• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

5. Menggunakan pemisahan dan pengecualian

Menggunakan pemisahan dan pengecualian adalah strategi guru dalam merespon perilaku menyimpang peserta didik yang tingkat penyimpangan cukup berat. Strategi tersebut cukup efektif menanggulangi perilaku menyimpang yang kadarnya berat dari peserta didik, dan bahkan strategi ini tidak dianggap sebagai sesuatu yang bersifat menghukum.22

Pembelajaran secara bahasa artinya mentransfer pengetahuan (transfer knowlidge). Pada hakikatnya pembelajaran merupakan suatu proses, yaitu proses mengatur dan mengorganisasikan lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar.23 Kegiatan mengajar berhubungan dengan cara guru menjelaskan bahan kepada siswa.

Pada proses pembelajaran terdapat tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih maksimal di perlukan Pendekatan dasar dalam mengajar yang harus dipenuhi oleh seorang guru.

22 Junaidi, Pengelolaan Kelas, (STAIN Bukittinggi : Press, 2007), hlm. 26-28

23 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011), hlm.72

Kedudukan guru mempunyai arti penting dalam pendidikan. Arti penting itu bertolak dari tugas dan tanggung jawab guru yang cukup berat untuk mencerdaskan anak didiknya. Kerangka berpikir yang demikian menghendaki seorang guru untuk melengkapi dirinya dengan berbagai pendekatan yang diharapkan dapat membantu dan menjalankan tugasnya dalam interaksi edukatif.24

Keharmonisan hubungan guru dengan peserta didik, tingginya kerja sama diantara peserta didik tersimpul dalam bentuk interaksi. Karena itu there are many forms of interaction between teacher and pupils, and between pupils.25 Lahirnya interaksi yang optimal tentu saja bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas agar pembelajaran menjadi efektif. Menurut Syaiful Bahri,26 pendekatan tersebut meliputi pendekatan kekuasaan, pendekatan ancaman, pendekatan kebebasan, pendekatan resep, pendekatan pembelajaran, pendekatan perubahan tingkah laku, pendekatan suasana emosi dan hubungan sosial, pendekatan proses kelompok dan pendekatan elektis atau pluralistik.

Pendekatan otoriter adalah pendekatan yang menempatkan guru dalam peranan menciptakan dan memelihara ketertiban di kelas dengan menggunakan strategi pengendalian. Guru otoriter bertindak untuk kepentingan siswa dengan

menerapkan disiplin yang tegas. Bila timbul masalah-masalah yang merusak ketertiban atau kedisplinan kelas, maka perlu adanya pendekatan:

1) Perintah dan Larangan

Baik perintah maupun larangan dapat diterapkan atas dasar generalisasi masalah-masalah pengelolaan kelas tertentu. Seorang guru yang melaksanakan perintah dan larangan bersikap reaktif, namun jangkauannya hanya terbatas pada masalah-masalah yang timbul sewaktu-waktu saja, sehingga kemungkinan timbulnya masalah pada masa mendatang kurang dapat dicegah atau ditanggulangi secara tepat.

2) Penekanan dan Penguasaan

Pendekatan penekanan dan penguasaan ini banyak mementingkan pada diri guru, banyak memerintah, mengomel dan memarahi. Bila dalam menghadapi masalah pengelolaan kelas menggunakan pendekatan penekanan dan penguasaan, maka memungkinkan siswa untuk diam, tertib karena takut dan tertekan hatinya. Meskipun demikian, namun pendekatan ini kurang tepat karena kurang toleransi, dan kurang bijaksana.

3) Penghukuman dan Pengancaman

Pendekatan penghukuman muncul dalam berbagai bentuk tingkah laku antara lain penghukuman dengan kekerasan, dengan larangan bahkan pengusiran, menghardik atau menghentak dengan kata-kata yang kasar, mencemooh menertawakan atau menghukum seseorang di depan siswa lain, memaksa siswa untuk meminta maaf, memaksa dengan tuntutan tenentu, atau

bahkan dengan ancaman-ancaman. Pendekatan semacam ini termasuk penanganan yang kurang tepat, karena bersifat otoriter kurang manusiawi.

