Kamis, 05 April 2012
PENATALAKSANAAN KALA I
PENATALAKSANAAN KALA I
Diagnosis
Ibu sudah dalam persalinan kala I jika pembukaan serviks kurang dari 4 cm dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik
Penanganan
Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan, dan kesakitan: - Berilah dukungan dan yakinkan dirinya,
- Berikan informasi mengenai proses dan kemajuan persalinannya,
Jika ibu tersebut tampak kesakitan, dukungan/asuhan yang dapat diberikan: - Lakukan perubahan posisi,
- Posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi jika ibu ingin di tempat tidur sebaiknya dianjurkan tidur miring ke kiri,
- Sarankan ia untuk berjalan,
- Ajaklah orang yang menemaninya (suami atau ibunya) untuk memijat atau menggosok punggungnya atau membasuh mukanya diantara kontraksi, - Ibu diperbolehkan melakukan aktifitas sesuai dengan kesanggupannya,
- Ajarkan kepadanya teknik pernapasan: ibu diminta untuk menarik napas panjang, menahan napasnya sebentar kemudian dilepaskan dengan cara meniup udara keluar sewaktu terasa kontraksi,
- Jika diperlukan, berikan petidin 1 mg/kg BB (tetapi jangan melebihi 100 mg) I.M atau I.V secara perlahan atau morfin 0,1 mg/kg BB, atau tramadol 50 mg peroral atau 100 mg supositoria atau metamizol 500 mg peroral.
Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, antara lain menggunakan penutup atau tirai, tidak menghadirkan orang lain tanpa sepengetahuan dan seizin pasien/ibu.
Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan.
Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya setelah buang air kecil/besar
Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat, atasi dengan cara: - Gunakan kipas angin atau AC dalam kamar,
- Menggunakan kipas biasa,
- Menganjurkan ibu untuk mandi sebelumnya.
Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi, berikan cukup minum. Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin.
Pemantauan
Tabel berikut menguraikan frekuensi minimal penilaian dan intervensi. Jika ibu menunjukan tanda-tanda komplikasi atau gejala komplikasi atau perubahan kondisi, penilaian harus dilakukan lebih sering.
Frekuansi minimal penilaiandan intervensi dalam persalinan normal Parameter Frekuensi pada fase
laten
Frekunsi pada fase aktif Tekanan darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Suhu badan Setiap 4 jam Setiap 2 jam
Nadi Setiap 30-60 menit Setiap 30-60 menit Denyut janttung janin Setiap 1 jam Setiap 30 menit Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit Pembukaan serviks Setiap 4 jam Setiap 4 jam* Penurunan Setiap 4 jam Setiap 4 jam*
Dinilai pada setiap pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan setiap 4 jam selama kala I pada persalinan, dan setelah selaput ketuban pecah. Gambarkan temuan-temuan pada partogram Pada setiap pemeriksaan dalam, catatlah hal-hal sebagai berikut:
- Warna cairan amnion, - Dialtasi serviks,
- Penurunan kepala (yang dapat dicocokkan dengan periksa luar)
Jika serviks belum membuka pada pemeriksaan dalam pertama, mungkin diagnosis in partu belum dapat ditegakkan.
- Jika terdapat kontraksi yang menetap, periksa ulang wanita tersebut setelah 4 jam untuk melihat perubahan pada serviks. Pada thap ini, jika serviks terasa tipis dan terbuka maka wanita tesebut dalam keadaan in partu, jika tidak terdapat
perubahan, maka diagnosisnya adalah persalinan palsu.
Pada kala II persalinan lakukan pemeriksaan dalam setiap jam. PARTOGRAF
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan dalam penatalaksanaan. Partograf
dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif). Partograf sebaiknya dibuat untuk setiap ibu yang bersalin, tanpa menghiraukan apakah persalinan tersebut normal atau dengan komplikasi.
Petugas harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut: Denyut jantung janin. Catat setiap 1 jam
Air ketuban. Catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan vagina: - U : selaput utuh
- J : selaput pecah, air ketuban jernih, - M : air ketuban bercampur mekonium, - D : air ketuban bernoda darah,
- K : tidak ada cairan ketuban/kering.
Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase): - 0 : sutura terpisah
- 1 : sutura (pertemuan dua tulang tengkorak) yang tepat/bersesuaian, - 2 : sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki.
- 3 : sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki.
Pembukaan mulut rahim (serviks). Dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda silang (X). Penurunan : mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang teraba (pada pemeriksaan abdomen/luar) diatas simfisis pubis; catat dengan tanda lingkaran (O) pada setiap pemeriksaan dalam. Pada posisi 0/5, sinsiput (S) atau paruh atas kepala berada di simfisis pubis.
Waktu : menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien diterima. Jam : catat jam yang sesungguhnya.
Kontraksi. Catat setiap setengah jam; lakukan palpasi untuk menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap-tiap kontraksi dalam hitungan detik: - Kurang dari 20 detik;
- Antara 20-40 detik; - Lebih dari 40 detik.
Oksitosin. Jika memakai oksitosin, catatlah banyaknya oksitosin pervolume cairan infus dan dalam tetesan per menit.
Obat yang diberikan. Catat semua obat lain yang diberikan.
Nadi. Catatlah setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah titik besar (*). Tekanan darah. Catatlah setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah. Suhu badan. Catatlah setiap 2 jam.
Protein, aseton, dan volume urin. Catatlah setiap kali ibu berkemih.
Jika temuan-temuan melintas kearah kanan dari garis waspada, petugas kesehatan harus melakukan penilaian terhadap kondisi ibu dan janin dan segera mencari rujukanyang tepat.
Kemajuan persalinan dalam kala I
Temuan berikut menunjukan kemajuan yang cukup baik pada persalinan kala I: - Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan frekuensi dan durasi,
- Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm perjam selama persalinan, fase aktif (dilatasi serviks berlangsung atau ada disebelah kiri garis waspada),
- Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin.
Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang kurang baik pada persalinan kala I: - Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten,
- Atau kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm perjam selama persalinan fase aktif(dilatasi serviks berada disebelah kanan garis waspada), - Atau serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin.
Kemajuan yang kurang baik pada persalinan dapat menyebabkan persalinan lama Kemajuan pada kondisi janin
Jika didapati denyut jantung janin tidak normal (kurang dari 100 atau lebih dari 180 denyut per menit), curigai adanya gawat janin
Posisi atau presentase selain oksiput anterior dengan verteks fleksi sempurna digolongkan kedalam malposisi dan malpresentase
Jika didapat kemajuan yang kurang baik atau adanya persalinan lama, tangani penyebab tersebut
Kemajuan pada kondisi ibu
Lakukan penilaian tanda-tanda kegawatan pada ibu:
Jika denyut nadi ibu meningkat, mungkin ia sedang dalam keadaan dehidrasi atau kesakitan. Pastikan hidrasi yang cukup melalui oral atau I.V dan berikan analgesia secukupnya
Jika tekanan darah ibu menurun, curigai adanya perdarahan
Jika terdapat aseton didalam urin ibu, curigai masukkan nutrisi yang kurang, segera berikan dextrose I.V.
Rujukan
Pada kegawatdaruratan dan penyulit yang melebihi tingkat ketrampilan dan kemampuan petugas dalam mengelola, maka kasus harus dirujuk ke fasilitas kesehatan terdekat yang memiliki kemampuan menangani kegawatdaruratan obstetrik. Bantuan awal untuk menstabilkan kondisi ibu harus diberikan sesuai dengan kebutuhan. Partograf atau rekam medis harus dikirim bersama ibu, dan anggota keluarga dianjurkan untuk menemani. Petugas harus membawa peralatan.
PENATALAKSANAAN KALA II Diagnosis
Persalinan kala II ditegakan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak di vulva. Penanganan
Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu dengan: - Mendampingi ibu agar merasa nyaman,
- Menawarkan minum, mengipasi, dan memijat ibu. Menjaga kebersihan diri:
- Jika ada darah leendir atau cairan ketuban segera dibersihkan. Mengipasi dan masase untuk menambah kenyamanan bagi ibu.
Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu, dengan cara:
- Menjaga privasi ibu,
- Penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan,
- Penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan keterlibatan ibu.
Mengatur posisi ibu. Dalam membimbing mengedan dapat dipilih posisi berikut: - Jongkok,
- Menungging, - Setengah duduk.
Posisi tegak ada kaitannya dengan berkurangnya rasa nyeri, mudah mengedan, kurangnya trauma vagina dan perineum dan infeksi.
Menjaga kandung kemih tetap kosong, ibu dianjurkan berkemih sesering mungkin. Memberikan cukup minum: memberi tenaga, dan mencegah dehidrasi.
Posisi ibu pada saat meneran
Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman baginya. Setiap posisi memiliki keuntungannya masing-masing, misalnya, posisi setengah duduk dapat membantu turunya kepala janin jika persalinan berjalan lambat.
Ibu dibimbing mengedan selama his, anjurkan kepada ibu untuk mengambil napas. Mengedan tanpa diselingi bernapas, kemungkinan dapat menurunkan pH pada arteri umbilikus yang dapat menyebabkan denyut jantung tidak normal dan nilai apgar rendah. Minta ibu bernapas selagi kontraksi ketika kepala akan lahir. Hal ini menjaga agar perineum meregang pelan dan mengontrol lahirnya kepala serta mencegah robekan.
Periksa DJJ pada saat kontraksi dan setelah setiap kontraksi untuk memastikan janin tidak mengalami bradikardi (< 120).
Kemajuan persalinan dalam kala II
Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang cukup baik pada persalinan kala II: - Penurunan yang teratur dari janin dijalan lahir,
- Dimulainya fase pengeluaran.
Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang kurang baik pada persalinan tahap kedua:
- Tidak turunnya janin di jalan lahir, - Gagalnya pengeluaran pada fase akhir. - Kelahiran kepala bayi
Mintalah ibu mengedan atau memberikan sedikit dorongan saat kepala bayi lahir.
Letakkan satu tangan ke kepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat.
Menahan perineum dengan satu tangan lainnya jika diperlukan.
Mengsap muka bayi untuk membersihkannya dari kotoran lendir/darah. Periksa tali pusat:
- Jika tali pusat mengelilingi leher bayi dan terlihat longgar, selipkan tali pusat melalui kepala bayi,
- Jika lilitan tali pusat terlalu ketat, tali pusat diklem pada dua tempat kemudian digunting diantara kedua klem tersebut, sambil melindungi leher bayi.
Kelahiran bahu dan anggota seluruhnya
Biarkan kepala bayi berputar dengan sendirinya.
Tempatkan kedua tangan pada sisi kepala dan leher bayi.
Lakukan tarikan lembut ke bawah untuk melahirkan bahu depan
Lakukan tarikan lembut ke atas untuk melahirkan bahu belakang.
Selipkan satu tangan anda ke bahu dan lengan bagian belakang bayi sambil menyangga kepala dan selipkan satu tangan lainnya ke punggung bayi untuk mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya
Letakkan bayi tersebut di atas perut ibunya
Secara menyeluruh, keringkan bayi, bersihkan matanya, dan nilai pernapasan bayi. - Jika bayi menangis atau bernapas (dada bayi terlihat naik turun paling sedikit 30
x/menit) tinggalkan bayi tersebut bersama ibunya;
- Jika bayi tidak bernapas dalam waktu 30 detik, segera mulai resusitasi bayi.
Pastikan bahwa bayi tetap hangat dan memiliki kontak kulit dengan kulit dengan dada si ibu. Bungkus bayi dengan kain yang halus dan kering, tutup dengan selimut, dan pastikan kepala bayi terlindungi dengan baik untuk menghindari hilangnya panas tubuh.
