• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN OTORITER DALAM PENGELOLAAN KELAS OLEH GURU DALAM MATA PELAJARAN FIQH DI KELAS VII MTSN LANGGAM KINALI PASAMAN BARAT SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDEKATAN OTORITER DALAM PENGELOLAAN KELAS OLEH GURU DALAM MATA PELAJARAN FIQH DI KELAS VII MTSN LANGGAM KINALI PASAMAN BARAT SKRIPSI"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PENDEKATAN OTORITER DALAM PENGELOLAAN KELAS OLEH GURU DALAM MATA PELAJARAN FIQH DI KELAS VII MTSN

LANGGAM KINALI PASAMAN BARAT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiah dan Ilmu Keguruan

Oleh :

DESI DWI PUTRI NIM. 2114 100

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN) BUKITTINGGI

TA. 2017/2018

(2)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah... 9

C. Rumusan Masalah ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Kegunaan Penelitian... 10

F. Penjelasan Judul ... 11

G. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pendekatan Otoriter ... 14

1. Pengertian Pendekatan Otoriter ... 14

2. Pelaksanaan Pendekatan Otoriter ... 16

B. Pengelolaan Kelas ... 22

1. Pengertian Pengelolaan Kelas ... 22

2. Tujuan Pengelolaan Kelas ... 26

3. Prinsip Pengelolaan Kelas ... ....28

4. Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas ... ... 29

5. Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas ... ...36

(3)

6. Macam-macam Masalah dalam Pengelolaan Kelas ... ...42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 51

B. Lokasi Penelitian ... 51

C. Informan Penelitian ... 52

D. Teknik Pengumpulan Data ... 52

E. Teknik Pengolahan Data ... 54

F. Teknik Analisa Data ... 55

G. Teknik Keabsahan Data ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Temuan Umum ... 57

1. Sejarah Berdirinya MTsN Langgam Kinali Pasaman Barat ... 57

2. Profil Madrasah ... 57

3. Visi, Misi, Motto dan Tujuan MTsN Langgam Kinali Pasaman Barat… . 59 B. Temuan Khusus ... 61

1. Menetapkan dan menegakkan peraturan ... 62

2. Memberikan perintah, pengarahan dan pesan ... 67

3. Menggunakan teguran ... 69

4. Menggunakan pengendalian dengan mendekati ... 72

5. Menggunakan pemisahan dan pengecualian ... 75

(4)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 77 B. Saran ... 78

DAFTAR KEPUSTAKAAN LAMPIRAN

(5)

ABSTRAK

Skripsi ini atas nama DESI DWI PUTRI, NIM. 2114.100 dengan judul

“PENDEKATAN OTORITER DALAM PENGELOLAAN KELAS OLEH GURU DALAM MATA PELAJARAN FIQH DI KELAS VII MTSN LANGGAM KINALI PASAMAN BARAT”. Maksud penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana pendekatan otoriter dalam pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru dalam mata pelajaran fiqh di MTsN Langgam Kinali Pasaman Barat.

Latar belakang penelitian ini adalah sebagaimana yang diketahui bahwa seorang guru mampu dan profesional dalam bidang pendidikan salah satunya dalam hal pengelolaan kelas pada saat proses pembelajaran. Untuk mengelola kelas hal tersebut dibutuhkan pengelolaan kelas yang baik oleh guru, karena pengelolaan kelas merupakan usaha menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal supaya terjadinya proses pembelajaran yang efektif. Berdasarkan kejadian yang penulis lihat di MTsN Langgam Kinali Pasaman Barat, bahwa dalam pengelolaan kelas guru memberikan teguran kepada siswa saat siswa bercerita dengan temannya yang dibicarakan bukan tentang pembelajaran, bagi siswa yang terlambat masuk kelas guru menyuruh siswa tersebut berdiri didepan kelas dan guru tidak membolehkan siswa masuk kelas ketika siswa tidak membuat tugas.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian lapangan (field research). Metode pengumpulan datanya dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Informan dalam penelitian ini ada dua aitu informan kunci dan informan pendukung. informan kuncinya adalah guru Fiqh dan siswa kelas VII, sedangkan informan pendukung guru Ski, guru Alquran Hadis, guru Akidah Ahlak dan siswa kelas VIII satu orang. Dalam penelitian ini penulis menganalisis data dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, artinya data yang muncul berupa data-data tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang diamati yang diproses melalui catatan, kemudian disusun dalam teks.

Setelah melakukan penelitian di MTsN Langgam Kinali Pasaman Barat, maka diperoleh hasil bahwa pelaksanaan pendekatan otoriter dilakukan dengan menetapkan dan menegakkan peraturan yang dilakukan oleh guru dengan cara membuat aturan kelas yang sesuai dengan tata tertib sekolah, bagi siswa yang meribut dan tidak mendengarkan guru menjelaskan pembelajaran, di suruh mengulangi pelajaran yang telah dijelaskan oleh guru, bagi siswa yang terlambat masuk kelas pada saat pembelajaran berlangsung di proses dengan cara ditanya siswa tersebut kenapa ia terlambat masuk kelas dan jika masih terlambat untuk yang akan datang siswa disuruh berdiri di depan kelas. Bagi siswa yang mengobrol dengan teman sebangkunya di pisahkan tempat duduknya.

Memberikan perintah, guru melakukannya dengan cara menyuruh siswa

mengerjakan tugas dalam proses pembelajaran. Bagi yang tidak membuat tugas

guru mengancam siswa dengan tidak memberikan nilai tugas.

(6)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap individu yang hidup di jagat raya ini, karena pendidikan adalah usaha yang dilakukan dalam proses pencapaian kedewasaan. Di samping itu untuk mencapai pendidikan yang optimal maka dibutuhkan interaksi antara guru, siswa, lingkungan, dan masyarakat.

Pembelajaran sebagai bagian yang integral dari proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari sistem pendidikan itu sendiri. Pembelajaran adalah proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan peserta didik dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Undang- Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003, “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.

1

Pembelajaran merupakan suatu upaya membelajarkan atau suatu upaya mengarahkan aktivitas siswa ke arah aktivitas belajar. Didalam proses pembelajaran terkandung dua aktivitas sekaligus, yaitu aktivitas mengajar (guru) dan aktivitas belajar (siswa). Proses pembelajaran merupakan proses interaksi, yaitu interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.

2

1 Nandang Kosasih, Pembelajaran Kuantum dan Optimalisasi Kecerdasan, (Bandung:

Alfabeta, 2013), hlm. 21

2 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 9

(7)

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur- unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis, fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya.

