Halaman 52
Menguatkan Partisipasi Masyarakat dalam Tata Kelola
Manajemen Berbasis Sekolah di Bener Meriah
Situasi sebelum program dilakukan
Bener Meriah merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Aceh dengan total populasi sekitar 128. 538 orang (BPS Kabupaten Bener Meriah, 2012). Terkait dengan pendidikan, sekitar 98,76% dari penduduk tersebut sudah bisa membaca dan menulis. Namun hanya sekitar 50% yang tamat sekolah dasar (SD) dan kurang dari 25% yang menyelesaikan pendidikan tingkat lanjutan (SMA).
Masih rendahnya kesadaran masyarakat di Kabupaten Bener Meriah untuk menyelesaikan pendidikan formal sampai tingkat SMA bisa jadi disebabkan karena kualitas pendidikan di sekolah belum baik akibat kurangnya komunikasi antara Dinas Pendidikan setempat dan sekolah untuk memberikan pemahaman tentang manfaat sekolah untuk masa depan masyarakat Bener Meriah.
Sebagai unit penyedia layanan pendidikan, sebagian besar sekolah di kabupaten ini masih memiliki keterbatasan dalam melaksanakan proses pendidikan yang baik. Hal ini antara lain disebabkan karena (1) kapasitas sumber daya manusia masih kurang, (2) sarana dan prasarana yang terbatas, (3) metode pembelajaran yang masih konvensional, dan (4) pengelolaan sekolah kurang transparan dan tidak partisipatif, sehingga komunikasi dan kerjasama dengan orangtua dan masyarakat pun tidak berjalan optimal.
Sementara dari sisi pengguna layanan, dalam hal ini siswa, orangtua, dan masyarakat secara umum kurang mau terlibat dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi sekolah. Mereka merasa atau menganggap pengaduan dan keluhan mereka selama ini ke sekolah tidak diperhatikan dan tidak ditindaklanjuti juga oleh sekolah. Tidak adanya sistem dan manajemen komplain yang benar membuat sebagian besar keluhan masyarakat tidak mendapat respon yang baik dari sekolah, sehingga orangtua
Berbagi Praktik Baik Tata Kelola Pendidikan
Halaman 53 dan masyarakat pun menjadi kurang peduli dengan sekolah. Ditambah juga dengan masih terbatasnya kapasitas Komite Sekolah, membuat peran dan fungsi sebagai besar komite sekolah yang ada di Kabupaten Bener Meriah belum berjalan optimal.
Secara umum kenyataan di atas menunjukkan bahwa pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di sebagian besar sekolah belum berjalan secara efektif dan efisien. Prinsip utama dari MBS sebagaimana yang tertulis dalam Peratuan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 49 Ayat (1) adalah:
“Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian,
kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas”. Ketika tata kelola sekolah masih
belum bersifat partisipatif, transparan dan akutabel, maka hal itu menunjukkan masih belum optimalnya pelaksanaan MBS di sekolah tersebut.
Bentuk inovasi
Partisipasi masyarakat dalam manajemen sekolah sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan. Program ini mempertemukan sisi penyedia dan pengguna layanan.
Survei pengaduan merupakan salah satu komponen dalam kerangka MBS yang dimaksudkan agar sekolah dapat memperoleh masukan dari murid, orangtua, dan masyarakat tentang apa yang dirasakan dan dibutuhkan
terkait dengan pelayanan sekolah. Dalam penerapannya, MBS menekankan pentingnya kerjasama tata kelola di kedua sisi, yaitu:
1. Sisi penyedia layanan:
d. Intervensi yang dilakukan dengan memberikan pelatihan kepada Dinas Pendidikan dan pihak sekolah untuk membahas langkah-langkah sistematis
Manfaat komite sekolah dalam pemenuhan standar pelayanan minimal sangat tinggi. Komite sekolah dapat mengetahui mana yang dapat dipenuhi oleh
sekolah, dan mana yang dipenuhi oleh kabupaten.
