• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

F. Mengidentifikasi Keputusan Struktur Modal

Perusahaan pada umumnya mempertimbangkan faktor-faktor berikut yang mungkin mempunyai pengaruh penting terhadap struktur modal yang optimal.

Menurut J. Fred . Weston dan Eugene F. Brigham dalam Anggie Putranto (2007:14-19), ada beberapa kriteria yang diperhatikan dalam mengecek keputusan struktur modal diantaranya adalah:

1) Stabilitas Penjualan

Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil mungkin akan lebih gampang memperoleh pinjaman yang mengakibatkan biaya tagihan tetapnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Selama ini dapat menggunakan leverage keuangan yang lebih tinggi dari perusahaan biasa.

2) Struktur Aktiva

Apabila aktiva perusahaan cocok untuk dijadikan anggunan kredit, perusahaan tersebut cenderung menggunakan banyak hutang. Aktiva multiguna yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan merupakan anggunan yang baik.

3) Leverage Operasi

Jika hal-hal lain sama, perusahaan dengan leverage operasi yang lebih kecil lebih mampu untuk memperbesar leverage keuangan karena interaksi leverage operasi dan keuanganlah yang

mempengaruhi penurunan penjualan terhadap laba operasi dan arus kas bersih secara keseluruhan.

4) Tingkat Pertumbuhan

Jika hal-hal lain sama, perusahaan yang tumbuh dengan pesat terpaksa lebih banyak bergantung pada modal external. Lebih jauh lagi, biaya emisi untuk penjualan saham biasa lebih besar daripada biaya untuk penerbitan surat hutang. Karena itu , perusahaan yang tumbuh pesat cenderung lebih banyak menggunakan hutang daripada perusahaan yang tumbuh secara lambat.

5) Profitabilitas

Beberapa pengamatan menunjukan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Pada dasarnya memang tidak membutuhkan banyak pembiayaan dengan hutang. Laba ditahannya yang tinggi sudah memadai untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan.

6) Pajak

Bunga adalah beban yang dapat dikurangkan untuk tujuan perpajakan (deducibleexpense), dan pengurangan tersebut sangat bernilai bagi perusahaan yang terkena tarif pajak yang tinggi. Karena itu, makin tinggi tarif pajak perusahaan, makin besar keuntungan dari penggunaan hutang.

7) Pengendalian

Pengaruh akibat penerbitan surat surat hutang dengan saham terhadap posisi pengendalian manajemen bisa mempengaruhi struktur modal. Jika manajemen saat ini mempunyai hak suara untuk mengendalikan perusahaan (mempunyai lebih 50 persen dari saham) tetapi sama sekali tidak diperkenakan untuk membeli saham tambahan. Maka pembiayaan tambahan mungkin akan dipenuhi dengan pinjaman. Dipihak lain manajemen mungkin juga lebih menghendaki penggunaan ekuitas daripada hutang jika kondisi keuangan perusahan begitu lemahnya sehingga penggunaan hutang dapat menyebabkan perusahaan menuju kebangkrutan. Sebab apabila peusahaan jatuh pailit (bangkrut). Para manajer tersebut akan kehilangan pekerjaan. Akan tetapi, jika jumlah hutangnya terlalu kecil, ada resiko bahwa perusahaan akan diambil alih oleh perusahaan lain. Dengan demikian, masalah pengendalian tidak selalu menghendaki penggunaan hutang atau ekuitas karena jenis modal yang memberi keamanan bagi manajemen bervariasi dari suatu situasi ke situasi lainnya. Akan tetapi, jika posisi manajemen sama sekali tidak aman, maka pastilah pengaruh struktur modal terhadap pengendalian perusahaan akan dipertimbangkan.

8) Sikap Manajemen

Dengan tidak adanya bukti bahwa struktur modal yang sama akan membuat harga saham lebih tinggi daripada struktur modal lainnya. Manajemen dapat menilai sendiri struktur modal yang dianggap tepat. Ada manajemen yang lebih konservatif daripada manajemen lainnya sehingga menggunakan jumlah hutang yang lebih kecil daripada rata-rata industri. Sementara untuk manajemen lain berlaku hal sebaliknya.

9) Sikap Pemberi Pinjaman dan Perusahaan Penilai Kredibilitas (Rating Agency)

Walaupun manajer mempunyai analisis sendiri mengenai leverage

yang tepat bagi perusahaannya namun sering kali sikap pemberi pinjaman dan perusahaan penilai kredibilitas sangat berpengaruh terhadap keputusan struktur keuangan. Pada umumnya, perusahaan membicarakan struktur keuanganya dengan pemberi pinjaman dan perusahaan penilai kredibilitas dan nasihat yang diterima sangat diperhatikan.