3

Pembelajaran dipandang secara nasional sebagai suatu proses interaksi yang melibatkan komponen-komponen utama, yaitu peserta didik, pendidik, dan sumber belajar yang berlangsung dalam suatu lingkungan belajar. Dengan demikian, proses pembelajaran merupakan suatu sistem, yaitu satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

4

Aktivitas proses pembelajaran ditandai dengan terjadinya interaksi edukatif, yaitu interaksi yang sadar akan tujuan, berakar secara metodologis dari pihak pendidik (guru) dan kegiatan belajar secara pedagogis pada diri peserta didik, berproses secara sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pembelajaran tidak terjadi seketika, melainkan berproses melalui tahapan-tahapan yang dicirikan dengan karakteristik tertentu. Pertama, melibatkan proses mental siswa secara maksimal dalam proses pembelajaran.

3 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Bandung: Bumi Aksara, 2005), hlm. 57

4 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2008), hlm.195

(8)

Kedua, membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab secara terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampun berfikir siswa yang pada gilirannya dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.

5

Proses pembelajaran adalah segala upaya bersama antara guru dan siswa untuk berbagi dan mengolah informasi, dengan harapan pengetahuan yang diberikan bermanfaat dalam diri siswa dan menjadi landasan belajar yang berkelanjutan, serta diharapkan adanya perubahan-perubahan yang lebih baik untuk mencapai suatu peningkatan yang positif yang ditandai dengan perubahan tingkah laku individu demi terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan efesien. Sebuah proses pembelajaran yang baik akan membentuk kemampuan intelektual, berfikir kritis dan munculnya kreatifitas serta perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.

6

Tujuan pembelajaran adalah upaya membekali diri siswa dengan kemampuan-kemampuan yang bersifat pengalaman, pemahaman moral dan keterampilan sehingga mengalami perkembangan positif.

Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tersebut adalah mata pelajaran yang mencakup (ruang lingkup) di dalamnya Fiqh, Akidah Akhlak, Al-Qur’an Hadits, dan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Defenisi lain mengatakan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama Islam adalah perwujudan keserasian,

5 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 63

6 Nandang Kosasih, Pembelajaran Kuantum dan Optimalisasi Kecerdasan,...,hlm. 27

(9)

keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya, maupun lingkungan anak-anak.

7

Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam suatu pembelajaran.

8

Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran.

Guru sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar yang bertugas menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar yang lebih efektif dan efisien.

9

Sebelum mengajar, guru harus merencanakan kegiatan pengajaran secara sistematis, sehingga dapat terampil dalam proses belajar mengajar. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

10

Pada intinya guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang disyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran.

7 Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 73

8 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2011), hlm. 28

9 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1966), hlm. 33

10 UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, (Bandung: Fermana, 2006), hlm. 4

(10)

Oleh karena itu, membedah aspek profesionalisme guru berarti mengkaji kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru.

11

Pendukung terwujudnya pendidikan tersebut seluruh kompetensi yang berhubungan dengan pendidikan mesti melakukan kerja sama yang sinergis, sehingga tujuan pendidikan tersebut terealisasi Suatu keniscayaan bahwa guru Pendidikan Agama Islam mesti mengembangkan potensi pribadi, professional dan sosialnya sehingga pelaksanaan pengajaran peserta didik dapat terlaksana secara optimal dan maksimal. Pendidikan Agama Islam merupakan kegiatan pokok guru agama yang mengupayakan terwujudnya manusia yang seutuhnya dan cakap keterampilannya. Mengembangkan potensi pribadi, professional dan sosial tersebut dapat kita laksanakan melalui pendekatan yaitu pendekatan otoriter atau kekuasaan. Pendekatan otoriter atau kekuasaan adalah mengontrol tingkah laku anak didik.

Pendekatan otoriter atau kekuasaan merupakan mengontrol tingkah laku anak didik oleh guru, peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya. Didalamnya ada kekuasaan dalam norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas, melalui kekuasaan dalam bentuk norma itulah guru mendekatinya.

12

11 Syafrudin Nurdin, Basyiruddin Usman, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat press, 2004).

12 Syaful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996), hlm.

201

(11)

Pendekatan otoriter memandang bahwa pengelolaan kelas sebagai suatu pendekatan pengendalian perilaku peserta didik oleh guru. Pendekatan ini menempatkan guru dalam peranan menciptakan dan memelihara ketertiban di kelas dengan menggunakan strategi pengendalian. Tujuan guru yang utama ialah mengendalikan perilaku peserta didik. Tugas ini sering dilakukan guru dengan menciptakan dan menjalankan peraturan dan hukuman. Pendekatan otoriter janganlah dipandang sebagai strategi yang bersidat mengidentifikasi, guru yang mempraktekkan pendekatan otoriter tidak memaksakan kepatuhan, merendahkan peserta didik, dan tidak bertindak kasar. Guru otoriter bertindak untuk kepentingan peserta didik dengan menerapkan disiplin yang tegas. Pendekatan otoriter menawarkan lima strategi yang dapat diterapkan dalam pengelolaan kelas, yaitu : (1) menetapkan dan menegakkan peraturan, (2) memberikan perintah, pengarahan, dan pesan (3) menggunakan teguran, (4) menggunakan pengendalian dengan mendekati, dan (5) menggunakan pemisahan dan pengecualian.

13

Jadi, di samping harus menguasai substansi bidang studi yang dipegang.

Pendekatan dasar mengajar juga merupakan keterampilan menunjang untuk keberhasilan dalam proses pembelajaran. Guru sebagai salah seorang yang berperan aktif dalam pendidikan, harus professional dalam menempati kedudukannya. Untuk itu guru di tuntut punya Pendekatan dalam mengajar, yaitu Pendekatan otoriter atau kekuasaan. Pendekatan otoriter atau kekuasaan merupakan suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru

13 Junaidi, Pengelolaan Kelas, (STAIN Bukittinggi : Press, 2007), hlm. 26

(12)

disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas.

Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk menaatinya. Didalamnya ada kekuasaan dalam norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itulah guru mendekatinya.

14

Guru terampil sebaiknya melakukan berbagai upaya untuk peningkatan prestasi belajar siswa, hal tersebut merupakan tanggung jawab semua guru dalam memperoleh kualitas sumber daya manusia untuk mewujudkan hal di atas seorang guru di tuntut untuk memiliki pendekatan mengajar. Salah satu pendekatan yang harus dimiliki seorang guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar adalah pendekatan pengelolaan kelas. Pendekatan pengelolaan keles merupakan suatu pendekatan yang sangat perlu sekali digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar, karena pendekatan pengelolaan kelas ini merupakan suatu pendekatan yang digunakan oleh guru dalam mengatur kondisi kelas supaya terjadi proses pembelajaran secara efektif dan efisien.

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.

