepadanya. Kami harus memberikan dia contoh yang baik. Ketika salah kami harus berani mengakuinya, dan mengutarakan kata maaf.

Sesungguhnya tidak ada gunanya mempertahankan ego, sekalipun berhadapan dengan anak kecil, ini yang akan kami praktekkan.

Semoga niat ini bisa terlaksana hendaknya, untuk menciptakan generasi yang lebih baik. Andaikan kita semua sepakat untuk bersikap dan mengajarkan kebenaran yang sesungguhnya kepada anak-anak kita, tentu nantinya mereka akan lebih baik dari kita ini.

(81)

ditemui di lingkungan sekolah, tapi juga di rumah, di masyarakat dan di negara.

Agaknya, pola dan sistem pendidikan yang linier inilah yang melekat pada masyarakat Jepang sehingga menjadikan mereka disiplin dan punya satu sikap di mana pun berada.

Dari cerita di atas dapat dianalisis sebagai berikut :

1. Saat kejadian ini Najmi berumur 4,8 tahun. Nampaknya anak di atas 4,5 tahun dengan sistem pendidikan yang berkelanjutan di sekolah (tempat penitipan anak), anak sudah bisa mengadopsi kebiasaan yang berlaku di sekolah. Anak 4,5 tahun sudah bisa protes bila dia menemukan ajaran yang berbeda antara di sekolah dan di rumah. Sebaiknya orangtua harus berhati-hati, jangan karena terburu-buru si anak diizinkan untuk melakukan sesuatu yang salah, karena akan menimbulkan kebingungan pada anak. Hal ini juga merusak kebiasaan yang telah diterima anak melalui lingkungan sekolahnya.

(82)

mengucapkan terimakasih bila dibantu atau menerima kebaikan dari pihak lain.

3. Dalam pikiran anak, orangtuanya adalah yang terbaik, berhagialah kita akan praduga positif anak kita. Ini merupakan masukan yang bagus buat para orangtua sehingga kita bisa lebih waspada, bisa merupakan cambuk kepada kita untuk terus belajar dan menambah ilmu untuk menutupi kekurangan yang kita miliki. Sesuai dengan tumbuhnya anak, kita para orangtua bisa terus meningkatkan kualitas diri kita, asalkan ada tekad dalam hati.

4. Sebaiknya orangtua harus cukup informasi dan pengetahuan tentang aturan atau kebiasaan yang berlaku di sekolah anak. Orangtua sebaiknya menunjang sistem yang telah ditetapkan di sekolah. Dengan sistem pendidikan yang linier, anak akan konsisten untuk menerapkan suatu ajaran. Pendidikan yang linier antara orangtua, sekolah dan masyarakat akan menciptakan anak yang disiplin dan beraturan.

(83)

bersih, rapi dan indah, bebas dari sampah liar. Tentu kita akan senang jika lingkungan di Indonesia juga bersih dan sehat.

******

Gambar 24. Lukisan oleh Najmi

Gambar

Gambar 1. Lukisan Najmi saat dia masih berumur kurang dari 5 tahun. Ini adalah salah satu karyanya di komputer
Gambar 2. Sejak Najmi berusia kurang dari 2 tahun, ia telah terbiasa memegang crayon, dan alat tulis lainnya
Gambar 3. Najmi dan karakter
Gambar 4. Najmi kecil selalu kemana ia pergi membawa tas yang berisi banyak sekai alat tulis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sejumlah bangunan kuno yang sebagian besar saat ini berada di titik nol / menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta // Bahkan kini

Permasalahan yang kedua, permasalahan yang ditimbulkan oleh kondisi masyarakat majemuk, yang terdiri dan berbagai kelompok atnis baik di antara penduduk pribumi maupun keturunan

By using a Biskiz Susu packaging design as a case study, I try to analyze the design elements, like color, shape, brand, illustration/character, typography, and layout

pelayanan publik ini memerlukan waktu yang cukup lama dan tidak menentu karena banyak terdapat pelimpahan tugas dari dinas lain yang masih belum diproses dan banyak para

Middleware dapat mengirimkan data suhu dan kelembapan dari sensor dengan protokol CoAP, MQTT serta CoAP dan MQTT ke aplikasi web melalui protokol

Telah melaksanakan uji program Tugas Akhir Mahasiswi tersebut di atas pada tanggal. :

KELOMPOK KERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN PADA ASDEP PENATAAN RUANG KAWASAN PERBATASAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN.. JALAN KEBON

A cDNA, named BmCHHL (Bombyx mori CHH-like protein), with an open reading frame of 110 amino acids was isolated.. Sequence analyses suggested that the conceptual protein was a