• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan akses layanan air limbah individual (tangki

Dalam dokumen ASPEK TEKNIS PER SEKTOR (Halaman 42-60)

Meningkatnya

praktek tidak buang

air besar

sembarangan hingga

mencapai 51,4%

pada tahun 2018

Berkurangnya

penduduk yang

melakukan praktek

BABs pada tahun

2018

Meningkatkan akses layanan

air limbah individual (tangki

septik) bagi MBR Perkotaan

& Perdesaan sebesar 0,6 %

Meningkatkan akses layanan

air limbah komunal (MCK ++ )

bagi MBR Perkotaan &

Perdesaan sebesar 0,23 %

Meningkatkan akses layanan

air limbah sistem of site

(perpipaan) skala wilayah

sebesar 0,35 %

6.4.1.1 ARAHAN KEBIJAKAN DAN LINGKUP KEGIATAN

1) Sub Sektor Air Limbah Domestik

Rencana pengembangan sektor sanitasi Kabupaten Tangerang dilakukan secara bertahap dalam jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Jangka pendek berdurasi 1-3 tahun, jangka menengah 1-5 tahun dan jangka panjang 1-10 tahun kedepan. Pengembangan sektor air limbah domestik terdiri dari pengembangan sistem on-site dan sistem off-site, dalam jangka pendek cakupan layanan ditargetkan meningkat hingga 44.40% untuk sistem on-site dengan menggunakan tangki septik, 13.72% untuk sistem off-site yang menggunakan MCK atau MCK ++ dan 1.2% untuk sistem off-site skala wilayah. Sedangkan untuk jangka menengah cakupan layanan ditargetkan meningkat hingga 22.87% untuk sistem on-site yang menggunakan MCK atau MCK ++ dan 23.18% untuk pengembangan sistem off-site skala wilayah. Untuk pengembangan sistem off-site skala kota atau perpipaan skala kota ditetapkan sebagai pengembangan jangka panjang, hal tersebut didasarkan pertimbangan bahwa Kabupaten Tangerang wilayahnya cukup luas dan tingkat BABs nya masih cukup tinggi, sehingga dalam waktu dekat yang akan menjadi prioritas adalah pengembangan air libah domestik sistem

on-D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

6.4.1.2 ISU STRATEGIS, KONDISI EKSISTING, PERMASALAHAN DAN

TANTANGAN

Pada dasarnya pelayanan limbah baik domestic maupun rumah tangga belum berjalan optimal. Saat ini penduduk pada umumnya menggunakan septictank dan cubluk untuk penanganan limbah domestic.Meskipun demikian terdapat desa-desa yang belum mengenal sistem septictank dan MCK.

Penggunaan septictank komunal dengan sistem perpipaan baru berkembang di beberapa wilayah permukiman skala besar.Meski demikian pemerintah berencana mengembangkan sistem pelayanan limbah terpadu dengan IPAL di Sepatan.Penggunaan septictank dengan teknologi yang kurang baik beresiko merusak potensi air tanah dangkal yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk minum.

Mengutip data dinas kesehatan berdasarkan inspeksi sanitasi terhadap 228.193 keluarga tentang kepemilikan sarana jamban keluarga di wilayah Kabupaten Tangerang pada Tahun 2010 dibandingkan dengan Tahun 2009 terhadap 125.414 KK yang diperiksa, ternyata terjadi peningkatan jumlah keluarga yang memiliki jamban dari 72.480 KK menjadi 153.802 KK, sedangkan untuk KK yang memiliki jamban sehat dari 48.875 KK (67,43 %) menjadi 64.271 KK (64,61%). Jika data sampel diatas dapat mewakili keseluruhan profil maka baru 67% penduduk Kabupaten Tagerang yang memiliki jamban untuk menangani limbah rumah tangga.

Limbah cuci dan limbah dapur pada umumnya dialirkan langsung ke saluran drainase dan dibuang ke badan air bebas hal ini tentu saja memberikan dampak cukup signifikan terhadap kualitas lingkungan.

