• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemampuan Membaca Cepat Siswa Kelas VII di SMPN 2 Cikarang Barat Tahun Pelajaran 2015/2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kemampuan Membaca Cepat Siswa Kelas VII di SMPN 2 Cikarang Barat Tahun Pelajaran 2015/2016"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Ahmad Rizky

1111013000030

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

TAHUN PELAJARAN 201512016

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuJc Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Saijana Pendidikan

Dosen Pembimbing,

Nuryati Djihadah, M.Pd. M.A. NIP 196629081999032003

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA F AKULTAS ILMU TARBIY AH DAN KEGURUAN

(3)

1111013000030, diajukan kepada Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jaka1ia dan telah dinyatakan lulus dalam ujian Munaqasah pada tanggal 10

Oktober 2016 di hadapan dewan penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh

gelar Sa1jana Pendidikan (S.Pd.) dalam bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Jaka11a, 10 Oktober 2016 Panitia Ujian Munaqosah

Ketua Panitia (Ketua Jmusan.IProdi)

Makyun Subuki, M.Hum. NIP. 198404092011012015

Sekeitaris Panitia (Seke11aris .Jurusan/Prodi)

Toto Edidarmo, M.A NIP. 197602252008011020

Penguji I

Drs. Cecep Suhendi, M.Pd.

NIP. 196010171987031001

Penguji Il

Dr. Hinclun, M.Pd. NIP . 197012152009122001

Tanggal t。ョ、。t。ョセ@

fj1.ff57...

セ@

セ@ 2016

. fcJ ···

(4)

Nama : Ahmad Rizky Tempat, Tanggal Lahir : Bekasi, 30 Mei 1993

NIM : 1111013000030

Jurusan : Pendidikan Bahasa clan Sastra Indonesia Alamat : Pondok ungu

n.

Sultan Agung gg. Denyo

Rt 0 l/02 No. I Kee. Medan Satria Bekasi Barat

Menyatakan dengan sesungguhnya

Bahwa skripsi yang berjudul "KEMAMPUAN MEMBACA CEPAT KELAS VII DI SMP NEGRI 2 CIKARANG BARAT TAHUN AJARAN 2015/2016" adalah benar basil karya sendiri di bawah bimbingan:

Nama : Nuryati Djihadah, M.Pd

NIP : 196629081999032003

Demikian surat pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan siap menerima konsekuensi apabila temyata skripsi ini buka basil karya sendiri.

Jakarta, 23 Juli 2016 Yang menyatakan

(5)

“KEMAMPUAN MEMBACA CEPAT SISWA KELAS VII DI SMPN 2 CIKARANG BARAT TAHUN PELAJARAN 2015/2016”.

Tujuan penulis melakukan penelitian kemampuan membaca cepat siswa kelas VII di SMPN 2 Cikarang Barat tahun pelajaran 2015/2016. Untuk mengetahui kemampuan membaca cepat, Mengkatagorikan, Mengetahui sejauh mana pengaruh pemahaman isi terhadap kemampuan membaca siswa/i dengan menggunakan rumus statistika korelasi pearson kelas VII di SMPN 2 Cikarang Barat tahun pelajaran 2015/2016.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara tes membaca cepat pada teks biografi B.J Habibie dan tes pemahaman isi dengan soal essai. Dengan penyajian data berupa angka dan hasil pemahaman siswa diuji dengan rumus statistika menggunakan uji hipotesis menggunakan rumus korelasi pearson.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui kemampuan membaca cepat yang disertai isi pemahaman pada kelas VII di SMPN 2 Cikarang Barat dalam pada kategori lambat

60-80 kpm dengan rata-rata 86,4 Kpm. Dan pada uji statistik menggunakan rumus korelasi pearson diketahui sebesar 0,77 dan 0,73 berada di antara 0,600 – 0,800 pada kelas VII C dan B SMPN 2 Cikarang Barat. Berdasarkan pedoman yang telah dikemukakan dapat dinyatakan bahwa korelasi antara variabel X dan variabel Y tergolong tinggi/kuat.

(6)

is “KEMAMPUAN MEMBACA CEPAT SISWA KELAS VII DI SMPN 2 CIKARANG BARAT TAHUN PELAJARAN 2015/2016”.

Interest authors conducted a study's ability to read quickly students of class VII SMPN 2 of Cikarang Barat in the academic year 2015/2016. To determine the ability to read quickly, categorize, the extent to which the influence of understanding of the content of the reading ability of students using the formula Pearson correlation statistics class VII SMPN 2 of Cikarang Barat in the academic year 2015/2016.

The collecting data is doing by reading fast test at biography test and mastering and understanding text by an essay. by collecting data using a mark and also using a mastering and understanding the text result, and it would be correlated using a test of hypotesis test .by a correlation form of a pearson.

The result of the research, the reading skill which have mastering and understanding the text material at first year of SMPN 2 Cikarang Barat in a lower category60-80 kpm which a rates 86,4 Kpm. in a statistic test using a correlation form of a pearson the result is in a mark of 0,77 and 0,73 is between 0,600 s/d 0,800 at the class of VII C and B SMPN 2 Cikarang Barat. The result is implied that the correlation between X variable and Y variable is a high variable.

(7)

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, dengan ridho-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul "KEMAMPUAN MEMBACA CEPAT KELAS VII DI SMPN 2 CIKARANG BARATTAHUN PELAJARAN 2015/2016".

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan, motivasi, dorongan dan do' a dari berbagai pihak. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu sebagai ungkapan rasa hormat, penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah.; dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Makyun Subuki M. Hum. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah clan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Nuryati Djihadah, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan pengarahan; pengetahuan dan bersedia meluangkan waktu ditengah kesibukannya_ . untuk membantu peneliti . dalam menyelesaikan penyusunan skripsi.

4. Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dosen di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

5. Orang tua penulis, kepada lbu Hj. Yuyun Hayuni, dan keluarga Besar H. Sulaeman yang selalu memotivasi dan terns berjuang serta berdoa untuk kesuksesan penulis, semoga Allah SWT senantiasa menjaga beliau, amin. 6. Drs. Abang Suhamo Selaku kepala SMPN 2 Cikarang Barat yang telah

memberikan izin penelitian skripsi di SMPN 2 Cikarang Barat

(8)

selalu memberikan yang terbaik.

9. Rekan-rekan kos'an haji doleh, Komunitas Kamar Wina, Komunitas Bekasi Symphony Orchestra, guru-guru cantik di Purwacaraka, Koeman Saga, spesial untuk Fajar Maulana, Anggi Yulianto, dan Andriansyah Nur Hidayat yang tidak pemah berhenti memberikan semangat dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

10. Berbagai pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa dalam penu)isan ini masih jauh dari sempuma, mengingat kemampuan dan keterbatasan waktu peneliti. Akhir kata, semoga Allah SWT membalas atas segala kebaikan mereka yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta melimpahkan keberkahan dan selalu berada dalam lindungan-N ya.

Jakarta, 23 Juli 20 16

(9)

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 7

C.Pembatasan Masalah ... 7

D.Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORETIS A. Hakikat Membaca ... 10

1. Membaca ... 10

2. Tujuan Membaca ... 12

3. Manfaat Membaca ... 14

4. Cara Menumbuhkan Minat Membaca ... 15

B. Membaca Intensif dan Ekstensif ... 18

1. Membaca Cepat ... 20

2. Kiat Membaca Cepat... 22

3. Mengukur Kemampuan Membaca ... 22

C. Hipotesis ... 26

D. Hasil Penelitian yang Relevan ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

B. Populasi dan Sample Penelitian ... 32

C. Metode Penelitian ... 34

(10)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil SMP N 2 Cikarang Barat ... 43

1. Identitas Sekolah ... 43

2. Visi dan Misi SMP N 2 Cikarang Barat... 43

a. Visi SMP N 2 Cikarang Barat ... 43

b. Misi SMP N 2 Cikarang Barat ... 44

3. Keadaan Guru dan Siswa SMP N 2 Cikarang Barat ... 44

a. Struktur Organisasi dan Keadaan Guru ... 44

b. Keadaan Siswa SMP N 2 Cikarang Barat ... 45

4. Sarana dan Prasarana SMP N 2 Cikarang Barat ... 46

B. Deskripsi Data ... 48

C. Hasil Penelitian ... 49

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 60

B. Saran ... 61

(11)

Tabel 3.2 ... 41

Tabel 3.3 ... 42

Tabel 4.1 ... 45

Tabel 4.2 ... 45

Tabel 4.3 ... 45

Tabel 4.4 ... 46

Tabel 4.5 ... 46

Tabel 4.6 ... 47

Tabel 4.7 ... 49

Tabel 4.8 ... 50

Tabel 4.9 ... 51

Tabel 4.10 ... 53

Tabel 4.11 ... 54

(12)

1

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial, maka dari itu manusia tidak dapat hidup sendiri. Ia pasti membutuhkan orang lain untuk menunjang kehidupannya, karena semua aspek kehidupan yang dijalani oleh manusia tidak luput dari berinteraksi. Agar dapat berinteraksi dengan baik, manusia harus memiliki keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa dibagi menjadi empat, yaitu: Keterampilan menyimak (listening skills). Keterampilan berbicara (speaking skills). Keterampilan membaca (reading skills). Keterampilan menulis (writing skill).1

Henry Guntur Tarigan mengungkapkan bahwa, menyimak ialah “suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.”2

Henry Guntur Tarigan mengutarakan bahwa, “berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebut kemampuan berbicara atau ujaran dipelajari.”3

Henry Guntur Tarigan menyatakan bahwa, Menulis ialah “menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa

1

Henry Guntur Taringan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008), hlm.2.