Hubungan pendekatan otoriter atau kekuasaan dengan pengelolaan kelas adalah sangat saling terkait karena didalam kelas dibutuhkan yang namanya ketertiban menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan.

Disiplin kelas merupakan keadaan tertib dalam suatu kelas yang didalamnya tergabung guru dan peserta didik taat kepada tata tertib yang telah ditetapkan.

Disiplin pada hakekatnya adalah pernyataan sikap mental dari individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan, yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan.27

B. Pengelolaan Kelas

1. Pengertian Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata yaitu pengelolaan dan kelas.

Pengelolaan asal katanya adalah ”kelola”, ditambah awalan “pe” dan akhiran

“an”. Istilah lain dari kata pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris, yaitu “management”, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan.

Manajemen atau pengelolaan dalam pengertian umum menurut Suharsimi Arikunto adalah Pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan. Sedangkan kelas menurut Oemar Hamalik adalah suatu

27 Junaidi, Pengelolaan Kelas,..., hlm. 100

kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari guru yang sama.28

Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran. Kesimpulan sederhananya adalah pengelolaan kelas merupakan kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan pengajaran.29 Dalam konteks yang demikianlah kiranya pengelolaan kelas penting untuk diketahui oleh siapapun juga yang menerjunkan dirinya kedalam dunia pendidikan. Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana pembelajaran.30

Artinya: Katakanlah "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, Sesungguhnya akupun berbuat (pula). kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan.

Dari ayat tersebut jelas bahwa sebagai seorang guru harus seoptimal mungkin dalam mengeluarkan segala kemampuannya dalam proses

28 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta :Rineka Cipta, 2002), hlm.

175

29 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar,..., hlm.176

30 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1966), hlm.44

pembelajaran, khususnya keterampilan dalam mengelola kelas agar proses pembelajaran yang dituju tercapai dengan baik.

Tugas guru di dalam kelas sebagian besar adalah membelajarkan peserta didik dengan menyelidiki kondisi belajar yang optimal. Kondisi belajar yang optimal dapat dicapai jika guru mampu mengatur peserta didik dan saran pembelajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pengaturan yang berkaitan dengan penyampaian pesan pengajaran (instruksional) atau dapat pula berkaitan dengan penyediaan kondisi belajar (pengelolaan kelas). Bila pengaturan kondisi dapat dikerjakan secara optimal, maka proses belajar berlangsung secara optimal pula. Tetapi bila tidak dapat disediakan secara optimal, tentu saja akan menimbulkan gangguan terhadap belajar mengajar.31

Gangguan dapat bersifat sementara sehingga perlu dikembalikan ke dalam iklim belajar yang serasi, akan tetapi gangguan dapat pula bersifat cukup serius dan terus-menerus sehingga diperlukan kemampuan meremedial.

Disiplin itu sendiri sebenarnya merupakan akibat dari pengelolaan kelas yang efektif.

Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai bila guru mampu mengatur siswa dan saran pembelajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang sangat menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Hubungan interpersonal yang baik antara guru dan peserta didik, peserta didik sama peserta didik merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas.

31 Zainal Asri, Micro Teaching, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2012), hlm.72

Pengelolaan yang efektif merupakan prasyarat bagi terjadinya proses pembelajaran yang efektif. Keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikan ke kondisi yang optimal jika terjadi gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remedial.32

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses interaksi edukatif.33 Dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses interaksi edukatif. Yang termasuk kedalam hal ini adalah misalnya penghentian tinglah laku anak didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas anak didik, atau penetapan norma kelompok yang produktif. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses interaksi edukatif yang efektif.

