• Tidak ada hasil yang ditemukan

H. Kiat Membaca Cepat

I. Mengukur Kemampuan Membaca

Teknik membaca cepat dapat digunakan sebagai salah satu cara belajar efektif. Membaca cepat merupakan teknik membaca dengan memindahkan

11

Djago Tarigan dkk, Pendidikan Keterampilan Bahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka. Cet ke-17 2005) hlm 5.4- 5.7

12

Dr. Raghib As-Sirjani dan Amir Al-Madari, Spiritual Reading Hidup lebih Bermakna dengan Membaca, (solo: aqwam. Cet ke-1. 2007) hlm 152-155

padangan mata secara cepat, kata demi kata, frase demi frase, atau baris demi baris. Teknik membaca cepat bertujuan agar pembaca dapat memahami bacaan dengan cepat.

Pada umumnya, kecepatan membaca diukur dengan jumlah kata yang dapat dibaca per menit, dan pemahaman diukur dengan presentase dari jawaban yang benar tentang isi bacaan, tetapi hasil pengukuran kedua aspek ini harus diintegrasikan agar dapat menunjukan kemampuan membaca secara keseluruhan oleh karena itu rumus yang dipergunakan ialah:

Jumlah kata dalam bacaan x presentase pemahaman isi Lama membaca dalam sekon : 60

Untuk menghitung jumlah kata dalam bacaan dapat dipergunakan cara yang berikut:

1) Hitung jumlah kata yang terdapat dalam satu garis penuh (dari pinggir kiri ke pinggir kanan pada suautu halaman bacaan. Tuliskan jumlah itu pada selembar kertas catatan. Kata yang bersambung ke baris berikut tidak perlu dihitung).

2) Kemudian, hitunglah jumlah baris pada halaman bersangkutan dari baris pertama sampai baris akhir. Baris yang hanya smpai separuh dari panjang garis, atau kurang, tak perlu dihitung.

3) Kalikanlah jumlah kata pada a dan jumlah bari pada b hasil perkalian inilah jumlah kata (lebih kurang) yang terdapat dalam halaman bersangkutan. Jika bacaan itu terdiri dari bebebrapa halaman maka jumlah kata ialah hasil kali dari jumlah kata tiap baris, jumlah baris dan jumlah halaman.

Jika bacaan terdiri dai kolom-kolom seperti pada surat kabar, cara diatas dapat juga dipakai, tetapi dengan dasar kolom, bukanlah halaman.

Untuk mengukur waktu-baca biasanya yang dipergunakan ialah sekon, karena lama membaca tidak selalu tepat dalam menit. Oleh karena itu, jam yang

dipakai sebaiknya ialah jam yang pakai digit sampai sekon atau stopwatch. Yang dimaksud dengan waktu baca ialah jumlah sekon yang dipergunakan untuk membaca seluruh bacaan hingga selesai, tetapi tidak termasuk waktu yang dipakai untuk membaca pertanyaan.

Angka 60 yang ada dalam rumus tersebut dipergunakan sebagai indeks untuk mengubah waktu-baca dalam sekon menjadi menit, karena kemampuan membaca umumnya dinyatakan dengan jumlah kata per-menit.

Yang dimaksud dengan presentase pemahaman isi ialah persentase jawaban yang benar atas pertanyaan-pertanyaan yang tersedia, misalnua jika ada 5 pertanyaan, jawaban yang benar adalah 3, maka presentase pemahaman isi adalah 3/5 x 100% = 60%.