Permasalahan pencemaran dan limbah cair yang ada pada Kabupaten Tangerang tidak terlepas dari kondisi daya dukung lingkungan yang ada pada saat ini. Pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan dengan semakin besarnya jumlah industri yang ada dan juga pertambahan jumlah penduduk yang cukup tinggi, baik secara langsung ataupun tidak, dapat menekan kondisi lingkungan dan sumberdaya alam yang ada, terutama sekali sumberdaya air.Kondisi tertekannya sumberdaya air tidak hanya jumlahnya yang semakin berkurang, namun juga adalah kondisi pencemaran yang dirasakan semakin lama tingkatannya semakin berat, sehingga banyak sungai ataupun danau yang telah mengalami penurunan fungsi peruntukkannya.

Pengelolaan terhadap limbah cair domestik telah dilakukan oleh masyarakat dengan membuat jamban yang baik namun demikian belum seluruh masyarakat yang ada di Kabupaten Tangerang membuat jamban yang memenuhi syarat kesehatan.

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

Pengelolaan lainnya yang dilakukan masyarakat Kabupaten Tangerang adalah dengan mengolah limbah cair domestik sistem On Site dengan membangun Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang terletak di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan yang melayani seluruh Kabupaten Tangerang.

Pengelolaan limbah cair domestik yang tidak terolah pada jamban, selama ini tidak dilakukan dengan tepat. Pada umumnya limbah yang keluar akan masuk ke dalam saluran air limbah dan langsung menuju sungai atau air permukaan lainnya.

Tujuan dari pengembangan pengembangan kebijaksanaan dan langkah-langkah strategis sistem pengelolaan limbah adalah meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan dengan memprioritaskan penanganan kesehatan masyarakat serta memperkecil kemungkinan kerusakan lingkungan.

6.4.1.3 ANALISIS KEBUTUHAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH

Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan kebijaksanaan yang perlu diambil dalam menangani air limbah Kabupaten Tangerang meliputi :

1) Menetapkan peraturan yang baku bagi pembangunan perumahan baru baik secara teknis konstruksi maupun penerapa sistem limbah yang tepat agar pembangunan saat ini jangan sampai membebani pembangunan yang akan datang.

2) Pembangunan maupun peningkatan saluran limbah harus bertumpu pada pengawasan dampak polusi yang ditimbulkan khususnya pada badan air sesuai dengan sasaran utama dan dalam upaya mendukung Surat Pernyataan Kali Bersih (SUPERKASIH).

3) Peningkatan Pengendaliandan Pemantauan pencemaran pada sumber-sumber air yang berfungsi sebagai air baku untuk air minum.

4) Pelayanan sanitasi untuk daerah perkotaan perlu memperoleh prioritas, terutama untuk pelayanan buangan tinja.

5) Pembangunan sistem pengelolaan air limbah harus terintegrasi dengan prasarana kota lainnya dan sesuai dengan perkembangan kota. Dalam Hal ini Kabupaten Tangerang membutuhkan prasarana kota termasuk pengelolaan limbah yang sesuai dengan perencanaan penyediaan jaringan drainase dan penyediaaan jalan kota. Hal lain yang cukup penting adalah perlu adanya penyediaan lahan yang dicanangkan sebagai instalasi pengelolaan limbah tinja (IPLT).

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

Dalam memperkirakan timbulan air limbah di Kabupaten Tangerang digunakan beberapa asumsi dasar sebagai berikut :

a) Perkirakan jumlah penduduk Kabupaten Tangerang tahun 2020 dan 2030 adalah 3.881.449 jiwa dan 5.528.298 jiwa.

b) Penggunaan air bersih = 200 liter / jiwa / hari

c) Produksi air limbah = 70 % dari penggunaan air bersih

d) Produksi lumpur tinja = 30 liter / orang / tahun tahun (produksi lumpur tinja ini merupakan hasil proses yang terjadi dalam tangki system)

Tabel 6.14

Perhitungan Proyeksi Debit Air Limbah Kabupaten Tangerang

NO ITEM JUMLAH PRODUKSI LIMBAH/TAHUN

SATUAN 2010 2015 2020 2025 2030

1 Jumlah

penduduk Jiwa 2,725,187 3,252,334 3,881,449 4,632,257 5,528,298

2 Kebutuhan

Air Minum lt/hari 545,037,455 650,466,785 776,289,840 926,451,480 1,105,659,639

3 Produksi Air

Limbah lt/hari 436,029,964 520,373,428 621,031,872 741,161,184 884,527,711

Sumber : Hasil Perhitungan

Dengan demikian berdasarkan perkiraan tersebut, maka hingga tahun 2030 di wilayah Kabupaten Tangerang diharapkan 80 % kawasan permukiman telah menggunakan septic tank dan 20 % yang menggunakan MCK dalam membuang limbah rumah tangganya. Sistem pembuangan air limbah dapat diterapkan melalui sistem tank tanpa pengolahan dengan bidang resapan.Pembuatan bak tertutup penampungan tersebut dapat dilakukan secara individu maupun secara komunal dengan dimensi tertentu sesuai dengan tingkat kebutuhan dan jumlah air limbah yang dihasilkan.