- Salmiati Komite Sekolah MIN Janarata
Halaman 54 dalam penerapan MBS dan berbagi pengalaman praktek yang baik yang sudah dilakukan di daerah lainnya.
e. Pihak sekolah juga diberikan pemahaman tentang pentingnya peranan Komite Sekolah dan masyarakat secara luas dalam mengoptimalkan penerapan MBS ini. Selain itu diberikan juga pendampingan kepada sekolah mitra untuk terampil dalam mengajak dan mendorong keterlibatan komite sekolah dan masyarakat dalam ikut menyelesaikan permasalahan pendidikan.
f. Peningkatan kapasitas Dinas Pendidikan dan sekolah dalam mengembangkan suatu mekanisme dan prosedur di mana pemangku kepentingan di masyarakat dapat menyampaikan aspirasi dan pendapat mereka secara efektif dan efisien. Peran masyarakat penting untuk membangun tata kelola yang partisipatif dan responsif sesuai dengan prinsip MBS.
2. Sisi penerima layanan:
d. Pemberdayaan atau penguatan fungsi dan peran pemangku kepentingan di tingkat kabupaten dan kecamatan.
e. Pemberdayaan fungsi dan peran Komite Sekolah sebagai rekan kerja Kepala Sekolah dan Guru.
f. Mendorong keterlibatan aktif masyarakat dalam perencanaan dan monitoring pelayanan publik melalui mekanisme Survei Pengaduan secara tertulis dan sistematis.
Untuk bisa melakukan pendekatan di kedua sisi tersebut, strategi utama yang harus dibangun adalah hubungan dan komunikasi di antara para pemangku kepentingan. Pengembangan komunitas Manajemen Berbasis Sekolah dapat berjalan apabila ada komunikasi dan rasa saling percaya. Peningkatan kapasitas dari penyedia dan pengguna layanan telah dilakukan lewat beberapa kegiatan inovatif, yaitu:
Berbagi Praktik Baik Tata Kelola Pendidikan
Halaman 55
Gambar 1. Komite sekolah berdikusi dengan sekolah tentang kondisi pelayanan
pendidikan disekolah
Strategi awal yang diperlukan adalah mendorong pemerintah Kabupaten Bener Meriah untuk membuat kebijakan yang diperlukan agar ada komitmen bersama antara Dinas Pendidikan, DPRD, dan Bappeda untuk implementasi program. Dukungan tersebut diwujudkan dengan kesediaan Pemerintah Daerah untuk mendukung penyediaan anggaran (cost sharing) selama implementasi program. Dukungan yang baik dari pemerintah daerah merupakan modal awal yang baik untuk memperbaiki pelayanan publik di sektor pendidikan ini.
Kebijakan pendukung lainnya adalah penunjukkan fasilitator daerah (Fasda) untuk terlibat dalam pendampingan terhadap sekolah dan masyarakat. Untuk itu Dinas Pendidikan telah menetapkan sebanyak 15 Fasda dari unsur kepala sekolah dan pengawas sekolah yang dilatih sebagai instruktur tingkat kabupaten. Penetapan ini dilakukan secara bertahap, pada tahun pertama 5 Fasda dari unsur kepala sekolah, sedangkan pada tahun kedua ditambah 10 fasilitator dari unsur pengawas sekolah.
Program ini juga melibatkan madrasah yang ada di Kabupaten Bener Meriah, sehingga telah dilakukan juga kegiatan bersama antara Dinas Pendidikan dan Kemenag untuk menyusun rencana kerja secara bersama dengan melibatkan para pemangku kepentingan. Penyusunan rencana kerja ini diperlukan agar semua pihak mengetahui secara tahapan-tahapan implementasi program dan peran mereka masing-masing.
