• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Pengolahan Data

4.2.5 Mengalokasikan Permintaan Customer Periode Januari 2011-

4.2.5.3 Mengurutkan Customer dalam Jalur Distribusi Baru

Dalam mengurutkan kunjungan pendistribusian rokok kretek dari pabrik sampai pada ke customer terakhir hingga kembali ke pabrik menggunakan metode

Nearest neighbour, dengan urutan kunjungan sebagai berikut :

1. Jalur distribusi A (C4 – C5 – C1) Alternatif : I. G C4 C5 C1 G = 42,36 + 21 + 52,52 + 58,69= 174,57 km II. G C1 C4 C5 G = 58,69 + 55,91 + 21+60,26 = 195,86 km III.G C5 C4 C1 G = 60,26 + 21 + 55,91 + 58,69 = 195,86 km IV.G C5 C1 C4 G = 60,26 + 52,52 + 55,91 + 42,36 = 211,05 km V. G C4 C1 C5 G = 42,36 + 55,91 + 52,52 + 60,26 = 211,05 km VI.G C1 C5 C4 G = 58,69 + 52,52+ 21 + 42,36 = 174,57 km

Dari enam alternatif tersebut, maka yang dipilih adalah alternatif I G C4

C5 C1 G atau alternatif V G C1 C5 C4 G karena kedua

2. Jalur distribusi B (C6 – C7 – C2) Alternatif : I. G C6 C7 C2 G = 26,76 + 28,27 + 34,86 + 24,87= 114,76 km II. G C6 C2 C7 G = 26,76 + 22,13 + 34,86+52,76 = 136,51 km III.G C2 C6 C7 G = 24,87 + 22,13 + 28,27 + 52,76 = 128,03 km IV.G C2 C7 C6 G = 24,87 + 34,86 + 28,27 + 26,76 = 114,76 km V. G C7 C2 C6 G = 52,76 + 34,86 + 22,13 + 26,76 = 136,51 km VI.G C7 C6 C2 G = 52,76 + 28,27+ 22,13 + 24,87 = 128,03 km

Dari enam alternatif tersebut, maka yang dipilih adalah alternatif I G C6

C7 C2 G atau alternatif V G C2 C7 C6 G karena kedua

alternatif tersebut mempunyai jarak tempuh terpendek yaitu 114,76 km. 3. Jalur distribusi C (G - C3-G)

Alternatif : I. G C3 G

= 58,17 + 58,17 = 116,34 km

Dari alternatif tersebut, maka yang dipilih adalah alternatif I (G C3 G)

karena alternatif tersebut mempunyai jarak tempuh terpendek yaitu 116,34 km.

4.2.5.4 Biaya Transportasi Sesudah Menggunakan Metode Savings Matrix Berdasarkan Permintaan Periode Januari 2011-Juni 2012

Dari Tabel 4.12 Daftar Harga Untuk Biaya Transportasi, berdasarkan permintaan Januari 2011- Juni 2012 maka dapat dihitung biaya transportasi setelah menggunakan metode Savings Matrix, apakah biaya transportasi lebih kecil setelah menggunakan metode Savings Matrix, yaitu sebagai berikut :

1. Jalur distribusi A (G C4 C5 C1 G)dengan Armada Mobil Box

* Biaya Premium = Total Jarak tempuh x 1/10 x harga (premium) = 174,57 km x 1/10 x Rp. 4500,-/liter

= Rp.78.557,-/ minggu = Rp 314.226,-/ bulan * Biaya Tenaga Kerja =

- Upah Sopir = Rp 1.200.000,-/ bulan - Upah Pendamping Sopir = Rp 800.000,-/ bulan * Biaya Retribusi (parkir) = Rp 15.000,-/ bulan

2. Jalur distribusi B (G C6 C7 C2 G) dengan Armada Mobil Box

* Biaya Premium = Total Jarak tempuh x 1/10 x harga (premium) = 114,76 km x 1/10 x Rp. 4500,-/liter

= Rp.51.642,-/ minggu = Rp 206.568,-/ bulan * Biaya Tenaga Kerja =

- Upah Sopir = Rp 1.200.000,-/ bulan - Upah Pendamping Sopir = Rp 800.000,-/ bulan * Biaya Retribusi (parkir) = Rp 10.000,-/ bulan

3. Jalur distribusi C (G C3 G)dengan Armada Mobil Box

* Biaya Premium = Total Jarak tempuh x 1/10 x harga (premium) = 116,34 km x 1/10 x Rp. 4500,-/liter

= Rp.52.353,-/ minggu = Rp 209.412,-/ bulan * Biaya Tenaga Kerja =

- Upah Sopir = Rp 1.200.000,-/ bulan - Upah Pendamping Sopir = Rp 800.000,-/ bulan * Biaya Retribusi (parkir) = Rp 10.000,-/ bulan