15

Contohnya penghentian tingkah laku anak didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas anak didik, atau penetapan norma kelompok yang produktif.

14 Syaful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar,... hlm. 201

15 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi..., hlm. 194

(13)

Tentu pengelolaan kelas yang seperti ini harus dilakukan oleh semua guru, salah satunya adalah guru bidang studi Fiqh. Mata pelajaran Fiqh ini dipelajari salah satunya disebuah sekolah tepatnya di MTsN Langgam Kinali Pasaman Barat.

Pendekatan otoriter digunakan guru dalam pengelolaan kelas untuk mengontrol tingkah laku peserta didik yang kurang disiplin didalam kelas, seperti berbicara sama teman yang di bicarakan bukan tentang pelajaran, meribut saat guru memberikan pelajaran dan terlambat masuk kelas. Maka dari itu digunakan pendekatan otoriter ini untuk pemberian sanksi atau hukuman pada siswa yang melanggar peraturan yang telah ditetapkan dalam kelas. Penulis melihat dalam mata pelajaran fiqh di kelas VII, karena siswa dikelas ini baru tamat dari sekolah dasar dan baru memasuki sekolah menengah sebagian dari siswa tersebut tingkah lakunya kurang disiplin. Penulis meneliti di MTsN Langgam Kinali, karena dalam proses pembelajarannya guru menggunakan pendekatan otoriter dalam pengelolan kelasnya.

Berdasarkan observasi awal ketika penulis melihat pada tanggal 14 Juli

2017 di MTsN Langgam Kinali Pasaman Barat dimana diperoleh kenyataan

bahwa masih terlihat guru yang kurang optimal dalam menggunakan pendekatan

yang berhubungan dengan penciptaan kondisi belajar yang optimal dan

pendekatan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar seperti

siswa terlambat masuk kelas padahal proses pembelajaran sudah dimulai, siswa

meribut dalam proses pembelajaran. Ketika banyak siswa yang terlambat serta

keributan yang terjadi dalam proses pembelajaran guru sulit untuk

(14)

mengembalikan konsentrasi siswa. Seharusnya guru mampu mengantisipasi hal ini dengan menggunakan pendekatan mengajar yang tepat. Berangkat dari permasalahan ini peneliti tertarik untuk meneliti dan membahas masalah ini dalam sebuah karya ilmiah yang berjudul: “Pendekatan Otoriter dalam Pengelolaan Kelas oleh Guru dalam Mata Pelajaran Fiqh di kelas VII MTsN Langgam Kinali Pasaman Barat”.

B. Batasan Masalah

Agar pembahasan ini tidak terlalu luas dan tidak menyimpang dari permasalahan yang dibahas maka penulis memberikan batasan masalah, Pendekatan otoriter dalam Pengelolaan Kelas yang dilakukan oleh guru dalam Mata Pelajaran Fiqh di kelas VII MTsN Langgam Kinali Pasaman Barat.

C. Rumusan Masalah

Untuk menghindari kemungkinan terjadinya kesalah pahaman dalam pembahasan ini yang menjadi rumusan dalam penelitian ini adalah:

Bagaimanakah pendekatan otoriter dalam Pengelolaan Kelas yang dilakukan oleh Guru dalam Mata Pelajaran Fiqh di kelas VII MTsN Langgam Kinali Pasaman Barat.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui pelaksanaan pendekatan otoriter dalam Pengelolaan Kelas yang

dilakukan oleh Guru dalam Mata Pelajaran Fiqh di kelas VII MTsN Langgam

Kinali Pasaman Barat.

(15)

E. Keguanaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka kegunaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Secara Teoritis

1. Sebagai partisipasi sumbangan penulis dalam menambah koleksi perpustakaan IAIN Bukittinggi.

2. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi penulis sebagai salah seorang calon sarjana Tarbiyah yang nantinya akan terjun ke tengah-tengah masyarakat dan bertugas sebagai pendidik khususnya yang berhubungan dengan dunia pendidikan.

3. Untuk memenuhi syarat-syarat dalam penulisan skiripsi untuk mencapai gelar sarjana (S.I) pada Fakultas Tarbiyah IAIN Bukittinggi Jurusan Pendidikan Agama Islam.

b. Secara Praktis 1. Bagi penulis

Untuk menambah wawasan dan pengalaman langsung berkenaan dengan pendekatan otoriter yang dilakukan Guru dalam Mata Pelajaran Fiqh di kelas VII MTsN Langgam Kinali Pasaman Barat.

2. Bagi pendidik dan calon pendidik

Dapat menambah pengetahuan dan sumbangan pemikiran tentang

pendekatan otoriter yang dilakukan Guru dalam Mata Pelajaran Fiqh di

kelas VII MTsN Langgam Kinali Pasaman Barat.

(16)

F. Penjelasan Judul

Agar tidak terjadi kesalah pengertian dalam memahami judul, maka penulis akan memberikan penjelasan lebih lanjut maksud pada judul di atas:

Pendekatan Otoriter : Pengendalian perilaku peserta didik oleh guru, peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk menaatinya.

16

Pengelolaan Kelas : Keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses interaksi edukatif.

17

Mata Pelajaran Fiqh: Suatu bagian mata pelajaran agama islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan hukum islam yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan.

18

Jadi dalam penelitian ini peneliti akan membahas tentang kecakapan atau kemampuan seorang guru dalam pengelolaan kelas sehingga kelas menjadi

16 Syaful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar,... hlm. 201

17 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi..., hlm. 194

18 Depertemen Agama RI, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi MTs, (Jakarta: Depag, 2004), hal. 46

(17)

kondusif di MTsN Langgam Kinali Pasaman Barat dengan penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan pada mata pelajaran Fiqh.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran dari masing-masing bab yang akan dibahas, maka dalam Sistematika Penulisan ini, skripsi ini dapat dibagi menjadi lima bab yaitu:

Bab I pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penjelasan judul dan sistematika penulisan.

Bab II landasan teoritis yang didalamnya mencakup yang berkenan dengan pendekatan otoriter dan pengelolaan kelas. Pada sub pendekatan otoriter akan dikemukakan pengertian pendekatan otoriter dan pelaksaan pendekatan otoriter.

Sedangkan pada sub bab pengelolaan kelas dikemukakan pengertian pengelolaan kelas, tujuan pengelolaan kelas, prinsip pengelolaan kelas, komponen pengelolaan kelas, pendekatan dalam pengelolaan kelas dan macam-macam masalah dalam pengelolaan kelas.

Bab III metodologi penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, teknik analisa data, teknik keabsahan data.

Bab IV hasil penelitian tentang pendekatan otoriter dalam pengelolaan kelas

yang dilakukan oleh guru dalam mata pelajaran fiqh di kelas VII MTsN Langgam

Kinali Pasaman Barat.