2. Peningkatan Kapasitas Masyarakat.
Ketika partisipasi dan keterlibatan diperlukan dari para pengguna layanan, maka hal utama yang diperlukan adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka agar memahami peran dan fungsinya dalam memberikan
Halaman 56 kontribusi perbaikan di sektor pendidikan.
Untuk itu telah dilakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam bentuk berikut ini:
a. Pembentukan Forum Peduli Pendidikan
Keberadaan program KINERJA di tingkat kabupaten membuat terselenggaranya beberapa pertemuan dan FGD, baik yang sifatnya formal maupun informal, yang melibatkan berbagai lapisan masyarakat, seperti unsur akademisi, tokoh masyarakat, pengusaha, pegiat LSM, tokoh adat, tokoh perempuan, komite sekolah, pengawas sekolah dan lain-lain. Dari diskusi tersebut, muncullah inisiatif untuk membentuk suatu forum masyarakat di tingkat kabupaten diberi nama Forum Peduli Pendidikan Bener Meriah (FPPBM).
Forum ini bersifat sukarela dengan tujuan utama adalah sebagai wadah masyarakat untuk advokasi kebijakan dalam rangka peningkatan pelayanan dan mutu pendidikan, mendorong peningkatan partisipasi masyarakat, melakukan pertemuan rutin dengan forum komite kecamatan, dan ikut terlibat dalam penguatan komite sekolah.
b. Pembentukan Forum Komite di Tingkat Kecamatan
Hal lain yang juga disadari penting dalam penerapan Manajemen Berbasis Sekolah adalah berjalannya peran dan fungsi Komite Sekolah sebagai representasi orangtua dan masyarakat di sekolah. Untuk pemberdayaan Komite Sekolah, dibentuklah suatu forum kerja yang disebut Forum Komite Kecamatan (FKK). Forum ini merupakan sebuah wadah bersama dari komite 20 sekolah mitra yang ada di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Wih Pesam, Bukit dan Bandar. Selain pengurus komite dari 20 sekolah mitra tersebut, anggota forum ini juga ditambah dengan tokoh masyarakat kecamatan, kepala desa, unsur perempuan dan pemuda.
Berbagi Praktik Baik Tata Kelola Pendidikan
Halaman 57 Forum ini bertujuan untuk mendiskusikan berbagai masalah yang dihadapi oleh komite sekolah dalam memperbaiki kualitas pelayanan sekolah dan solusi yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Hal-hal yang didiskusikan ini forum ini akan dibahas bersama dalam pertemuan rutin triwulan yang juga melibatkan Forum Peduli Pendidikan di tingkat Kabupaten Bener Meriah (FPPBM).
c. Peningkatan Kapasitas Sekolah.
Untuk peningkatan kapasitas sekolah sebagai penyedia layanan, dilakukan pelatihan dan pendampingan secara bertahap dan berkesinambungan. Semua sekolah mitra diberikan pemahaman tentang MBS yang berorientasi pelayanan publik dengan upaya peningkatan partisipasi, akuntabilitas, transparansi, responsif terhadap kebutuhan masyarakat.
Selain itu, difasilitasi juga pertemuan rutin lewat forum diskusi (FGD) yang melibatkan orangtua dan komite sekolah untuk mendorong komitmen semua pihak yang ada di sekolah agar dapat menerapkan prinsip dan sistem MBS yang berorientasi pelayanan publik.
Penguatan sekolah juga dikuatkan melalui pendampingan dalam penyusunan perencanaan kerja, baik RKS dan RKAS yang partisipatif dan melibatkan komite sekolah dan pemangku kepentingan lainnya yang terkait. Termasuk juga sekolah didorong untuk melakukan publikasi kode etik sekolah, identitas guru kelas, perencanaan sekolah dan laporan keuangan sebagai bukti transparansi pihak sekolah.