Tabel 4.19 Total Biaya Transportasi Jalur distribusi Baru

No. Jalur Distribusi Baru Pengiriman Customer Jumlah Mobil Box Total Biaya Tenaga Kerja (bulan) Biaya Bahan Bakar (bulan) Biaya Retribusi (bulan) 1 G C4 C5 C1 G 1 Rp 2.000.000,- Rp 314.226,- Rp 15.000,- 2 G C6 C7 C2 G 1 Rp 2.000.000,- Rp 206.568,- Rp 10.000,- 3 G C3 G 1 Rp 2.000.000,- Rp 209.412 ,- Rp 10.000,- Total 3 Rp 6.000.000,- Rp 730.206,- Rp 35.000,- Sumber: Hasil pengamatan data primer

* Jadi, biaya total metode Savings Matrix, adalah :

= Total biaya tenaga kerja + Total biaya premium seluruh jalur distribusi + Total biaya retribusi

= Rp 6.000.000,-/ bulan + Rp 730.206,-/ bulan + Rp 35.000,-/ bulan = Rp 6.765.206,- / bulan

* Jadi, penghematan dari biaya total transportasi awal dengan total biaya transportasi Metode Savings Matrix, adalah :

= Total Biaya Transportasi awal – Total biaya metode saving matrix = Rp 11.000.916,- / bulan - Rp 6.765.206,- / bulan

= Rp. 4.235.710,- / bulan = 38,50 %

4.2.6 Peramalan ( Forecasting) Permintaan

4.2.6.1 Ploting Data Permintaan Periode Januari 2011- Juni 2012

Langkah pertama untuk mendapatkan hasil peramalan menggunakan metode kuantitatif time series adalah membuat diagram pencar atau menggambarkan historis permintaan dalam bentuk grafik x – y dari permintaan customer sebelumnya yaitu periode Januari 2011- Juni 2012. Diagram pencar ini berguna untuk mengetahui pola data tersebut apakah mengandung unsur horisontal, musiman, siklus atau trend sehingga dapat diketahui jenis metode yang akan digunakan dalam peramalan permintaan rokok kretek untuk periode November 2012– Oktober 2013.

Gambar 4.2 Diagram Pencar Data Permintaan Rokok Nalami Cokelat

Berdasarkan Gambar 4.2 diagram pencar data permintaan customer 1 Toko Enggal-Nganjuk diatas diperoleh metode peramalan permintaan yang sesuai yaitu untuk customer 1 sampai dengan customer 7 untuk periode November 2012 – Oktober 2013 menggunakan metode Simple Average, Moving Average dan

Single Exponential Smoothing. Peramalan data permintaan menggunakan program

WinQSB.Untuk diagram pencar data permintaan customer lain dapat dilihat pada Lampiran H.

4.2.6.2 Perhitungan Nilai MSE

Dari hasil peramalan data permintaan dengan menggunakan WinQSB akan didapatkan nilai Mean Square Error (MSE). Hasil Mean Square Error (MSE) dapat dilihat pada tabel berikut atau pada lampiran I:

Tabel 4.20 Nilai MSE dari 3 Metode Peramalan Rokok Nalami Cokelat Customer Simple Average Moving Average Exponential Single

Smoothing Customer 1 927652,1 976470,6 873396,7 Customer 2 1342769 1025882 1562631 Customer 3 2349473 1536471 2982593 Customer 4 2578861 2242353 2582483 Customer 5 835785,8 830588,3 777107,9 Customer 6 2380884 3028235 2574011 Customer 7 1255947 1075294 1381874

Sumber: Hasil pengamatan data primer

Tabel 4.21 Nilai MSE dari 3 Metode Peramalan Rokok Nalami Ijo Customer Simple Average Moving Average

Single Exponential Smoothing Customer 1 500788,1 318823,5 446043,1 Customer 2 259049,6 235294,1 249285,3 Customer 3 299317,5 303529,4 353390,4 Customer 4 354972,7 240000 335459,8 Customer 5 210152 357647,1 210565,4 Customer 6 412246,6 411764,7 542194,3 Customer 7 148411,7 240000 171196,5

Sumber: Hasil pengamatan data primer

Tabel 4.22 Nilai MSE dari 3 Metode Peramalan Rokok Nalami Ekslusif Customer Simple Average Moving Average

Single Exponential Smoothing Customer 1 200696,3 268235,3 339336,1 Customer 2 147366,3 188235,3 173467,4 Customer 3 343054,2 451764,7 350784,6 Customer 4 155936,5 188235,3 199338,6 Customer 5 81502,7 150588,2 99760,95 Customer 6 324583,1 390588,3 313542,9 Customer 7 263735,9 529411,8 285743,7