(18)

Bab V penutup berisikan kesimpulan dan saran.

(19)

BAB II

LANDASAN TEORITIS A. Pendekatan Otoriter

1. Pengertian Pendekatan Otoriter

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendekatan adalah “proses pembuatan, cara mendekati”.

19

Istilah pendekatan berasal dari bahasa inggris approach yang berarti “pendekatan”. Dalam pengajaran, approach di artikan sebagai a way of beginning something “cara memulai sesuatu”. Karena itu, pengertian pendekatan dapat diartikan cara memulai pembelajaran. Dan lebih luas lagi, pendekatan berarti seperangkat asumsi mengenai cara belajar- mengajar.

Pendekatan merupakan titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Roy Kallen mencatat bahwa terdapat dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centered approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centered approaches).

Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instuction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran ingkuiri dan discoveri secara pembelajaran induktif.

19 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1995), Edisi Kedua, Cet. Ke-4, hlm. 218

(20)

Menurut Sanjaya “pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.” Berdasarkan kajian terhadap pendapat ini, maka pendekatan merupakan langkah awal pembentukan suatu ide dalam memandang suatu masalah atau objek kajian. Pendekatan ini akan menentukan arah pelaksanaan ide tersebut untuk menggambarkan perlakuan yang diterapkan terhadap masalah atau objek kajian yang akan ditangani.

20

Pendekatan otoriter atau kekuasaan merupakan mengontrol tingkah laku anak didik oleh guru, peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya. Didalamnya ada kekuasaan dalam norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas, melalui kekuasaan dalam bentuk norma itulah guru mendekatinya.

21

Pendekatan otoriter memandang bahwa manajerial kelas sebagai suatu pendekatan pengendalian perilaku peserta didik oleh guru. Pendekatan ini menempatkan guru dalam peranan menciptakan dan memelihara ketertiban di kelas dengan menggunakan strategi pengendalian. Tujuan guru yang utama ialah mengendalikan perilaku peserta didik. Tugas ini sering dilakukan guru dengan menciptakan dan menjalankan peraturan dan hukuman. Pendekatan

20 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 380

21 Syaful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996), hlm.

201

(21)

otoriter janganlah dipandang sebagai strategi yang bersidat mengidentifikasi, guru yang mempraktekkan pendekatan otoriter tidak memaksakan kepatuhan, merendahkan peserta didik, dan tidak bertindak kasar. Guru otoriter bertindak untuk kepentingan peserta didik dengan menerapkan disiplin yang tegas.

2. Pelaksanaan Pendekatan Otoriter

Pendekatan otoriter menawarkan lima strategi yang dapat diterapkan dalam manajemen kelas, yaitu :

1) Menetapkan dan Menegakkan Peraturan

Menetapkan dan meneggakkan peraturan adalah kegiatan guru menggariskan pembatasan-pembatasan dengan memberitahukan kepada peserta didik yang diharapkan dan mengapa hal tersebut diperlukan. Dengan demikian, kegiatan menetapkan dan meneggakkan peraturan adalah proses mendefenisikan dengan jelas dan spesifik harapan guru mengenai perilaku peserta didik di kelas. Peraturan merupakan pedoman yang diformalkan yang menggambarkan perilaku yang dibenarkan dan yang tidak dibenarkan.

Maksud peraturan ini adalah menuntut untuk membatasi perilaku peserta

didik. Peraturan yang dirumuskan dengan jelas amatlah perlu agar peserta

didik dapat bekerja sesuai dengan peraturan. Mengenai peraturan

menyatakan apa yang dibenarkan sangatlah penting sehingga peserta didik

mengetahui apa yang harus dikerjakan dan mengetahui akibat pelanggaran

atas peraturan itu.

(22)

2) Memberikan Perintah, Pengarahan, dan Pesan

Memberikan perintah, pengarahan, dan pesan adalah strategi cara guna dalam mengendalikan perilaku peserta didik agar peserta didik melakukan sesuatu yang diinginkan guru. Perintah, pengarahan, dan pesan yang disampaikan dan dinyatakan dengan jelas dan mudah dipahami adalah sesuatu cara yang sesuai dan sempurna dalam mengendalikan perilaku peserta didik sepanjang tidak menggunakan paksaan untuk mengetahuinya.

3) Menggunakan Teguran

Menggunakan teguran adalah strategi mengelola kelas yang digunakan guru memarahi peserta didik yang berlaku tidak sesuai, yang melaggar peraturan dengan cara lemah lembut. Pandangan penganjur strategi ini merekomendasikan bahwa teguran adalah strategi yang efektif untuk mengembalikan peserta didik dari perilaku menyimpang yang ringan kepada perilaku yang diharapkan. Teguran dapat dilakukan dengan verbal maupun dengan non verbal dimaksudkan untuk memberitahukan dan bukan menuduh.

4) Menggunakan Pengendalian dengan Mendekati

Menggunakan pengendalian dengan mendekati adalah tindakan guru

bergerak mendekati peserta didik yang dilihatnya berperilaku menyimpang

atau cenderung menyimpang. Strategi ini dimaksud untuk mencegah

berkembangnya situasi yang mengacaukan atau yang mempunyai

kemungkinan mengacaukan, tindakan itu tidak dimaksudkan untuk

(23)

menghukum atau mengintimidasi. Strategi ini didasarkan pada asumsi bahwa kehadiran guru secara fisik akan cukup berhasil mencegah peserta didik berperilaku menyimpang.

5) Menggunakan Pemisahan dan Pengecualian

Menggunakan pemisahan dan pengecualian adalah strategi guru dalam merespon perilaku menyimpang peserta didik yang tingkat penyimpangan cukup berat. Strategi tersebut cukup efektif menanggulangi perilaku menyimpang yang kadarnya berat dari peserta didik, dan bahkan strategi ini tidak dianggap sebagai sesuatu yang bersifat menghukum.

22

Pembelajaran secara bahasa artinya mentransfer pengetahuan (transfer knowlidge). Pada hakikatnya pembelajaran merupakan suatu proses, yaitu proses mengatur dan mengorganisasikan lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar.

23

Kegiatan mengajar berhubungan dengan cara guru menjelaskan bahan kepada siswa.

Pada proses pembelajaran terdapat tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih maksimal di perlukan Pendekatan dasar dalam mengajar yang harus dipenuhi oleh seorang guru.

22 Junaidi, Pengelolaan Kelas, (STAIN Bukittinggi : Press, 2007), hlm. 26-28

23 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011), hlm.72

(24)

Kedudukan guru mempunyai arti penting dalam pendidikan. Arti penting itu bertolak dari tugas dan tanggung jawab guru yang cukup berat untuk mencerdaskan anak didiknya. Kerangka berpikir yang demikian menghendaki seorang guru untuk melengkapi dirinya dengan berbagai pendekatan yang diharapkan dapat membantu dan menjalankan tugasnya dalam interaksi edukatif.