3. Pembentukan Tim Pelayanan Publik
Sebagai bagian dari penguatan pelayanan publik maka di tingkat sekolah dibentuk Tim Pelayanan Publik (TPP) yang terdiri dari guru dan komite sekolah. Tim ini yang akan proaktif terlibat dalam program pengembangan mekanisme pengaduan masyarakat. Termasuk membahas berbagai pengaduan masyarakat, baik yang
Halaman 58 disampaikan melalui mekanisme survei pengaduan maupun melalui kotak pengaduan dan SMS pengaduan yang dipersiapkan sekolah.
.
Proses pelaksanaan program
Setelah forum diskusi dan forum kerja terbentuk, maka implementasi program akan fokus kepada pelaksanaan Survei Pengaduan yang merupakan elemen penting dari keterlibatan masyarakat dalam perbaikan kualitas pendidikan.
Unit pelayanan publik, termasuk sekolah, memerlukan suatu sistem dan prosedur yang baik untuk mendapatkan masukan dari pengguna layanan. Masukan inilah yang akan menjadi dasar untuk penyedia layanan mengevaluasi dan memperbaiki kualitas pelayanannya. Dan penerapan MBS berorientasi pelayanan publik juga menekankan prinsip keterlibatan, transparansi dan akuntabilitas. Karena itu berbagai tahapan kegiatan dilakukan untuk melaksanakan survei pengaduan tersebut dan memperbaiki kualitas pelayanan sekolah di kabupaten Bener Meriah.
Secara sistematis proses pelaksanaan program survei pengaduan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pelatihan Sistem dan Pengelolaan Pengaduan Masyarakat
Pelatihan berlangsung selama 2 hari dan diikuti oleh pihak pengguna layanan antara lain siswa, orangtua siswa, komite sekolah dan masyarakat. Juga ada beberapa perwakilan dari sekolah yang ikut serta. Tujuan pelatihan ini adalah:
a. Mengidentifikasi pengaduan masyarakat yang disampaikan kepada sekolah. b. Menciptakan kesadaran penyedia layanan (sekolah) dan pengguna layanan
(masyarakat) tentang kegunaan dan manfaat survei pengaduan.
c. Membangun komitmen masyarakat untuk ikut terlibat dan berpartisipasi secara aktif dalam rangka peningkatan pelayanan publik di sekolah.
Selain itu membahas tentang sistematika pelaksanaan survei pelanggan, pelatihan ini juga membekali peserta dengan materi tentang Standar Pelayanan Minimal
Berbagi Praktik Baik Tata Kelola Pendidikan
Halaman 59
Gambar 2.Survei pengaduan di salah satu sekolah mitra Kinerja
(SPM). Karena salah satu prinsip tata kelola MBS berorientasi pelayanan publik adalah memuat capaian standar pelayanan publik, standar pelayanan minimal (SPM), dan standar nasional pendidikan sehingga penting bagi pengguna layanan untuk memahami hal tersebut.
2. Persiapan Survei Pengaduan di Sekolah.
Dalam tahap persiapan ini, dilakukan pembentukan tim survei yang terdiri dari fasilitator daerah, komite sekolah, dan perwakilan wali murid yang sudah mengikut pelatihan sebelum survei. Anggota tim ini nantinya akan bertindak sebagai pengumpul data atau pewawancara masyarakat pengguna pelayanan untuk mengkonfirmasi pernyataan pengaduan yang ada di dalam kuesioner.
Dalam persiapan ini, tim survei juga melakukan diskusi dengan tim dari Pusat Kajian Pendidikan dan Masyarakat (PKPM) untuk berbagi pengalaman dan memperkuat kesiapan pelaksanaan survei. Selain itu juga disiapkan beberapa hal terkait pembagian wilayah survei, jumlah responden, alat bantu kerja yang diperlukan, sosialisasi survei pengaduan, dan strategi membangun komunikasi dengan responden.
