• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENATALAKSANAAN PERSALINAN KALA IV

Dalam dokumen kala II (Halaman 85-96)

Penatalaksanaan Persalinan Normal

PENATALAKSANAAN PERSALINAN KALA IV

2 jam pertama pasca persalinan merupakan waktu kritis bagi ibu dan neonatus. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik luar biasa dimana ibu baru melahirkan bayi dari dalam perutnya dan neonatus sedang menyesuaikan kehidupan dirinya dengan dunia luar.

Petugas medis harus tinggal bersama ibu dan neonatus untuk memastikan bahwa keduanya berada dalam kondisi stabil dan dapat mengambil tindakan yang tepat dan cepat untuk mengadakan stabilisasi.

Langkah-langkah penatalaksanaan persalinan kala IV:

1. Periksa fundus uteri tiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua. 2. Periksa tekanan darah – nadi – kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit pada jam

pertama dan 30 menit pada jam kedua.

3. Anjurkan ibu untuk minum dan tawarkan makanan yang dia inginkan.

4. Bersihkan perineum dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering. 5. Biarkan ibu beristirahat.

6. Biarkan ibu berada didekat neonatus.

7. Berikan kesempatan agar ibu mulai memberikan ASI, hal ini juga dapat membantu kontraksi uterus .

8. Bila ingin, ibu diperkenankan untuk ke kamar mandi untuk buang air kecil. Pastikan bahwa ibu sudah dapat buang air kecil dalam waktu 3 jam pasca persalinan.

9. Berikan petunjuk kepada ibu atau anggauta keluarga mengenai:

o Cara mengamati kontraksi uterus.

o Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan neonatus.

Ibu yang baru bersalin sebaiknya berada di kamar bersalin selama 2 jam dan sebelum dipindahkan ke ruang nifas petugas medis harus yakin bahwa:

1. Keadaan umum ibu baik.

2. Kontraksi uterus baik dan tidak terdapat perdarahan.

3. Cedera perineum sudah diperbaiki.

4. Pasien tidak mengeluh nyeri. 5. Kandung kemih kosong.

Rujukan :

1. Saifuddin AB (ed): Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono, Jakarta 2002

2. American Academy of Pediatrics and the American College of Obstetricians and Gynecologists : Guideline for Perinatal Care, 5th ed Washington,DC AAP and ACOG, 2002

3. Carley ME et al : Factors that associated with clinically overt postpartum urinary retention after vaginal delivery. Am J Obstet Gynecol 187:430, 2002

4. Cunningham FG (editorial) : Normal Labor and Delivery in “William Obstetrics” 22nded p 409- 441, Mc GrawHill Companies 2005

5. Eason E et al : Preventing perineal trauma during childbirth. A Systematic Review. Obstet Gynecol 95,464, 2000

6. Jackson KW et al: A randomized controlled trial comparing oxytocin administration before and after placental delivery in the prevention of postpartum haemorrhage. Am J Obstet Gynecol 185:873, 2001

7. Jones DL : Course and Management of Childbirth in Fundamentals of Obstetric & Gynaecology 7th ed Mosby, London1997.

September 2012. Henny tirta.plus.google.com STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PATHOLOGI KEBIDANAN PERSALINAN SUNGSANG NO LANGKAH KEGIATAN NILAI 1 2 3 4 1. PERSIAPAN ALAT

ALAT UNTUK PERTOLONGAN PERSALINAN

Ø Partus set berisi (2 pasang sarung tangan DTT, 2 klem Kocher, ½ kocher (1).

Kassa steril minimal 4 buah, gunting tali pusat, gunting episiotomi, benanbg tali pusat, kateter nelaton) Ø Kapas DTT

Ø Uterotonika (Oksitosin (2), metergin) Ø Spuit 3 cc

Ø Penghisap lendir Ø Bengkok

Ø Funandoskop

Ø Bahan-bahan yang disusun secara urut (celemek,handuk,alas bokong, ganti untuk bayi/kain yang hangat, pakaian ganti ibu, washlap)

Ø Tempat sampah (tempat sampah medis, tempat sampah non medis) Ø Tempat pakaian kotor ibu

Ø Air DTT (2)

Ø Larutan Klorin 0,5% Ø Peralatan cuci tangan Ø Tempat plasenta

Ø Partograf dan alat pencatatan

Ø Alat pelindung (alas kaki, kaca mata, masker) Ø Jam yang menggunakan detik

Ø Tensimeter dan stetoskop Ø Perlengkapan resusitasi Ø Infus set dan cairan rehidrasi

2.