Sedangkan untuk pengelolaan air limbah berupa bekas mandi, cucian dan limbah dapur yang direncanakan sampai akhir tahun perencanaan di Kabupaten Tangerang adalah sistem sanitasi terpisah. Pada sistem ini bekas mandi dan cuci tidak disatukan dengan air hujan, sehingga dapat menjamin keamanan terhadap pencemaran lingkungan, kesehatan maupun estetika.

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

Rencana pengelolaan limbah di Kabupaten Tangerang secara lebih detail meliputi :

1. Sosialisasi serta pemahaman atas pentingnya sarana sanitasi kepada masyarakat, sehingga ketergantungan akan sarana sanitasi bisa meningkat dan pencemaran limbah padat maupun cair yang berasal dari domestik dapat dikurangi.

2. Meningkatkan kapasitas pelayanan IPLT Lebak wangi di kecamatan Sepatan Timur. 3. Mengembangkan sistem setempat yang diarahkan pada sistem publik dan

menggunakan sistem individu, berupa instalasi pembuangan tinja yang sehat atau tangki septik.Sedangkan untuk daerah yang padat perlu dikembangkan sistem komunal, namun sistem ini perlu didesain agar dapat disambungkan satu dengan yang lain, sehingga dapat membentuk sistem terpusat di masa yang akan datang. 4. Optimalisasi kemampuan instalasi pengolahan limbah yang sudah ada serta

pengadaan dan pengelolaan truk tinja untuk meningkatkan pelayanan penanganan air limbah.

5. Membangun instalasi pengolahan limbah tinja yang baru terutama didaerah padat penduduk di wilayah barat dan timur Kabupaten Tangerang. Karena pada umumnya prasarana yang dipergunakan di wilayah perencanaan adalah tangki septik dan cubluk, maka fasilitas pengolahan lumpur tinja dan sarana pembuangan sangat dibutuhkan yaitu dengan pengadaan dan pengelolaan IPLT. Untuk itu direncanakan dibangun IPLT di Kecamatan Cisauk Desa Suradita.

6. Mewajibkan para developer untuk menyediakan / membangun fasilitas pengolahan limbah domestik secara komunal di kawasan perumahan yang akan dibangun. 7. Untuk penanganan limbah non domestik yang berasal dari industri diperlukan

pengolahan terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air penerima. Teknik pengolahan tergantung jenis industri. Untuk itu perlu dibangun instalasi pengolahan industri secara bersama-sama antar beberapa industri . Untuk industri yang berdekatan dengan industri yang sama dapat membangun IPAL bersama sehingga dapat mereduksi biaya yang dikeluarkan. Instalasi pengolahan limbah diprioritaskan pada daerah yang diperuntukan sebagai kegiatan industri.

8. Menyiapkan suatu mekanisme pengawasan terhadap pembuangan limbah industri untuk memastikan agar limbah yang dibuang ke saluran akhir telah melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Terutama penataan sistem pengelolaan limbah B3 diarahkan untuk meminimalkan pencemaran udara, tanah dan sumber daya air serta

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

berdasarkan kriteria teknis sebagaimana dimaksud dalam peraturan pemerintah serta dilakukan melalui kerjasama antar daerah, peran serta masyarakat dan pelaku usaha.

9. Membuka peluang kerjasama dengan pihak swasta dalam pengelolaan limbah baik limbah domestik maupun limbah non domestik.

6.4.1.4 PROGRAM DAN KRITERIA KESIAPAN PENGEMBANGAN AIR LIMBAH

Pencapaian Tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman Infrastruktur perkotaan Kabupaten Tangerang diturunkan dalam bentuk kebijakan, strategi dan program strategis. Dalam Permendagri No.54 Tahun 2010, kebijakan diartikan sebagai arah/tindakan yang diambil oleh pemerintah daerah untuk mencapai tujuan. Strategi didefinisikan sebagai langkah – langkah yang berisikan program - program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi.