3. Pelaksanaan Survei Pengaduan
Dalam pelaksanaan survei, total jumlah responden untuk 20 sekolah mitra adalah 3.752 orang yang terdiri dari siswa, orangtua siswa, dan masyarakat sekitar sekolah. Dalam penyebaran kuesioner, tim survei berkunjung secara langsung ke sekolah dan membagikan kuesioner kepada siswa dengan ikut dibantu
oleh komite sekolah dan guru dari sekolah yang disurvei. Sedangkan untuk orangtua siswa, berdasarkan kesepakatan dengan pihak sekolah, mereka diundang ke sekolah pada hari pelaksanaan survei. Tingkat kehadiran dan partisipasi orangtua saat pelaksanaan survei sangat baik sehingga
Halaman 60 Gambar 3. Staff organisasi mitra pelaksana Kinerja, PKPM, mendampingi sekolah menganalisa hasil survey pengaduan
tim survei dapat melaksanakan survei sesuai dengan waktu (5 hari) dan rencana yang telah disusun.
4. Pengolahan Data Hasil Survei
Setelah data kuesioner dari lapangan terkumpul, ada 2 kegiatan utama yang dilakukan tim survei dalam tahap pengolahan data ini, yaitu:
a. Rekapitulasi Data Kuesioner – data yang masuk dihitung setiap hari dan dibuat dalam rekapitulasi harian hasil survei. Dan nanti setelah seluruh data sudah masuk, dilakukan rekapitulasi akhir dari data tersebut untuk dicocokkan dengan total jumlah dari hasil rekapitulasi harian.
b. Pembuatan Index Pengaduan Masyarakat (IPM) – hasil rekapitulasi data tersebut disusun secara berurutan mulai dari permasalahan atau pengaduan yang jumlahnya paling banyak sampai ke jumlah paling sedikit. Hasil IPM inilah yang akan dipublikasikan kepada masyarakat dengan cara setiap sekolah memajang hasil IPM tersebut di papan informasi yang ada di sekolah dan dapat di akses oleh masyarakat luas yang ingin mengetahui hasil survei pengaduan tersebut.
5. Lokakarya Analisa Hasil Survei Pengaduan Sebagai tindak lanjut dari pengolahan data hasil survei tersebut, maka dilakukan lokakarya analisa hasil survei yang dihadiri oleh Kepala Sekolah dan perwakilan Guru dari 20 sekolah mitra. Juga diundang beberapa perwakilan Komite Sekolah dan tokoh masyarakat. Tujuan dari lokakarya ini adalah:
a. Melakukan analisa lebih detil tentang masalah-masalah yang mungkin memiliki hubungan sebab akibat dalam hasil survei pengaduan tersebut.
Berbagi Praktik Baik Tata Kelola Pendidikan
Halaman 61 Gambar 4. Penandatanganan janji
perbaikan layanan disaksikan pejabat dan perwakilan masyarakat Kabupaten Bener Meriah
untuk mengatasi masalah.
c. Menentukan dan menentukan prioritas perbaikan yang akan dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut.
d. Menyusun draf janji perbaikan pelayanan.
Lokakarya berjalan baik dan seluruh peserta cukup aktif dalam menyampaikan pendapatnya terkait hasil survei tersebut dan mereka juga bisa memberikan alternatif solusi sebagai masukan bagi pihak sekolah terkait.
6. Janji Perbaikan Layanan
Hasil analisa ini harus ditindaklanjuti oleh masing-masing sekolah untuk dibahas lagi bersama komite sekolah dan pemangku kepentingan lainnya untuk memastikan bahwa draft tersebut bisa dilaksanakan. Janji Perbaikan Layanan ini akan menjadi salah satu dasar bagi setiap sekolah dalam menyusun rencana kerja
dan anggaran tahunan sekolah (RKAS).