2

Ibid., hlm. 31

3

(13)

yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut.”4

Menurut Harimurti Kridalaksana, Membaca adalah menggali informasi dari teks, baik yang berupa tulisan, gambar, diagram maupun dari kombinasi itu semua.5

Dari teori yang dijelaskan maka dapat disimpulkan bahwa keempat keterampilan bahasa saling berhubungan. Dengan menyimak kita mendapatkan informasi yang bisa kita tulis. Dengan menulis, kita mendapatkan bahan bacaan berupa teks. Dengan teks kita mendapatkan informasi dari aktivitas membaca. Dengan membaca kita mendapatkan informasi yang bisa kita sampaikan lewat aktivitas berbicara. Semua kegiatan tersebut saling berhubungan dengan kata lain bahwa manusia diberikan anugrah keterampilan tersebut dengan indra yang dipunyainya. Aktivitas tersebut kita lakukan sehari-hari dengan manusia lain.

Dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah keterampilan membaca. Membaca merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang sangat esensial bagi siswa/i dalam menerima pelajaran, Tanpa membaca sangat sulit seseorang mendapatkan informasi. Keterampilan membaca merupakan keterampilan mengartikan lambang-lambang. Sebagai proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif.6

Pada dasarnya membaca itu bukan hanya ketepatan dan kecepatan melafalkan lambang saja namun yang lebih penting adalah memahami apa yang dibacanya. Dalam penelitian ini peneliti memilih membaca cepat sebagai objek penelitian, karena keefektifan membaca nantinya membutuhkan keterampilan membaca cepat. Melalui membaca cepat ini seseorang akan mendapatkan pengetahuan-pengetahuan baru. Tentu saja dengan pemahaman isi semua yang

4

Henry Guntur Taringan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008), hlm.22

5

Harimurti Kridalaksana. Kamus Linguistik. (Jakarta: Pustaka Utama, 2008). Hlm. 151

6

(14)

dilakukan oleh siswa/i apabila pemahaman terhadap isi kurang akan mengalami informasi yang ambigu atau tidak memahami teks tersebut secara penuh.

Menurut Henry Guntur Tarigan dalam bukunya yang berjudul Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, yaitu Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.7 Dengan teknologi yang modern sekarang memang siswa/i tidak hanya mendapatkan informasi dengan melakukan kegiatan membaca buku atau teks saja. Tetapi, siswa/i bisa mendapatkan bahan bacaan dari internet atau media online lainnya. Di sini peran guru atau tenaga pendidik sangat dibutuhkan untuk mencari dan menyaring bahan bacaan yang berkualitas dan baik dibaca untuk siswa/i nya. Dari perkembangan teknologi yang sekarang kita hadapi tentu saja ada dampak positif dan negatifnya. Positifnya siswa/i dapat memperoleh bahan bacaan dari media online dengan mudah dan tanpa batas. Negatifnya siswa/i banyak bahan bacaan yang kurang berkualitas tanpa melewati penyaringan terlebih dahulu oleh seorang guru ataupun orang tua yang bisa saja dibaca siswa/i. Kemajuan teknologi memang tak dapat lagi dibendung oleh semua kalangan dan daerah tertentu.

Tiga puluh sembilan persen dari semua siswa kelas 4 di Amerika Serikat sekitar 4 dari 10 siswa memeliki kemampuan membaca pada tingkat “di bawah dasar” menurut National Assesment of Educational Progress. Di kelas 8, ketika pola keberhasilan atau kegagalan telah terbentuk, 43 persen dari murid yang kurang berprestasi memiliki kemampuan baca pada tingkat “dibawah dasar.”8

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa negara maju juga mengalami kendala dalam membaca. Tidak dipungkiri bahwa dengan kemampuan membaca seseorang bisa memiliki tingkat keberhasilan yang baik bukan hanya di bidang akademik saja bahkan di bidang profesi sekali pun. Memang banyak yang mempengaruhi dari faktor kurangnya kemampuan membaca bukan hanya pada

7

Henry Guntur Taringan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008), hlm.7

8

(15)

usia muda di bangku Sekolah Dasar bahkan di tingkat lanjut pun masih banyak orang yang memiliki kemampuan membaca cepat di bawah rata-rata tentunya dengan pemahaman isi yang tidak baik.

Kurangnya kemampuan membaca cepat pada diri siswa disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut adalah kurangnya motivasi siswa untuk membaca, siswa jarang membaca atau latihan membaca, kurangnya guru memberikan tugas membaca, masih banyak rumah baca yang disediakan oleh pemerintah ataupun lembaga masyarakat tertentu di daerah masing-masing yang tidak digunakan secara maksimal dan sumber bacaan yang tersedia masih kurang. Namun, guru tetap harus profesional memberikan pelayanan terbaik bagi siswa/i. Bagaimana pun beratnya permasalahan mendidik siswa, guru harus tetap selalu eksis mencari solusi yang terbaik bagi kemajuan siswanya. Jika faktor penyebab tadi ditemukan oleh guru atau tenaga pendidik, Maka cara mengantisipasinya dengan berbagai metode dan teknik. Contohnya disebuah daerah ada rumah baca yang disediakan tapi tidak digunakan dengan maksimal guru atau tenaga pendidik bersama siswa/i atau warga sekitar bisa bergantian membangun sistem yang disepakati secara bersama untuk menjaga dan memberdayakan rumah baca tersebut dengan bergotong royong. Contoh lainnya siswa yang jarang latihan membaca biasanya minat baca atau pemahaman dalam isi bacaannya kurang siswa tersebut sudah pasti mempunyai kualitas baca yang tidak baik. karena suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, pesan yang tersurat dan yang tersirat akan tidak tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik.9

Apabila anak sudah merasakan manfaat dari membaca, maka mereka akan sering melakukan membaca dan merasa senang dengan kegiatan membaca. Namun dikarenakan mereka masih belum merasakannya maka motivasi meraka

9

(16)

masih kurang. Dengan banyak membaca dunia akan terbuka, segala misteri akan terungkap, sedikit demi sedikit kebodohan akan terhapus, karena dengan membaca akan menambah wawasan keilmuan. Jika ilmu sudah dikuasai maka akan mendapatkan apa yang mereka harapkan.

Saya harap Anda mau merenungi kisah tentang turunnya Malaikat Jibril pertama kali kepada Rasulullah bukankah kalimat pertama kali yang mengajak kita berpikir ialah kalimat agung, yang menjadi permulaan wahyu yang turun kepada Rasulullah yakni kalimat, “Bacalah!”. Bisa saja wahyu pertama kali turun dengan dimulai kalimat yang lain selain kalimat tersebut. Akan tetapi, Al-Qur’an yang turun selama dua puluh tiga tahun ini dimulai dengan kalimat, “Bacalah!” sebagai pedoman hidup manusia.10

Membaca dapat dibagi menjadi dua, yaitu nyaring dan dalam hati. Membaca dalam hati dapat dikelompokkan menjadi dua lagi, yaitu membaca ekstensif dan intensif. Membaca ekstensif adalah proses membaca yang dilakukan secara luas. Membaca intensif dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu Membaca Survai (Survey Reading), Membaca sekilas/skimming, Membaca Dangkal (Superficial Reading). Membaca intensif atau intensive reading adalah membaca dengan penuh penghayatan untuk menyerap apa yang seharusnya kita kuasai. Membaca intensif merupakan studi seksama, telaah teliti, serta pemahaman terinci terhadap suatu bacaan. Yang termasuk dalam membaca intensif adalah Membaca Telaah Isi dibagi menjadi dua Membaca Teliti dan Membaca Pemahaman. Membaca pemahaman di bagi menjadi empat yaitu Membaca literal, Membaca Kritis, Membaca Kreatif, Membaca Cepat.