Tabel 4.23 Nilai MSE dari 3 Metode Peramalan Rokok Nalami Golden Start Customer Simple Average Moving Average

Single Exponential Smoothing Customer 1 111718,3 218823,5 104368,6 Customer 2 127051,8 242352,9 145988,2 Customer 3 392764,7 472941,2 405289,9 Customer 4 175605,8 214117,6 277317,3 Customer 5 164372,5 200000 214944,1 Customer 6 164832,4 162352,9 149063,8 Customer 7 62096,86 124705,9 60370,93 Sumber: Hasil pengamatan data primer

4.2.6.3 Pemilihan Nilai MSE Terkecil

Dari perhitungan nilai MSE kemudian dicari nilai MSE Terkecil berdasarkan metode peramalan yang digunakan, dengan hasil nilai MSE terkecil sebagai berikut :

Tabel 4.24 Nilai MSE Terkecil dan Metode Yang Digunakan Untuk Rokok Nalami Cokelat

Customer Metode Peramalan Nilai MSE

Customer 1 Single Exponential Smoothing 873396,7

Customer 2 Moving Average 1025882

Customer 3 Moving Average 1536471

Customer 4 Moving Average 2242353

Customer 5 Single Exponential Smoothing 777107,9

Customer 6 Simple Average 2380884

Customer 7 Moving Average 1075294

Sumber: Hasil pengamatan data primer

Tabel 4.25 Nilai MSE Terkecil dan Metode Yang Digunakan Untuk Rokok Nalami Ijo

Customer Metode Peramalan Nilai MSE

Customer 1 Moving Average 318823,5

Customer 2 Moving Average 235294,3

Customer 3 Simple Average 299317,5

Customer 4 Moving Average 240000

Customer 5 Simple Average 210152

Customer 6 Moving Average 411764,7

Customer 7 Simple Average 148411,7

Tabel 4.26 Nilai MSE Terkecil dan Metode Yang Digunakan Untuk Rokok Ekslusif

Customer Metode Peramalan Nilai MSE

Customer 1 Simple Average 200696,3

Customer 2 Simple Average 147366,3

Customer 3 Simple Average 343054,2

Customer 4 Simple Average 155936,5

Customer 5 Simple Average 81502,7

Customer 6 Single Exponential Smoothing 313542,9

Customer 7 Simple Average 263735,9

Sumber: Hasil pengamatan data primer

Tabel 4.27 Nilai MSE Terkecil dan Metode Yang Digunakan Untuk Rokok Nalami Golden Start

Customer Metode Peramalan Nilai MSE

Customer 1 Single Exponential Smoothing 104368,6

Customer 2 Simple Average 127051,8

Customer 3 Simple Average 392764,7

Customer 4 Simple Average 175605,8

Customer 5 Simple Average 164372,5

Customer 6 Moving Average 162352,9

Customer 7 Single Exponential Smoothing 60370,93

Sumber: Hasil pengamatan data primer

4.2.6.4 Melakukan Uji MRC dari Metode Peramalan yang Digunakan

Setelah meramalkan nilai MSE terkecil pada setiap metode maka selanjutnya dilakukan uji verifikasi guna mengetahui apakah metode peramalan yang mempunyai nilai MSE terkecil pada setiap metode tersebut dapat dipakai (layak) atau tidak. Alat yang dipergunakan untuk uji verifikasi adalah dengan dilakukan uji Moving Range Chart (MRC).

Gambar 4.3 MRC Rokok Nalami Cokelat

Berdasarkan Gambar 4.3 untuk MRC Rokok Nalami Cokelat customer 1 Toko Enggal-Nganjuk, dapat disimpulkan bahwa data permintaan terkontrol karena tidak melewati Batas Atas (BA) dan Batas Bawah (BB). Hasil dari Uji MRC untuk customer selanjutnya dapat dilihat pada lampiran J.

4.2.6.5 Peramalan Permintaan dengan Metode yang Terpilih Untuk Periode November 2012 - Oktober 2013

Berdasarkan hasil uji MRC dilakukan peramalan permintaan untuk periode November 2012 – Oktober 2012 menggunakan Software WINQSB dengan hasil Peramalan dapat dilihat pada lampiran I.

Untuk menentukan beban order tiap customer dihitung berdasarkan metode terbaik pada setiap customer yang telah terkontrol dengan uji verifikasi tersebut dengan cara dicari rata-ratanya.

