• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengingat/Menempatkan Sesuatu Hal di dalam Hat

Dalam dokumen Makna Verba Kakeru dalam Novel Jepang (Halaman 66-78)

BAB III ANALISIS MAKNA VERBA KAKERU DALAM NOVEL JEPANG

3.2 Analisis Makna Verba Kakeru dalam Novel Jepang

3.2.3 Mengingat/Menempatkan Sesuatu Hal di dalam Hat

Penulis menemukan dua buah contoh kalimat menggunakan verba kakeru yang bermakna mengingat / menempatkan sesuatu di dalam hati agar tidak lupa.

(7) Asami : 鳥越さんはどうおっしゃってました?

Torigoe san wa dou osshattemashita? Torigoe, mengatakan apa?

Torigoe :どうって、そりゃまあ、あれですよ、平気ではいられない でしょう。相当なショックではあったと思いますよ。

彼女は私と違って、いまだに独身ですからね。もう十六歳

もむかしのことが、文絵のことはいつだって、ひそかに気

にかけていたようです。

Doutte, soryamaa, are desu yo, heiki de wa irarenai deshou.

to chigatte, imada ni dokushin desukara ne. Mou juu roku sai mo mukashi no koto daga, Fumie no koto wa itsu datte, hisoka ni ki ni kaketeita you desu.

“Jika kamu tanya bagaimana, bagaimana ya, begitulah, tidak bisa cuek saja kan. Saya rasa cukup terkejut. Dia berbeda dengan saya, karena dia masih lajang. Sudah enam belas tahun,dan sudah lama,

sepertinya diam-diam memikirkan Fumie.

Asami : 文江さんは鳥越さん ―つまり 、 本当のお母さんのことは 、

ご存じなかったのでしょ う か?

Fumie san wa Torigoe san ― tsumari, hontou no okaasan no

koto wa, gozonjinakatta no deshouka?

“Berarti, apakah Fumie tidak mengetahui ibu kandung Torigoe?” (“Bara no Satsujin”, 2010 : 107)

(8) 咲子は七瀬の新しい勤め先をずっと心にかけていたのである。それがわ か

ったのは、咲子からその話をもちかけられた時であった。(“Kazoku Hakkei”,

1972 : 31)

Sakiko wa Nanase no atarashii tsutomesaki wo zutto kokoro ni kaketeita node aru. Sore ga wakattano wa, Sakiko kara sono hanashi wo mochikakerareta toki deatta. “Sakiko terus memikirkan tempat kerja baru Nanase. Saya taunya saat Sakiko yang menceritakan hal itu.”

Analisis:

lupa. Dalam Bahasa Indonesia, makna tersebut dapat diartikan dengan “memikirkan”. Seperti pada konteks kalimat (7), menceritakan tentang Torigoe yang sudah lama memikirkan Fumie, yang terus menerus menempatkan Fumie dalam hatinya, diungkapkan dengan kata kakeru yang didahului oleh kata ki untuk mewakili perasaan tempat dimana ia memikirkan Fumie, dan konteks kalimat (8) tentang Sakiko yang terus memikirkan tempat kerja Nanase karena kejadian yang terjadi di sana diungkapkan dengan kata kakeru yang didahului oleh kata kokoro yang berarti hati.

3.2.4 Meletakkan/Menempatkan Ujung Benda Panjang Di Sisi Benda Lain Untuk Menyambungkannya.

Penulis menemukan sebuah contoh kalimat menggunakan verba kakeru yang bermakna meletakkan/menempatkan ujung benda panjang di sisi benda lain untuk menyambungkannya.

(9) 浜岡文絵さんが突然いなくなったのは、土曜日の深夜から未明にかけて の

ようだが、関野家の人たちは誰も気がつかなかったと言っています。 関 野 家 に

は現在、文絵さんの祖父母―つまり、三神洋の両親と兄夫婦と そ の 娘 さ ん 、 そ

れに浜岡文絵さんが住んでいます。 (“Bara no Satsujin”, 2010 : 72)

Hamaoka Fumie san ga totsuzen inakunatta no wa, doyoubi no shinya kara mimei ni kakete no you da ga, Sekinoke no hitotachi wa dare mo ki ga tsukanakatta to itte imasu. Sekinoke ni wa genzai, Fumie san no sofubo ― tsumari, Mikami Hiroshi no ryoushin to anifuufu to sono anesan, sore ni Hamaoka Fumie san ga sunde imasu.

