• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menikmati Kekayaan Wisata di Yordania

Dalam dokumen MENGKAJI TAFSIR DI BEBERAPA WILAYAH Cata (Halaman 35-38)

C. Di Yordania: Meneliti Tafsir dan Menerjemahkan buku Tafsir Tematik (Mawdhû’î) sambil MengikutiPostdoctoral Fellowship Program for Islamic

6. Menikmati Kekayaan Wisata di Yordania

Di samping untuk melaksanakan kegiatan Posdok, kesempatan di Yordania juga dimanfaatkan untuk menikmati objek-objek wisata, baik wisata alam dan sejarah maupun wisata spiritual (ziarah). Sejumlah kota menjadi tujuan.

Di Jerash (Jarasy), yaitu wilayah berbukit dengan tanahnya yang subur, kegubernuran ini berbatasan dengan Kegubernuran Irbid di utara, Kegubernuran Ajloun di barat, Kegubernuran Mafraq dan Kegubernuran Zarqa di timur, dan Kegubernuran Balqa di selatan. Rata-rata curah hujan di Kegubernuran Jerash berkisar 400–500 mm, di antara daerah yang memiliki curah hujan tertinggi di negara ini. Ketinggian kegubernuran ini antara 300 sampai 1300 meter diatas permukaan laut dengan aliran air

bersih dan Sungai Zarqa yang melaluinya, dikelilingi dataran subur, perbukitan, pegunungan dengan iklim mediterania Wilayah kekuasaan Romawi menyisakan jejak kejayaan yang masih bisa kita saksikan sampai saat ini. Salah satu wilayah kekuasaannya yang terletak di Asia adalah Jerash, suatu kota yang terletak di Negara Yordania. Kota ini memiliki situs peninggalan kerajaan Romawi yang disinyalir sebagai kota tua yang menyimpan arkeologi sejarah.

Menurut Petugas Jerash bahwa Yordania merupakan negara yang terletak di Asia Barat yang identik dengan padang pasir nan gersang, namun kali ini mata anda akan dimanjakan dengan indahnya pemandangan ladang pertanian yang tampak saat melintasi jalan menuju Jerash dari Kota Amman. Bagi anda yang pernah mengarungi lintasan jalan bukit yang berkelok di Indonesia maka anda pun akan merasakan kesan yang sama saat mengunjungi Jerash, ini merupakan suatu hal yang luar biasa untuk negara yang bukan beriklim tropis.

Selama abad ketiga sebelum masehi, Jerash pernah menjadi salah satu kota terbesar di luar Eropa. Pada abad kedua masehi, Jerash termasuk salah satu dari 10 kota besar yang masuk menjadi bagian dari Decapolis (10 kota besar Yunani). Jerash merupakan kota yang berada di dataran tinggi, terletak pada ketinggian 250 – 300 meter di atas permukaan laut. Karena itulah maka suhu di Jerash berbeda dengan wilayah lainnya di Yordania. Selain Pada tahun 749 masehi, gempa bumi dahsyat telah menghancurkan sebagian besar kota Jerash, lalu terjadi gempa bumi selanjutnya dan perang yang berkecamuk, berdampak pada kerusakan situs peninggalan sejarah kota kuno ini. Menurut keterangan guide di sana, bangunan yang terlihat di Jerash saat ini hanyalah separuh dari seluruh kota yang ada. Sedangkan sisanya yang lain, masih terpendam di bawah tanah.

Di samping Jerash, saya juga sempat mengunjungi Petra, yaitu komplek perkampungan dengan bangunan-bangunan kunonya yang terletak di Ma'an, Yordania. Tempat ini terkenal dengan bangunan arsitektur yang dipahat pada bebatuan serta sistem pengairannya. Diperkirakan dibangun pada awal tahun 312 sebelum masehi, sebagai ibu kota dari Nabath. Situs ini tidak pernah diketemukan oleh dunia barat hingga 1812, ketika pengelana dari Swiss, Johann Ludwig Burckhardt menemukannya untuk pertama kalinya. Situs ini digambarkan seperti "sebuah kota mawar merah yang antik" dalam salah satu puisi yang menang dalam lomba Newdigate Prize, karya dari John William Burgon.