Sebagai contoh perhitungan beban order untuk rokok kretek nalami cokelat customer 1 (Toko Enggal-Nganjuk) :

(

)

periode Jumlah 2013 Oktober - 2012 November periode peramalan permintaan Jumlah Order Beban = 92 , 5167 12 92 , 5167 ... 92 , 5167 92 , 5167 + + + = =

= 5168 bungkus/ periode(bulan) (Hasil dibulatkan keatas semua) Untuk perhitungan beban order berikutnya dapat dilihat pada lampiran K. Besarnya beban order untuk tiap-tiap customer, sebagai berikut :

Tabel 4.28 Rata-rata Besarnya Beban Order Rokok Nalami Cokelat untuk periode November 2012- Oktober 2013

Customer Beban Order

(Bungkus/bulan) Customer 1 5168 Customer 2 7000 Customer 3 8000 Customer 4 6000 Customer 5 3381 Customer 6 4544 Customer 7 5000

Sumber: Hasil perhitungan data primer

Tabel 4.29 Rata-rata Besarnya Beban Order Rokok Nalami Ijo untuk periode November 2012- Oktober 2013

Customer Beban Order

(Bungkus/bulan) Customer 1 3000 Customer 2 2400 Customer 3 1578 Customer 4 2400 Customer 5 1878 Customer 6 3000 Customer 7 1167

Tabel 4.30 Rata-rata Besarnya Beban Order Rokok Nalami Ekslusif untuk periode November 2012- Oktober 2013

Customer Beban Order

(Bungkus/ bulan) Customer 1 1167 Customer 2 1167 Customer 3 1800 Customer 4 1167 Customer 5 1089 Customer 6 1909 Customer 7 1544

Sumber: Hasil perhitungan data primer

Tabel 4.31 Rata-rata Besarnya Beban Order Rokok Nalami Golden Start untuk periode November 2012- Oktober 2013

Customer Beban Order (Bungkus/ bulan) Customer 1 1247 Customer 2 1267 Customer 3 1644 Customer 4 1500 Customer 5 1311 Customer 6 1600 Customer 7 1111

Sumber: Hasil perhitungan data primer

4.2.7 Pengalokasian Customer Pada Jalur Distribusi Baru (Menggunakan Metode Savings Matrix) Berdasarkan Permintaan Periode November 2012 – Oktober 2013

Berdasarkan hasil peramalan permintaan periode November 2012- Oktober 2013, untuk permintaan dari tiap customer dialokasikan pada jalur distribusi baru (menggunakan Savings Matrix), karena metode Savings Matrix memberikan penghematan jarak tempuh maupun biaya transportasi, sehingga

besarnya permintaan dari tiap customer dapat langsung dialokasikan pada jalur baru.

1. Iterasi 1

Tiap customer dialokasikan seperti pada jalur distribusi awal (Tabel 4.9) yang memiliki 5 jalur pendistribusian produk, sehingga pada iterasi 1 diperoleh 5 jalur distribusi dalam pendistribusian produk ke customer dapat dilihat pada Tabel 4.18 Matriks Penghematan.

2. Iterasi 2

Dari Tabel 4.18 Matriks Penghematan, didapat penghematan tertinggi yaitu 81,62 = S (C4,C5) dengan mengkombinasikan jalur distribusi untuk C4

dan C5 dalam satu jalur distribusi yaitu jalur distribusi A. Kemudian dilakukan

pengecekkan apakah pengkombinasian tersebut layak atau tidak dengan berdasarkan nilai total beban order customer tersebut dan kapasitas armada yang ada (Mobil Box). Untuk perhitungan beban dari tiap customer dapat dilihat berdasarkan Tabel 4.5 - Tabel 4.8, dengan perhitungan beban jalur distribusi sebagai berikut :

Beban untuk jalur distribusi A = Beban order Customer 4 + Customer 5 = 11.067+ 7659

= 18.726 bungkus ( < 32.000 ) Layak Hasil dari iterasi 2 dapat dilihat pada Lampiran L.

3. Iterasi 3

Pada iterasi 3 didapat penghematan tertinggi selanjutnya yaitu 66,43 = S(C1,C5) tetapi karena Customer 5 sudah masuk jalur distribusi A sehingga

pada jalur distribusi A, dengan perhitungan beban jalur distribusi sebagai berikut :

Beban untuk jalur distribusi A = Beban order Customer 4 + Customer 5 +

Customer 1

= 11.067+ 7659+ 10.582

= 29.308 bungkus (< 32.000) Layak Hasil dari iterasi 3 dapat dilihat pada Lampiran L.