ALAT UNTUK PENJAHITAN

Ø Bak instrumen berisi: nald voeder, pinset anatomi dan pinset sirurgi, jarum jahit (bundar dan segitiga), sarung tangan DTT, duk steril).

Ø Spuit 5cc Ø Benang jahit

Ø Lampu untuk penerangan Ø Lidocai (analgetik)

3.

LANGKAH-LANGKAH

Ä Melihat tanda dan gejala Kala II

1. Mengamati tanda dan gejala Persalinan Kala II F Ibu mempunyai dorongan kuat untuk meneran F Ibu merasa adanya tekanan pada anus F Perineum menonjol

F Vulva-vagina dan anus membuka Ä Menyiapkan peralatan

2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin dan memasukkan 1 buah alat suntik sekali pakai 3 ml ke dalam wadah partus set.

Ä Menyiapkan diri untuk memberikan pertolongan persalinan 3. Memakai celemek plastik

4. Memastikan lengan/ tangan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

5. Memakai sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk pemeriksaan dalam 6. Mengambil alat suntik sekali pakai dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan letakkan kembali ke dalam wadah partus set.

Ä Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik

7. Membersihkan vulva dan perineum menggunakan kapas basah dengan gerakan dari vulva ke perineum (bila daerah perineum dan sekitarnya kotor karena kotoran ibu yang keluar, bersihkan daerah tersebut dari kotoran)

8. Melakukan pemeriksaan dalam, pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban sudah pecah.

F Bila pembukaan belum lengkap, catat hasil pemeriksaan pada partograf dan nilai kemajuan persalinan F Bila selaput belum pecah, lakukan pemecahan selaput ketuban:

¶ Pastikan kepala sudah masuk, tidak teraba bagian kecil janin atau tali pusat

¶ Masukkan ½ kocher yang dipegang tangan kiri dengan bimbingan telunjuk dan jari tengah tangan kanan hingga menyentuh selaput ketuban

¶ Saat his berkurang kekuatannya, gerakkan ujung jari tangan kanan membimbing ujung ½ kocher menggores selaput ketuban hingga ketuban pecah

¶ Keluarkan ½ kocher dari vagina ibu dengan tangan kiri, masukkan ke dalam ember berisi larutan klorin 0,5%

¶ Pertahankan jari-jari tangan kanan tetap dalam vagina sehingga yakin bahwa kepala turun dan tidak teraba tali pusat setelah selaput ketuban dipecahkan.

¶ Keluarkan jari-jari tangan kanan dari vagina.

9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tanganke dalam larutan klorin 0,5% membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%

10. Memeriksa denyut jantung setelah kontraksi uterus selesai,pastikan DJJ dalam batas normal (120-160 x/ menit)

Ä Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran

11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his bila ia sudah merasa ingin meneran

12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi meneran. (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman). Berikan minuman manis jika tak ada his. 13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran : F Memimpin ibu untuk meneran pada saat ibu timbul his, menyesuaikan pimpinan meneran dengan kecepatan lahirnya kepala.

F Mendukung usaha ibu untuk meneran

F Memberi ibu kesempatan istirahat disaat tidak ada his (diantara his) F Memberi ibu kesempatan minum saat istirahat

F Memeriksa DJJ setiap kontraksi uterus selesai

™ Bila ibu belum mempunyai dorongan kuat untuk meneran, tunggu hingga ibu mempunyai dorongan kuat untuk meneran (maksimal 60 menit). Ibu dianjurkan untuk ganti posisi meneran seperti miring, jongkok, atau merangkak.

™ Bila bayi belum lahir setelah dipimpin meneran 2 jam- Primipara/1 jam-Multipara, segera lakukan rujukan.

Ä Pesiapan pertolongan kelahiran janin

14. Saat bokong janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm, memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu.

15. Mengambil kain bersih, melipat 1/3 bagian dan meletakkan dibawah bokong ibu. 16. Membuka tutup partus set

17. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

18. Saat bokong sudah krowning dan perineum menipis, menyuntikkan oksitosin atau sintocinon 5 unit IM dan dilanjutkan dengan episiotomi

Ä Menolong kelahiran bayi Lahirnya bokong

· Fase lambat pertama :mulai lahirnya bokong, pusat sampai ujung scapula depan dibawah sympisis 19. Sifat penolong adalah pasif, hanya menolong membuka vulva, saat bokong dan kaki lahir kedua tangan memegang bokong secara Brach yaitu kedua ibu jari sejajar sumbu panjang paha janin sedangkan jari-jari yang lain memegang pada pangkal paha.