10) Kondisi Pasar

Kondisi di pasar saham dan obligasi mengalami perubahan jangka panjang dan pendek yang bisa mempunyai pengaruh penting terhadap struktur modal perusahaan yang optimal. Karena itu, perusahaan yang mempunyai peringkat rendah dan membutuhkan modal terpaksa beralih ke pasar saham atau pasar hutang jangka

pendek, tanpa memperdulikan struktur modal yang mereka targetkan. Akan tetapi, setelah keadaan membaik perusahaan bersangkutan dapat menata ulang struktur modalnya sehingga cocok dengan struktur yang ditargetkan semula.

11) Kondisi Internal Perusahaan

Kondisi internal perusahaan juga berpengaruh terhadap struktur modal yang ditargetkan.

12) Fleksibilitas Keuangan

Fleksibilitas keuangan perusahaan harus dipertahankan. Fleksibilitas keuangan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti perkiraan kebutuhan dana perusahaan, Perkiraan kondisi pasar modal, keyakinan manajemen atas perkiraannya dan konsekuensi– konsekuensi dari terjadinya kekurangan modal.

Menurut Maness dalam Januarino (2006:19-22), ada beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan struktur modal yang optimal, yaitu :

(a) Stabilitas Penjualan

Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil.

(b) Operating Leverage

Perusahaan yang mengurangi leverage operasinya lebih mampu untuk menaikkan penggunaan leverage

keuangan (hutang). (c) Corporate Taxes

Karena bunga tax-deductable, ada sebuah keuntungan jika menggunakan hutang. Marginal tax rate perusahaan yang lebih tinggi, maka keuntungan menggunakan hutang akan lebih tinggi, semua yang lainnya dianggap sama.

(d) Kadar Resiko Dari Aktiva

Tingkat atau kadar resiko dari setiap aktiva didalam perusahaan adalah tidak sama. Makin panjang jangka waktu penggunaan suatu aktiva didalam perusahaan, makin besar derajat resikonya. Perkembangan dan kemajuan teknologi serta ilmu pengetahuan yang tiada henti, dalam artian ekonomis dapat mempercepat tidak digunakannya suatu aktiva, meskipun dalam artian teknis masih dapat digunakan.

(e) Lenders dan Rating Agencies

Jika perusahaan menggunakan hutang semakin berlebih, maka pihak lenders akan mulai meminta tingkat bunga yang lebih tinggi dan rating agencies

akan mulai menurunkan rating pada tingkat hutang perusahaan.

(f) Internal Cash Flow

Tingkat internal cash flow yang lebih tinggi dan lebih stabil dapat menjastifikasi sebuah tingkat leverage lebih stabil.

(g) Pengendalian

Banyak perusahaan sekarang meningkatkan tingkat hutangnya dan memulai dengan menerbitkan hutang baru hingga repurchase outstanding commonstock. Tujuan dari peningkatan hutang tersebut adalah untuk mendapatkan return yang lebih tinggi, sedangkan pembelian kembali saham bertujuan untuk lebih meningkatkan tingkat pengendalian.

(h) Kondisi Ekonomi

Kondisi ekonomi seperti sekarang ini dan juga kondisi pada pasar keuangan dapat mempengaruhi keputusan struktur modal. Ketika tingkat suku bunga tinggi, mungkin keputusan pendanaan lebih mengarah pada

short-term debt, dan akan dilakukan refinance dengan

long-term debt atau equity jika kondisi pasar memungkinkan.

(i) Preferensi Pihak Manajemen

Preferensi manajemen terhadap resiko dan gaya manajemen mempunyai peran dalam hubungannya dengan kombinasi debt-equity perusahaan pada struktur modalnya.

(j) Debt Covenant

Uang yang dipinjam dari sebuah bank dan juga penerbitan surat hutang dan terwujud melalui serangkaian kesepakatan (debt covenant).

(k) Agency cost

Agency cost adalah sebuah biaya yang diturunkan guna memonitor kegiatan pihak manajemen untuk menjamin bahwa kegiatan mereka selaras dengan persetujuan antara manajer, kreditur dan juga para shareholders. (l) Profitabilitas

Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi, dan penggunaan internal financing yang lebih besar dapat menurunkan penggunaan hutang (rasio hutang).

Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2001:297-299), struktur modal suatu perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor yang utama adalah :

(a) Tingkat Bunga

Pada waktu perusahaan merencanakan pemenuhan kebutuhan modal adalah sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga yang berlaku pada waktu itu. Tingkat bunga akan mempengaruhi pemilihan jenis modal apa yang akan ditarik, apakah perusahaan akan mengeluarkan saham ataukah obligasi.

(b) Stabilitas dari Earnings

Suatu perusahaan yang mempunyai earnings yang stabil akan selalu dapat memenuhi kewajiban finansialnya sebagai akibat dari penggunaan modal asing. Sebaliknya perusahaan yang mempunyai

earnings yang tidak stabil dan unpredictable akan menanggung resiko tidak dapat membayar beban bunga pada tahun atau keadaan yang buruk.