Untuk menyederhanakan rumus di atas simbol-simbol berikut dapat dipergunakan:

Kemampuan membaca = KM Jumlah kata per menit = KPM Jumlah kata dalam bacaan = KB Jumlah sekon membaca = SM Persentase pemahaman isi = PI Rumus tersebut ialah:

KM = KB x PI SM : 60 100

Contoh : KB = 500 SM = 120

Maka KM = 500 x 70 120 : 60 100 Kpm = 17513 Tingkat SD : 200 kpm Tingkat SMP : 200 – 250 kpm Tingkat SMA : 250 – 350 kpm Tingkat PT : 350 – 400 kpm

Jika harus disertai pemahaman isi bacaan minimal 70%, maka KEM-nya sbb:

Tingkat SD : 200 x 70% = 140 kpm

Tingkat SMP : 200 – 250 x 70% = 140 – 175 kpm Tingkat SMA : 250 – 350 x 70% = 175 – 245 kpm Tingkat PT : 350 – 400 x 70% = 245 – 280 kpm

Untuk kalian yang masih duduk di bangku SMP, usahakan agar bisa mencapai kecepatan membaca seperti berikut ini. Untuk kelas VII, Membaca Cepat 200 kata per menit. Untuk kelas VIII, Membaca Cepat 250 kata per menit. Untuk Kelas IX, Membaca Cepat 300 kata per menit14

13

D.P Tampubolon, Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien, (Bandung: Angkasa. edisi revisi 2008) hlm 243-245

14

Haryadi, Peningkatan Keterampilan Membaca Cepat Mahasiswa Jurusan BSI UNNES Dengan Perkulihan Berbasis Latihan Berjenjang Dan Pengalaman, (semarang :journal, ) hlm 4

J. Hipotesis

Hipotesis (hypo = sebelum; thesis = pernyataan, pendapat) adalah suatu pernyataan yang pada waktu diungkapkan belum diketahui kebenaranya, tetapi memungkinkan untuk diuji dalam kenyataan empiris.15

Hipotesis adalah alternatif dugaan jawaban yang dibuat peneliti bagi problematika yang diajukan dalam penelitiannya. Dugaan jawaban tesebut merupakan kebenaran yang sifatnya sementara, yang akan diuji kebenaranya dengan data yang dikumpulkan melalui penelitian. Dengan kedudukannya itu maka hipotesis dapat berubah menjadi kebenaran, akan tetapi juga dapat tumbang sebagai kebenaran.16

Hipotesis berasal dari dua penggalan kata, “hypo” yang artinya “di bawah” dan “thesa” yang artinya “kebenaran”. Jadi hipotesis secara etimologis artinya

kebenaran yang masih diragukan. Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti kebenaranya melalui data yang terkumpul.17

Dari teori di atas yang dijabarkan dapat disimpulkan hipotesis adalah dugaan sementara peneliti yang masih diragukan kebenaranya sampai diuji kebenaranya melalui data yang terkumpul dari hasil penelitian yang dilakukan. Hasil dari penelitian tersebut bisa menjadi kebenaran atau menjadi tumbang sebagai kebenaran.

Hipotesis yang digunakan untuk menguji kebenaran bahwa ada hubungan positif pemahaman isi terhadap kemampuan membaca cepat di SMPN 2 Cikarang Barat adalah hipotesis alternatif atau hipotesis kerja yang terarah dengan menggunakan analisis korelasi moment product (korelasi pearson).

15

W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Gramedia Cet ke-6. 2010) hlm 57

16

Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta 2013) hlm 55

17

Drs. Beni Ahmad Saebnani, Metode Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia. Cet ke-1 2008) hlm 145

Hipotesis alternatif atau hipotesis kerja, yakni hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antar variabel. Dalam notasi, hipotesis ini dituliskan dengan

“Ha”. Untuk hipotesis alternatif sendiri dapat dibedakan menjadi dua macam

yaitu: “hipotesis terarah” dan “hipotesis tidak terarah”. Untuk memperjelas

perbedaan antara hipotesis alternatif terarah dengan hipotesis tidak terarah adalah: 1. Dalam hipotesis terarah peneliti sudah berani dengan tegas menyatakan bahwa variabel bebas memang berpengaruh terhadap variabel tergantung.