Program yang dimaksud adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah/ lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah. Sedangkan kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program, dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang berupa personil (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut, sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa

Untuk mencapai tujuan dan Kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan Kabupaten tangerang pada masa yang akan datang maka strateginya adalah aebagai berikut:

1. Strategi mewujudkan kawasan permukiman perkotaan yang kondusif dan tanpa kawasan permukiman kumuh :

 Penataan Kualitas bangunan dan lingkungan permukiman

 Pelibatan masyarakat dalam peningkatan kualitas lingkungan

2. Strategi Mewujudkan Ketersediaan Infrastruktur Lingkungan Untuk Kawasan Permukiman Perkotaan :

 Peningkatan kualitas Jalan dan Jembatan  Pengembangan saluran drainase/gorong-gorong

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

 Peningkatan kinerja pengelolaan air bersih dan air limbah

 Sistem Pengolahan Air Minum di Kawasan Miskin Berpenghasilan Rendah (MBR)  Sistem Pengolahan Air Minum Kawasan Khusus

 Peningkatan Kinerja Pengelolaan Persampahan  Peningkatan kualitas Lingkungan Sehat Perumahan  Pengembangan ruang terbuka hijau (RTH)

 Pengendalian banjir

3. Strategi Mewujudkan Ketersediaan Infrastruktur Sosial Untuk Kawasan Permukiman Perkotaan:

 Pemberdayaan komunitas Perumahan

Perumusan tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan Kabupaten Tangerang diturunkan dari kebijakan yang telah didasarkan hasil analisis terhadap fakta, isu dan kebutuhan pembangunan permukiman Kabupaten Tangerang. Kebijakan ini diturunkan dalam strategi–strategi yang kemudian didetailkan dalam bentuk program 5-20 tahun mendatang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 8.15

H al V I-49

D

O

K

U

M

E

N

R

P

I

2

J

M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 201 5 -201 9 T ab e l 6 .15 T ab e l P ro g ra m d an K e g ia ta n P e n g e m b ang an A ir L im b ah D om e s ti k 2014 2015 2016 2017 2018 1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 SUBSEKTOR AIR LIMBAH

1.03.xx.27 Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah - - - -1.03.xx.27.04 Verifikasi database pengelolaan air limbah Paket 1 1 75 75 75

1.03.xx.27.02 Stimulan Jamban Keluarga untuk MBR/Miskin 38 Desa 17.077 542 Unit 1.000 1.000 1.000 1.000 269 4.269 9.000 9.000 9.000 9.000 2.421 38.421 38.421 1.03.xx.27.02 Perencanaan Detail DED Pembangunan MCK++ Unit 5 5 5 5 6 26 250 250 250 250 300 1.300 1.300 1.03.xx.27.04Pelatihan bagi pengurus KSM, berupa pelatihan di bidang teknis, keuangan, dan

manajerial MCK++ Paket 5 5 5 5 6 26 25 25 25 25 30 130 130

1.03.xx.27.02 Pembangunan MCK++ 26 Desa 6.439 453 Unit 5 5 5 5 6 26 1.000 1.000 1.000 1.000 1.200 5.200 3.200 2.000 1.03.xx.27.08 Biaya Operasi dan Pemeliharaan MCK++ Paket 5 5 5 5 6 26 120 120 120 120 144 624 624 1.03.xx.27.04 Sosialisasi kepada masyarakat oleh pengurus KSM SANIMAS 26 Desa 6.439 453 Paket 5 5 5 5 6 26 25 25 25 25 30 130 130

1.03.xx.27.02 Perencanaan Detail DED IPAL Komunal Paket 8 8 8 8 8 40 400 400 400 400 400 2.000 2.000 1.03.xx.27.04Pelatihan bagi pengurus KSM, berupa pelatihan di bidang teknis, keuangan, dan

manajerial IPAL Komunal Paket 8 8 8 8 8 40 80 80 80 80 80 400 400 1.03.xx.27.02 Pembangunan IPAL Komunal 8 Desa 10.000 204 Unit 8 8 8 8 8 40 1.200 1.200 1.200 1.200 1.200 6.000 3.750 2.250 1.03.xx.27.08 Biaya Operasi dan Pemeliharaan IPAL Komunal Sanimas Paket 8 8 8 8 8 40 192 192 192 192 192 960 960 1.03.xx.27.02 Perencanaan Detail DED Peningkatan Kapasitas IPLT Paket 1 1 200 200 200