Membaca cepat merupakan teknik membaca dengan memindahkan padangan mata secara cepat, kata demi kata, frase demi frase, atau baris demi baris. Teknik membaca cepat bertujuan agar pembaca dapat memahami bacaan dengan cepat. Cara membaca cepat yaitu Konsentrasi saat membaca, Menghilangkan kebiasaan membaca dengan bersuara dan bibir bergerak, Perluas

10

Dr. Raghib As-Sirjani dan Amir Al-Madari, Spiritual Reading Hidup lebih Bermakna dengan

(17)

jangkauan mata ketika membaca, Tidak mengulang-ulang bacaan. Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Tingkat kecepatan yang seharusnya sudah dikuasai dalam per jenjang sebagai berikut:

Tingkat SD : 200 kpm

Tingkat SMP : 200 – 250 kpm

Tingkat SMA : 250 – 350 kpm

Tingkat PT : 350 – 400 kpm

Jika harus disertai pemahaman isi bacaan minimal 70%, maka KM-nya sebagai berikut:

Tingkat SD : 200 x 70% = 140 kpm

Tingkat SMP : 200 – 250 x 70% = 140 – 175 kpm

Tingkat SMA : 250 – 350 x 70% = 175 – 245 kpm

Tingkat PT : 350 – 400 x 70% = 245 – 280 kpm

Dari berbagai teknik membaca tadi yang harus sudah dikuasai oleh siswa tingkatan SMP di kelas VII adalah membaca cepat 200 kata per menit. Namun dengan demikian masih banyak siswa SMP yang membacanya masih dibawah 200 kpm. Melihat kenyataan ini mesti ada suatu tindakan, khususnya dari guru bahasa Indonesia, umumnya oleh semua guru mata pelajaran untuk membimbing anak agar kecepatan membaca siswa lebih meningkat. Bahkan kemampuan membaca yang lebih optimal sampai dengan melebihi 200 kpm untuk kelas VII tingkatan SMP bahkan jika bisa mencapai 1.500 kata per menit.

(18)

SMPN 2 Cikarang Barat. Dengan jumlah data siswa/i kelas VII yang terdapat 422 siswa/i.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat diidentifikasi permasalahan yang muncul sebagai berikut:

1. Kurangnya motivasi Siswa dalam membaca. 2. Kurangnya latihan yang diberikan kepada Siswa.

3. Terbatasnya media yang mempermudah latihan siswa membaca. 4. Kurangnya pemanfaatan dan sosialisasi rumah baca.

C. Pembatasan Masalah

Masalah yang akan dibahas benar-benar terpusat sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran dan kesalahpahaman dalam penerimaan maupun dalam pembahasan. Masalah yang diteliti pada penelitian ini dibatasi pada Kecepatan Membaca pada Kelas VII di SMPN 2 Cikarang Barat.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah yang akan diteliti pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kemampuan membaca cepat siswa kelas VII di SMPN 2 Cikarang Barat?

2. Bagaimana kategori kemampuan membaca cepat siswa kelas VII di SMPN 2 Cikarang Barat?

3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kecepatan membaca siswa kelas VII di SMPN 2 Cikarang Barat?

(19)

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui kemampuan membaca cepat siswa/i kelas VII di SMPN 2 Cikarang Barat.

2. Mengetahui kategori kemampuan membaca cepat siswa/i kelas VII di SMPN 2 Cikarang Barat.

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan membaca siswa/i di SMPN 2 Cikarang Barat.

4. mengetahui pengaruh pemahaman isi terhadap kemampuan membaca cepat kelas VII di SMPN 2 Cikarang Barat dengan menguji hipotesis menggunakan Korelasi pearson?

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan memberikan manfaat bagi penulis, pembaca, dan pihak yang bersangkutan terutama pada siswa dan guru. Kegunaan praktis penelititan ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk menambah pengetahuan mengenai objek studi yang diteliti. 2. Untuk menambah kajian bagi pengembangan penelitian yang akan

datang dalam dunia pendidikan.

3. Bagi guru, dengan penelitian ini dapat memberikan umpan balik (feed back) yaitu sebagai referensi mengajar dalam meningkatkan kemampuan siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia materi pelajaran “Membaca Cepat”.

(20)

5. Untuk penelitian lebih lanjut, diharapkan dari penelitian ini dapat mendorong penelitian selanjutnya yang sejenis dan lebih baik, karena peneltitan ini dilaksanakan dalam lingkungan yang sempit.

(21)

10

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

Untuk mengkaji penggunaan mengukur kemampuan membaca cepat bagi siswa kelas VII di SMPN 2 Cikarang Barat Kabupaten Bekasi, digunakan teori yang berkaitan dengan keterampilan membaca cepat dengan tes kemampuan membaca yang dilakukan dalam upaya mengukur keterampilan membaca cepat bagi siswa kelas VII SMPN 2 Cikarang Barat di Kabupaten Bekasi.

B. Membaca

Anderson dalam buku Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi

membaca ialah suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis.1

Henry Guntur Tarigan mengungkapkan dalam bukunya yang berjudul

Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, yaitu “Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.”2

Menurut Harimurti Kridalaksana dalam bukunya Kamus Linguitik

Membaca adalah menggali informasi dari teks, baik yang berupa tulisan, gambar, diagram maupun dari kombinasi itu semua.3

Bahwa membaca memang mencakup lebih dari sekedar mampu menyuarakan bunyi yang diwakili oleh tanda-tanda yang kita gunakan untuk

1

Alek A S & H. Achmad H.P, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2010) hlm 74

2

Henry Guntur Taringan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008), hlm.7

3

(22)

mencatat ucapan dan pemikiran. “Membaca juga menyangkut suatu rentang keterampilan lainnya, termasuk keterampilan yang membuat kita menafsirkan muatan makna kata-kata berdasarkan konteksnya, karena suatu kata bisa memiliki lebih dari satu makna, dan mendapatkan secara sekilas makna yang dimaksudkan dalam suatu kalimat tanpa harus membaca setiap kata yang tercantum.”4

Dari teori yang dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses kegiatan suatu keterampilan berbahasa yang dilakukan oleh seseorang dalam mendapatkan pesan ataupun informasi dari yang tersirat di dalam yang tersurat melalui media kata-kata atau bahasa tulis, baik berupa tulisan, gambar, diagram ataupun lambang yang ada di dalam teks.

Untuk memperoleh pemahaman bacaan, seseorang pembaca memerlukan pengetahuan kebahasaan dan nonkebahasaan. Bahkan, keluasan latar belakang pengetahuan dan pengalaman pembaca sangat berguna sebagai bekal untuk mencapai keberhasilan membaca. Sebab pembaca harus mengenali konsep, dan kosakata dan latar yang terdapat dalam bacaan. Model membaca sebagai proses memperoleh pemahaman ada tiga, bawah ke atas (bottom up), atas ke bawah (top down), dan interaktif (interactive). Proses pemahaman bottom up dilakukan dengan pemahaman kata, frasa, kalimat, paragraf, dan wacana. Proses pemahaman top down dilakukan pemahaman wacana secara utuh yang bersifat prediktif kemudian ditelaah makna paragraf, kalimat, frasa, dan kata. Sementara itu proses pemahaman interactive merupakan campuran kedua proses tersebut.5

Dari uraian secara singkat tentang proses membaca tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan membaca terkait dengan pengenalan huruf, bunyi, dari huruf, makna atau maksud, dan pemahaman terhadap makna atau maksud berdasarkan konteks wacana.

4

Gavin J. fairbairn dan susan A. Fairbairn, Reading at University a Guide For Student, (Jakarta: Indeks 2005) hlm 6

5

(23)

Membaca sebagai hasil, berupa dicapainya komunikasi pikiran dan perasaan penulis dengan pembaca. Komunikasi itu terjadi karena terdapat kesamaan pengetahuan antara pembaca dan penulis. Komunikasi itu terjadi bergantung pada pemahaman yang dirasakanya melalui semua proses membaca. Oleh karenanya, membaca sering disebut proses konstruktif (menyusun gagasan atau maksud penulis). Dengan perkataan lain bahwa membaca sebagai hasil berupa tercapaianya komuniikasi pikiran dan perasaan pembaca dengan penulis, yang di peroleh pembaca melalui proses membaca. Komunikasi yang terjadi karena terdapat kesesuaian pengetahuan dan asumsi antara pembaca dan penulis. Pengetahuan dan pengalaman pembaca, baik berupa kebahasan maupun nonkebahasaan menentukan keberhasilan kegiatan membaca. Sebab, pada hakikatnya penulis pun mengungkapkan gagasanya menggunakan alur berpikir

tertentu dan kaidah bahasa yang berlaku.