2. Dalam hipotesis tidak terarah, peneliti merasakan adanya pengaruh, tetapi belum berani secara tegas menyatakan pengaruh tersebut. Ia baru berani menyatakan bahwa ada pengaruh.18

Korelasi pearson adalah statistik yang mengukur keserasian hubungan di antara dua variabel yang masing-masing diukur pada skala interval atau ratio, dengan asumsi bahwa masing-masing variabel.19

( )

Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

y =Jumlah perkalian antara variabel x dan Y

Cara Menghitung Korelasi Product Moment Dengan Angka Kasar

Tahapan yang harus dilalui untuk menyelesaikan Rumus Korelasi Product Moment dengan angka kasar adalah:

18

Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta. 2013) hlm 47-48

19

1. Jika jumlah pemahaman isi merupakan variabel X, kemampuan membaca cepat merupakan variabel Y.

2. Buatlah tabel penolong yang mengandung unsur-unsur atau faktor-faktor yang diperlukan dalam perhitungan korelasi sesuai dengan kebutuhan tabel Korelasi Product Moment dengan angka kasar.

3. Menjumlahkan subyek penelitian

4. Menjumlahkan variabel X dan variabel Y 5. Mengalikan antara variabel X dan variabel Y 6. Mengkuadratkan variabel X dan menjumlahkannya 7. Mengkuadratkan variabel Y dan menjumlahkannya

Setelah kita inventarisir seluruh faktor yang diperlukan dalam rumus Korelasi Product Moment dengan Angka kasar, maka angka-angka tersebut kita masukkan dalam rumus di atas.

Cara Memberi Interpretasi Terhadap

Untuk memberikan interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi ada dua cara, yaitu dengan kasar atau sederhana dan dengan berkonsultasi dengan Tabel Nilai r Product Moment. Namun sebelumnya saya perlu mengemukakan suatu pedoman statistik yang terkait dengan interpretasi nanti.

Hasil perhitungan korelasi pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar:

1. Korelasi positif kuat, apabila hasil perhitungan korelasi mendekati +1. Ini berarti bahwa setiap setiap kenaikan skor/nilai pada variabel X akan diikuti dengan kenaikan skor/nilai variabel Y. Sebaliknya, jika variabel X mengalami penurunan, maka akan diikuti dengan penurunan variabel Y. 2. Korelasi negatif kuat, apabila hasil perhitungan korelasi mendekati -1 atau

sama dengan -1. Ini berarti bahwa setiap kenaikan skor/nilai pada variabel X akan diikuti dengan penurunan skor/nilai variabel Y. Sebaliknya,

apabila skor/nilai dari variabel X turun, maka skor/nilai dari variabel Y akan naik.

3. Tidak ada korelasi, apabila hasil perhitungan korelasi( mendekati 0 atau sama dengan 0). Hal ini berarti bahwa naik turunnya skor/nilai satu variabel tidak mempunyai kaitan dengan naik turunnya skor/nilai variabel yang lainnya. Apabila skor/nilai variabel X naik, maka tidak selalu diikuti dengan naik atau turunnya skor/nilai variabel Y. Demikian juga sebaliknya. Hasil perhitungan korelasi product moment bergerak antara -1 sampai dengan +1. Jadi kalau ada hasil perhitungan korelasi product moment lebih besar (>) dari pada +1 atau kurang dari (<) -1, maka perhitungan tersebut jelas salah. Dengan berpedoman pada pernyataan tersebut maka dapat dilakukan rincian sebagai berikut:

-antara 0,800 s/d 1,000 =hubungan sangat tinggi/sangat kuat -anatara 0,600 s/d 0,800 =hubungan tinggi/kuat

-antara 0,400 s/d 0,600 =hubungan cukup

-antara 0,2000 s/d 0,400 =hubungan rendah/lemah

-antara 0,000 s/d 0,2000 =hubungan rendah sekali/lemah sekali Interpretasi juga dapat dilakukan dengan cara berkonsultasi terhadap Tabel Nilai r Product Moment dengan jalan:

a.Membuat hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nihil (Ho).

b.Menguji benar tidaknya hipotesis yang dikemukakan dengan cara membandingkan antara r diperoleh(ro) dengan cara r tabel (rt).

Dokumen terkait