Pada tanggal 2 Mei 2013 seluruh pemangku kepentingan di kabupaten Bener Meriah, termasuk Dinas Pendidikan dan Kemenag, ikut hadir untuk penandatanganan Janji Perbaikan Layanan. Suatu momen awal yang penting untuk memulai langkah perbaikan pelayanan publik yang sesuai dengan prinsip MBS di mana pengelolaan sekolah harus partisipatif, transparan, akuntabel, dan responsif.
Demikian tahapan pelaksanaan program penguatan kapasitas penyedia dan pengguna layanan di tingkat kabupaten Bener Meriah. Selain tim pelaksana KINERJA-USAID,
Halaman 62 banyak pihak yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang telah berlangsung sesuai dengan perannya yang diuraikan sebagai berikut:
a. Pemerintah Daerah, dalam hal ini DinasPendidikan dan Kemenag sebagai penentu kebijakan dan memberikan nasihat dan dukungan yang diperlukan dalam implementasi program serta melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan program.
b. Fasilitator Daerah (Fasda) menjadi fasilitator dari kegiatan-kegiatan pelatihan dan pendampingan terkait pelaksanaan program di setiap sekolah mitra.
c. Masyarakat yang tergabung dalam Forum Peduli Pendidikan Bener Meriah (FPPBM) berperan melakukan advokasi yang mendorong peningkatan kapasitas penyedia dan pengguna layanan dalam program MBS berorientasi pelayanan publik ini.
d. Kepala Sekolah dan Guru aktif berperan dalam membangun komunikasi yang efektif antara komite, masyarakat dan pihak sekolah. Bersama komite, juga aktif terlibat sebagai pelaksana kegiatan survei pengaduan dan menindaklanjuti janji perbaikan pelayanan hasil survei pengaduan yang telah disampaikan masyarakat.
e. Siswa di sekolah mitra juga berperan dalam pelaksanaan survei pengaduan di mana mereka juga memberikan masukan tentang permasalahan yang ada di sekolah mereka.
f. Komite Sekolah berperan penting dalam memobilisasi partisipasi masyarakat secara luas dan menjadi rekan kerja sekolah dalam melaksanakan berbagai kegiatan dalam program ini
g. Media Lokal membantu publikasi dan sosialisasi program sehingga program ini mendapat apresiasi yang baik dari masyarakat di Kabupaten Bener Meriah.
Anggaran yang diperlukan
Untuk melaksanakan survei pengaduan, sekolah tidak memerlukan anggaran khusus, hanya membutuhkan dana untuk menggandakan kuesioner survei dan konsumsi selama rapat-rapat komite sekolah.
Berbagi Praktik Baik Tata Kelola Pendidikan
Halaman 63
Hasil dan dampak program
Penerapan survei pengaduan sebagai salah satu pendekatan baru dalam mengembangkan komunitas MBS di Kabupaten Bener Meriah telah membawa hasil dan dampak perubahan dari berbagai aspek yang secara prinsip membangun kerja sama antara sekolah dan masyarakat menuju upaya perbaikan pelayanan publik di sekolah.
Berikut ini beberapa hasil dan dampak pelaksanaan program yang dirangkum berdasarkan aspek utama dalam penerapan MBS:
1. Meningkatnya Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Sekolah
Melalui program ini, sekolah telah menunjukkan itikad baik untuk mulai membangun model pengelolaan sekolah yang transparan kepada masyarakat. Sekolah sudah mempublikasikan berbagai dokumen kerja sekolah, seperti Rencana Kerja Sekolah (RKS), Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RKAS), Laporan Keuangan Sekolah, Indeks Pengaduan Masyarakat, dan Janji Perbaikan Layanan. Dokumen tersebut bisa dijumpai di papan pengumuman / mading yang ada di sekolah. Orangtua dan masyarakat sudah bisa mengsakses dan mengetahui hal-hal yang terkait dengan pengelolaan sekolah dalam rangka memperbaiki kualitas pendidikan di sekolah tersebut.