C. Tujuan Membaca

(24)

menyimpulkan, membaca inferensi. Kelima, Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut membaca untuk mengklasifikasikan. Keenam, Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti apa yang diperbuat oleh sang tokoh, atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi. Ketujuh, Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimna dua cerita mempunyai persamaan, dan bagaimana sang tokoh menyerupai pembaca. Ini disebut membaca untuk membandingkan atau mempertentangkan.6

Secara umum tujuan membaca dilingkupi oleh empat tujuan berbahasa berikut. Pertama, tujuan penalaran, menyangkut kesanggupan berpikir dan pengungkapan nilai serta sikap sosial budaya. Pendeknya identitas dan kepribadian seseorang. Kedua, tujuan instrumental, menyangkut penggunaan bahasa yang dipelajari itu untuk tujuan material dan konkret. Umpamanya, supaya tahu memakai alat-alat, memperbaiki kerusakan mesin, memperlajari suatu ilmu, dan melakukan korespondesi komersial. Ketiga, tujuan integratif, menyangkut keinginan seseorang menjadi anggota suatu masyarakat yang menggunakan bahasa itu sebagai bahasa pergaulan sehari-hari dengan cara menguasai bahasa itu seperti seorang penutur asli, atau paling sedikit membuat orangnya tidak akan dianggap asing lagi oleh penutur-penutur bahasa atau dialek itu. Keempat, tujuan kebudayaan terdapat pada orang yang secara ilmiah ingin mengetahui atau memperdalam pengetahuannya tentang suatu kebudayaan atau masyarakat. Ini didasarkan atau asumsi bahwa bahasa adalah suatu inventaris dari unsur-unsur

6

(25)

suatu kebudayaan atau mastarakat bahasa. Untuk memenuhi semua tujuan tersebut salah satu cara efektif yang dapat ditempuh adalah dengan membaca.7

Dengan teori yang dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa ketika seseorang melakukan aktivitas membaca sudah pasti seseorang tersebut mempunyai tujuan. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan membaca informasi yang terkandung dalam teks. Dengan tujuan tersebut seseorang bisa mencapai apa yang diharapkan ataupun yang diinginkan dalam kegiatan tersebut baik nanti berguna bagi dirinya sendiri ataupun orang lain.

D. Manfaat membaca

Dalam buku Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia (teori dan aplikasi) manfaat membaca antara lain:

1. Memperoleh banyak pengalaman hidup

2. Memperoleh pengetahuan umum dan berbagai informasi tertentu yang sangat berguna bagi kehidupan

3. Mengetahui berbagai peristiwa besar dalam peradaban dan kebudayaan suatu bangsa

4. Dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir di dunia

5. Dapat mengayakan batin, memperluas cakrawala pandang dan piker, meningkatkan taraf hidup dan budaya keluarga, masyarakat, nusa dan bangsa

6. Dapat memecahkan berbagai masalah kehidupan, dapat mengantarkan seseorang menjadi cerdik dan pandai

7. Dapat memperkaya perbendaharaan kata, ungkapan, istilah, dan lain-lain yang sangat menunjang keterampilan menyimak, berbicara, dan menulis

7

(26)

8. Mempertinggi potensialitas setiap pribadi dan mempermantap eksistensi dan lain-lain.8

Dari teori yang dijelaskan diatas tentu saja manfaat membaca sangat penting bagi siswa/i di sekolah. Bagi siswa/i yang mengalami proses belajar tentu banyak membaca banyak mendapatkan informasi baik dari buku pelajaran atau pun buku-buku yang lain. Dengan membaca, Semuanya akan kita ketahui dan kita temukan jawabanya.

E. Cara Menumbuhkan Minat Baca

Dr. Raghib As-Sirjani bersama Amir Al-Madari dalam bukunya Spiritual Reading Hidup Lebih Bermakna dengan Membaca menuliskan 10 cara Menumbuhkan Minat Baca:9

1. Apa Tujuan Membaca?

Inilah cara pertama dan terpenting yang bisa membantu Anda supaya membaca, menghadirkan niat, dan menentukan tujuan. Dengan selalu memperhatikan cara ini, anda akan memperoleh beberapa perkara yang sangat penting.

Di antaranya, setiap kali membaca ilmu yang bermanfaat, anda akan memperoleh pahala. Setiap huruf yang Anda baca akan menjadi kebaikan untuk Anda dan ilmi yang Anda baca dengan niat yang lurus akan terpatri dalam pikiran anda secara baik. Selain itu, anda akan merasakan kebahagian yang hakiki dari apa yang Anda baca.

2. Menyusun Perencanaan dalam Membaca

Menyusun sebuah perencanaan yang baik perlu melihat fasilitas yang ada. Tentunya disesuaikan dengan kemampuan Anda,

8

Kundharu Saddhono, St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Bandung: karya putra darwati. Cet ke-1 2012) hlm 66

9

Dr. Raghib As-Sirjani dan Amir Al-Madari, Spiritual Reading Hidup lebih Bermakna dengan

(27)

yakni berupa waktu yang tepat, buku yang sesuai, dan kapasitas untuk menguasainya.

3. Mengatur Waktu

Pilihlah waktu yang tepat tatkala pikirian Anda sedang semangat dan saat Anda begitu mood. Dengan demikian, anda bisa berkonsentrasi dalam membaca dan selesai dengan hasil yang memuaskan. Biasakan jangan menunggu sampai malam untuk membaca, tetapi tentukan waktu yang jelas untuk membaca.

4. Mulailah Setahap demi Setahap

Ketika sebagian orang membaca lembaran tentang urgensi membaca, maka semangatnya akan menggelora, meningkat hikmahnya, dan akan buru-buru membeli setumpuk buku. Ia akan bersegera membacannya dan meluangkan waktu yang sangat banyak untuk itu.

Bahkan keberadaannya akan lebih menyita waktu kerja yang penting dalam hidupnya untuk membaca. Kepada orang seperti ini kita katakan, “hendaknya Anda perlahan-perlahan atau berangsur-angsur.” Sesungguhnya agama ini sangat keras, maka laksanakanlah dengan penuh kelembutan, khususnya lagi jika Anda belum terbiasa membaca.

Jika tidak, Anda akan cepat bosan atau bahkan berhenti dari membaca. Jadilah seperti pelari meraton, yang berlari untuk jangka panjang. Mulailah dengan tenang dan perlahan-lahan, kemudian selangkah demi selangkah mulai dipercepat.

5. Totalitas dalam Membaca

(28)

6. Teratur dalam Mengikat Makna

Setelah Anda membaca, berusahalah agar selalu teratur mencatat berbagai ilmu dalam buku khusus.

7. Buatlah Perpustakaan di Rumah

Membuat perpustakaan yang dapat menampung berbagai macam buku di rumah Anda. Kategorikan proyek ini dalam daftar proyek-proyek yang paling penting dalam hidup Anda. Dengan demikian, jika Anda membutuhkan sebuah buku dalam masalah tertentu, anda akan mendapatkannya. Kadang-kadang, jika Anda merasa bosan dengan membaca satu buku, Anda akan mendapatkan buku yang lain dengan mudah.

8. Sampaikan Apa yang Anda Baca

Dalam hal ini, faedahnya banyak sekali dan sangat besar manfaatnya. Di antaranya ialah agar ilmu itu terpatri dalam otak Anda dan orang lain pun bisa mengambil manfaatnya.

9. Bantu Sahabat Anda dalam Membaca

Masing-masing orang membaca buku yang temanya berlainan. Lalu, adakanlah pertemuan sepekan sekali, dua kali, atau dua pekan sekali sesuai situasi dan kondisi.

10.Carilah Ilmu dari Ulama

Menimba ilmu dari ulama, ahli, dan orang-orang yang memiliki pengalaman. Sehingga dalam hal ini, kita mulai ketika orang lain sudah selesai.

(29)

yang Anda baca?” demikian seterusnya. Kebanyakan orang menghabiskan waktu untuk membaca sesuatu yang tak berguna, atau membaca buku yang sulit. Padahal, di sana ada buku yang lebih mudah atau buku yang ringan.

F. Membaca Intensif dan Ekstensif

Tarigan mengatakan bahwa, pemahaman bacaan ialah membaca dalam hati yang dibaginya atas dua bagian. Pertama, membaca ekstensif, yakni suatu kegiatan pemahaman bacaan yang tingkat pemahamannya bertaraf relatif rendah. Kedua, membaca intensif, yakni suatu kegiatan membaca dengan teliti dan terperinci yang dilaksanakan dalam kelas terhadap suatu tugas pendek kira-kira dua hingga empat halaman.

Broughton mengatakan bahwa, membaca ekstensif meliputi tiga bagian:

1. Membaca survei yakni suatu kegiatan pemahaman bacaan untuk meneliti telebih dahulu apa-apa yang akan ditelaah. Dalam menyurvei hal-hal tersebut di atas, kecepatan dan ketepatan sangat penting karena turut menentukan apakah pembaca berhasil atau tidak. Begitu juga halnya dengan latar belakang pandangan dan ilmu pengetahuan seseorang turut menentukan tepat atau tidaknya, lambat atau cepatnya dalam menyurvei bahan bacaan.