4. Iterasi 4

Pada iterasi 4 didapat penghematan tertinggi selanjutnya yaitu 51,25 = S(C6,C7) dengan mengkombinasikan jalur distribusi untuk C6 dan C7 dalam

satu jalur distribusi yaitu jalur distribusi B. Kemudian dilakukan pengecekkan apakah pengkombinasian tersebut layak atau tidak dengan berdasarkan nilai total beban order Customer tersebut dan kapasitas armada yang ada (Mobil

Box), dengan perhitungan beban jalur distribusi sebagai berikut :

Beban untuk jalur distribusi B = Beban order Customer 6 +Customer 7 = 11.053 + 8822

= 19.875 bungkus ( < 32.000 ) Layak Hasil dari iterasi 4 dapat dilihat pada Lampiran L.

5. Iterasi 5

Pada iterasi 5 didapat penghematan tertinggi selanjutnya yaitu 48,02 = S(C1,C7) tetapi karena Customer 1 sudah masuk jalur distribusi A dan Customer 7 sudah masuk jalur distribusi B, maka dicari penghematan tertinggi

selanjutnya yaitu 45,14 = S(C1,C4) tetapi karena Customer 1dan Customer 4

yaitu 42,77 = S(C2,C7) tetapi karena Customer 7 sudah masuk jalur distribusi

B sehingga pada tahap ini dilakukan pengecekkan apakah Customer 2 dapat ditambahkan pada jalur distribusi B, dengan perhitungan beban jalur distribusi sebagai berikut :

Beban untuk jalur distribusi B = Beban order Customer 6 +Customer 7 +

Customer 2

= 11.053 + 8822 + 11.834

= 31.709 bungkus ( < 32.000 ) Layak Hasil dari iterasi 5 dapat dilihat pada Lampiran G.

6. Iterasi 6

Pada iterasi 6 didapat penghematan tertinggi selanjutnya yaitu 38,20 = S(C1,C6) tetapi karena Customer 1 sudah masuk jalur distribusi A dan Customer 6 sudah masuk jalur distribusi B, maka dicari penghematan tertinggi

selanjutnya yaitu 29, 5 = S(C2,C6) tetapi karena Customer 2 dan Customer 6

sudah masuk jalur distribusi B, maka dicari penghematan tertinggi selanjutnya yaitu 23,99= S(C3,C4) tetapi karena Customer 4 sudah masuk jalur distribusi A

sehingga pada tahap ini dilakukan pengecekkan apakah Customer 3 dapat ditambahkan pada jalur distribusi A, dengan perhitungan beban jalur distribusi sebagai berikut :

Beban untuk jalur distribusi A = Beban order Customer 4 + Customer 5 +

Customer 1+ Customer 3

= 11.067+ 7659+ 10.582+13.022

Beban untuk jalur distribusi A dinyatakan tidak layak jika ditambahkan dengan beban order Customer 3. Maka dibuat jalur distribusi yang baru yaitu jalur distribusi C, dengan perhitungan beban jalur distribusi sebagai berikut :

Beban untuk jalur distribusi C = Beban order Customer 3

= 10.000 bungkus ( < 32.000 ) Layak Hasil dari iterasi 6 dapat dilihat pada Lampiran G.

7. Iterasi 7

Berdasarkan iterasi 1 sampai 6, sehingga pada iterasi 7 diperoleh 3 jalur distribusi baru yaitu :

a) Jalur distribusi A = C4 – C5 – C1

Beban jalur distribusi A = 29.308 bungkus

Armada yang digunakan adalah Mobil Box (Milik sendiri) b) Jalur distribusi B = C6 – C7 – C2

Beban jalur distribusi B = 31.709 bungkus

Armada yang digunakan adalah Mobil Box (Milik sendiri) c) Jalur distribusi C = C3

Beban jalur distribusi C = 13.022 bungkus

4.2.8 Mengurutkan Customer dalam Jalur Distribusi Baru Periode November2012-Oktober 2013

Dalam mengurutkan kunjungan pendistribusian rokok kretek dari pabrik sampai pada ke customer terakhir hingga kembali ke pabrik menggunakan metode

Nearest neighbour, dengan urutan kunjungan sebagai berikut :

1. Jalur distribusi A (C4 – C5 – C1) Alternatif : I. G C4 C5 C1 G = 42,36 + 21 + 52,52 + 58,69= 174,57 km II. G C1 C4 C5 G = 58,69 + 55,91 + 21+60,26 = 195,86 km III.G C5 C4 C1 G = 60,26 + 21 + 55,91 + 58,69 = 195,86 km IV.G C5 C1 C4 G = 60,26 + 52,52 + 55,91 + 42,36 = 211,05 km V. G C4 C1 C5 G = 42,36 + 55,91 + 52,52 + 60,26 = 211,05 km VI.G C1 C5 C4 G = 58,69 + 52,52+ 21 + 42,36 = 174,57 km