24

Keharmonisan hubungan guru dengan peserta didik, tingginya kerja sama diantara peserta didik tersimpul dalam bentuk interaksi. Karena itu there are many forms of interaction between teacher and pupils, and between pupils.

25

Lahirnya interaksi yang optimal tentu saja bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas agar pembelajaran menjadi efektif. Menurut Syaiful Bahri,

26

pendekatan tersebut meliputi pendekatan kekuasaan, pendekatan ancaman, pendekatan kebebasan, pendekatan resep, pendekatan pembelajaran, pendekatan perubahan tingkah laku, pendekatan suasana emosi dan hubungan sosial, pendekatan proses kelompok dan pendekatan elektis atau pluralistik.

Pendekatan otoriter adalah pendekatan yang menempatkan guru dalam peranan menciptakan dan memelihara ketertiban di kelas dengan menggunakan strategi pengendalian. Guru otoriter bertindak untuk kepentingan siswa dengan

24 Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2000), hlm 99

25 Oscar A. Oeser, Teacher Pupil and Task / Elements of Sosial Psychologi Applied to Education, (London BCA: Associated Book Publishers Limited II New Fetter Lane, 1966), hlm 52.

26 Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), hlm. 200

(25)

menerapkan disiplin yang tegas. Bila timbul masalah-masalah yang merusak ketertiban atau kedisplinan kelas, maka perlu adanya pendekatan:

1) Perintah dan Larangan

Baik perintah maupun larangan dapat diterapkan atas dasar generalisasi masalah-masalah pengelolaan kelas tertentu. Seorang guru yang melaksanakan perintah dan larangan bersikap reaktif, namun jangkauannya hanya terbatas pada masalah-masalah yang timbul sewaktu-waktu saja, sehingga kemungkinan timbulnya masalah pada masa mendatang kurang dapat dicegah atau ditanggulangi secara tepat.

2) Penekanan dan Penguasaan

Pendekatan penekanan dan penguasaan ini banyak mementingkan pada diri guru, banyak memerintah, mengomel dan memarahi. Bila dalam menghadapi masalah pengelolaan kelas menggunakan pendekatan penekanan dan penguasaan, maka memungkinkan siswa untuk diam, tertib karena takut dan tertekan hatinya. Meskipun demikian, namun pendekatan ini kurang tepat karena kurang toleransi, dan kurang bijaksana.

3) Penghukuman dan Pengancaman

Pendekatan penghukuman muncul dalam berbagai bentuk tingkah laku

antara lain penghukuman dengan kekerasan, dengan larangan bahkan

pengusiran, menghardik atau menghentak dengan kata-kata yang kasar,

mencemooh menertawakan atau menghukum seseorang di depan siswa lain,

memaksa siswa untuk meminta maaf, memaksa dengan tuntutan tenentu, atau

(26)

bahkan dengan ancaman-ancaman. Pendekatan semacam ini termasuk penanganan yang kurang tepat, karena bersifat otoriter kurang manusiawi.

Hubungan pendekatan otoriter atau kekuasaan dengan pengelolaan kelas adalah sangat saling terkait karena didalam kelas dibutuhkan yang namanya ketertiban menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan.

Disiplin kelas merupakan keadaan tertib dalam suatu kelas yang didalamnya tergabung guru dan peserta didik taat kepada tata tertib yang telah ditetapkan.

Disiplin pada hakekatnya adalah pernyataan sikap mental dari individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan, yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan.

27

B. Pengelolaan Kelas

1. Pengertian Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata yaitu pengelolaan dan kelas.

Pengelolaan asal katanya adalah ”kelola”, ditambah awalan “pe” dan akhiran

“an”. Istilah lain dari kata pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris, yaitu “management”, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan.

Manajemen atau pengelolaan dalam pengertian umum menurut Suharsimi Arikunto adalah Pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan. Sedangkan kelas menurut Oemar Hamalik adalah suatu

27 Junaidi, Pengelolaan Kelas,..., hlm. 100

(27)

kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari guru yang sama.

28

Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran. Kesimpulan sederhananya adalah pengelolaan kelas merupakan kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan pengajaran.

29

Dalam konteks yang demikianlah kiranya pengelolaan kelas penting untuk diketahui oleh siapapun juga yang menerjunkan dirinya kedalam dunia pendidikan. Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana pembelajaran.

30

Didalam Al-Quran Allah SWT, berfirman dalam Surat AL-An’am (06): 135







































Artinya: Katakanlah "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, Sesungguhnya akupun berbuat (pula). kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan.

Dari ayat tersebut jelas bahwa sebagai seorang guru harus seoptimal mungkin dalam mengeluarkan segala kemampuannya dalam proses

28 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta :Rineka Cipta, 2002), hlm.

175

29 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar,..., hlm.176

30 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1966), hlm.44

(28)

pembelajaran, khususnya keterampilan dalam mengelola kelas agar proses pembelajaran yang dituju tercapai dengan baik.

Tugas guru di dalam kelas sebagian besar adalah membelajarkan peserta didik dengan menyelidiki kondisi belajar yang optimal. Kondisi belajar yang optimal dapat dicapai jika guru mampu mengatur peserta didik dan saran pembelajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pengaturan yang berkaitan dengan penyampaian pesan pengajaran (instruksional) atau dapat pula berkaitan dengan penyediaan kondisi belajar (pengelolaan kelas). Bila pengaturan kondisi dapat dikerjakan secara optimal, maka proses belajar berlangsung secara optimal pula. Tetapi bila tidak dapat disediakan secara optimal, tentu saja akan menimbulkan gangguan terhadap belajar mengajar.

31

Gangguan dapat bersifat sementara sehingga perlu dikembalikan ke dalam iklim belajar yang serasi, akan tetapi gangguan dapat pula bersifat cukup serius dan terus-menerus sehingga diperlukan kemampuan meremedial.

Disiplin itu sendiri sebenarnya merupakan akibat dari pengelolaan kelas yang efektif.

Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai bila guru mampu mengatur siswa dan saran pembelajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang sangat menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Hubungan interpersonal yang baik antara guru dan peserta didik, peserta didik sama peserta didik merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas.

31 Zainal Asri, Micro Teaching, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2012), hlm.72

(29)

Pengelolaan yang efektif merupakan prasyarat bagi terjadinya proses pembelajaran yang efektif. Keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikan ke kondisi yang optimal jika terjadi gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remedial.

32

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses interaksi edukatif.