2. Membaca sekilas yakni suatu kegiatan membaca yang lebih mengaktifkan mata, memerhatikan bahan tertulis untuk mencari, serta mendapatkan informasi dan penerangan. Dalam membaca sekilas, pembaca harus mengetahui cara dan kapan melakukannya sehingga tidak memenuhi kesulitan dalam mengikuti serta menyelesaikan bahacan yang diinginkan. 3. Membaca dangkal yakni suatu kegiatan pemahaman becaan yang

(30)

untuk mendatangkan kebahagian di waktu senggang misalnya membaca cerita pendek, dan novel ringan.

Tarigan membagi kegiatan membaca intensif atas dua bagian, pertama membaca telaah isi, yakni kegiatan pemahaman yang dilakukan setelah menemukan bahan bacaan yang menarik pada pembaca sekilas, sehingga mendorong kita untuk mengetahui lebih mendalam, membaca telaah isi menuntut adanya ketelitian, pemahaman, kekritisan berpikir, serta keterampilan menangkap ide-ide yang tersirat dalam bacaan. Kedua, membaca telaah bahasa, yakni suatu kegiatan membaca yang menuntut adanya pemahman yang mendalam terhadap bahasa yang membangun bacaan. Pada hakikatnya, bacaan terdiri dari isi dan bahasa, keduanya merupakan dwitunggal tangutuh, isi dianggap sebagai yang bersifat rohanian dan bahasa yang dianngap yang bersifat jasmaniah, keserasian keduanya dapat mencerminkan keindahan dan kemanunggalan bahaan bacaan.10

Dari teori yang dijelaskan bahwa dapat disimpulkan membaca terbagi menjadi dua yaitu ekstensif dan intensif, membaca ekstensif terbagi menjadi tiga bagian membaca survei, membaca sekilas, dan membaca dangkal. Sedangkan, membaca intensif terbagi menjadi dua bagian membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Membaca ekstensif dikatakan lebih rendah tentang pemahaman bacaan ketimbang membaca intensif. Akan tetapi, membaca ekstensif jauh lebih menggunakan kecepatan membaca. Sedangkan membaca intensif jauh lebih terperinci untuk lebih detail agar lebih dapat menyerap informasi dan ketepatan dalam mendapatkan hal yang tersirat di dalam teks tetapi kecepatan membaca intensif lebih lemah dibandingkan membaca ekstensif karna faktor tentang ketelitian dalam membaca teks.

10

(31)

G. Membaca Cepat

Sejak anak duduk di bangku Taman Kanak-kanak, guru sudah mulai mengarahkan anak untuk dapat membaca. Maka, terjadilah proses membaca permulaan. Anak diajak mengenal lambang-lambang tulis huruf demi huruf, fonem demi fonem. Dengan pengenalan tersebut anak-anak akhirnya dapat mengucapkan bunyi / a / sampai dengan / z /. Lebih jauh lebih berkembang, mereka dapat mengenali dan mengucapkan bunyi- bunyi kata bahkan kalimat. Pada keadaan itu anda sering berkata “anak taman kanak-kanak itu sudah dapat membaca”. Apakah mereka itu sudah dapat dikatakan memiliki daya baca?

Jawabanya tidak. Daya baca bukan terarah pada mereka yang berada pada taraf membaca permulaan. Daya baca ada pula tatanan membaca senyap atau membaca lanjut. Daya baca merupakan perpaduan dua unsur kekuatan. Kekuatan ini sangat menentukan kualitas baca seseorang. Sebagai contoh, tiga orang siswa diberi wacana yang sama. Siswa membacanya dalam waktu yang serentak. Setelah waktu berselang, tiga siswa menyelesaikan membaca dalam waktu yang berbeda. Siswa pertama membaca dalam waktu 30 detik, siswa kedua 40 detik, siswa ketiga 1 menit. Kemudian, guru menanyai mereka satu persatu mengenai isi wacana. Siswa pertama dan ketiga itu dapat menjelaskan isi wacana dengan baik, sedangkan siswa kedua hanya mampu menjelaskan sebagian isi wacana.

Dari kasus atau contoh di atas, dapatlah anda menentukan siswa mana yang paling tinggi daya bacanya. Ya bagus, tentu saja siswa pertama. Mengapa demikian? Sekalipun dapat menjelaskan isi bacaan sama dengan siswa ketiga, siswa pertama mempunyai kelebihan, yaitu dalam hal waktu. Dia membaca lebih cepat daripada siswa ketiga.

(32)

cepat anda membaca dan lebih tepat anda memhami makna atau isi bacaan lebih tinggilah daya baca yang anda miliki. Jadi, dapatlah dikatakan bahwa daya baca merupakan perpaduan yang harmonis dalam diri individu berupa kekuatan atau kemampuan menangkap lambang visual dan memahami makna bacaan secara optimal.

Istilah membaca cepat merupakan terjemahan dari speed reading, istilah ini berkembang di Indonesia sejak tahun 80-an, padahal di negara maju istilah ini sudah berkembang jauh sebelum negara Indonesia mengenalnya. Lewis berpendapat bahwa seseorang menjadi pembaca yang tidak baik disebabkan tiga hal:

1. Kebiasaan yang jelek

2. Persepsi yang salah tentang membaca 3. Tidak agresif terhadap makna

(33)

hal ini ada cara yang dapat dilakukan untuk memperbaikinya. Salah satu caranya adalah membaca frase.11

H. Kiat Membaca Cepat

Dr. Raghib As-Sirjani bersama Amir Al-Madari dalam bukunya Spiritual Reading Hidup Lebih Bermakna dengan Membaca menuliskan 8 kiat membaca cepat:12

1. Paksa diri membaca dengan cepat.

2. Bacalah ungkapan dan kalimat-kalimat yang ada dalam buku, jangan membaca kata-katanya.

3. Bacalah dengan melompat-lompat dan berilah tanda khusus pada topik yang penting.

4. Ujilah diri Anda setiap saat untuk mengetahui sejauh mana perkembangan dan kemajuan kecepatan membaca Anda.

5. Lepaskan dirimu dari hiruk pikuk, keributan, atau hal-hal lain yang bisa membuyarkan konsentrasi.

6. Membaca dengan suara keras ataupun hanya menggerak-gerakan mulut, akan memakan waktu yang cukup banyak dana memerlukan kesungguhan yang lebih besar.

7. Konsentrasi penuh dan berinteraksi dengan khayalan dalam ide dan topik yang disajikan dalam buku yang Anda baca.

8. Ketika Anda sedang membaca duduklah dengan benar dan rileks, tetapi tidak berarti terlalu santai.

I. Mengukur Kemampuan Membaca

Teknik membaca cepat dapat digunakan sebagai salah satu cara belajar efektif. Membaca cepat merupakan teknik membaca dengan memindahkan

11

Djago Tarigan dkk, Pendidikan Keterampilan Bahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka. Cet ke-17 2005) hlm 5.4- 5.7

12

Dr. Raghib As-Sirjani dan Amir Al-Madari, Spiritual Reading Hidup lebih Bermakna dengan

(34)

padangan mata secara cepat, kata demi kata, frase demi frase, atau baris demi baris. Teknik membaca cepat bertujuan agar pembaca dapat memahami bacaan dengan cepat.

Pada umumnya, kecepatan membaca diukur dengan jumlah kata yang dapat dibaca per menit, dan pemahaman diukur dengan presentase dari jawaban yang benar tentang isi bacaan, tetapi hasil pengukuran kedua aspek ini harus diintegrasikan agar dapat menunjukan kemampuan membaca secara keseluruhan oleh karena itu rumus yang dipergunakan ialah:

Jumlah kata dalam bacaan x presentase pemahaman isi

Lama membaca dalam sekon : 60

Untuk menghitung jumlah kata dalam bacaan dapat dipergunakan cara yang berikut:

1) Hitung jumlah kata yang terdapat dalam satu garis penuh (dari pinggir kiri ke pinggir kanan pada suautu halaman bacaan. Tuliskan jumlah itu pada selembar kertas catatan. Kata yang bersambung ke baris berikut tidak perlu dihitung).

2) Kemudian, hitunglah jumlah baris pada halaman bersangkutan dari baris pertama sampai baris akhir. Baris yang hanya smpai separuh dari panjang garis, atau kurang, tak perlu dihitung.

3) Kalikanlah jumlah kata pada a dan jumlah bari pada b hasil perkalian inilah jumlah kata (lebih kurang) yang terdapat dalam halaman bersangkutan. Jika bacaan itu terdiri dari bebebrapa halaman maka jumlah kata ialah hasil kali dari jumlah kata tiap baris, jumlah baris dan jumlah halaman.