(c) Susunan dari Aktiva

Kebanyakan perusahaan manufaktur dimana sebagian besar dari modalnya tertanam dalam aktiva tetap, akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri, sedangkan modal asing sifatnya adalah sebagai pelengkap. Sementara itu, perusahaan yang sebagian besar dari aktivanya adalah aktiva lancar akan mengutamakan

pemenuhan kebutuhan dananya dengan hutang jangka pendek.

(d) Kadar Resiko dari Aktiva

Tingkat atau kadar resiko dari setiap aktiva didalam perusahaan adalah tidak sama. Makin panjang jangka waktu penggunaan suatu aktiva Di dalam perusahaan, makin besar derajat resikonya. Dengan perkembangan dan kemajuan teknologi serta ilmu pengetahuan yang tiada henti, dalam artian ekonomis dapat mempercepat tidak digunakannya suatu aktiva, meskipun dalam artian teknis masih dapat digunakan.

(e) Besarnya Jumlah Modal yang Dibutuhkan

Apabila jumlah modal yang dibutuhkan sangat besar, maka dirasakan perlu bagi perusahaan tersebut untuk mengeluarkan beberapa golongan sekuritas secara bersama-sama, sedangkan bagi perusahaan yang membutuhkan modal yang tidak begitu besar cukup hanya mengeluarkan satu golongan sekuritas saja. (f) Keadaan Pasar Modal

Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan disebabkan karena adanya gelombang konjungtur. Pada umumnya apabila gelombang meninggi (up-saving) para investor lebih tertarik untuk menanamkan

modalnya dalam saham. Oleh karena itu, dalam rangka mengeluarkan atau menjual sekuritas-nya, perusahaan harus menyesuaikan dengan keadaan pasar modal tersebut.

(g) Sifat Manajemen

Sifat manajemen akan mempunyai pengaruh langsung dalam pengambilan keputusan mengenai cara pemenuhan kebutuhan dana.

(h) Besarnya Suatu Perusahaan

Perusahaan yang lebih besar dimana sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualannya dibandingkan perusahaan yang lebih kecil.

Selain itu, menurut Awat dan Mulyadi dalam Januarino (2006: 24-27), dalam penentuan struktur modal, perlu diperhatikan beberapa faktor yang dianggap dominan. Faktor-faktor tersebut antara lain :

(a) Tujuan Perusahaan

Tujuan manajer adalah memakmurkan para pemegang saham, maka struktur modal yang optimal adalah yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan. Sedangkan jika tujuan para manajer itu hanya memaksimumkan

keamanan pekerjaannya maka struktur modal yang digunakan cukup terletak pada leverage rata-rata perusahaan lain yang sejenis.

(b) Tingkat leverage untuk perusahaan yang sama dengan perusahaan manufaktur.

(c) Kemampuan Dana Intern

Penentu bagi dana internal adalah tingkat pertumbuhan pendapatan. Jika tingkat pertumbuhan pendapatan tinggi, memungkinkan bagi manajemen memperoleh dana yang lebih besar dari laba ditahan sehingga akan mengurangi dana pinjaman. Selain itu, kebijakan

deviden juga berpengaruh terhadap kemampuan dana

internal.

(d) Perumusan Kepemilikan dan Pengendalian

Apabila saham yang ada dalam suatu perusahaan hanya dimiliki oleh sejumlah kecil pemegang saham, maka pihak manajemen akan segan untuk mengeluarkan saham baru.

(e) Batas Kredit

Batasan kredit juga dipengaruhi oleh persepsi pihak kreditur tentang perusahaan.

(f) Besarnya Perusahaan

Suatu perusahaan yang berukuran besar akan lebih mudah memperoleh pinjaman dibandingkan dengan perusahaan kecil.

(g) Pertumbuhan Aktiva Perusahaan

Pertumbuhan aktiva dapat dijadikan indikator bagi kesempatan pengembangan perusahaan pada waktu yang akan datang. Jadi pertumbuhan aktiva dapat memberikan gambaran bagi kebutuhan dana total dalam suatu perusahaan.

(h) Stabilitas Pendapatan atau Earnings

Seperti diketahui bahwa variabilitas pendapatan dapat dijadikan ukuran bagi resiko bisnis. Kreditur cenderung bersedia memberikan pinjaman kepada perusahaan yang memiliki pendapatan yang stabil.

(i) Biaya Hutang

Jika biaya hutang lebih besar dari rentabilitas aktiva, maka penambahan hutang akan memberikan efek yang kurang mendukung bagi rentabilitas modal sendiri. (j) Biaya Modal Sendiri

Biaya modal sendiri (cost of equity) direfleksikan melalui harga saham. Naik turunnya harga saham menunjukkan harapan bagi pembelanjaan modal sendiri

yang murah ataupun mahal, sehingga dapat membuat penarikan hutang yang kurang maupun lebih menarik. (k) Tarif Pajak

Berhububung pembayaran bunga merupakan tax deductable bagi perusahaan, maka pembelanjaan dengan menggunakan hutang akan menjadi lebih menarik.