· Fase cepat : lahirnya tali pusat sampai mulut

20. Sampai tali pusat lahir lalu mengendorkan tali pusat dan menunggu sampai ujung scapula terlihat dibawah sympisis

21. Ujung scapula anterior terlihat dibawah sympisis, penolong melakukan gerakan hiperlordosis yaitu punggung janin di dekatkan ke perut ibu, bersamaan dengan gerakan hiperlordosis asisten melakukan kristeller sampai dagu,mulut lahir (memperhatikan posisi tangan janin).

Catatan : bila saat hiperlordosis terjadi hambatan segera lakukan pertolongan dengan cara manual aid. 22. Setelah mulut lahir, kristeller berhenti dan hanya menahan uterus saja, lalu ibu disuruh meneran sedikit untuk melahirkan kepala. Bila terdapat lilitan tali pusat yang terlalu erat hingga menghambat putaran paksi luar atau lahirnya bahu, minta ibu berhenti meneran dengan perlindungan tangan kiri, pasang klem di dua tempat pada tali pusat dan potong tali pusat diantara 2 klem tersebut.

23. Saat dagu dan mulut lahir tangan kiri memegang kaki bayi dengan perasat garpu 24. Tangan kanan menahan perineum lalu menyanggah kepala saat kepala lahir. Selanjutnya menanganan Bayi baru lahir.

4.

TEKNIK MELAHIRKAN BAHU SECARA KLASIK (DEVENTER)

1. Melahirkan lengan belakang dulu karena lengan belakang berada di ruang yang luas (sacrum), baru melahirkan lengan depan, tetapi bila lengan depan sulit dilahirkan maka lengan depan diputar menjadi lengan belakang yaitu punggung diputar melewati sympisis.

2. Kedua kaki janin di pegang dengan tangan penolong pada pergelangan kaki, ditarik ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu.

3. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong yaitu jari telujuk dan jari tengah masuk ke jalan lahir menelusuri bahu, vosa cubiti, lengan dilahirkan seolah-olah mengusap muka janin.

4. Untuk melahirkan bahu depan kaki janin di pegang dengan tangan kanan ditarik curam kebawah ke arah punggung ibu kemudian dilahirkan.

5. Bila lengan depan sulit dilahirkan maka harus diputar menjadi lengan belakang yaitu lengan yang sudah lahir di sekam dengan kedua tangan penolong sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong terletak di punggung dan sejajar dengan sumbu badan janin sedang jari yang lain mencengkeram dada, kemudian di putar punggung melewati sympisis sehingga lengan depan menjadi lengan belakang lalu lengan dilahirkan dengan teknik tersebut di atas.

5.

Prinsip : memutar badan janin dalam setengah lingkaran bolak-balik sambil dilakukan traksi curam ke bawah, sehingga bahu yang sebelumnya berada di belakang akhirnya lahir di bawah sympisis

1. Badan janin dipegang secara femuropelvik sambil dilakukan traksi curam ke bawah badan janin di putar setengah lingkaran sehingga bahu belakang menjadi bahu depan. Kemudian sambil dilakukan traksi badan janin di putar kembali ke arah yang berlawanan setengah lingkaran sehingga bahu belakang tampak di bawah sympisis dan lengan dapat di lahirkan

2. Bila lengan janin tidak bisa lahir dengan sendirinya maka lengan janin dapat di lahirkan dengan kedua jari penolong

6.

TEKNIK MELAHIRKAN LENGAN MENUNJUK SECARA BISKENBACH

1. Bila lengan belakang yang menunjuk maka badan janin dicekam dengan kedua tangan penolong yaitu kedua ibu jari diletakkan pada punggung janin sejajar sumbu panjang badan, sedang jari yang lain mencekam badan. Badan janin diputar searah dengan arah lengan tersebut terletak di depan dada dan menjadi lengan belakang kemudian dilahirkan secara klasik.

2. Bila lengan depan yang menunjuk maka dilahirkan dengancara yang sama hanya cara memegang badan dibalik ibu jari diletakkan di dada dan jari yang lain mencekam punggung.

Catatan: Bila sedang melakukan pimpinan persalinan secara brach kemudian terjadi kemacetan lengan maka harus dilakukan pemeriksaan dalam apakah kemacetan tersebut karena kelainan posisi lengan.

7.

