• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.4 Pembelajaran Matematika Realistik

2.1.5.4 Mengolah Informasi (Asosiasi)

Menurut teori asosiasi, proses pembelajaran akan berhasil secara efektif jika terjadi interaksi langsung antara pendidik dengan peserta didik. Prinsip dasar proses pembelajaran yang dianut oleh Thorndike adalah asosiasi , yang juga dikenal dengan teori Stimulus Respon (S-R). menurut Thorndike proses pembelajaran lebih khusus lagi proses belajar peserta didik terjadi secara perlahan atau bertahap, bukan secara tiba-tiba. Thorndike mengemukakan beberapa hukum dalam proses pembelajaran (Nasution, 2013).

Bandura mengembangkan asosiasi dalam pembelajaran dapat dilakukan melalui proses peniruan (imitation). Teori asosiasi ini sangat efektif menjadi landasan

dari pembelajaran partisipatif. Dengan cara ini peserta didik akan melakukan peniruan terhadap apa yang nyata diobservasinya dari kinerja guru dan temannya dikelas (Nasution, 2013).

Aplikasi pengembangan aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan daya asosiasi peserta didik dapat dilakukan dengan cara berikut ini (Nasution, 2013).

(a) Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum.

(b) Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. Tugas utama guru adalah member instruksi singkat tapi jelas dengan disertai contoh-contoh, baik dilakukan sebdiri maupun dengan cara simulasi.

(c) Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari yang sederhana (persyaratan rendah) sampai pada yang kompleks (persyaratan tinggi). (d) Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. (e) Setiap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki.

(f) Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan atau pelaziman.

(g) Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik.

(h) Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemampuan memberikan tindakan pembelajaran perbaikan.

Seperti telah dijelaskan diatas, ada dua cara melakukan asosiasi yaitu dengan logika induktif dan deduktif. Logika induktif adalah cara menarik kesimpulan dari

fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum. Sedangkan logika deduktif merupakan cara menarik kesimpulan dari pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus. Dengan pola ini siswa dapat mengolah informasi dengan logika induktif dari pecobaan yang telah dilakukan sebelumnya, dan dengan menggunakan logika deduktif dengan membandingkan teori-teori yang telah ada dengan hasil percobaanya (Nasution, 2013).

2.1.5.5Mengkomunikasikan

Pada kegiatan ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan hasil percobaan dan asosiasinya kepada siswa lain dan guru untuk mendapatkan tanggapan. Kegiatan ini memiliki keuntungan bagi siswa yaitu meningkatkan rasa percaya diri dan kesungguhan dalam belajar. Dengan mengkomunikasikan hasil percobaan dan asosiasi yang telah dilakukan peserta didik dalam pembelajaran akan memperkuat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang telah disajikan dalam pembelajaran (Nasution, 2013).

Metode saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar yaitu teori Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky. Teori belajar Bruner disebut sebagai teori belajar penemuan. Ada empat hal pokok berkaitan dengan teori belajar Bruner (dalam Carin & Sund, 1975). Pertama, individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua dengan menggunakan proses-proses

kognitif dalam proses penemuan, siswa akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatu penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan penemuan, maka akan memperkuat retensi ingatan. Empat hal diatas adalah bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran dengan menggunakan metode saintifik (Daryanto, 2014:51).

Teori Piaget, menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan pembentukan dan perkembangan skema (jamak schemata). Skema adalah suat struktur mental atau struktur kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya (Baldwin 1967). Skema tidak pernah berhenti berubah, skemata seorang anak akan berkembang menjadi schemata orang dewasa. Proses yang menyebabkan terjadinya perubahan skemata disebut dengan adaptasi.proses terbentuknya adaptasi ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses kognitif yang dengannya sesorang mengintegrasikan stimulus yang dapat berupa persepsi, konsep, hukum, prinsip ataupun pengalaman baru kedalam skema yang sudah ada di dalam pikirannya. Akomodasi dapat berupa pembentukan skema baru yang dapat cocok dengan ciri-ciri rangsangan yang ada atau memodifkasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan ciri-ciri stimulus yang ada. Dalam pembelajaran diperlukan adanya penyeimbang atau ekuilibrasi antara asimilasi dan akomodasi.

Vygotsky, dalam teorinya menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas itu berada dalam zone of proximal development daerah terletak antara tingkat

perkembangan anak saat ini yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu (Daryanto, 2014:51).

Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut: (Daryanto, 2014:52)

1) Berpusat pada siswa.

2) Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, hukum, atau prinsip.

3) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. 4) Dapat mengembangkan karakter siswa.

Tujuan pembeajaran dengan pendekatan saintfik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut (Daryanto, 2014:54).

(a) Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.

(b) Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.

(c) Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhuan.

(d) Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.

(e) Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnyadalam menulis artikel ilmiah.

(f) Untuk mengembangkan karakter siswa.

Prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut (Daryanto, 2014:58).

(a) Pembelajaran berpusat pada siswa.

(b) Pembelajaran membentuk student self concept.

(c) Pembelajaran terhindar dari verbalisme.

(d) Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip.

(e) Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa. (f) Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar

guru.

(g) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi.

(h) Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.

Dokumen terkait