Dari enam alternatif tersebut, maka yang dipilih adalah alternatif I G C4

C5 C1 G atau alternatif V G C1 C5 C4 G karena kedua

2. Jalur distribusi B (C6 – C7 – C2) Alternatif : I. G C6 C7 C2 G = 26,76 + 28,27 + 34,86 + 24,87= 114,76 km II. G C6 C2 C7 G = 26,76 + 22,13 + 34,86+52,76 = 136,51 km III.G C2 C6 C7 G = 24,87 + 22,13 + 28,27 + 52,76 = 128,03 km IV.G C2 C7 C6 G = 24,87 + 34,86 + 28,27 + 26,76 = 114,76 km V. G C7 C2 C6 G = 52,76 + 34,86 + 22,13 + 26,76 = 136,51 km VI.G C7 C6 C2 G = 52,76 + 28,27+ 22,13 + 24,87 = 128,03 km

Dari enam alternatif tersebut, maka yang dipilih adalah alternatif I G C6

C7 C2 G atau alternatif V G C2 C7 C6 G karena kedua

alternatif tersebut mempunyai jarak tempuh terpendek yaitu 114,76 km. 3. Jalur distribusi C (G - C3-G)

Alternatif : I. G C3 G

= 58,17 + 58,17 = 116,34 km

Dari alternatif tersebut, maka yang dipilih adalah alternatif I (G C3 G)

karena alternatif tersebut mempunyai jarak tempuh terpendek yaitu 116,34 km.

4.2.9 Perhitungan Biaya Transportasi Jalur Distribusi Baru Untuk Periode November 2012 – Oktober 2013

Dari Tabel 4.12 Daftar Harga Untuk Biaya Transportasi, maka dapat dihitung biaya transportasi setelah menggunakan metode Savings Matrix, untuk peramalan permintaan November 2012 – Oktober 2013 yaitu sebagai berikut :

1. Jalur distribusi A (G C4 C5 C1 G)dengan Armada Mobil Box

* Biaya Premium = Total Jarak tempuh x 1/10 x harga (premium) = 174,57 km x 1/10 x Rp. 4500,-/liter

= Rp.78.557,-/ minggu = Rp 314.226,-/ bulan * Biaya Tenaga Kerja =

- Upah Sopir = Rp 1.200.000,-/ bulan - Upah Pendamping Sopir = Rp 800.000,-/ bulan * Biaya Retribusi (parkir) = Rp 15.000,-/ bulan

2. Jalur distribusi B (G C6 C7 C2 G) dengan Armada Mobil Box

* Biaya Premium = Total Jarak tempuh x 1/10 x harga (premium) = 114,76 km x 1/10 x Rp. 4500,-/liter

= Rp.51.642,-/ minggu = Rp 206.568,-/ bulan * Biaya Tenaga Kerja =

- Upah Sopir = Rp 1.200.000,-/ bulan - Upah Pendamping Sopir = Rp 800.000,-/ bulan * Biaya Retribusi (parkir) = Rp 10.000,-/ bulan 3. Jalur distribusi C (G C3 G)dengan Armada Mobil Box

* Biaya Premium = Total Jarak tempuh x 1/10 x harga (premium) = 116,34 km x 1/10 x Rp. 4500,-/liter

* Biaya Tenaga Kerja =

- Upah Sopir = Rp 1.200.000,-/ bulan - Upah Pendamping Sopir = Rp 800.000,-/ bulan * Biaya Retribusi (parkir) = Rp 10.000,-/ bulan

Tabel 4.32 Total Biaya Transportasi Jalur distribusi Baru

No. Jalur Distribusi Baru Pengiriman Customer Jumlah Mobil Box Total Biaya Tenaga Kerja (bulan) Biaya Bahan Bakar (bulan) Biaya Retribusi (bulan) 1 G C4 C5 C1 G 1 Rp 2.000.000,- Rp 314.226,- Rp 15.000,- 2 G C6 C7 C2 G 1 Rp 2.000.000,- Rp 206.568,- Rp 10.000,- 3 G C3 G 1 Rp 2.000.000,- Rp 209.412 ,- Rp 10.000,- Total 3 Rp 6.000.000,- Rp 730.206,- Rp 35.000,- Sumber: Hasil pengamatan data primer

* Jadi, biaya total metode Savings Matrix, adalah :

= Total biaya tenaga kerja + Total biaya premium seluruh jalur distribusi + Total biaya retribusi

= Rp 6.000.000,-/ bulan + Rp 730.206,-/ bulan + Rp 35.000,-/ bulan = Rp 6.765.206,- / bulan

* Jadi, penghematan dari biaya total transportasi awal dengan total biaya transportasi Metode Savings Matrix, adalah :