PENATALAKSANAAN KALA III Manajemen aktif kala III
Penatalaksanaan aktif pada kala III (pengeluaran aktif plasenta) membantu menghindarkan terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penatalaksanaan aktif kala III meliputi:
Pemberian oksitosin dengan segera,
Pengendalian tarikan pada tali pusat, dan
Pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir. Penanganan
Memberikan oksitosin untuk merangsanguterus berkontraksi yang juga mempercepat pelepasan plasenta:
- Oksitosin dapat diberikan dalam 2 menit setelah kelahiran bayi.
- Jika oksitosin tidak tersedia, rangsang puting payudara ibu atau susukan bayi guna menghasilkan oksitosin alamiah atau memberikan ergometrin 0,2 mg I.M.
- Lakukan penegangan tali pusat terkendali atau PTT (CCT/controled cord traction) dengan cara:
- - satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat diatas simfisis pubis. Selama kontraksi tangan mendorong korpus uteri dengan gerakan dorso kranial ke arah belakang dan kearah kepala ibu.
- Tangan yang satu memegang tali pusat dengan klem 5-6 cm didepan vulva.
- Jaga tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya kontraksi kuat (2-3 menit). - Selama kontraksi, lakukan tarikan terkendali pada tali pusat yang terus menerus,
dalam tegangan yang sama dengan tangan ke uterus.
PTT dilakukan hanya selama uterus berkontraksi. Tangan pada uterus merasakan kontraksi, ibu dapat juga memberitahu perugas ketika ia merasakan kontraksi. Ketika uterus sedang sibuk berkontraksi, tangan petugas dapat tetap berada pada uterus, tetapi bukan melakukan PTT. Ulangi langkah-langkah PTT pada setiap kontraksi sampai plasenta terlepas.
Begitu plasenta terasa lepas, keluarkan dengan menggerakkan tangan atau klem pada tali pusat mendekati plasenta, keluarkan plasenta dengan gerakan kebawah dan keatas sesuai dengan jalan lahir. Kedua tangan dapat memegang plasenta dan perlahan memutar plasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban.
Segera setelah plasenta dan selaputnya dikeluarkan, masase fundus agar menimbulkan kontraksi. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah dan
mencegah perdarahan pasca persalinan. Jika uterus tidak berkontraksi kuat selama 10-15 detik, atau jika perdarahan hebat terjadi, segera lakukan kompresi bimanual dalam. Jika atoniauteri tidak teratasi dalam waktu 1-2 menit, ikuti protokol untuk perdarahan pascapersalinan.
Jika menggunakan manajemenaktif dan plasenta belum juga lahir dalam waktu 15 menit, berikan oksitosin 10 unit I.M. dosis kedua, dalam jarak waktu 15 menit dari pemberian oksitosin dosis pertama.
Jika menggunakan manajemen aktif dan plasenta belum juga lahir dalam waktu 30 menit:
- Periksa kandung kemih dan lakukan kateterisasi jika kandung kemih penuh, - Periksa adanya tanda-tanda pelepasan plasenta,
- Berikan oksitosin 10 unit I.M. dosis ketiga, dalam jarak 15 menit dari pemberian oksitosin dosis pertama,
- Siapkan rujukan jika tidak ada tanda-tanda pelepasan plasenta.
Periksa wanita tersebut secara seksama dan jahit semua robekan pada serviks atau vagina atau perbaiki episiotomi.
EPISIOTOMI
Episiotomi adalah insisi yang dibuat pada vagina dan perineum untuk
memperlebar bagian lunak jalan lahir sekaligus memperpendek jalan lahir. Dengan demikian, persalinan dapat lebih cepat dan lancar.
Indikasi melakukan episiotomi
Episiotomi pada primigravida, kejadian antara 0-95%, sedangkan pada multigravida lebih kecil karena jaringan perineum sudah semakin elastis. Dalam beberapa kasus, perlu ditetapkan indikasi untuk melakukan episiotomi sebagai berikut.
1. Hampir pada semua primigravida inpartu, jika dijumpai crowning kepala tidak seimbang dengan elastisitas perineum.
2. Pada semua persalinan letak sungsang yang dilakukan pervaginam untuk memudahkan persalinan kepala bayi yang lebih besar.