1.03.xx.27.02 Pelaksanaan Pekerjaan Peningkatan Kapasitas IPLT Paket 1 1 5.000 5.000 5.000 1.02.xx.19 Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan masyarakat - - - -1.02.xx.19.02Penyuluhan dan kampanye mendorong partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Air

Limbah Domestik pada daerah yang berpotensi untuk dibangun MCK++ 26 Desa 6.439 453 Paket 5 5 5 5 6 26 25 25 25 25 30 130 130 1.02.xx.19.02Penyuluhan dan kampanye mendorong partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Air

Limbah Domestik pada daerah yang berpotensi untuk dibangun IPAL Komunal 8 Desa 10.000 204 Paket 8 8 8 8 8 40 80 80 80 80 80 400 400

1.01.xx.16 Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun - - - -1.01.xx.16.14 Pembangunan sarana sanitasi sekolah (MCK/sarana CTPS/Tempat Sampah) Kab. Tangerang 4.290 Unit 25 25 25 25 25 125 1.875 1.850 1.850 1.850 1.850 9.275 9.275

Jumlah Pembiayaan / Pendanaan Sub-Sektor Air Limbah 33.516 1.199 1.096 1.095 1.095 1.095 372 4.753 14.347 14.247 14.247 14.447 12.957 70.245 59.411 - 7.250 3.584 2016 2017 2018

Luas Wilayah

terlayani (ha) Total Volume 2014 2015 PROGRAM / KEGIATAN Output/Sub Output/Komponen

NOMOR

DETAIL LOKASI (Kec./Desa/Kel./Kw

s)

Estimasi Outcome

Kebutuhan Penanganan menyeluruh Indikasi Biaya (juta rupiah)

Sumber Pendanaan/Pembiayaan (juta rupiah) Jml. Penduduk terlayani Non Pemerinta h SATUAN Volume Jumlah KAB. PROV. APBN

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

6.4.2

PERSAMPAHAN

Tujuan dari pengembangan sanitasi sektor persampahan Kabupaten Tangerang adalah tercapainya standar pelayanan Minimum (SPM) untuk Layanan Persampahan tahun 2018 dengan sasaran Berkurangnya timbulan sampah tanpa pengeloan sebesar 63,34 % pada tahun 2018. Strategi yang dilakaukan dalam upaya pencapaian sasaran yang dimaksud adalah meningkatkan akses layanan Persampahan pada kawasan komersial perkotaan dan perdesaan melalui penanganan langsung (direct) sebesar 7,27 % dan meningkatkan akses layanan persampahan pada kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan melalui penanganan tidak langsung (indirect) sebesar 56,07 %. Secara lebih jelas mengenai kerangka logis tujuan, sasaran, dan tahapan pencapaian pengembangan persampahan dapat dilihat pada tabel 8.16. dibawah ini:

Tabel 6.16

Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Persampahan

Tujuan Sasaran Strategi Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran Tercapainya standar pelayanan Minimum (SPM) untuk Layanan Persampahan tahun 2018 Mengurangi timbulan sampah tanpa pengeloan hingga mencapai 53,08% pada tahun 2018 Meningkatnya volume sampah yang dikelola pada tahun 2018

Meningkatkan akses layanan Persampahan pada kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan melalui

penanganan tidak langsung (indirect) sebesar 23,72 %

6.4.2.1 ARAHAN KEBIJAKAN DAN LINGKUP KEGIATAN

Pengembangan persampahan Kabupaten Tangerang di bagi kedalam 2 (dua) sistem penanganan, yaitu langsung (direct) dan penanganan tidak langsung (indirect). Untuk penanganan sampah pada kawasan komersial yang tersebar di wilayah Kabupaten Tangerang dilakukan dengan penanganan langsung, dimana sampah yang ditimbulkan atau yang ada di kawasan komersil langsung di bawa ke TPA dengan truk atau dump truk tanpa melalui TPS atau TPST. Sedangkan untuk kawasan pemukiman ditangani dengan penanganan tidak langsung, dimana distribusi sampah terlebih dahulu melalui TPS dan diolah di TPST. Cakupan pelayanan penanganan langsung pada kawasan komersil ditargetkan mencapai 12,40% pada jangka panjang, sedangkan untuk penaganan tidak langsung pada kawasan pemukiman ditargetkan mencapai 31,85% pada jangka pendek,