TEKNIK MELAHIRKAN KEPALA SECARA MAURECEAU

1. Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin(tangan yang dekat dengan perut janin)

dimasukkan ke dalam jalan lahir yaitu jari tengah dimasukkan ke dalam mulut janin, jari telunjuk dan jari manis pada vosa canina, sedangkan jari yang lain mencekam leher, kemudian badan bayi ditunggangkan pada lengan bawah.

2. Kedua tangan penolong menarik curam ke bawah sambil seorang asisten melakukan kristeller ringan. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh tangan penolong yang mencekam leher janin. Bila oksiput tampak di bawah sympisis kepala janin dielevasi ke atas dengan suboksiput sebagai hipomoklion sehingga lahir berturut-turut dagu, mulut,hidung, mata, dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya seluruh kepala.

8.

PERASAT WIGAND M WINGKEL

Tunggangkan badan bayi pada lengan penolong yang dekat dengan perut bayi kemudian lakukan hiperlordosis dan tangan kiri penolong melakukan kristeller lalu gerakkan ke atas hingga lahir dagu, mulut, hidung, dahi dan kepala.

9.

TEKNIK EKSTRAKSI KAKI BILA KAKI DEPAN LAHIR LEBIH DULU

1. Kaki ditarik keluar diusahakan betis menghadap ke atas, hingga punggung anak juga menghadap ke depan untuk memudahkan ekstraksi

2. Tungkai bawah yang sudah lahir dipegang dengan kedua ibu jari sejajar pada betis, jari yang lain di sebelah belakang

3. Pegangan dipindahkan pada pangkal paha setinggi mungkin dengan kedua ibu jari sejajar pada sumbu paha dan jari lainnya di belakang paha, ditarik curam ke bawah sampai trochanter mayor depan lahir

4. Kedua pangkal paha dengan pegangan yang sama ditarik ke atas sehingga trochanter belakang lahir

5. Setelah lipatan paha kelihatan lalu dikait dengan jari telunjuk tangan kiri

6. Setelah bokong lahir dipegang dengan ibu jari sejajar pada sacrum, jari-jari lain pada masing-masing paha ditarik curam ke bawah sampai pusat kelihatan lalu tali pusat dikendorkan. Lalu ditarik terus curam ke bawah hingga ujung scapula depan di bawah sympisis.

7. Bahu dan lengan dilahirkan secara klasik dan kepala dilahirkan secara mauriceau

10.

TEKNIK EKSTRAKSI KAKI BILA KAKI BELAKANG LAHIR LEBIH DAHULU

1. Dengan cara yang sama kaki belakang ditarik lebih dulu. Berhubung kaki belakang lahir lebih dulu, maka bokong depan tersangkut pada tepi atas symphisis. Untuk menghindari kesulitan tersebut maka tungkai belakang ditarik lebih curam ke bawah hingga pusat kelihatan kemudian tali pusat dikendorkan. Tarikan terus ke bawah sampai ujung scapula depan kelihatan di bawah symphisis

2. Tarik terus ke bawah sampai trochanter mayor depan berada di bawah symphisis, ditarik lagi curam ke bawah hingga bokong depan lahir

3. Lipatan paha depan dikait dengan satu jari yaitu jari telunjuk tangan kanan

4. Pegangan beralih, kedua ibu jari sejajar pada sacrum, jari-jari yang lain masing-masing pada paha, ditarik ke bawah hingga pusat kelihatan kemudian tali pusat dikendorkan. Tarik terus ke bawah sampai ujung scapula depan kelihatan di bawah symphisis

5. Kedua bahu dan lengan dilahirkan secara klasik dan kepala dilahirkan secara maureciau

11.

Ä Penanganan Bayi Baru Lahir

25. Setelah seluruh badan lahir pegang bayi bertumpu pada lengan kanan sedemikian rupa sehingga bayi menghadap ke arah penolong. Nilai bayi, kemudian letakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala lebih rendah dari badan (bila tali pusat terlalu pendek, letakkan bayi di tempat yang

26. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian tali pusat.

27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilikus bayi melakukan urutan pada tali ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama

28. Memegang tali pusat di antara 2 klem menggunakan tangan kiri dengan perlindungan jari-jari tangan kiri, memotong tali pusat di antara kedua klem

29. Mengganti pembungkus bayi dengan kain kering dan bersih membungkus bayi hingga kepala 30. Memberikan bayi kepada ibu untuk disusui bila ibu menghendaki

12.