3. Pada semua persalinan prematur yang dilakukan pervaginam sehingga tekanan pada kepala semakin berkurang dan persalinan makin cepat berlangsung.
4. Pada tindakan operasi pervaginam obstetri.
5. Pada distosia yang disebabkan oleh kurangnya elastisitas perineum.
PENJAHITAN PERINEUM
Dalam melakukan episiotomi, jaringan sekitar perineum yang akan ikut serta terluka dan perlu dijahit kembali adalah:
1. Epitel vagina dan kulit perineum
2. Fascia colles dan muskulus bulbokavernosus 3. Muskulus perineal suferfisialis dan profunda
4. Mungkin sfingter ani eksternal (sering akibat perluasan ruptur) 5. Mungkin muskulus levator ani
Semua jaringan yang terpotong memerlukan kecermatan adaptasi sehingga tidak akan menimbulkan keluhan sekunder dan komplikasi. Saat yang tepat untuk melakukan episiotomi adalah:
1. Kepala bayi telah crowning sekitar 5 cm
2. Perineum lebih tipis akibat dorongan kepala atau bagian terendah bayi
3. Dilakukan pada saat puncak His sehingga tambahan rasa nyeri tidak akan terlalu dirasakan
Apakah perlu diberitahukan pada ibu hamil, inpartu masih merupakan masalah kontroversi. Masalah apakah diberitahukan atau tidak, diserahkan pada waktu melakukan pertolongan persalinan.
SUPPORT SISTEM DALAM ASUHAN INTRANATAL
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan kompeten, yaitu dokter spesialis kebidanan, dokter umum dan bidan.
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat adalah: dokter spesialis kebidanan, dokter umum dan bidan.
Pada kenyataan dilapangan, masih terdapat penolong persalinan yang bukan tenaga kesehatan, dan dilakukan di luar fasilitas pelayanan kesehatan. Secara bertahap seluruh persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN YAITU :
a. Asuhan saat persalinan
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah dimulai, kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan kebutuhan ibu selama proses persalinan berlangsung.
b. Persalinan yang aman
Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap klien serta memperhatikan tradisi setempat.
c. Pengeluaran plasenta dengan penegangan tali pusat
Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.
d. Penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi
Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II yang lama, dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum.
PERSIAPAN BIDAN MELIPUTI :
1) Menilai secara tepat bahwa persalinan sudah dimulai, kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai dengan memperhatikan kebutuhan ibu selama proses persalinan .
2) Mempersiapkan ruangan yang hangat dan bersih serta nyaman untuk persalinan dan kelahiran bayi. 3) Persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang diperlukan dan pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan yang diperrlukan serta dalam keadaan siap pakai pada setiap persalinan dan kelahiran bayi.
4) Mempersiapkan persiapan rujukan bersama ibu dan keluarganya. Karena jika terjadi keterlambatan untuk merujuk ke fasilitas yang lebih memadai dapat memahayakan keselamatan ibu dan bayinya.apabila iu dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi asuhan yang telah diberikan.
5) Memberikan asuhan sayang ibu, seperti memberi dukungan emosional, membantu pengaturan posisi ibu, memberikan cairan dan nutrisi, memberikan keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur, serta melakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman dengan teknik pencegahan infeksi.
PERSIAPAN RUMAH DAN LINGKUNGAN
Ruangan atau lingkungan dimana proses persalinan akan berlangsung harus memiliki pencahayaan penerangan yang cukup, ranjang sebaiknya diletakkan ditengah-tengah ruangan agar mudah didekati dari kiri maupun kanan, dan cahaya sedapat mungkin tertuju pada tempat persalinan.