33

Dengan kata lain kegiatan- kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses interaksi edukatif. Yang termasuk kedalam hal ini adalah misalnya penghentian tinglah laku anak didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas anak didik, atau penetapan norma kelompok yang produktif. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses interaksi edukatif yang efektif.

Sedangkan menurut Sardiman A.M pengelolaan kelas adalah menyediakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya proses belajar mengajar yang menyangkut mengatur tata ruang kelas yang memadai untuk pengajaran dan menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi.

34

Hadari Nawawi mengatakan bahwa kegiatan pengelolaan kelas dapat

32 Zainal Asri, Micro Teaching, …., h.73

33 Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2000), h.144

34Sardiman, A.M, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2011) Cet. Ke-20, hlm. 169

(30)

diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid.

35

Pengelolaan kelas merupakan hal yang berbeda dengan pengelolaan pengajaran. Pengelolaan pengajaran lebih menekankan pada perilaku peserta didik, menyusun rencana pelajaran, memberi informasi, bertanya, menilai dan sebagainya. Sedangkan pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan, penghentian tingkah laku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh penetapan norma kelompok yang produktif).

36

Jadi Pengelolaan Kelas adalah berbagai kegiatan yang sengaja dilakukan oleh guru dengan tujuan menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar. Sedangkan untuk pengajaran adalah segala jenis kegiatan yang dengan segaja dilakukan dan secara langsung dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus pengajaran.

35 Syaiful Bahri Djamarah, Dkk, Strategi Belajar Mengajar I,... , hlm. 85

36 Ahmad Rohani Dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1991) Cet. 1, h. 116

(31)

2. Tujuan Pengelolaan Kelas

Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan. Secara umum pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang demikian itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi pada siswa.

37

Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.

38

Terkait dari penjelasan diatas dalam hal pengelolaan kelas dapat pula ditinjau dari segi interaksi komunikatif. Artinya seorang guru dituntut mampu mengatur segala kondisi apapun yang terjadi didalam kelas saat pembelajaran berlangsung agar terciptanya komunikasi dua arah yaitu antara guru dengan murid, sehingga proses belajar-mengajar dapat berlangsung dengan baik. Hal ini bertujuan untuk memudahkan sekaligus meringankan tugas guru atau wali kelas.

Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya terkandung dalam tujuan pendidikan. Tujuan pengelolaan kelas adalah:

37 Sardiman, interaksi dan motivasi balajar mengajar, (Jakarta : PT Rja Grafindo Persada, 2011) cet. Ke-20, h. 169

38 Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar Mengajar I, (Jakarta :Rineka Cipta, 2002), hlm. 199-200

(32)

1) Penyediaan fasilitas bagi macam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas.

2) Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja.

3) Terciptanya suasana yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi pada siswa.

Sedangkan Arikunto dalam Djamarah berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.

3. Prinsip Pengelolaan Kelas

Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam kelas, prinsip- prinsip pengelolaan kelas dapat dipergunakan. Maka penting bagi guru untuk mengetahui dan menguasai prinsip-prinsip pengelolaan kelas, yang di uraikan berikut ini.

39

a. Hangat dan Antusias

Kehangatan dan keantusiasan guru dapat memudahkan terciptanya iklim kelas yang menyenangkan sehingga dapat mewujudkan kegiatan belajar yang optimal.

b. Tantangan

Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar

39 Junaidi, Pengelolaan kelas, (STAIN Bukittinggi: Press, 2007), hlm.10

(33)

sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.

c. Bervariasi

Penggunaan variasi dalam media, gaya dan interaksi belajar mengajar merupakan kunci pengelolaan kelas untuk menghindari kejenuhan serta pengulangan aktivitas yang menyebabkan menurunnya kegiatan belajar dan tingkah laku positif siswa.

d. Keluwesan

Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didik serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif.

e. Penekanan pada hal-hal yang positif

Pada dasarnya, dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif, dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif.

f. Penanaman disiplin diri

Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu guru sebaiknya selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut disiplin dalam segala hal.

40

40 Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar MengajarI, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), hlm. 206

(34)

4. Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas

Komponen-komponen keterampilan pengelolaan kelas ini pada umumnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif) dan keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal.

41

Kegiatan diatas akan diperjelas dan diperdalam dengan uraian berikut ini:

a. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif)

Keterampilan ini berhubungan dengan kompetensi guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran serta aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan keterampilan sebagai berikut:

1) Sikap tanggap

Seorang guru memperlihatkan sikap positif terhadap setiap perilaku yang muncul pada siswa dan memberikan tanggapan- tanggapan atas perilaku tersebut dengan maksud tidak menyudutkan kondisi siswa, perasaan tertekan dan memunculkan perilaku susulan yang kurang baik. Komponen ini ditunjukkan oleh tingkah laku guru bahwa ia hadir bersama mereka. Guru tahu kegiatan mereka,

41 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2002) Cet. Ke-22, hlm. 98

(35)

tahu ada perhatian atau tidak ada perhatian, tahu yang mereka kerjakan. Sikap ini dapat dilakukan dengan cara:

42

a) Memandang secara seksama

Memandang secara seksama dapat mengundang dan melibatkan anak didik kontak pandang dalam pendekatan guru untuk bercakap-cakap, bekerja sama dan menunjukan rasa persahabatan.

b) Gerak mendekati

Gerak guru dalam posisi mendekati kelompok kecil atau individu menandakan kesiagaan, minat dan perhatian guru yang diberikan terhadap tugas serta aktifitas anak didik. Gerak mendekati hendaklah dilakukan secara wajar, bukan untuk menakut-nakuti, mengancam atau memberi kritikan dan hukuman.

c) Memberi pernyataan

Pernyataan guru terhadap sesuatu yang dikemukakan oleh anak didik sangat diperlukan, baik berupa tanggapan, komentar, ataupun yang lainnya.

d) Memberi reaksi terhadap gangguan dan ketak-acuhan

Kelas tidak selamanya tenang, pasti ada gangguan. Hal ini perlu guru sadari dan jangan dibiarkan. Teguran guru merupakan tanda bahwa guru ada bersama anak didik. Teguran

42 Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif,.., hlm.150

(36)

haruslah diberikan pada saat yang tepat dan sasaran yang tepat pula, sehingga dapat mencegah meluasnya penyimpangan tingkah laku.

2) Memberi perhatian

Pengelolaan kelas yang efektif terjadi bila guru mampu memberi perhatian kepada beberapa kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang sama. Membagi perhatian dapat dilakukan dengan cara:

43

a) Visual

Guru dapat mengubah pandangannya dalam memperhatikan kegiatan pertama sedemikian rupa sehingga ia dapat melihat kegiatan kedua, tanpa kehilangan perhatian pada kegiatan pertama. Kontak pandang ini bisa dilakukan terhadap kelompok anak didik atau anak didik secara individual.

b) Verbal

Guru dapat memberi komentar, penjelasan, pertanyaan dan sebagainya terhadap aktivitas anak didik pertama sementara ia memimpin dan terlibat supervisi pada aktivitas anak didik yang lain.