Jika bacaan terdiri dai kolom-kolom seperti pada surat kabar, cara diatas dapat juga dipakai, tetapi dengan dasar kolom, bukanlah halaman.

(35)

dipakai sebaiknya ialah jam yang pakai digit sampai sekon atau stopwatch. Yang dimaksud dengan waktu baca ialah jumlah sekon yang dipergunakan untuk membaca seluruh bacaan hingga selesai, tetapi tidak termasuk waktu yang dipakai untuk membaca pertanyaan.

Angka 60 yang ada dalam rumus tersebut dipergunakan sebagai indeks untuk mengubah waktu-baca dalam sekon menjadi menit, karena kemampuan membaca umumnya dinyatakan dengan jumlah kata per-menit.

Yang dimaksud dengan presentase pemahaman isi ialah persentase jawaban yang benar atas pertanyaan-pertanyaan yang tersedia, misalnua jika ada 5 pertanyaan, jawaban yang benar adalah 3, maka presentase pemahaman isi adalah 3/5 x 100% = 60%.

Untuk menyederhanakan rumus di atas simbol-simbol berikut dapat dipergunakan:

Kemampuan membaca = KM

Jumlah kata per menit = KPM

Jumlah kata dalam bacaan = KB

Jumlah sekon membaca = SM

Persentase pemahaman isi = PI

Rumus tersebut ialah:

KM = KB x PI

SM : 60 100

Contoh : KB = 500

SM = 120

(36)

Maka KM = 500 x 70

120 : 60 100 Kpm = 17513

Tingkat SD : 200 kpm

Tingkat SMP : 200 – 250 kpm

Tingkat SMA : 250 – 350 kpm

Tingkat PT : 350 – 400 kpm

Jika harus disertai pemahaman isi bacaan minimal 70%, maka KEM-nya sbb:

Tingkat SD : 200 x 70% = 140 kpm

Tingkat SMP : 200 – 250 x 70% = 140 – 175 kpm

Tingkat SMA : 250 – 350 x 70% = 175 – 245 kpm

Tingkat PT : 350 – 400 x 70% = 245 – 280 kpm

Untuk kalian yang masih duduk di bangku SMP, usahakan agar bisa mencapai kecepatan membaca seperti berikut ini. Untuk kelas VII, Membaca Cepat 200 kata per menit. Untuk kelas VIII, Membaca Cepat 250 kata per menit. Untuk Kelas IX, Membaca Cepat 300 kata per menit14

13

D.P Tampubolon, Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien, (Bandung: Angkasa. edisi revisi 2008) hlm 243-245

14

(37)

J. Hipotesis

Hipotesis (hypo = sebelum; thesis = pernyataan, pendapat) adalah suatu pernyataan yang pada waktu diungkapkan belum diketahui kebenaranya, tetapi memungkinkan untuk diuji dalam kenyataan empiris.15

Hipotesis adalah alternatif dugaan jawaban yang dibuat peneliti bagi problematika yang diajukan dalam penelitiannya. Dugaan jawaban tesebut merupakan kebenaran yang sifatnya sementara, yang akan diuji kebenaranya dengan data yang dikumpulkan melalui penelitian. Dengan kedudukannya itu maka hipotesis dapat berubah menjadi kebenaran, akan tetapi juga dapat tumbang sebagai kebenaran.16

Hipotesis berasal dari dua penggalan kata, “hypo” yang artinya “di bawah” dan “thesa” yang artinya “kebenaran”. Jadi hipotesis secara etimologis artinya kebenaran yang masih diragukan. Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti kebenaranya melalui data yang terkumpul.17

Dari teori di atas yang dijabarkan dapat disimpulkan hipotesis adalah dugaan sementara peneliti yang masih diragukan kebenaranya sampai diuji kebenaranya melalui data yang terkumpul dari hasil penelitian yang dilakukan. Hasil dari penelitian tersebut bisa menjadi kebenaran atau menjadi tumbang sebagai kebenaran.

Hipotesis yang digunakan untuk menguji kebenaran bahwa ada hubungan positif pemahaman isi terhadap kemampuan membaca cepat di SMPN 2 Cikarang Barat adalah hipotesis alternatif atau hipotesis kerja yang terarah dengan menggunakan analisis korelasi moment product (korelasi pearson).

15

W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Gramedia Cet ke-6. 2010) hlm 57

16

Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta 2013) hlm 55

17

(38)

Hipotesis alternatif atau hipotesis kerja, yakni hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antar variabel. Dalam notasi, hipotesis ini dituliskan dengan “Ha”. Untuk hipotesis alternatif sendiri dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: “hipotesis terarah” dan “hipotesis tidak terarah”. Untuk memperjelas perbedaan antara hipotesis alternatif terarah dengan hipotesis tidak terarah adalah:

1. Dalam hipotesis terarah peneliti sudah berani dengan tegas menyatakan bahwa variabel bebas memang berpengaruh terhadap variabel tergantung.

2. Dalam hipotesis tidak terarah, peneliti merasakan adanya pengaruh, tetapi belum berani secara tegas menyatakan pengaruh tersebut. Ia baru berani menyatakan bahwa ada pengaruh.18

Korelasi pearson adalah statistik yang mengukur keserasian hubungan di antara dua variabel yang masing-masing diukur pada skala interval atau ratio, dengan asumsi bahwa masing-masing variabel.19

( )

Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

y =Jumlah perkalian antara variabel x dan Y

Cara Menghitung Korelasi Product Moment Dengan Angka Kasar

Tahapan yang harus dilalui untuk menyelesaikan Rumus Korelasi Product Moment dengan angka kasar adalah:

18

Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta. 2013) hlm 47-48 19

(39)

1. Jika jumlah pemahaman isi merupakan variabel X, kemampuan membaca cepat merupakan variabel Y.

2. Buatlah tabel penolong yang mengandung unsur-unsur atau faktor-faktor yang diperlukan dalam perhitungan korelasi sesuai dengan kebutuhan tabel Korelasi Product Moment dengan angka kasar.

3. Menjumlahkan subyek penelitian

4. Menjumlahkan variabel X dan variabel Y 5. Mengalikan antara variabel X dan variabel Y 6. Mengkuadratkan variabel X dan menjumlahkannya 7. Mengkuadratkan variabel Y dan menjumlahkannya

Setelah kita inventarisir seluruh faktor yang diperlukan dalam rumus Korelasi Product Moment dengan Angka kasar, maka angka-angka tersebut kita masukkan dalam rumus di atas.

Cara Memberi Interpretasi Terhadap

Untuk memberikan interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi ada dua cara, yaitu dengan kasar atau sederhana dan dengan berkonsultasi dengan Tabel Nilai r Product Moment. Namun sebelumnya saya perlu mengemukakan suatu pedoman statistik yang terkait dengan interpretasi nanti.

Hasil perhitungan korelasi pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar:

1. Korelasi positif kuat, apabila hasil perhitungan korelasi mendekati +1. Ini berarti bahwa setiap setiap kenaikan skor/nilai pada variabel X akan diikuti dengan kenaikan skor/nilai variabel Y. Sebaliknya, jika variabel X mengalami penurunan, maka akan diikuti dengan penurunan variabel Y. 2. Korelasi negatif kuat, apabila hasil perhitungan korelasi mendekati -1 atau

[image:39.595.114.514.84.715.2]
(40)

apabila skor/nilai dari variabel X turun, maka skor/nilai dari variabel Y akan naik.

3. Tidak ada korelasi, apabila hasil perhitungan korelasi( mendekati 0 atau sama dengan 0). Hal ini berarti bahwa naik turunnya skor/nilai satu variabel tidak mempunyai kaitan dengan naik turunnya skor/nilai variabel yang lainnya. Apabila skor/nilai variabel X naik, maka tidak selalu diikuti dengan naik atau turunnya skor/nilai variabel Y. Demikian juga sebaliknya.

Hasil perhitungan korelasi product moment bergerak antara -1 sampai dengan +1. Jadi kalau ada hasil perhitungan korelasi product moment lebih besar (>) dari pada +1 atau kurang dari (<) -1, maka perhitungan tersebut jelas salah. Dengan berpedoman pada pernyataan tersebut maka dapat dilakukan rincian sebagai berikut:

-antara 0,800 s/d 1,000 =hubungan sangat tinggi/sangat kuat

-anatara 0,600 s/d 0,800 =hubungan tinggi/kuat

-antara 0,400 s/d 0,600 =hubungan cukup

-antara 0,2000 s/d 0,400 =hubungan rendah/lemah

-antara 0,000 s/d 0,2000 =hubungan rendah sekali/lemah sekali

Interpretasi juga dapat dilakukan dengan cara berkonsultasi terhadap Tabel Nilai r Product Moment dengan jalan:

a.Membuat hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nihil (Ho).