Halaman 64 Permasalahan yang dihadapi oleh sekolah seperti perlunya perbaikan sarana dan prasarana sekolah sudah direspon dengan positif oleh komite sekolah dan orangtua. Mereka mau membantu sekolah untuk memperbaiki beberapa fasilitas seperti perbaikan ruang kelas, halaman sekolah, pagar, toilet, dan fasilitas lainnya.
3. Tata Kelola Pelayanan Publik di Sekolah Lebih Responsif
Tim Pelayanan Publik yang ada di sekolah dan tim Survei Pengaduan telah menunjukkan sikap kerja yang responsif di mana keluhan dan pengaduan yang diterima dari masyarakat telah ditindaklanjuti secara sistematis dan didiskusikan melalui forum-forum yang ada secara regular. Ini memberikan contoh konkrit dari aspek responsif yang menjadi salah satu aspek penting dalam pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah.
.
Hasil yang telah dicapai tersebut secara keseluruhan memberikan dampak positif bagi pelayanan publik di Kabupaten Bener Meriah. Sekolah sebagai penyedia layanan sudah merasakan manfaat dari tata kelola yang transparan dan akuntabel, di mana komite sekolah dan masyarakat mau terlibat dan mendukung perbaikan fasilitas dan masalah-masalah lainnya yang dihadapi sekolah. Sementara di sisi pengguna layanan yaitu orangtua dan masyarakat sekarang memiliki rasa percaya pada pengelolaan sekolah. Mereka lebih mau aktif menjalankan peran dan fungsi mereka dalam ikut
Gambar 5. Masyarakat bergotong royong membangung kebun sekolah, sebagai salah satu respon hasil survey pengaduan.
Berbagi Praktik Baik Tata Kelola Pendidikan
Halaman 65 memperbaiki kualitas pendidikan. Sehingga secara umum masyarakat di Kabupaten Bener Meriah sekarang memiliki model konkrit penerapan MBS yang berorientasi pelayanan publik. Kabupaten Bener Meriah telah membangun suatu komunitas di mana penerapan MBS dapat menjadi contoh bagi kabupaten lain yang ada di Provinsi Aceh dan daerah lain di Indonesia.
Monitoring dan evaluasi
Implementasi program pengembangan komunitas MBS Berorientasi Pelayanan Publik di Kabupaten Bener Meriah ini tentu saja secara rutin dan sistematis dimonitor dan dievaluasi oleh Dinas Pendidikan, terutama pengawas sekolah. Hasil monitorinmg kemudian dibahas dalam pertemuan dengan Dinas Pendidikan, sekolah, dan para pemangku kepentingan terkait.
Masyarakat sendiri lewat Forum Peduli Pendidikan Bener Meriah secara periodik (per kuartal) melakukan pertemuan untuk membahas hal-hal yang sudah dilakukan dan yang masih perlu ditindaklanjuti sesuai dengan hasil survei pengaduan dan janji layanan yang telah dibuat.
Dalam manajemen sekolah sendiri, tentu saja Kepala Sekolah menjalankan fungsi supervisi melalui rapat kerja rutin dengan Dewan Guru dan Komite Sekolah untuk membicarakan pelaksanaan RKS dan RKAS sekolah sekaligus mengevaluasi pencapaian yang sudah atau belum terlaksana.
Tantangan yang dihadapi
Pelaksanaan MBS mendapat beragam reaksi dan tanggapan dari para pemangku kepentingan. Secara umum masyarakat di Kabupaten Bener Meriah mendukung pelaksanaan program, namun tetap ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam proses pengembangan komunitas MBS ini, antara lain:
Halaman 66 1. Tidak mudah menyakinkan semua sekolah sebagai unit penyedia layanan untuk
mau melaksanakan tata kelola yang transparan dan akuntabel. Dalam banyak pandangan, sekolah menganggap jika orangtua dan masyarakat mengetahui perencanaan dan laporan pertanggungjawaban sekolah maka semakin banyak