Objek wisata alam yang sempat dikunjungi adalah Laut Mati, yaitu laut yang membelah dan menjadi perbatasan antara Israel dan Yordania. Disebut sebagai Laut Mati, karena dengan kandungan garamnya yang tinggi yang mencapai 33,7% (sekitar 8,6 kali lebih banyak dari kandungan garam di laut biasa), tidak ada makhluk hidup yang bisa hidup di dalamnya. Keunikan inilah yang membuat banyak benda akan terapung, termasuk tubuh manusia.

Saya juga berkesempatan berkunjung ke makam Nabi Yûsya’ bin Nûn kemudian bertemu dengan penjaga makam tersebut (seorang syech) menceritakan tentang sosok nabi ini. Menurutnya, ia adalah salah seorang nabi yang memimpin Bani Israel memasuki tanah Palestina (Kana'an) dan menyerbu kota Yareho. Yûsya‘ bin Nûn mewarisi ajaran Taurat Musa ketika pertama kali tiba di "Tanah Yang di Janjikan". Ia mengatur penempatan kedua belas suku Israel setibanya di Kanʻân. Namanya tidak

disebutkan secara langsung di dalam Al-Qur'an, tetapi Al-Qur'an menyebutnya bersama dengan kisah Musa di dalamal-Mâ`idah, al-Kahf, dan al-Wâqi’ah.

Di samping makam Nabi Yûsya’, saya juga berziarah ke makam Nabi Ayyûb, Nabi Syu’aib, Goa Ashhâb al-Kahf (menurut salah satu pendapat), dan

Syajarat al-Nabî(Pohon Nabi, “Shahâbî”, yang konon menjadi tempat singgah Nabi Muhammad di daerah Buqaya`âwiyah).

D. Penutup

Demikian pengalaman saya selama melakukan penelitian, baik disertasi maupun penelitian biasa, dengan memanfaatkan fasilitas dan program yang disediakan lembaga, baik Pusat Studi al-Qur`an (PSQ), Kementerian Agama, maupun

Indonesian International Eduaction Foundation (IIEF). Semoga pengalaman ini bermanfaat dan mampu memberikan motivasi bagi para pembaca. Memang, belajar dengan pengalaman adalah guru terbaik. Akan tetapi, mengalaminya sendiri tentu jauh lebih baik.

Penelitian merupakan unsur penting, bahkan menjadi denyut nadi sebuah perguruan tinggi, karena ilmu pengetahuan yang diajarkan sesungguhnya bermuara dari rangkaian penelitian-penelitian. Oleh karena itu, kita perlu memperbarui ilmu pengetahuan kita melalui penelitian-penelitian. Selanjutnya, untuk menopang terlaksananya penelitian secara maksimal, baik dari aspek pengumpulan data, literatur-literatur penunjang, dana yang diperlukan, pengetahuan esktra tentang metodologi penelitian, dan bahkan kemungkinan publikasi hasil penelitian, menangkap peluang kerja sama dan menjalin berbagai kemungkinan jaringan (network) adalah hal lain yang sangat penting. Sebenarnya, tuntutan untuk mengembangkan jaringan tidak hanya menyentuh hajat lembaga setaraf perguruan tinggi (antarlembaga), melainkan juga di tingkat individual (antarindividu), karena dengan cara begitu profesionalitas kita bisa dikenal dan karya-karya kita bisa diakses secara luas, sehingga kita bisa memberikan kontribusi yang berkualitas dan dengan sebaran yang luas. Agenda ke arah ini sebenarnya menjadi cita-cita kita semua. Caranya adalah diawali dengan menggali potensi diri masing-masing.27

27Analisis SWOT yang biasa kita kenal diterapkan untuk menilai kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang dihadapi oleh lembaga (fungsi institusional), sebenarnya juga relevan untuk kepentingan menilai potensi diri kita (fungsi individual).

Dalam dokumen MENGKAJI TAFSIR DI BEBERAPA WILAYAH Cata (Halaman 35-38)

Dokumen terkait