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

6.4.2.2 ISU STRATEGIS, KONDISI EKSISTING, PERMASALAHAN DAN

TANTANGAN

Pelayanan persampahan di Kabupaten Tangerang seperti halnya air bersih juga belum maksimal. Jumlah armada persampahan masih terbatas, bahkan kapasitas TPA yang ada boleh dikatakan sudah tidak memadai lagi. Data tahun 2011 menyebutkan kapasitan palyanan baru mencapai 22 % dari jumlah penduduk yang ada.

Wilayah cakupan pelayanan persampahan umumya berada di wilayah Tengah dan Selatan, sebagian besar wilayah utara belum terlayani sistem pengangkutan persampahan. Di sini masyarakat umumnya mengelola secara swadaya dengan cara di bakar atau ditimbun. Pelayanan persampahan yang buruk ditandai dengan menumpuknya sampah-sampah rumah tangga di pantai, di bibir sungai, bahkan juga di situ-situ.

6.4.2.3 ANALISIS KEBUTUHAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

Sampah merupakan salah satu masalah yang cukup kompleks dan relatif sulit penanganannya. Beberapa kesulitan muncul karena secara kuantitas jumlahnya besar dan beragam komposisinya. Di wilayah pedesaan sampah kurang menimbulkan masalah karena ketersediaan lahan yang masih luas sehingga daya dukung lingkungan masih mencukupi untuk mengatasi sampah yang diproduksi oleh penghuninya.

Sampah selalu menjadi salah satu persoalan penting di kota, kawasan industri, pemukiman, perdagangan maupun komunitas-komunitas lain. Sampah juga terkait pada beberapa persoalan lingkungan yang serius meliputi pencemaran sumberdaya air, pencemaran udara, tempat hidup dan berkembangnya berbagai agen penyebab penyakit baik bakteri maupun virus, berbau, memberi kesan kumuh dan kotor.

Permasalahan pengelolaan persampahan menjadi sangat serius di perkotaan karena kompleksnya permasalahan yang dihadapi dan kepadatan penduduk yang terus meningkat. Hal ini berhubungan dengan meningkatnya laju timbulan sampah akibat meningkatnya jumlah penduduk, sehingga pengelolaan persampahan sering diprioritaskan penanganannya di daerah perkotaan namun demikian penanganan persampahan di daerah pedesaan bukan berarti tidak penting karena di daerah pedesaan dengan kondisi jumlah bangunan yang relatif rendah, lahan kosong cukup luas dan daya dukung alam masih tinggi pengelolaan persampahan dapat dilakukan dalam skala komunitas secara alamiah misalnya ditimbun dan dibakar.

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

Tabel 6.17

Produksi Sampah Kabupaten Tangerang

No Uraian Jumlah

1 Jumlah Penduduk (jiwa ) 2.577.806 jiwa

2 Produksi sampah per orang/hari(lt) 2,5 lt/orang/hari

3 Jumlah timbulan Produksi Sampah Kabupaten

(m3/hari) 5.155,6 m3/hari

4 Total timbulan sampah perkotaan 1.134,23m3/hari

5 Produksi sampah yang terangkut (22% dari

jumlah penduduk perkotaan. 1.134,23m

3/hari

6 Cakupan pelayanan 15 Kecamatan

Sumber: Dinas Kebersihan, Pertamanandan Pemakaman Kabupaten Tangerang & Analisis Konsultan 2009

Secara Kelembagaan pengelolaan sampah di Kabupaten Tangerang menjadi wewenang Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman Kabupaten Tangerang berdasarkan Perda Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kelembagaan di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tangerang.

Tujuan utama dari penyusunan strategi pengembangan pengelolaan sampah adalah meningkatkan kualitas lingkungan hidup dimana tercipta lingkungan kota yang bersih dan sehat serta terciptanya sistematika pengelolaan sampah yang efektif.

Penataan dan pengelolaan persampahan di Kabupaten Tangerang harus memperhatikan fungsi sebagai wilayah penyangga untuk kegiatan industri, pemukiman, pengembangan pertanian dan perlindungan terhadap kegiatan yang merusak lingkungan, yaitu :

1. Adanya sistem pengelolaan sampah secara terpadu melalui kerjasama antar daerah dengan mengikutsertakan masyarakat dan dunia usaha.