3) Pemusatan perhatian kelompok

Kegiatan siswa dalam pembelajaran dapat dipertahankan apabila dari waktu ke waktu guru mampu memusatkan perhatian

43 Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif,.., hlm.151

(37)

kelompok terhadap tugas yang dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:

a) Menyiagakan siswa

Memusatkan perhatian siswa kepada suatu hal sebelum guru menyampaikan materi pokok.

b) Menuntut tanggung jawab siswa

Hal ini berhubungan dengan cara guru memegang kewajiban dan tanggung jawab yang dilakukan oleh siswa serta keterlibatan siswa dalam tugas-tugas.

c) Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas

Untuk mengarahkan kelompok ke dalam pusat perhatian seperti dijelaskan di atas, juga memudahkan anak menjalankan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya maka tugas guru adalah memaparkan setiap pelaksanaan tugas-tugas tersebut sebagai petunjuk pelaksanaan yang harus dilaksanakan anak secara bertahap dan jelas.

4) Menegur

Permasalahan bisa terjadi dalam hubungan antara siswa dengan

siswa dan siswa dengan guru. Permasalahan dalam hubungan

tersebut bisa terjadi dalam konteks pembelajaran, sehingga guru

sebagai pemegang kendali kelas harus mampu memberikan teguran

yang sesuai dengan tugas dan perkembangan siswa. Sifat dari

teguran bukan dari hal yang memberikan efek penyerta yang

(38)

menimbulkan ketakutan pada siswa tapi bagaimana siswa bisa tahu dengan kesalahan yang dilakukannya.

5) Memberi penguatan

Penguatan adalah upaya yang diarahkan agar prestasi yang dicapai dan perilaku-perilaku yang baik akan dipertahankan oleh siswa atau bahkan mungkin ditingkatkan atau dapat ditularkan ke siswa lainnya. Penguatan yang dimaksudkan dapat berupa reward yang bersifat non material juga yang bersifat material tapi tidak berlebihan .

b. Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal

Keterampilan ini berkaitan dengan tanggapan guru terhadap anak didik yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan kegiatan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Apabila terdapat anak didik yang menimbulkan gangguan yang berulang-ulang walaupun guru telah menggunakan tingkah laku dan tanggapan yang sesuai, guru dapat meminta bantuan kepala sekolah, konselor sekolah, atau orang tua anak didik untuk membantu mengatasinya.

Bukanlah kesalahan profesional guru apabila ia tidak dapat

menangani setiap masalah anak didik dalam kelas. Namun pada tingkat

tertentu guru dapat menggunakan seperangkat strategi untuk tindakan

(39)

perbaikan terhadap tingkah laku anak didik yang terus menerus menimbulkan gangguan dan yang tidak mau terlibat dalam tugas kelas. Strategi itu adalah:

44

1) Memodifikasi tingkah laku

Modifikasi tingkah laku adalah menyesuaikan bentuk-bentuk tingkah laku kedalam tuntutan kegiatan pembelajaran sehingga tidak muncul pada diri anak tentang penilaian yang kurang baik. Guru menganalisis tingkah laku anak didik yang mengalami masalah atau kesulitan dan berusaha memodifikasi tingkah laku tersebut dengan mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistematis.

2) Pengelolaan kelompok

Kelompok kecil ataupun kelompok belajar di kelas adalah merupakan bagian pencapaian tujuan pembelajaran dan strategi yang diterapkan oleh guru. Kelompok biasa muncul secara informal seperti teman bermain, teman seperjalanan, gender dan lain-lain. Untuk kelancaran pembelajaran dan pencapaian tujuan pembelajaran maka kelompok yang ada dikelas itu harus dikelola dengan baik oleh guru.

Guru dapat menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara:

45

a) Memperlancar tugas-tugas: Mengusahakan terjadinya kerja sama yang baik dalam pelaksanaan tugas.

44 Junaidi, Pengelolaan Kelas, (STAIN Bukittinggi Press: 2007), hlm.15

45 Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif,.., hlm.156

(40)

b) Memelihara kegiatan-kegiatan kelompok: Memelihara dan memulihkan semangat anak didik dan menangani konflik yang timbul.

3) Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah

Permasalahan memiliki sifat perenial (akan selalu ada) dan nurturan effect, oleh karna itu permasalahan akan muncul didalam kelas kaitannya dengan interaksi dan akan diisi oleh dampak pengiring yang besar bila tidak biasa di selesaikan. Guru dapat melakukan seperangkat cara untuk mengendalikan tingkah laku keliru yang muncul, dan ia mengetahui sebab-sebab dasar yang mengakibatkan ketidak patuhan tingkah laku tersebut serta berusaha untuk menemukan pemecahannya. Guru harus datang mendeteksi permasalahan yang mungkin muncul dan dengan secepatnya mengambil langkah penyelesain sehingga ada solusi untuk masalah tersebut.

5. Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas

Sebagai pekerjaan profesional, seorang guru harus mendalami

kerangka acuan pendekatan-pendekatan kelas, sebab di dalam penggunaannya

ia harus terlebih dahulu meyakinkan bahwa pendekatan yang dipilihnya untuk

menangani suatu kasus pengelolaan kelas merupakan alternatif yang terbaik

sesuai dengan hakikat masalahnya. Artinya seorang guru terlebih dahulu

(41)

harus menetapkan bahwa penggunaan suatu pendekatan memang cocok dengan hakikat masalah yang ingin ditanggulangi.

Agar mampu melakukan pengelolaan dengan baik, maka seorang guru atau calon guru dapat menggunakan beberapa pendekatan dalam meminimalisir terjadinya kelas yang tidak kondusif, di antara pendekatan- pendekataan tersebut adalah:

a. Behavior-Modificasian Approuch (pendekatan perubahan tingkah laku) Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa dan dari belum menghayati nilai-nilai serta dari belum kepada menguasai keterampilan-keterampilan tertentu.

Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku peserta didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran dengan baik.

46

Pendekatan ini bertolak dari psikologi behavior yang mengemukakan asumsi bahwa:

a) Semua tingkah laku, yang “baik” maupun yang “kurang baik”

merupakan hasil proses belajar.

b) Ada sejumlah kecil proses psikologi yang fundamental yang dapat digunakan untuk menjelaskan terjadinya proses belajar yang

46Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,..., hlm. 202

(42)

dimaksud. Adapun proses psikologi yang dimaksud adalah penguatan positif, hukuman, penghapusan dan penguatan negatif.