Sedangkan menurut Sardiman A.M pengelolaan kelas adalah menyediakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya proses belajar mengajar yang menyangkut mengatur tata ruang kelas yang memadai untuk pengajaran dan menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi.34 Hadari Nawawi mengatakan bahwa kegiatan pengelolaan kelas dapat

32 Zainal Asri, Micro Teaching, …., h.73

33 Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2000), h.144

34Sardiman, A.M, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2011) Cet. Ke-20, hlm. 169

diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid.35

Pengelolaan kelas merupakan hal yang berbeda dengan pengelolaan pengajaran. Pengelolaan pengajaran lebih menekankan pada perilaku peserta didik, menyusun rencana pelajaran, memberi informasi, bertanya, menilai dan sebagainya. Sedangkan pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan, penghentian tingkah laku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh penetapan norma kelompok yang produktif).36

Jadi Pengelolaan Kelas adalah berbagai kegiatan yang sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar. Sedangkan untuk pengajaran adalah segala jenis kegiatan yang dengan segaja dilakukan dan secara langsung dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus pengajaran.

35 Syaiful Bahri Djamarah, Dkk, Strategi Belajar Mengajar I,... , hlm. 85

36 Ahmad Rohani Dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1991) Cet. 1, h. 116

2. Tujuan Pengelolaan Kelas

Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan. Secara umum pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang demikian itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi pada siswa.37

Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.38 Terkait dari penjelasan diatas dalam hal pengelolaan kelas dapat pula ditinjau dari segi interaksi komunikatif. Artinya seorang guru dituntut mampu mengatur segala kondisi apapun yang terjadi didalam kelas saat pembelajaran berlangsung agar terciptanya komunikasi dua arah yaitu antara guru dengan murid, sehingga proses belajar-mengajar dapat berlangsung dengan baik. Hal ini bertujuan untuk memudahkan sekaligus meringankan tugas guru atau wali kelas.

Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya terkandung dalam tujuan pendidikan. Tujuan pengelolaan kelas adalah:

37 Sardiman, interaksi dan motivasi balajar mengajar, (Jakarta : PT Rja Grafindo Persada, 2011) cet. Ke-20, h. 169

38 Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar Mengajar I, (Jakarta :Rineka Cipta, 2002), hlm. 199-200

1) Penyediaan fasilitas bagi macam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas.

2) Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja.

3) Terciptanya suasana yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi pada siswa.

Sedangkan Arikunto dalam Djamarah berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.

3. Prinsip Pengelolaan Kelas

Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat dipergunakan. Maka penting bagi guru untuk mengetahui dan menguasai prinsip-prinsip pengelolaan kelas, yang di uraikan berikut ini.39

a. Hangat dan Antusias

Kehangatan dan keantusiasan guru dapat memudahkan terciptanya iklim kelas yang menyenangkan sehingga dapat mewujudkan kegiatan belajar yang optimal.

b. Tantangan

Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar

39 Junaidi, Pengelolaan kelas, (STAIN Bukittinggi: Press, 2007), hlm.10

sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.

c. Bervariasi

Penggunaan variasi dalam media, gaya dan interaksi belajar mengajar merupakan kunci pengelolaan kelas untuk menghindari kejenuhan serta pengulangan aktivitas yang menyebabkan menurunnya kegiatan belajar dan tingkah laku positif siswa.

d. Keluwesan

Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didik serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif.

e. Penekanan pada hal-hal yang positif

Pada dasarnya, dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif, dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif.

f. Penanaman disiplin diri

Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu guru sebaiknya selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut disiplin dalam segala hal.40

40 Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar MengajarI, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), hlm. 206

4. Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas

Komponen-komponen keterampilan pengelolaan kelas ini pada umumnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif) dan keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal.41

Kegiatan diatas akan diperjelas dan diperdalam dengan uraian berikut ini:

a. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif)

Keterampilan ini berhubungan dengan kompetensi guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran serta aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan keterampilan sebagai berikut:

1) Sikap tanggap

Seorang guru memperlihatkan sikap positif terhadap setiap perilaku yang muncul pada siswa dan memberikan tanggapan-tanggapan atas perilaku tersebut dengan maksud tidak menyudutkan kondisi siswa, perasaan tertekan dan memunculkan perilaku susulan yang kurang baik. Komponen ini ditunjukkan oleh tingkah laku guru bahwa ia hadir bersama mereka. Guru tahu kegiatan mereka,