= Total Biaya Transportasi awal – Total biaya metode saving matrix = Rp 11.000.916,- / bulan - Rp 6.765.206,- / bulan

= Rp. 4.235.710,- / bulan = 38,50 %

4.2.10 Rekomendasi Jalur Distribusi Untuk Periode November 2012- Oktober 2013

Berdasarkan permintaan periode bulan Januari2011-Juni2012 diketahui : Biaya transportasi jalur distribusi awal = Rp 11.000.916,- / bulan

Biaya transportasi jalur distribusi baru = Rp 6.765.206,- / bulan

Berdasarkan perhitungan biaya transportasi dan besarnya permintaan periode bulan Januari2011-Juni2012 pada jalur distribusi awal dan jalur distribusi baru diperoleh penghematan sebesar :

= Rp 11.000.916,- / bulan - Rp 6.765.206,- / bulan

= Rp. 4.235.710,- / bulan atau didapat penghematan sebesar 38,50 % maka jalur distribusi yang baru dengan menggunakan Savings Matrix dapat direkomendasikan sebagai jalur distribusi baru setelah dilakukan peramalan untuk periode Bulan November 2012-Oktober 2013, yang menghasilkan biaya transportasi sebesar Rp 6.765.206,- / bulan.

4.2.11 Hasil Dan Pembahasan

Hasil dan pembahasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Perbandingan jalur distribusi sebelum dan sesudah menggunakan saving

matrix periode permintaan bulan Januari 2011-Juni 2012

Dengan membandingkan jumlah keseluruhan total jarak tempuh dari semua jalur distribusi pada jalur distribusi awal dan jumlah keseluruhan total jarak tempuh pada jalur distribusi dengan menggunakan metode Saving Matrix maka didapat jalur distribusi yang baru didukung oleh Fita Sari (2012) dan Risma Ruly (2010), dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.33 Perbandingan Jalur Distribusi Awal dan Jalur Distribusi Baru serta Total Jarak Tempuh Jalur Distribusi Awal Jalur Distribusi Baru

Jalur

Awal Kode Armada

Beban Order (bungkus/ bulan) Jarak Tempuh (km) Jalur

Baru Kode Armada

Beban Order (bungkus/ bulan) Jarak Tempuh I G – C1 – G Mobil Box 9.789 117,38 Km A G – C4 – C5 - C1- G Mobil Box 29.308 174,57 km II G – C6 – C2– G Mobil Box 19.035 73,76 Km

III G – C3 - G Mobil Box 10.000 116,34 Km

B G – C6 – C7– C2 - G Mobil Box 31.709 114,76 km IV G – C5- C4 – G Mobil Box 16.456 123,62 Km

V G – C7 – G Mobil Box 6.900 105,52 Km C G – C3 - G Mobil Box 13.022 116,34 km

Total Jarak Tempuh 536,62 km Total Jarak Tempuh 405,67 km Sumber: Hasil pengamatan data primer

Keterangan : C1 = Nganjuk C3 = Pacitan C5 = Tulungagung C7 = Ngawi

C2 = Magetan C4 = Trenggalek C6 = Madiun

Berdasarkan Tabel 4.33 perbandingan jalur distribusi awal dan jalur distribusi baru serta total jarak tempuh dimana setelah menggunakan metode saving matrix diperoleh penghematan jalur distribusi dari 5 jalur distribusi menjadi 3 jalur distribusi dan didapat total jarak tempuh dari 536,62 km menjadi 405,67 km sehingga didapat penghematan sebesar 130,95 km atau 24,40 %. Dan dapat dibandingkan dari yang sebelumnya menggunakan 5 mobil box pada jalur distribusi awal menjadi 3 mobil box pada jalur distribusi yang baru sehingga didapat penghematan 2 mobil box sesudah menggunakan metode Savings Matrix.

2. Perbandingan biaya transportasi jalur distribusi awal dengan biaya transportasi jalur distribusi baru sesudah menggunakan metode Savings Matrix periode Januari 2011 – Juni 2012 yaitu :

Tabel 4.34 Perbandingan Biaya Transportasi Jalur distribusi Awal Dan Jalur distribusi Baru periode Januari 2011 – Juni 2012

Biaya Transportasi Jalur Awal Distribusi (Bulan)

Biaya Transportasi Jalur Distribusi Baru (Bulan)

Penghematan Biaya Transportasi (Bulan)

Prosentase Penghematan (Bulan)