“Hamaoka Fumie tiba-tiba tidak ada, sepertinya dari hari Sabtu tengah malam sampai awal fajar, orang-orang di keluarga Sekino siapapun mengatakan tidak

menyadarinya. Dalam keluarga Sekino sekarang ini, tinggal kakek nenek Fumie, - yaitu kedua orang tua Mikami Hiroshi dan pasangan suami istri abangnya dan kakaknya itu, dan Hamaoka Fumie.”

Analisis:

Kakeru pada kalimat di atas, bermakna meletakkan/menempatkan ujung benda panjang di sisi benda lain untuk menyambungkannya, yang dapat diartikan dengan kata sampai. Penggunaan kakeru pada konteks situasi yang menjelaskan tentang rentang waktu dari mulai tengah malam sampai awal fajar Fumie menghilang dari rumah dan tidak satu pun anggota keluarga yang menyadarinya semakin memperjelas maknanya. Kakeru yang penggunaannya diikuti oleh keterangan waktu seperti pada contoh kalimat di atas hanya memiliki satu makna yang dapat diartikan dengan kata sampai dalam bahasa Indonesia.

3.2.5 Meletakkan Mesin Dari Atas, Kemudian Memproses Permukaan Benda.

Penulis menemukan sebuah contoh kalimat menggunakan verba kakeru yang bermakna meletakkan mesin dari atas, kemudian memproses permukaan benda.

(10) 夜、小雨が降ったらしく、朝になって七瀬が裏庭へ行ってみると、洗濯 物

はまだ湿っていた。アイロンをかけて乾かす以外に方法はなさそうだ っ た 。

(“Kazoku Hakkei”, 1972: 48)

Yoru, kosame ga futta rashiku, asa ni natte Nanase ga uraniwa e itte miruto, sentakumono wa mada shimetteita. Airon wo kakete kawakasu igai ni houhou wa nasasou datta.

“Malamnya, sepertinya turun gerimis dan pagi harinya ketika Nanase mencoba pergi ke pekarangan belakang, cuciannya masih lembab. Sepertinya tidak ada cara lain selain mengeringkan dengan menyetrikanya.”

Analisis:

Kata kakeru yang didahului oleh suatu alat atau mesin, bermakna meletakkan mesin dari atas dan memproses permukaan benda. Pada kalimat di atas, kata penjelas yang menguatkan makna meletakkan mesin dari atas dan memproses permukaan benda adalah kata airon yang berarti setrikaan yang letaknya mendahului kata kakeru, serta konteks yang menggabarkan Nanase yang bingung karena pakaiannya belum kering dan masih lembab dan ia memikirkan bahwa tidak ada cara lain untuk mengeringkannya selain dengan menyetrikanya. Dengan demikian, kakeru di atas penulis terjemahkan dengan menyetrika.

3.2.6 Menambahkan Tekanan, Termasuk Yang Tidak Hanya Berasal Dari Arah Atas.

Penulis menemukan dua buah contoh kalimat menggunakan verba kakeru yang bermakna menambahkan tekanan, termasuk yang tidak hanya berasal dari arah atas.

(11) Asami :「そ、そうですかそれじゃ、僕は急ぐことはないじゃない

の」浅見は腰を上げかけた。

“So, soudesuka....soreja, boku wa mou kaette mo ii desune?” Asami wa koshi wo agekaketa.

“Begitu ya...baiklah, saya sudah boleh pulang ya?” Asami berdiri.

Keiji :「まあまあ、そんなに急ぐことはないじゃないの」刑事が浅

見の両肩を抑え、全身の重みをかけて、のしかかった。

“ Maamaa, sonna ni isogu koto wa nai janaino “.

Keiji ga Asami no ryoukata wo osae, zenshin no omomi wo kakete, noshikakatta.

“Nah, bukankah tidak perlu terburu-buru begitu?.Polisi meremas kedua pundak Asami, mencengkeram dan menekankan seluruh berat tubuhnya. (“Bara no Satsujin”, 2010 : 61)

(12) 「茶をくれ」がらりとうってかわった乱暴な口調でそういうと、彼はダ イ

ニング.テーブルに向ってどしんと腰をかけた。彼の意識内の視界い っ ぱ い に 、

わけのわからない火花のようなものが飛び散っていた。 ( “Kazoku Hakkei” ,

1972: 264)

“Cha wo kure “, garari to utte kawatta ranbou na kuchou de souiu to, kare wa dainingu teeburu ni mukatte doshinto koshi wo kaketa. Kare no ishikinai no shikai ippai ni, wake no wakaranai hibana youna mono ga tobichitte ita.

Begitu berkata “Berikan aku teh” dengan nada yang berubah menjadi kasar, dia menuju meja makan dan duduk dengan menghempaskan badan. Dalam tatapan penuh kesadarannya, entah dari mana muncul percikan seperti bunga api.