41 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2002) Cet. Ke-22, hlm. 98

tahu ada perhatian atau tidak ada perhatian, tahu yang mereka kerjakan. Sikap ini dapat dilakukan dengan cara:42

a) Memandang secara seksama

Memandang secara seksama dapat mengundang dan melibatkan anak didik kontak pandang dalam pendekatan guru untuk bercakap-cakap, bekerja sama dan menunjukan rasa persahabatan.

b) Gerak mendekati

Gerak guru dalam posisi mendekati kelompok kecil atau individu menandakan kesiagaan, minat dan perhatian guru yang diberikan terhadap tugas serta aktifitas anak didik. Gerak mendekati hendaklah dilakukan secara wajar, bukan untuk menakut-nakuti, mengancam atau memberi kritikan dan hukuman.

c) Memberi pernyataan

Pernyataan guru terhadap sesuatu yang dikemukakan oleh anak didik sangat diperlukan, baik berupa tanggapan, komentar, ataupun yang lainnya.

d) Memberi reaksi terhadap gangguan dan ketak-acuhan

Kelas tidak selamanya tenang, pasti ada gangguan. Hal ini perlu guru sadari dan jangan dibiarkan. Teguran guru merupakan tanda bahwa guru ada bersama anak didik. Teguran

42 Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif,.., hlm.150

haruslah diberikan pada saat yang tepat dan sasaran yang tepat pula, sehingga dapat mencegah meluasnya penyimpangan tingkah laku.

2) Memberi perhatian

Pengelolaan kelas yang efektif terjadi bila guru mampu memberi perhatian kepada beberapa kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang sama. Membagi perhatian dapat dilakukan dengan cara:43

a) Visual

Guru dapat mengubah pandangannya dalam memperhatikan kegiatan pertama sedemikian rupa sehingga ia dapat melihat kegiatan kedua, tanpa kehilangan perhatian pada kegiatan pertama. Kontak pandang ini bisa dilakukan terhadap kelompok anak didik atau anak didik secara individual.

b) Verbal

Guru dapat memberi komentar, penjelasan, pertanyaan dan sebagainya terhadap aktivitas anak didik pertama sementara ia memimpin dan terlibat supervisi pada aktivitas anak didik yang lain.

3) Pemusatan perhatian kelompok

Kegiatan siswa dalam pembelajaran dapat dipertahankan apabila dari waktu ke waktu guru mampu memusatkan perhatian

43 Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif,.., hlm.151

kelompok terhadap tugas yang dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:

a) Menyiagakan siswa

Memusatkan perhatian siswa kepada suatu hal sebelum guru menyampaikan materi pokok.

b) Menuntut tanggung jawab siswa

Hal ini berhubungan dengan cara guru memegang kewajiban dan tanggung jawab yang dilakukan oleh siswa serta keterlibatan siswa dalam tugas-tugas.

c) Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas

Untuk mengarahkan kelompok ke dalam pusat perhatian seperti dijelaskan di atas, juga memudahkan anak menjalankan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya maka tugas guru adalah memaparkan setiap pelaksanaan tugas-tugas tersebut sebagai petunjuk pelaksanaan yang harus dilaksanakan anak secara bertahap dan jelas.

4) Menegur

Permasalahan bisa terjadi dalam hubungan antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru. Permasalahan dalam hubungan tersebut bisa terjadi dalam konteks pembelajaran, sehingga guru sebagai pemegang kendali kelas harus mampu memberikan teguran yang sesuai dengan tugas dan perkembangan siswa. Sifat dari teguran bukan dari hal yang memberikan efek penyerta yang

menimbulkan ketakutan pada siswa tapi bagaimana siswa bisa tahu dengan kesalahan yang dilakukannya.

5) Memberi penguatan

Penguatan adalah upaya yang diarahkan agar prestasi yang dicapai dan perilaku-perilaku yang baik akan dipertahankan oleh siswa atau bahkan mungkin ditingkatkan atau dapat ditularkan ke siswa lainnya. Penguatan yang dimaksudkan dapat berupa reward yang bersifat non material juga yang bersifat material tapi tidak berlebihan .

b. Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal

Keterampilan ini berkaitan dengan tanggapan guru terhadap anak didik yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan kegiatan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Apabila terdapat anak didik yang menimbulkan gangguan yang berulang-ulang walaupun guru telah menggunakan tingkah laku dan tanggapan yang sesuai, guru dapat meminta bantuan kepala sekolah, konselor sekolah, atau orang tua anak didik untuk membantu mengatasinya.