Rp. 11.000.916,- Rp. 6.765.206,- Rp. 4.235.710,- 38,50 %

Sumber: Hasil pengamatan data primer

Berdasarkan Tabel 4.34, didapat total biaya transportasi jalur distribusi awal sebesar Rp. 11.000.916,-/ bulan dan total biaya transportasi jalur distribusi baru setelah menggunakan metode Savings Matrix periode Januari 2011-Juni 2012 sebesar Rp. 6.765.206,-/ bulan dan didapatkan penghematan sebesar Rp. 4.235.710,-/ bulan atau 38,50 % per bulan. Sehingga metode Savings Matrix periode Januari 2011-Juni 2012 dapat digunakan untuk mendapatkan biaya transportasi yang minimum pada jalur distribusi baru periode November 2012- Oktober 2013.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan kapasitas alat angkut sesudah menggunakan metode saving

matrix, diperoleh 3 jalur distribusi baru untuk periode November 2012-

Oktober 2013, jalur distribusi tersebut antara lain:

a.Jalur distribusi A (G C4 C5 C1 G) atau (G C1 C5 C4 G)

Gudang – Trenggalek - TulungAgung – Nganjuk – Gudang atau Gudang – Nganjuk - TulungAgung - Trenggalek – Gudang karena kedua alternatif tersebut mempunyai jarak tempuh terpendek yaitu 174,57 km dengan beban order 29.308 bungkus rokok kretek/ bulan.

b.Jalur distribusi B (G C6 C7 C2 G) atau (G C2 C7 C6 G)

Gudang –Madiun – Ngawi – Magetan - Gudang atau Gudang – Magetan – Ngawi – Madiun – Gudang karena alternatif tersebut mempunyai jarak tempuh terpendek yaitu 114,76 km dengan beban order 31.709 bungkus rokok kretek/ bulan.

c. Jalur distribusi C (G C3 G) atau (G C3 C2 G)

Gudang - Pacitan – Gudang karena alternatif tersebut mempunyai jarak tempuh terpendek sebesar 116,34 km dengan beban order 13.022 bungkus rokok kretek/ bulan.

2. Berdasarkan biaya transportasi sesudah menggunakan metode Saving

menjadi Rp. 6.765.206,-/ bulan sehingga didapat penghematan sebesar Rp. 4.235.710,-/ bulan atau 38,50 % per bulan.

5.2 Saran

Saran dari penelitian ini untuk PR. Berkah Nalami adalah sebagai berikut : 1. PR. Berkah Nalami sebaiknya mempertimbangkan jalur distribusi yang

baru, untuk pengiriman rokok kretek ke customer karena jalur distribusi yang baru merupakan hasil dari penggunaan metode Savings Matrix yang dapat menentukan jalur distribusi dan total jarak tempuh. Dan untuk mengefektifkan 2 mobil box yang menganggur, mobil box dapat digunakan sebagai maintenance atau perawatan sebagai mobil box cadangan bila ada mobil box yang kondisinya kurang baik atau rusak. 2. PR. Berkah Nalami sebaiknya mempertimbangkan biaya transportasi

dari penggunaan metode Savings Matrix karena dapat meminimumkan biaya transportasi dari biaya transportasi metode perusahaan sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ariyani, Enny. 2008. Buku Ajar Sistem Produksi. Lembaga Penerbitan Fakultas teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional Veteran.

Ariyani, Enny. 2010. Penelitian Operasional. Klaten ; Yayasan Humaniora. Baroto, Teguh. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Jakarta :

Ghalia Indonesia.

Bowersox, Donald J. 1978. Logistical Management 2. Terjemahan A. Hasyim Ali. 1986. Manajemen Logistik. Jakarta : Bumi Aksara.

Dimyati, Tjatju Tarliah, 2003, Operations Research Model-Model Pengambilan Keputusan. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

http://balaipustaka.wordpress.com/2009/03/15/pengertian-distribusi/

Mulyono, Sri. 1991. Operations Research. Jakarta : Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Nasution, Arman Hakim. 2003. Perencanaan dan Pengendalian Produksi edisi pertama. Jakarta : Guna Widya.

Nasution, M. Nur, 2004. Manajemen Transportasi edisi kedua. Jakarta : Ghalia Indonesia

Pujawan, I Nyoman. 2005. Supply Chain Management edisi pertama. Surabaya: Guna Widya.

Ruly, Risma. 2010. Penentuan Jalur Distribusi Produk Air Minum Dalam Kemasan Dengan Menggunakan Metode Savings Matrix untuk meminimumkan Biaya Transportasi Di PT. Swabina Gatra. Gresik. Salim, H.A Abbas. 2002. Manajemen Transportasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada.

Sari Fita, 2012, “Penentuan Jalur Distribusi Filter Rokok Dengan Metode Saving Matrix Untuk Meminimumkan Biaya Distribusi Di PT. Filtrona

Dokumen terkait