(41)

K. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan dari hasil tinjauan peneliti. Bahwa penelitian kemampuan membaca cepat dengan berbagai metode masih banyak dilakukan untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa/I. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, seperti tiga penelitian di bahwah ini:

1. Skripsi Ayu Wulandari, “Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas VII SMP di Kota Yogyakarta”, Yogyakarta, Universitas Negri Yogyakarta, 2012. Perbedaan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Ayu Wulandari Kemampuan membaca pemahaman siswa dideskripsikan melalui skor rerata pada tingkatan pemahaman faktual, interpretif, dan aplikatif. Sedangkan, penelitian yang peneliti lakukan dideskripsikan dengan tingkatan kategori kemampuan membaca cepat yaitu: sangat cepat, cepat, lambat, dan lambat sekali.

2. Journal Rikke Kurniawati, “Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas XII SMA di Surabaya”, Surabaya, Universitas Negri Surabaya, 2012. Perbedaan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Rikke Kurniawati Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ada tiga jenis tes pemahaman bacaan, yakni ilmiah, umum, dan sastra. Ketiga jenis itu dibuat dalam bentuk tes objektif berupa tes pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban. Sedangkan, penelitian yang peneliti lakukan instrumen pengumpulan data yang digunakan hanya satu yaitu tentang teks biografi dan jenis tesnya menggunakan essai.

3. E-journal Syarifah Fitriannisa, “Kemampuan Membaca Cepat Siswa

Kelas VII SMP Negri 1 Pulau Tiga Kecamatan Pulau Tiga

(42)
(43)

32

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bekasi. Subyek Penelitian adalah siswa kelas VII pada SMPN 2 Cikarang barat Semester Genap, Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 422 Siswa. Penelitian ini dilaksanakan selama satu tahun, yaitu dari bulan maret 2015 sampai dengan bulan Maret 2016.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

“Populasi terdiri atas sekumpulan obyek yang menjadi pusat perhatian, yang dari padanya terkandung informasi yang ingin diketahui.”1

“Populasi merupakan keseluruhan sampel, misalnya seluruh tukang kuli batu adalah populasi, seluruh santri pondok pesantren Darussalam, seluruh petani tambak udang, dan semacamnya adalah populasi.”2

Dari teori yang dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah sekumpulan obyek yang menjadi sasaran penelitian yang merupakan dari keseluruhan sampel.

Adapun yang menjadi sampel pada penelitian ini ialah :

1. Populasi target adalah seluruh siswa SMPN 2 Cikarang Barat tahun pelajaran 2015-2016

2. Populasi terjangkaunya adalah siswa-siswi kelas VII SMPN 2 Cikarang Barat Kabupaten Bekasi

Sampel adalah bagian kecil dari populasi, Contoh “jika populasinya seluruh santri Ponpes Darusalam, sampelnya bisa hanya santri laki-laki, dan apabila santri laki-laki dapat merupakan populasi, sampelnya bisa santri laki-laki kelas tiga aliyah; jika santri laki-laki kelas tiga Aliyah merupakan populasi,

1

W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Gramedia. Cet ke-6 2010) hlm 76

2

(44)

sampelnya bisa santri laki-laki kelas tiga Aliyah yang prestasi akademiknya di atas tiga, dan jika populasinya santri laki-laki yang berprestasi akademiknya di atas tiga berjumlah 100 orang, sampelnya dapat ditetapkan 10 orang. Demikianlah seterusnya.3

Beberapa teknik pengambilan sampel (sampel techniques) yang biasa dikenal antara lain adalah: sampling acak (random sampling), sampling kelompok (cluster sampling), sampling berstrata (stratified sampling), sampling bertujuan (purposive sampling), sampling daerah atau sampling wilayah (area sampling), sampling kembar (double sampling), dan sampling berimbang (proportional sampling).4

Sampel penelitian ialah siswa kelas VII yang diambil dari populasi terjangkau dengan menggunakan teknik Purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan pertimbangan perseorangan atau pertimbangan peneliti.5

Dalam purposive sampling, pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Sebutan purposive menunjukkan bahwa teknik ini digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Purposive sampling didasarkan atas informasi yang mendahului (previous knowledge) tentang keadaan populasi dan informasi ini tidak perlu diragu-ragukan, masih samar-samar, atau masih berdasarkan dugaan-dugaan atau kira-kira. Penyelidik secara intensional hanya mengambil beberapa daerah atau kelompok kunci dalam populasi akan diwakili dalam sampel penyelidikan.6

Dari hasil sampling purposive dengan pertimbang Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII di SMPN 2 Cikarang Barat didapatkan kelas VII B

3

Drs. Beni Ahmad Saebnani, Metode Penelitian, (Bandung : Pustaka setiaCet ke -1 2008) hlm 165

4

Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta:Rineka Cipta. 2013) hlm 55

5

M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi,dan Kebijakan Publik, serta Ilmu-ilmu Sosial lainnya, (Jakarta: Kencana, Cet ke-4 2009), hlm. 115.

6

(45)

dan VII C. karena kedua sampel tersebut mewakili populasi kelas VII di SMPN 2 Cikarang Barat.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara pemecahan masalah penelitian yang dilaksanakan secara terencana dan cermat dengan maksud mendapatkan fakta dan simpulan agar dapat memahami, menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan keadaan. Metode juga merupakan cara kerja untuk memahami dan mendalami objek yang menjadi sasaran. Melalui metode yang tepat, seorang peneliti tidak hanya mampu melihat fakta sebagai kenyataan, tetapi juga mampu memperkirakan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi melalui fakta itu.7

Penelitian kuantitatif. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data yang berupa angka. Data yang berupa angka tersebut kemudian diolah dan dianalisis untuk mendapatkan informasi ilmiah di balik angka-angka tersebut.8

Dalam penelitian deskriptif tidak diperlukan administrasi dan pengontrolan terhadap perlakuan. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. Memang ada kalanya dalam penelitian ingin juga membuktikan dugaan tetapi tidak terlalu lazim. Yang umum adalah bahwa penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis.9

Penelitian deskriptif merupakan penelitian bukan eksperimen karena tidak dimaksudkan untuk mengetahui akibat dari suatu perlakuan. Dengan penelitian deskriptif peneliti hanya bermaksud menggambarkan atau menerangkan gejala. Ada beberapa macam penelitian yang dapat dikategorikan sebagai penelitian deskriptif, yaitu: penelitian survei, studi kasus, penelitian perkembangan, penelitian tindak lanjut, analisis dokumen, dan penelitian korelasional.10

7

Prof Dr. Syamsudin AR, M.S. dan Dr Vismaia S. damaianti, M.Pd. Metode Penelitian Pendidikan

Bahasa, (bandung : Remaja Rosdakarya. Cet ke-4 2011) hlm 14

8

Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif, (depok: Rajagrafindo Persada 2012) hlm 20

9

Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta 2013) hlm 234

10

(46)

Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel. Dengan teknik korelasi seorang peneliti dapat mengetahui hubungan variasi dalam sebuah variabel dengan variasi yang lain. Perlu diketahui dan diingat terus menerus bahwa korelasi tidak selalu menunjuk pada hubungan sebab-akibat. Hasil penelitian iseng yang dilakukan oleh peneliti.11

Untuk memudahkan pengumpulan data, fakta dan informasi, penulis menggunakan metode Kuantitaif Deskriptif dengan penyajian data berupa angka dan dideskripsikan secara “apa adanya” tanpa adanya pelakuan atau pengontrolan terhadap perlakuan dengan menggunakan pengujian korelasional terhadap pemahaman isi dan kemampuan membaca cepat di SMPN 2 Cikarang Barat.

D. Teknik Pengumpulan Data

Sebelum melaksanakan wawancara para peneliti menyiapkan instrumen wawancara yang disebut pedoman wawancara. Pedoman ini berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang meminta untuk dijawab ataudi respon oleh responden.isi pertanyaan atau penyataan bisa mencakup fakta, data, pengetahuan, konsep pendapat, persepsi atau evaluasi responden berkenaan dengan focus masalah atau variable yang dikaji dalam peneliti.12

Wawancara dilakukan kepada kepal Tata Usaha untuk mendapatkan informasi sekolah yang mencakup profil sekolah, Guru, struktur sekolah, fasilitas sekolah dan berapa jumlah siswa dan siswi di SMPN 2 Cikarang Barat.

Dalam pengumpulan data, penelitian kuantitatif menggunakan intrumen yang ditentukan terlebih dulu, dan tidak fleksibel, tidak reflektif, yaitu tidak mengandung interpretasi, karena penelitian menuntut jawaban yang pasti, jelas, dan tidak ambigu. Oleh karena itu intrumennya dalam bentuk kuesioner atau tes.13

11

Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta. 2013) hlm247-248

12

Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya) h.216

13

Dr. Abdul Halim Hanafi, M.Ag. Metode Penelitian Bahasa untuk Penelitian, Tesis, dan Disertasi,

(47)

Intrumen dalam penelitian kuantitatif dapat berupa tes, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan kuesioner.14

Salah satu kegiatan penting dalam penelitian adalah pengumpulan data yang diperlukan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan teknik tes.