Persiapan untuk mencegah terjadinya kehilangan panas tubuh yang berlebihan, perlu disiapkan juga lingkungan yang sesuai bagi bayi baru lahir dengan memastikan bahwa ruangan bersih, hangat, pencahayaan yang cukup dan bebas dari tiupan angin. Apabila lokasi tempat tinggal ibu di daerah pegunungan atau yang beriklim dingin, sebaiknya sediakan minimal 2 selimut, kain atau handuk yang kering dan bersih untuk mengeringkan dan menjaga kehangatan tubuh bayi.
a) Situasi dan Kondisi
Situasi dan kondisi yang harus diketahui oleh keluarga, yaitu : a. Rumah cukup aman dan hangat
b. Tersedia ruangan untuk proses persalinan c. Tersedia air mengalir
d. Terjamin kebersihannya
e. Tersedia sarana media komunikasi b) Rumah
a. Ruangan sebaiknya cukup luas b. Adanya penerangan yang cukup c. Tempat nyaman
d. Tempat tidur yang layak untuk proses persalinan
PERSIAPAN PERALATAN
Perlengkapan yang harus disiapkan oleh keluarga untuk melakukan persalinan di rumah : 1.Persiapan untuk pertolongan persalinan
- Waskom - Sabun cuci
- Handuk kering dan bersih - Selimut
- Pakaian ganti - Pembalut - Kain pel - Lampu
2. Persiapan Untuk Bayi - Handuk Bayi
- Tempat Tidur Bayi
- Botol air panas untuk menghangatkan alas - Pakaian bayi
- Selimut bayi
PERSIAPAN IBU DAN KELUARGA
Persalinan adalah saat yang menegangkan bahkan dapat menjadi saat yang menyakitkan dan menakutkan bagi ibu. Upaya untuk mengatasi gangguan emosional dan pengalaman yang menegangkan dapat dilakukan dengan asuhan sayang ibu selama proses persalinan.
MANAJEMEN ASUHAN INTRANATAL
Asuhan intranatal yang diberikan harus baik dan benar sesuai dengan standar, sehingga dapat membantu menurunkan angka kematian atau kesakitan ibu dan bayi
a) INTRANATAL DI RUMAH 1.Asuhan Persalinan Kala I
Bertujuan untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam pertolongan persalinan yang bersih dan aman
Bidan perlu mengingat konsep tentang konsep sayang ibu, rujuk bila partograf melewati garis waspada atau ada kejadian penting lainnya
2.Asuhan Persalinan Kala II
Bertujuan memastikan proses persalinan aman, baik untuk ibu maupun bayi Bidan dapat mengambil keputusan sesegera mungkin apabila diperlukan rujukan 3.Asuhan Persalinan Kala III
Bidan sebagai tenaga penolong harus terlatih dan terampil dalam melakukan manajemen aktif kala III Hal penting dalam asuhan persalinan kala III adalah mencegah kejadian perdarahan, karena penyebab salah satu kematian pada ibu.
4.Asuhan Persalinan Kala IV
Asuhan persalinan yang mencakup pada pengawasan satu sampai dua jam setelah plasenta lahir.
Pengawasan/observasi ketat dilakukan pada hal-hal yang menjadi perhatian pada asuhan persalinan kala IV.
b) KEGAWATDARURATAN PERSALINAN
a.Jangan menunda untuk melakukan rujukan
b.Mengenali maslah dan memberikan instruksi yang tepat
c.Selama proses merujuk dan menunggu tindakan selanjutnya lakukan pendampingan secara terus menerus
d.Lakukan observasi Vital Sing secara ketat e.Rujuk segera bila terjadi Fetal Distress
IMPLEMENTASI HAK IBU DAN BAYI DALAM MASA PERSALINAN Air Susu Ibu dan Hak Bayi
Hak anak adalah bagian dari hak azasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara. Hak anak tersebut mencakup
(1) non diskriminasi,
(2) kepentingan terbaik bagi anak, (3) hak kelangsungan hidup, dan
(4) perkembangan dan penghargaan terhadap pendapat anak (Undang Undang Perlindungan Anak Bab I pasal 1 No. 12 dan Bab II pasal 2). Mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) merupakan salah satu hak azasi bayi yang harus dipenuhi. Beberapa alasan yang menerangkan pernyataan tersebut, yaitu :