Analisis

Penggunaan kakeru pada kalimat (11) dan (12) di atas bermakna menambahkan tekanan, termasuk yang tidak hanya berasal dari arah atas. Penggunaan kata kakeru dengan makna sama tersebut memiliki arti yang berbeda jika

berbeda. Pada kalimat (11), digambarkan polisi yang meremas dan mencengkeram bahu Asami sambil menekankan seluruh berat tubuhnya pada Asami agar Asami tetap ditempatnya. Kakeru pada kalimat (11) penulis terjemahkan dengan kata menekan.

Sedangkan penggunaan kata kakeru pada kalimat (12) yang didahului oleh kata

koshi, didahului oleh penjelasan tambahan dainingu teeburu ni mukatte doshinto

semakin memperjelas gambaran situasi dalam konteks mengenai dia (Genzou) dengan wajah marah berjalan menuju meja makan dan duduk dengan menghempaskan badannya. Kakeru yang didahului dengan kata koshi pada kalimat (12) penulis terjemahkan dengan kata duduk.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Makna Verba Kakeru

Moriyama membagi makna kakeru menjadi 22 buah makna, yaitu 1) menggantung; 2) mengencangkan agar tidak bergerak dan kencang; 3) mengingat/menempatkan sesuatu hal di dalam hati agar tidak lupa; 4) menambahkan tekanan, yang tidak hanya berasal dari arah atas; 5) menambahkan penekanan pada kegiatan menghabiskan uang, waktu dan lainnya; 6) menambah permohonan, harapan, perasaan untuk lebih menekankan; 7) mengalikan, menggandakan angka; 8) menambahkan tenaga, menambahkan sifat dan lainnya; 9) mengencangkan tangan dan leher dengan tali dan lainnya yang dipasangkan dari atas; 10) membuat menjadi tidak dapat bergerak; 11) menjebak dengan memasang tali; 12) meletakkan/menempatkan ujung benda panjang di sisi benda lain untuk menyambungkannya; 13) memasangkan tali khususnya pita sampai ke sisi ujung suatu kotak; 14) bermain kata dengan menyambungkan kata-kata yang mirip agar tersambung dengan meletakkan bagian awal di kata berikutnya; 15) menutup dengan kencang permukaan dengan penutup/cover dan lainnya seperti membungkus/menutupi sesuatu dari atas; 16) menaburkan tepung atau cairan secara meluas ke seluruh permukaan suatu benda seperti menutupinya dari atas, 17) memberikan ganggguan seperti menutupinya dari atas, meletakkan tangan atau kaki dari arah atas seperti meletakkan sesuatu dari atas saat hendak memulai suatu

tindakan; 18) menjerat kaki dan lainnya; 19) melakukan suatu tindakan kepada lawan untuk menjerat lawan; 20) dibawa ke ahlinya dan ditangani di tempat tersebut; 21) memutar kunci kemudian menyalakan mesin; 22) meletakkan mesin dari atas kemudian memproses permukaan benda. Sedangkan makna kakeru yang terdapat dalam novel Bara no Satsujin adalah makna mengencangkan agar tidak bergerak dan kencang ada 2 buah, mengingat/menempatkan sesuatu hal di dalam hati agar tidak lupa ada 2 buah, melakukan suatu tindakan kepada lawan ada 1 buah, meletakkan/menempatkan ujung benda panjang di sisi benda lain untuk menyambungkannya ada 1 buah, menambahkan tekanan, yang tidak hanya berasal dari arah atas ada 1 buah dan makna yang terdapat dalam novel Kazoku Hakken adalah makna mengingat/menempatkan sesuatu hal di dalam hati agar tidak lupa ada 1 buah, melakukan suatu tindakan kepada lawan ada 2 buah, meletakkan mesin dari atas kemudian memproses permukaan benda ada 1 buah, menambahkan tekanan, yang tidak hanya berasal dari arah atas ada 1 buah.

2. Verba kakeru yang penulis temukan di dalam novel Bara no Satsujin dan Kazoku Hakkei merupakan verba kakeru yang termasuk ke dalam ichidandoushi, dimana dalam penggunaannya memerlukan objek (transitif) dan sering ditulis dengan huruf hiragana saja.

3. Di dalam novel Bara no Satsujin dan Kazoku Hakkei terdapat verba kakeru yang tidak ada di dalam teori Moriyama Shin, yaitu : yougi wo kakeru, kama ni kakeru, goumon ni kakeru, shaku ni kakeru, hana ni kakeru, kotoba wo kakeru, dan saiminjutsu wo kakeru.