Teknik tes keterampilan membaca teks biografi dilakukan untuk memperoleh data keterampilan membaca cepat siswa. Teknik tes dilakukan dengan cara siswa diminta membaca salah satu biografi yang disediakan oleh penulis dengan diberikannya waktu 60 detik.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data, menurut Patton (1980:268) adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian besar.15

Dalam penelitian kuantitatif, secaara garis besar, pekerjaan analisis data meliputi tiga langkah, yaitu: (1) persiapan; (2) tabulasi dan ; (3) penerapan data sesuaai dengan pendekatan pilihan.

1. Persiapan

Kegiatan dalam langkah persiapan, antara lain: mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisi. Mengecek kelengkapan data, artinya memeriksa isi instrumen pengumpulan data (termasuk kelengkapan lembaran intrumen, barangkali ada yang terlepas atau sobek).

2. Tabulasi

Klasifikasi analisis data adalah sebagai berikut: a) Tabulasi data

b) Penyimpulan data

c) Analisis data untuk tujuan testing hipotesis

14

Drs. Beni Ahmad Saebnani, Metode Penelitian, (Bandung : Pustaka setia Cet ke-1 2008) hlm 183

15

(48)

d) Analisis data untuk tujuan penarikan kesimpulan 3. Penerapan data.

Data kuantitatif yang dikumpulkan dalam penelitian korelasional diolah dengan rumus statistika yang sudah disediakan, baik secara manual maupun dengan menggunakan jasa komputer.

Teknik analisis yang penulis gunakan yaitu teknik analisis kuantatif deskriptif. Langkah pertama adalah mengolah data yang diperoleh dari hasil tes membaca cepat biografi yang disediakan. Nilai pada hasil tes membaca cepat dihitung jumlahnya kemudian dihitung dalam presentase rumus.

Untuk menghitung KM seseorang dapat menggunakan rumus seperti di bawah ini:

Kemampuan membaca = KM

Jumlah kata per menit = KPM

Jumlah kata dalam bacaan = KB

Jumlah sekon membaca = SM

Persentase pemahaman isi = PI

Rumus tersebut ialah:

KM = KB x PI

SM : 60 100

Contoh : KB = 500

SM = 120

(49)

Maka KM = 500 x 70

120 : 60 100 KPM = 175.16

Tingkat SD : 200 kpm

Tingkat SMP : 200 – 250 kpm

Tingkat SMA : 250 – 350 kpm

Tingkat PT : 350 – 400 kpm

Jika harus disertai pemahaman isi bacaan minimal 70%, maka KEM-nya sbb:

Tingkat SD : 200 x 70% = 140 kpm

Tingkat SMP : 200 – 250 x 70% = 140 – 175 kpm

Tingkat SMA : 250 – 350 x 70% = 175 – 245 kpm

Tingkat PT : 350 – 400 x 70% = 245 – 280 kpm

16

(50)
[image:50.595.116.510.129.602.2]

Tabel 3.1

Rentang Nilai Kategori Keterampilan Membaca Cepat untuk SMP

No Rentang Nilai Katagori

1 >120 kpm Sangat Cepat

2 90-119 kpm Cepat

3 60-89 kpm Lambat

4 <59 kpm Sangat Lambat

Setelah dihitung lalu hasil dari pemahaman isi dan kemampuan membaca cepat dilakukanya pengujian hipotesis dengan menggunakan rumus korelasi pearson.

( )

Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

y =Jumlah perkalian antara variabel x dan Y

F. Instrumen Penelitian

(51)

Teks Biografi yang akan menjadi teks bacaan dalam membaca cepat

Bachrudin Jusuf Habibi

Presiden ketiga Republik Indonesia, Bachrudin Jusuf Habibi, lahir di Pare-pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Beliau merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, dari pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuty Marini Puspowardojo. Habibi menikah dengan Hasri Ainun Habibi pada tanggal 12 Mei 1962 ini dikaruniai dua orang putra, yaitu Ilham Akbar dan Tharrq Kemal.

Masa kecil Habibi dilalui bersama saudara-saudaranya di Pare-pare Sulawesi Selatan. Sifat tegas berpegang pada prinsip telah ditunjukkan Habibi sejak anak-anak. Habibi yang punya kegemaran menunggang kuda ini harus kehilangan bapakanya yang meninggal dunia pada 3 september 1950 karena terkena serangan jantung. Tak lama setelah bapaknya meninggal, Habibi pindah ke Bandung untuk menuntut ilmu di Gohuvernments Middlebare School. Di SMA, prestasi beliau mulai tampak menonjol terutama dalam pelajaran-pelajaran eksakta. Habibi menjadi sosok favorit di sekolahnya.

Setelah tamat SMA di Bandung tahun 1954, beliau masuk Universitas Indonesia di Bandung (sekarang ITB). Beliau mendapat gelar diploma dari Techinsche Hochschule, di Jerman, tahun 1960, yang kemudian mendapat gelar doktor dari tempat yang sama pada tahun 1965.

Habibi menikah pada tahun 1962, dan dikaruniai dua orang anak. Tahun 1967, beliau menjadi profesor kehormatan (guru besar) pada ITB (Institut Teknologi Bandung).

Banyak langkah Habibi dikagumi, penuh kontroversi, namun tak sedikit pula yang tak sepedapat dengannya. Setiap kali, peraih penghargaan bergengsi, Theodore van Karman Award, itu kembali dari habitatnya Jerman beliau selalu menjadi berita.

(52)

GMBH Jerman, sebelum memenuhi panggilan presiden Soeharto untuk kemabali ke indonesia.

Di Indonesia, selama 20 tahun Habibi menjabat Menteri Negara Ristek/ kepala BPPT, memimpin 10 perusahaan BUMN industri strategis, dipilih MPR menjadi Wakil Presiden RI, dan di sumpah oleh ketua Mahkamah Agung menjadi presiden RI menggangtikan Soeharto.

[image:52.595.87.515.217.684.2]

Soeharto menyerahkan jabatan presiden itu kepada Habibi berdasarkan pasal 8 UUD 1945. Sampai akhirnya Habibi dipaksa pula lengser akibat referendum Timor-timor yang memilih merdeka. Pidato pertanggung jawabanya di tolak MPR RI. Beliau pun kembali menjadi warga negara biasa, kembali pula hijrah untuk bermukim di Jerman.17

Tabel 3.2

Soal Latihan yang menjadi penilaian untuk pemahaman siswa/i

No Soal Latihan Bobot

1 Kapan dan dimana BJ Habibi dilahirkan? 10

2 Apa yang menjadi kegemaran BJ habibi? 10

3 Kapan BJ Habibi kehilangan Bapaknya? 10

4 Berapa jumlah anak dari BJ habibi? 10

5 Siapa nama Istri dari BJ habibi? 10

6 Siapa nama orang tua BJ habibi? 10

7 Apa yang menjadi penyebab BJ habibi lengser dari jabatanya sebagai Presiden?

10

8 Berapa tahun BJ Habibi menjabat sebagai menteri negara ristek/kepala BPPT?

10

Gambar

Tabel Nilai r Product Moment. Namun sebelumnya saya perlu mengemukakan
Tabel 3.1
Tabel 3.2 Soal Latihan yang menjadi penilaian untuk pemahaman siswa/i
Tabel 3.3  Kriteria Penilaian Menjawab Soal Latihan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Faktor yang sangat mempengaruhi status gizi adalah pola asuh gizi anak melalui makanan, yang akan direspon dan dipraktekan oleh pemberi perawatan secara berbeda-beda pada

Hasil penelitian dapat diringkas sebagai berikut : (1) CSRD memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepemilikan institusional, (2) Dimensi hubungan

Simbol satuan Satuan Keterangan (besaran pokok) m.

Di samping informasi yang relevan terkait anggaran di APBD di 100 kabupaten/kota prioritas, buku ini juga menyajikan data dan informasi terkait fasilitas/layanan dasar yang

14 Tahun 2002 tentang pengadilan Pajak menegaskan bahwa sengketa pajak adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara wajib pajak atau penanggung pajak dengan pejabat

Saya tidak akan menuruti permintaan klien untuk memberikan pendapat yang tidak sesuai dengan kewajaran laporan keuangan yang diaudit karena dapat mengakibatkan kerugian yang

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data utama tes proyeksi (teknik Wartegg) serta metode pendukung wawancara dan

Berdasarkan hasil yang didapatkan antara dua penelitian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H2 : Entrepreneurship Education memiliki pengaruh