(l) Perkiraan Tingkat Inflasi

Tingkat inflasi akan mempengaruhi permintaan dan penawaran dana. Dalam keadaan inflasi yang tinggi perusahaan menyenangi pembelanjaan melalui hutang. (m) Kemampuan Sumber Dana Pinjaman

Penawaran bagi dana pinjaman dipengaruhi oleh kebijaksanaan pemerintah. Berkurangnya ketersediaan dana ekstern akan mengakibatkan pembelanjaan hutang menjadi mahal.

(n) Kebiasaan Umum di Pasar Modal

Kecenderungan investor yang lebih menyenangi surat- surat berharga dari bank, perusahaan asuransi dan

public utility akan menyulitkan perusahaan untuk segera mengubah struktur modalnya.

(o) Struktur Aktiva

Jika komposisi aktiva suatu perusahaan bersifat capital intensive berarti perusahaan mengutamakan pembelanjaan modal sendiri, artinya modal pinjaman hanya merupakan pelengkap, terutama bagi pembiayaan modal kerja.

Menurut Handono Mardiyanto (2009:259), bahwa struktur modal dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti:

(a) Resiko bisnis. (b) Pajak.

(c) Fleksibilitas financial. (d) Sikap manajer.

Komposisi dari hutang jangka panjang (Long Term Debt), saham preferen, dan saham biasa merupakan struktur modal perusahaan yang akan mempengaruhi biaya modal secara keseluruhan, karena itu akan menjadi perhatian utama dalam menentukan keputusan investasi (Hendra S Raharjaputra, 2009:212).

Selain teori-teori tentang faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal, masih banyak lagi yang mengemukakan pendapatnya tentang hal tersebut. Dari beberapa faktor yang dipilih oleh mereka, pada umumnya mempunyai kesamaan dengan latar belakang alasan yang hampir sama pula.

Ada tiga jenis laporan keuangan berdasarkan informasi yang dikandungnya antara lain:

(a) Neraca (Balance Sheet)

Neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan kondisi financial perusahaan pada satu periode waktu tertentu. Neraca merupakan laporan tentang aktiva, kewajiban dan ekuitas pemegang saham perusahaan pada suatu tanggal tertentu.

(b) Laporan rugi laba (Income Statement)

Laporan rugi laba adalah ringkasan profitabilitas perusahaan selama periode waktu tertentu. Laporan rugi laba ini menunjukkan penghasilan (revenues) yang diperoleh selama satu periode, biaya yang dikeluarkan dalam satu periode dan elemen-elemen lain pembentuk laba. Laporan ini pada dasarnya mencerminkan perbedaan antara penghasilan dan biaya perusahaan selama periode tertentu sehingga menghasilkan keuntungan bersih perusahaan.

(c) Laporan arus kas (Statement of cash flow)

Laporan arus kas merupakan laporan yang memuat aliran kas yang berasal dari tiga sumber yaitu: (1) operasi perusahaan, (2) investasi, dan (3) aktivitas finansial yang dilakukan perusahaan. Laporan arus kas

yang berasal dari operasi perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas untuk melunasi hutang, pembiayaan operasi perusahaan, pembayaran deviden dan melakukan investasi baru

Laporan keuangan akan memberikan manfaat terbesar bagi publik jika publik menaruh kepercayaan pada laporan tersebut dan jika laporan tersebut bisa dibandingkan dengan catatan-catatan yang lalu. Laporan keuangan melaporkan apa yang sesungguhnya terjadi atas laba atau deviden selama beberapa tahun yang lalu, sehingga informasi yang terkandung didalam laporan keuangan digunakan oleh investor untuk memperoleh perkiraan tentang laba dan dividen dimasa yang akan mendatang dan resiko atas nilai perkiraaan tersebut.

Manfaat laporan keuangan tersebut antara lain:

(a) Bagi Manajemen yaitu untuk pengambilan keputusan

yang dapat digunakan sebagai bahan membuat perencanaan, bahan evaluasi, dan bahan pertanggung jawaban.

(b) Bagi Stakeholder yaitu pengambilan keputusan yang digunakan oleh para pemegang saham, pekerja, kreditur, pemerintah, masyarakat, pesaing dan konsumen lainnya.

(c) Laporan Keuangan berguna sebagai cara untuk mengantisipasi dimasa yang akan datang dan sebagai titik tolak tindakan

perencanaan yang akan mempengaruhi jalannya kejadian dimasa yang mendatang.

Dokumen terkait