4. Verba kakeru yang bermakna “mengencangkan agar kencang dan tidak bergerak” di dalam novel Bara no Satsujin memiliki arti “mengunci” dan “memakai”.

5. Verba kakeru yang bermakna “mengingat/menempatkan sesuatu hal di dalam hati” di dalam novel Bara no Satsujin dan Kazoku Hakkei memiliki arti “memikirkan” dan “mengurus”.

6. Verba kakeru yang bermakna “melakukan suatu tindakan kepada lawan” di dalam novel Bara no Satsujin dan Kazoku Hakkei memiliki arti “memanggil”, “menepuk” dan “mengejar”.

7. Verba kakeru yang bermakna “meletakkan/menempatkan ujung benda panjang di sisi benda lain untuk menyambungnya” di dalam novel Bara no Satsujin memiliki arti “sampai”.

8. Veba kakeru yang bermakna “meletakkan mesin/alat dari atas, kemudian merawat permukaan benda” di dalam novel Kazoku Hakkei memiliki arti “menyetrika”.

9. Verba kakeru yang bermakna “menambahkan tekanan yang tidak hanya berasal dari arah atas” di dalam novel Bara no Satsujin dan Kazoku Hakkei memiliki arti “menekankan” dan “duduk”.

10. Makna verba kakeru yang paling banyak terdapat dalam novel Bara no Satsujin dan Kazoku Hakkei adalah menyatakan suatu tindakan kepada lawan dengan 6 buah kalimat.

4.2Saran

Verba kakeru memiliki berbagai macam makna yang berbeda-beda sesuai dengan pendapat seorang pakar. Selain makna yang sudah penulis ungkapkan di dalam skripsi ini, penulis juga menemukan makna yang tidak ada di dalam teori Moriyama Shin, yaitu yougi wo kakeru, kama ni kakeru, goumon ni

kakeru, shaku ni kakeru, hana ni kakeru, kotoba wo kakeru, dan saiminjutsu wo kakeru. Disarankan kepada para pembaca yang ingin meneliti fungsi dan makna verba kakeru lebih dalam, maka pembaca perlu mencari teori dari pakar-pakar lainnya.

Semoga dengan adanya tulisan ini, pembelajar bahasa Jepang di Indonesia, khususnya di Medan dapat menambah pengetahuan tentang bahasa Jepang mengenai tagigo, sebaiknya tidak hanya membaca buku pelajaran saja tapi dapat membaca novel, komik, majalah berbahasa Jepang, karna ada kemungkinan dapat ditemukannya contoh penggunaan tagigo yang lebih beragam.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1994. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. ___________. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

___________. 1995. Telaah Semantik. Jakarta: Rineka Cipta. ___________. 2003. Linguistik Umum. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

___________. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. ___________. 2007. Linguistik Umum. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

De Sasure, Ferdinand. 1988. Pengantar Linguistik Umum. (Terjemahan Hidayat , Rahayu S). Yogyakarta: Gajah Mada Univ. Press.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Machidaken. 1995. Yoku Wakaru Genggogaku Nyumon. Jepang

Morioka, Kenji. dkk (Eds). 1993. Shuueisha Kokugo Jiten Dai 3 Ban. Tokyo: Shuueisha Morita, Yoshiyuki. 1989. Kiso Nihongo Jiten. Tokyo: Kadokawa Shoten

Pateda, Mansoer. 2000. Semantik Leksikal. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Shin, Moriyama. 2012. Nihongo Tagigo Gakushuu Jiten. Tokyo: Aruku Ltd. Sudaryat, Yayat. 2008. Makna Dalam Wacana. Bandung : CV. Yrama Widya

Sudjianto, Dahidi Ahmad. 2007. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc.

Sutedi, Dedi. 2003. Dasar – Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung : Humaniora Utama Press.

__________. 2008. Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung : Humaniora __________. 2009. Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung : Humaniora.

Suwandi, Sarwiji. 2008. Semantik Pengantar Kajian Makna. Yogyakarta: Media Perkasa. Tsutsui, Yasutaka. 2010. Kazoku Hakkei. Jepang : Shinchosha Co.,Ltd.

Verhaar. 2004. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: UGM Press. Wahyu, Wibowo. 2001. Manajemen Bahasa. Jakarta: Gramedia. Yamaguchi, Matsumura. 1998. Kokugo Jiten. Tokyo : Obunsha. Yasuo, Uchida. 1972. Bara no Satsujin. Jepang : Kadokawa Shoten.

tanggal 1 Agustus 2015

Dalam dokumen Makna Verba Kakeru dalam Novel Jepang (Halaman 66-78)

Dokumen terkait