Bukanlah kesalahan profesional guru apabila ia tidak dapat menangani setiap masalah anak didik dalam kelas. Namun pada tingkat tertentu guru dapat menggunakan seperangkat strategi untuk tindakan

perbaikan terhadap tingkah laku anak didik yang terus menerus menimbulkan gangguan dan yang tidak mau terlibat dalam tugas kelas. Strategi itu adalah:44

1) Memodifikasi tingkah laku

Modifikasi tingkah laku adalah menyesuaikan bentuk-bentuk tingkah laku kedalam tuntutan kegiatan pembelajaran sehingga tidak muncul pada diri anak tentang penilaian yang kurang baik. Guru menganalisis tingkah laku anak didik yang mengalami masalah atau kesulitan dan berusaha memodifikasi tingkah laku tersebut dengan mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistematis.

2) Pengelolaan kelompok

Kelompok kecil ataupun kelompok belajar di kelas adalah merupakan bagian pencapaian tujuan pembelajaran dan strategi yang diterapkan oleh guru. Kelompok biasa muncul secara informal seperti teman bermain, teman seperjalanan, gender dan lain-lain. Untuk kelancaran pembelajaran dan pencapaian tujuan pembelajaran maka kelompok yang ada dikelas itu harus dikelola dengan baik oleh guru.

Guru dapat menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara:45

a) Memperlancar tugas-tugas: Mengusahakan terjadinya kerja sama yang baik dalam pelaksanaan tugas.

44 Junaidi, Pengelolaan Kelas, (STAIN Bukittinggi Press: 2007), hlm.15

45 Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif,.., hlm.156

b) Memelihara kegiatan-kegiatan kelompok: Memelihara dan memulihkan semangat anak didik dan menangani konflik yang timbul.

3) Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah

Permasalahan memiliki sifat perenial (akan selalu ada) dan nurturan effect, oleh karna itu permasalahan akan muncul didalam kelas kaitannya dengan interaksi dan akan diisi oleh dampak pengiring yang besar bila tidak biasa di selesaikan. Guru dapat melakukan seperangkat cara untuk mengendalikan tingkah laku keliru yang muncul, dan ia mengetahui sebab-sebab dasar yang mengakibatkan ketidak patuhan tingkah laku tersebut serta berusaha untuk menemukan pemecahannya. Guru harus datang mendeteksi permasalahan yang mungkin muncul dan dengan secepatnya mengambil langkah penyelesain sehingga ada solusi untuk masalah tersebut.

5. Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas

Sebagai pekerjaan profesional, seorang guru harus mendalami kerangka acuan pendekatan-pendekatan kelas, sebab di dalam penggunaannya ia harus terlebih dahulu meyakinkan bahwa pendekatan yang dipilihnya untuk menangani suatu kasus pengelolaan kelas merupakan alternatif yang terbaik sesuai dengan hakikat masalahnya. Artinya seorang guru terlebih dahulu

harus menetapkan bahwa penggunaan suatu pendekatan memang cocok dengan hakikat masalah yang ingin ditanggulangi.

Agar mampu melakukan pengelolaan dengan baik, maka seorang guru atau calon guru dapat menggunakan beberapa pendekatan dalam meminimalisir terjadinya kelas yang tidak kondusif, di antara pendekatan-pendekataan tersebut adalah:

a. Behavior-Modificasian Approuch (pendekatan perubahan tingkah laku) Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa dan dari belum menghayati nilai-nilai serta dari belum kepada menguasai keterampilan-keterampilan tertentu.

Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku peserta didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran dengan baik.46

Pendekatan ini bertolak dari psikologi behavior yang

Pendekatan ini bertolak dari psikologi behavior yang

Dokumen terkait