2. Strategi pengelolaan persampahan diselenggarakan untuk meminimalkan volume sampah, memanfaatkan kembali, mendaurulang dan mengolah sampah dengan memperhatikan kriteria-kriteria teknis dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Arahan pengelolaan persampahan terpadu harus memperhatikan penentuan lokasi incenarator dan atau tempat pembuangan akhir yang tidak mencemari lingkungan. 4. Meningkatkan cakupan pelayanan persampahan di seluruh kecamatan di Kabupaten

Tangerang serta peningkatan jumlah armada pengelolaan alat angkut sampah.

5. Penentuan lokasi tempat pembuangan akhir sampah terpadu yang harus memperhatikan daya tampung dan volume sampah domestik dan non domestik dari wilayah JABODETABEKPUNJUR, dan harus berada pada jarak aman yang tidak

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

mencemari lingkungan disekitarnya. Untuk itu dibutuhkan suatu studi khusus untuk penentuan lokasi TPA.

Upaya pengelolaan sampah di Kabupaten Tangerang haruslah ditekankan pada dua aspek, yaitu aspek demand, dengan cara mengurangi produksi sampah, dan aspek supply, yaitu dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana.

Adapun kebijaksanaan yang diperlukan dalam pengelolaan sampah Kabupaten Tangerang adalah :

a) Meningkatkan program 3M (Mengurangi, Mendaurulang, Menggunakan Kembali)

b) Penyiapan peralatan dan pembangunan fasilitas pengangkutan sampah lokal untuk sampah dari seluruh daerah urban.

c) Meningkatkan pelayanan pengangkutan sampah melalui program perbaikan lingkungan dan kordinasi antar instansi dan dengan penyertaan masyarakat.

d) Pengembangan dan penerapan kampanye peningkatan kesadaran masyarakat untuk lebih meningkatkan peran serta masyarakat dalam manajemen persampahan.

e) Pengembangan sumber daya manusia di jenjang manajerial dan staf operasional pada manajemen persampahan yang lebih efisien dan efektif.

Rencana pengelolaan sampah Kabupaten Tangerang sampai tahun 2030 meliputi :

a) Menyiapkan aksesbilitas yang mendukung pelaksanaan pengumpulan sampah terutama akses menuju lokasi TPS (Tempat Pengelolaan Sampah) yang diusulkan.

b) Penentuan daerah pelayanan setiap jenis alat angkutan sehingga tercipta suatu sistem pengumpulan sampah yang terhirarki dengan baik.

c) Menyiapkan suatu pengelolaan dan pengumpulan yang terhirarki dengan baik.

d) Pengadaan dan pengelolaan alat angkut sampah dengan menyiapkan armada angkut dari gerobak sampai truk.

e) Penyediaan dan pengelolaan TPS dengan menyiapkan suatu TPS yang memiliki kemampuan untuk mengatasi produksi sampah perkotaan yang akan meningkat seiring dengan peningkatan perkembangan fisik dan kegiatan perkotaan.

f) Optimalisasi TPS di kecamatan Mauk dan Jayanti.

g) Pengembangan sistem pengelolaan sampah secara terpadu melalui kerjasama antar daerah pada TPST (Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu)Ciangir Kecamatan Legok dengan mengikutsertakan masyarakat dan dunia usaha.

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

6.4.2.4 PROGRAM DAN KRITERIA KESIAPAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

6.4.3

DRAINASE

Tujuan dari pengembangan sanitasi sektor drainase Kabupaten Tangerang adalah tercapainya standar pelayanan Minimum (SPM) untuk Layanan Drainase tahun 2018 dengan sasaran Meningkatkan akses layanan masyarakat terhadap drainase lingkungan sebesar 16,53 % pada tahun 2018. Strategi yang dilakukan dalam upaya pencapaian sasaran yang dimaksud adalah meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan drainase diperkotaan & perdesaan sebesar 6,2 % dan meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan drainase diperkotaan & perdesaan sebesar 10,33 %. Secara lebih jelas mengenai kerangka logis tujuan, sasaran, dan tahapan pencapaian pengembangan drainase dapat dilihat pada tabel 8.18. di bawah ini:

Dalam dokumen ASPEK TEKNIS PER SEKTOR (Halaman 42-60)

Dokumen terkait