Penataksanaaan Aktif Persalinan Kala Tiga Ø Menyuntikkan Oksitosin

31. Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal 32. Memberitahu ibu akan disuntik

33. Meyuntikkan oksitosin 10 unit secara IM pada bagian luar paha kanan 1/3 atas setelah melakukan aspirasi terlebih dahulu untuk memastikan bahwa ujung jarum tidak mengenai pembuluh darah.

Ø Penegangan Tali Pusat Terkendali

34. Memindahkan klem tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva

35. Meletakkan tangan kiri di atas symphisis menahan bagian bawah uterus, sementara tangan kanan memegang tali pusat menggunakan klem atai kain kasa dengan jarak 5-10 cm dari vulva

36. Saat uterus kontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokranial

Bila uterus tidak segera kontraksi, minta ibu/ keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu. Ø Mengeluarkan Plasenta

37. Jika dengan penegangan tali pusat terkendali bertambah panjang dan terasa adanya pelepasan plasenta, minta ibu untuk meneran sedikit sementara tangan kanan menarik tali pusat ke arah bawah kemudian ke atas dengan kurve jalan lahir hingga plasenta tampak pada vulva

™ Bila tali pusat bertambah panjangtetapi plasenta belum lahir, pindahkan kembali klem hingga berjrak 5-10 cm dari vulva

™ Bila plasenta belum lepas setelah mencoba langkah no.36 dalam waktu 15 menit F Suntik ulang oksitosin IM

F Periksa kandung kemih lakukan kateterisasi bila penuh F Beritahu keluarga untuk persiapan merujuk

F Ulangi langkah no.36 selama 15 menit

F Rujuk ibu bila plasenta tidak lahir setelah mencoba langkah no.36 dalam waktu 15 menit kedua. 38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tekanan) pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.

Bila selaput ketuban robek, dapat digunakan klem untuk menarik robekan selaput ketuban tersebut keluar atau masukkan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan ke dalam vagina untuk melepaskan selaput ketuban dari mulut rahim.

Ø Massase Uterus

39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan massase pada fundus uteri dengan menggosok fundus secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)

Ø Memeriksa kemungkinan adanya perdarahan Pasca Persalinan

40. Periksa bagian maternal dan bagian fetalplasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap dan masukkna ke dalam kantong plastik yang tersedia.

Bila kontraksi uterus tidak baik setelah 15 detik melakukan massase mulai kompresi bimanual interna. 41. Memeriksa apakah ada robekan pada introitus vagina dan perineum yang menimbulkan perdarahan aktif

Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif segera lakukan penjahitan Ä Pasca Tindakan

42. Periksa kembali kontraksi uterus dan tanda adanya perdarahan pervaginam, pastikan kontraksi uterus baik

43. Membersihkan sarung tangan dari lendir dan darah di dalam larutan klorin 0,5% kemudian bilas tangan yang masih mengenakan sarung tangan dengan air yang sudah didensifeksi tingkat tinggi Ä Mengikat Tali Pusat

44. Mengikat tali pusat ± 1 cm dari umbilikus dengan simpul mati 45. Mengikat balik tali pusat dengan simpul mati untuk kedua kalinya

46. Melepaskan klem pada tali pusat dan memasukkannya dalam wadah berisi larutan klorin 0,5% 47. Membungkus kembali bayi

48. Berikan bayi kepada ibu untuk disusui

49. Lanjutkan pemantapan terhadap kontraksi uterus, tanda perdarahan pervaginam dan tanda vital ibu: F 2-3 kali dalam 10 menit pertama

F Setiap 15 menit pada 1 jam pertama F Setiap 20-30 menit pada jam kedua

Bila kontraksi baik dan mengajarkan untuk melakukan massase uterus apabila kontraksi uterus tidak baik.

50. Mengajarkan ibu/ keluarga untuk memeriksa/ merasakan uterus yang memiliki kontraksi baik dan mengajarkan untuk melakukan massase uterus apabila kontraksi uterus tidak baik

51. Mengevaluasi jumlah perdarahan yang terjadi 52. Memeriksa tekanan darah dan nadi ibu. Ä Kebersihan dan Keamanan

53. Merendam semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 %

54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang disediakan

55. Membersihkan ibu dari sisa air ketuban, lendir dan darah dan mengganti pakaiannya dengan pakaian bersih/ kering

56. Memastikan ibu merasa nyaman dan memberitahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum

57. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%

58. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%, melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%

59. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir 60. Melengkapi partograf

Dalam dokumen kala II (Halaman 85-96)

Dokumen terkait