Untuk membina tingkah laku yang dikehendaki guru harus memberi penguatan positif (memberi stimulus positif sebagai ganjaran) atau penguatan negatif (menghilangkan hukuman, suatu stimulus negatif), sedangkan untuk mengurangi tingkah laku yang tidak dikehendaki, guru menggunakan hukuman (memberi stimulus negatif), penghapusan (pembatalan pemberian ganjaran yang sebenarnya diharapkan peserta didik) atau time out (membatalkan kesempatan peserta didik untuk memperoleh ganjaran, baik yang berupa “barang” maupun yang berupa kegiatan yang disenanginya).

Penguatan ini sendiri ada dua macam, yaitu penguatan primer (yang menjadi penguat secara tanpa dipelajari seperti makanan, air, kehangatan badaniah, dan sebagainya), dan penguatan sekunder (yang menjadi penguat sebagai hasil proses belajar). Penguatan sekunder ini ada yang dinamakan penguatan sosial (perhatian, pujian, dan sebagainya) dan ada pula yang dinamakan penguatan simbolik (nilai, biji atau tanda-tanda penghargaan lainnya). Ada pula yang dinamakan penguatan dalam bentuk kegiatan (permainan atau kegiatan lain yang disenangi peserta didik).

Hukuman merupakan sarana pengelolaan kelas yang kontoversial.

Sebagian menganggap bahwa hukuman merupakan alat yang efektif

dengan segera menghentikan tingkah laku yang tidak dikehendaki di

samping sekaligus bisa merupakan suri tauladan bagi peserta didik lain

(43)

karena secara tegas mendefenisikan tingkah laku yang tidak dikehendaki, akan tetapi akibat sampingan akan serius.

47

b. Socio-Emotional-Climate Aprroach (pendekatan suasana emosi dan hubunga sosial)

Dalam pendekatan ini pengelolaan kelas merupakan suatu proses menciptakan iklim atau suasana emosional dan hubungan sosial yang positif dalam kelas baik antara guru dengan peserta didik maupun antar peserta didik dengan peserta didik. Suasana emosional dan hubungan sosial yang positif, artinya ada hubungan timbal balik yang baik dan positif antara guru dengan peserta didik, antara peserta didik dengan peserta didik. Tugas guru berdasarkan pendekatan ini adalah menciptakan hubungan pribadi yang sehat.

48

Untuk itu pendekatan pengelolaan kelas ini mengasumsikan dua asumsi pokok yaitu:

1) Proses belajar mengajar yang efektif mempersyaratkan iklim sosio-emosional yang baik dalam arti terdapat hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan peserta didik dan antara peserta didik dengan peserta didik.

2) Guru menduduki posisi terpenting bagi terbentuknya iklim sosio- emosional yang baik itu.

47Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran,...., hlm. 140-141

48Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, StrategiBelajarMengajar,..., hlm. 203-204

(44)

c. Group-Processess Aproach (pendekatan proses kelompok)

Pendekatan ini didasarkan pada psikologi soial dan dinamika kelompok, oleh karena itu maka asumsi pokoknya adalah:

1) Pengalaman belajar sekolah berlangsung dalam konteks kelompok sosial.

2) Tugas guru yang terutama dalam pengelolaan kelas adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif dan kohesif.

Menurut Richard A. Schmuck dan Patricia A Schmuck unsur-unsur

pengelolaan kelas dalam rangka pendekatan group process adalah: (1)

harapan timbal balik (mutual expectation) tingkah laku guru dengan

peserta didik dan antar peserta didik sendiri, (2) kepemimpinan baik dari

guru maupun dari peserta didik yang mengarahkan kegiatan kelompok ke

arah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, (3) pola persahabatan

(attraction) antara anggota kelas, semakin baik ikatan persahabatan yang

dimaksud semakin besar peluang kelompok menjadi produktif, (4) norma,

dalam arti dimiliki serta dipertahankan norma kelompok yang produktif

serta diubah dan digantinya norma yang kurang produktif. (5) terjadinya

komunikasi yang efektif dalam arti si penerima pesan

menginterpretasikan secara benar pesan yang ingin disampaikan oleh si

pengirim pesan. (6) cohesiveness, yakni perasaan keterikatan masing-

masing anggota terhadap kelompok, secara keseluruhan semakin tinggi

derajat perasaan keterikatan maka anggota semakin memperoleh

(45)

kepuasan sebagai hasil dari keanggotaannya dalam kelompok yang bersangkutan.

49

d. Eclectic Aproach

Akhirnya, apabila disimak secara seksama maka ketiga pendekatan yang telah diuraikan di atas adalah ibarat sudut pandangan yang berbeda- beda terhadap objek yang sama. Oleh karena itu maka seorang guru sedianya menggunakan pendekatan elektik. Untuk pendekatan ini maka seorang guru sedianya:

1) Menguasai pendekatan-pendekatan pengelolaan kelas yang potensial, dalam hal ini pendekatan perubahan tingkah laku.

2) Dapat memilih pendekatan yang tepat dan melaksanakan prosedur yang sesuai dengan baik dalam masalah pengelolaan kelas.

Pendekatan elastis disebut juga dengan pendekatan pluralistis, yaitu suatu pendekatan pengelolaan kelas yang menekankan pada bagaimana menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan proses pembelajaran berjalan efektif dan efisien. Dalam hal ini guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan untuk menciptakan dan

49 Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran,.., hlm. 152

Referensi

Dokumen terkait

Satu aspek terpenting vang ditekankan dalam perlaksanaan kurikulum di peringkat sekolah adalah menerapkan penghavatan etika kebangsaan dan nilai-nilai moral vang mumi dalam

Data pasien berupa identitas pasien, keluhan, diagnosis, hasil laboratorium dan terapi yang didapatkan dikelompokkan berdasarkan subjective dan objective, kemudian dilakukan

Oleh karena itu, OJK telah menyusun Roadmap Keuangan Berkelanjutan Tahap I (2015 - 2019) sebagai langkah awal meningkatkan kesadaran dan kapasitas Industri Jasa Keuangan

Uji lanjut Tukey menunjukkan bahwa kandungan protein pada umur panen 27 hari, 18 hari, dan 9 hari mempunyai perbedaan yang signifikan satu dengan yang

Mengkoordinasikan seluruh kegiatan pertanggungjawaban administrasi klaim bagi pasien JKN agar berjalan dengan baik dan lancar pada tingkat tim, medis dan para

Berkaitan dengan hal tersebut peneliti berupaya mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis inkuiri pada pembelajaran tematik integratif untuk meningkatkan kemampuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penguasaan gerak dasar motorik pada siswa kelas V di SD Negeri 3 Ketol. 1.6

Pihak pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah