• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ASPEK TEKNIS PER SEKTOR"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

6.1

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Peningkatan jumlah penduduk perkotaan akan memacu kebutuhan ruang dan infrastruktur pelayanan perkotaan, sehingga kota akan tumbuh dengan segala potensi dan tantangan yang dimilikinya. Keadaan tersebut harus dihadapi melalui penyiapan perencanaan tata ruang Kabupaten/ kota tersebut. Adapun strategi kebijakan dan program penataan ruang yang diharapkan tercantum dalam dokumen perencanaan tata ruang kota/kota antara lain adalah strategi arahan kebijakan pemanfaatan ruang yang terintegrasi dan seimbang sesuai dengan daya dukung yang dimilikinya.

Keadaan yang terjadi saat ini adalah masih lemahnya sinergitas perencanaan tata ruang (spatial plan) dan perencanaan pembangunan (development plan), terutama pada pelaksanaan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang merupakan tuntutan dari pesatnya pertambahan penduduk perkotaan. Hal ini terjadi pada dasarnya disebabkan oleh beberapa faktor berikut :

 Tuntutan yang tinggi terhadap pemenuhan kebutuhan aspek permukiman dan infrastruktur perkotaan seringkali tidak atau belum didukung dengan suatu kebijakan dan strategi pembangunan yang memadai, matang, dan berskala kota.

 Kebijakan dan strategi pembangunan aspek permukiman dan infrastruktur perkotaan seringkali bersifat instant, responsif terhadap persoalan yang ada, serta berorientasi pada ketersediaan program atau proyek pendukung.

 Belum tersedianya strategi khusus pembangunan aspek permukiman dan infrastruktur perkotaan yang terintegrasi dengan penataan ruang dan perencanaan pembangunan kota secara keseluruhan.

 Masih seringnya terjadi tumpang tindih kebijakan dan strategi penanganan persoalan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan pada tingkat operasional (Kabupaten/ Kota).

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

(2)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

Berdasarkan hal tersebut, perlu disiapkan strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang berskala kota dan terintegrasi antar sektor pembangunan. Strategi ini merupakan acuan bagi pemerintah daerah dalam menetapkan prioritas pembangunan daerah perkotaan, yang diharapkan dapat membantu mengoptimalkan alokasi dana pembangunan secara akurat dan rasional. Untuk itu, diperlukan penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Perkotaan (SPPIP) sebagai acuan bagi pemangku kepentingan dan pelaksanaan pembangunan kota, yang akan mengintegrasikan penyediaan infrastruktur permukiman perkotaan dengan program pembangunan lainnya yang terpadu. Penyusunan tersebut didasarkan pada rencana tata ruang wilayah kota, serta kebijakan kota bersangkutan.

Untuk melaksanakan kebijakan Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam rangka pemanfaatan dana APBN mendukung pembangunan dalam bidang Cipta Karya di daerah, maka SPPIP sebagai strategi pembangunan dengan program investasi bidang Cipta Karya akan menjadi acuan bagi pengalokasian tersebut.

Untuk mendorong tersedianya dokumen strategi pembangunan dan infrastruktur perkotaan yang disusun dan disepakati pemangku kepentingan kota, maka Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum bermaksud memberikan dukungan dalam bentuk pembinaan teknis yang bersifat pendampingan dan peningkatan serta penguatan kapasitas bagi pemerintah daerah dan pemangku kepentingan untuk melaksanakan penyusunan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP).

6.1.1

ARAHAN KEBIJAKAN DAN LINGKUP KEGIATAN

6.1.1.1 SASARAN

Dalam rangka mencapai tujuan dari kegiatan ini, maka dalam pelaksanaanya harus dapat melalui beberapa sasaran sebagai berikut:

 Tersosialisasikannya konsep penyelenggaraan pembangunan perkotaan dan peran strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan

(3)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

 Terbangunnya pemahaman akan pentingnya strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan sebagai acuan pelaksanaan pembangunan yang terintegrasi berdasarkan rencana tata ruang kotanya.

 Terjadinya penguatan kepedulian dan peningkatan kapasitas pemangku kepentingan kota/kota dalam penyusunan SPPIP sebagai dokumen acuan dalam pelaksanaan pembangunan kota/kabupaten.

 Terjadinya interaksi dan keterlibatan masyarakat dalam proses penyusunan strategi dan prioritas program pembangunan kota/ kabupaten melalui penyelenggaraan konsultasi publik.

 Terbangunnya koordinasi antar pemangku kepentingan kota dan provinsi, serta tersusunya sinkronisasi program dan kegiatan pembangunan kota, sebagai acuan pelaksanaan pembangunan yang optimal sesuai sumber daya dan sumber dana yang dimilikinya.

6.1.1.2 RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pada studi ini terdiri dari ruang lingkup kegiatan dan ruang lingkup wilayah, dimana kedua-duanya berfungsi untuk membatasi kegiatan dan wilayah yang akan dikaji. Kabupaten Tangerang terletak di bagian Timur Provinsi Banten pada koordinat 106°20’-106°44’ Bujur Timur dan 5°58’-6°21’ Lintang Selatan. Kabupaten Tangerang termasuk salah satu daerah yang menjadi bagian dari wilayah Propinsi Banten. Kegiatan Penyusunan Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Kabupaten Tangerang pada dasarnya merupakan bagian dari rangkaian kegiatan besar pembangunan kota yang akan diselenggarakan dalam waktu dua tahun. Keluaran dari kegiatan yang diselenggarakan pada tahun pertama ini akan menjadi dasar dalam proses institusionalisasi strategi yang disusun dan upaya uji terap/implementasi salah satu strategi pada suatu kawasan yang diprioritaskan. Dalam kerangka waktu satu tahun anggaran ini, lingkup kegiatan ini ditekankan kepada penyusunan strategi Pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan, dimana infrastruktur perkotaan yang dibatasi pada infrastruktur keciptakaryaan dalam lingkup wilayah kota. Pelaksanaan Kegiatan ini dilakukan dengan rangkaian lingkup kegiatan sebagai berikut :

(4)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

b. Melakukan kajian terhadap kebijakan, strategi dan program pembangunan daerah berdasarkan dokumen kebijakan terkait yang telah dihadapi dan dijadikan acuan pelaksanaan pembangunan oleh Pemerintah Daerah.

c. Melakukan kajian terhadap isu-isu permukiman dan infrastruktur perkotaan, serta potensi permasalahan dan tantangan yang akan dihadapi dalam pembangunan perkotaan dan permukiman perkotaannya.

d. Menghasilkan indikasi arah pengembangan kota serta permbangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan berdasarkan langkah 2 dan 3.

e. Bersama dengan pemangku kepentingan kota menghasilkan rumusan tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman perkotaan.

f. Bersama dengan pemangku kepentingan menghasilkan :

1. Rumusan kriteria dan indikator penentuan kawasan permukiman prioritas 2. Identifikasi kawasan permukiman prioritas

g. Bersama dengan pemangku kepentingan menghasilkan:

1. Identifikasi dan analisa korelasi strategi pembangunan permukiman dan kebutuhan infrastruktur perkotaan dalam skema manajemen pembangunan perkotaan.

2. Rumusan program strategis pembangunan permukiman perkotaan (dalam skala kota dan skala Kawasan).

3. Rumusan arahan kebutuhan program investasi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan.

h. Mengikuti kegiatan kolokium yang akan dikoordinasikan oleh tim pusat, dan memberikan pemaparan dan pembahasan capaian kegiatan pada kolokium SPPIP. i. Penyelenggaraan konsultasi publik untuk menjaring masukan terhadap rumusan

strategi, program strategis pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan, serta arahan kebutuhan program investasinya.

(5)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

6.1.2

ISU STRATEGIS, KONDISI EKSISTING, PERMASALAHAN, DAN

TANTANGAN

6.1.2.1 IDENTIFIKASI POTENSI DAN PERMASALAHAN PERMUKIMAN DAN

INFRASTRUKTUR PERKOTAAN KABUPATEN TANGERANG

Kompleksitas permasalahan permukiman dan infrastruktur perkotaan di Kabupaten Tangerang, tidak terlepas dari fungsi dan peranan Kabupaten Tangerang dalam konstelasi regional maupun lokal. Fungsi perkotaan yang potensial dikembangkan antara lain berbagai jenis jasa (pendidikan, kesehatan, keuangan, transportasi, dan lain-lain), wisata, industri kreatif, dan lain-lain.

Sebagai bagian dari Kawasan Perbatasan denga DKI Jakarta, Kabupaten Tangerang menjadi salah satu pusat aktivitas dan permukiman baik bagi warga Kabupaten Tangerang maupun warga Kota dan Kabupaten yang ada di sekitar kawasan-kawasan perkotaan kabupaten Tangerang. Beberapa potensi dan masalah strategis sebagai implikasi dari fungsi dan peranan Kabupaten Tangerang dalam konstelasi regional maupun lokal.

6.1.2.2 Potensi Dalam Konteks Regional Di Kabupaten Tangerang

Setidaknya ada beberapa potensi pengembangan permukiman yang dihadapi oleh Kabupaten Tangerang yaitu sebagai berikut :

1. Beberapa kawasan dengan kegiatan utama perdagangan dan jasa, industri, perumahan, dan pergudangan diantaranya yaitu Kecamatan Balaraja, Curug dan Teluknaga. Sebagai Pusat Pemerintahan Kecamatan Tigaraksa juga berpotensi untuk dikembangankan dengan kegiatan utama pemerintahan, perkantoran, permukiman, perdagangan dan jasa.

2. Geliat pertumbuhan ekonomi DKI yang berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Tangerang juga merupakan peluang yang harus “ditangkap”. Oleh

karena itu Kawasan Strategis Perbatasan DKI Jakarta juga patut mendapat perhatian serius sebagai kawasan pergudangan, industri, perdagangan dan jasa yang tentu akan turut mendorong perekonomian Kebupaten Tangerang.

(6)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

seperti toko, warung dan pasar letaknya menyebar mendekati kawasan permukiman.

4. Adanya sektor industri sebagai sektor unggulan, maka pada perkembangannya terdapat pertumbuhan kebutuhan perumahan bagi pekerja yang terlibat di sektor industri tersebut.

5. Adanya sektor unggulan pariwisata dan nelayan, maka masih banyak ditemui permukiman perdesaan, terutama ke arah bagian utara dan bagian.

6.1.2.3 Permasalahan Umum Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan di

Kabupaten Tangerang

a. Tingginya kebutuhan akan perumahan sedangkan lahan yang tersedia terbatas.

b. Rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak huni c. Menurunnya kualitas lingkungan perumahan dan permukiman

d. Muculnya permukiman kumuh perkotaan

e. Belum mantapnya sistem pembiayaan dan pasar perumahan

f. Pengembangan permukiman yang tidak terkendali pada kawasan lindung dan rawan bencana

g. Belum terintegrasinya pengembangan kawasan perumahan dan permukiman dengan pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas perumahan dan permukiman

h. ketidakseimbangan antara penyediaan infrastruktur dan utilitas kota dengan dinamika aktivitas kota sehingga tingkat pelayanan menjadi tidak optimal.

6.1.2.4 Potensi dan Masalah Dalam Konteks PKW (PKWp) dan PKL (PKLp) di

Kabupaten Tangerang

(7)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

A.Potensi dan Masalah di PKWp Balaraja

Berdasarkan RTRW Kabupaten Tangerang tahun 2011-2031 Kecamatan Balaraja dijadikan Sebagai sebagai PKWp untuk kegiatan pusat pemerintahan kecamatan, industri, permukiman kepadatan sedang, dan pertanian. Fungsi tersebut menunjukkan bahwa wilayah ini berperan penting dalam membentuk wajah Kabupaten Tangerang secara keseluruhan. Terkait permukiman dan infrastruktur pendukungnya, PKWp Balaraja dihadapkan pada isu – isu strategis sebagaimana berikut.

1. Terdapat beberapa titik jalan rawan banjir (Balaraja, sentul, Tobat)

2. Sering terjadi kemacetan di beberapa titik wilayah seperti pasar Sentiong, pasar Gembong dan lampu merah Balaraja.

3. Masalah persampahan yang terjadi adalah tingginya produksi sampah yang berasal dari permukiman penduduk, pasar, pusat perdagangan dan industri, dan pada sisi lain tingginya produksi sampah ini belum dapat diimbangi sepenuhnya oIeh prasarana dan sarana yang ada.

4. Belum memadainya jaringan drainase yang ada (hanya sekitar 30 -40 % jalan yang ada)

5. Banyaknya Pengolahan air limbah/ air kotor on site dengan konstruksi seadanya pada daerah dengan kepadatan yang tinggi yang memiliki potensi untuk mencemari air bersih dan air permukaan.

6. Kawasan permukiman kumuh yang terdapat di PKWp Balaraja diantaranya terkonsentrasi di kawasan Sentiong, Desa Cangkudu, Cariu dan Kebembem. Secara umum terbentuknya kawasan kumuh disebabkan oleh :

a. Rendahnya kualitas dan kuantitas prasarana/sarana permukiman yang tidak menunjang terbentuknya struktur permukiman dan sistem pengelolaan lingkungan.

(8)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

dari penyediaan prasarana dan sarana baik secara fisik maupun teknologinya.

c. Terkonsentrasinya pemukiman padat beberapa lokasi yang menjadi sentra kegiatan industri kecil sehingga mengorbankan aspek kebutuhan ruang yang layak.

d. Rendahnya tingkat kepedulian dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pengelolaan lingkungannya.

B.Potensi dan Masalah di PKWp Teluknaga

Dalam RTRW Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031 PKWp Teluknaga Sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pertanian, permukiman kepadatan rendah, permukiman kepadatan sedang, perikanan, dan kawasan lindung.

Berdasarkan pengamatan terhadap data sekunder, pengamatan lapangan secara langsung, maupun hasil diskusi dengan pihak Pemerintah Kabupaten Tangerang dan stake holder terkait, maka diperoleh isu – isu strategis terkait permukiman dan infrastruktur pendukungnya sebagaimana berikut:

 Meningkatnya kawasan permukiman kumuh di sekitar pusat kegiatan sosial ekonomi sebanyak 39 titik, permukiman kumuh bantaran sungai mencapai 1.115 rumah (Teluknaga, Bojong Renged dan Kp. Melayu timur dan Barat, Tanjung Pasir, Keboncau, Tegal Angus dan Tanjung Burung).

 Rendahnya pelayanan PSU pada kawasan permukiman kumuh dan kawasan pusat kegiatan.

(9)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

 Keterbatasan sumber pembiayaan dalam pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman.

 Menurunnya kemampuan daya beli Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dalam memiliki rumah/hunian, khususnya di kawasan pusat kegiatan.

 Meningkatnya kebutuhan perumahan untuk mendukung kegiatan Industri non polutan.

 Meningkatnya kebutuhan perumahan untuk mendukung pusat kegiatan Perdagangan dan Jasa Skala Kota dan regional seperti di Kp Melayu Barat dan Timur, Bojong Renged dan Teluknaga).

 Terjadinya masalah lingkungan pada kawasan pesisir pantai (Tanjung Pasir, Tegal Angus dan Tanjung Burung).

 Pengelolaan pengangkutan sampah di TPS Sebagai wilayah dengan kepadatan penduduk sedang, potensi sampah yang ditimbulkan oleh penduduk serta kegiatan lain cukup tinggi.

 Masalah persampahan yang terjadi adalah tingginya produksi sampah yang berasal dari permukiman penduduk, pasar, pusat perdagangan dan industri, dan pada sisi lain tingginya produksi sampah ini belum dapat diimbangi sepenuhnya oIeh prasarana dan sarana yang ada.

 Sistem drainase yang belum terencana dengan baik. Sebagian besar masih mengikuti pola alamiah, sebagian lagi berupa sistem drainase jalan. Di sebagian wilayah, pola ini tidak dapat lagi menampung/menyalurkan limpahan air hujan, sehingga sering terdapat genangan bahkan tidak jarang terjadi banjir.

 Sulitnya pengaturan garis sempadan sungai serta rendahnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap kelestarian sungai serta pengetahuan terhadap dampak pencemaran limbah industri maupun limbah rumah tangga bagi sungai. Banyaknya kawasan terbangun di areal pinggiran sungai dan belum tertibnya penggunaan sempadan sungai termasuk brandgang menjadi problematika bagi Pemerintah dalam pengaturan garis sempadan sungai.

C.Potensi dan Masalah di PKL Tigaraksa

(10)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

Berdasarkan pengamatan terhadap data sekunder, pengamatan lapangan secara langsung, maupun hasil diskusi dengan pihak Pemerintah Kabupaten Tangerang dan stake holder terkait, maka diperoleh isu – isu strategis terkait permukiman dan infrastruktur pendukungnya sebagaimana berikut:

 Masih terdapat rumah-rumah kumuh pada kawasan permukian legal (10 titik) dan bantaran sungai (33 rumah) seperti di Desa Pete, Desa Pasirnangka dan Desa Cileles.

 Meningkatnya harga lahan dan munculnya kegiatan spekulasi tanah/lahan, khususnya di kawasan pusat kegiatan.

 Keterbatasan sumber pembiayaan dalam pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman.

 Menurunnya kemampuan daya beli Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dalam memiliki rumah/hunian.

 Meningkatnya kebutuhan perumahan pada kawasan Industri Skala Nasional di kawasan Matagara dan Kaduagung.

 Meningkatnya kebutuhan perumahan untuk mendukung kegiatan Industri, Perdagangan dan Jasa skala regional dan Kota.

 Masalah persampahan yang terjadi adalah tingginya produksi sampah yang berasal dari permukiman penduduk, pasar, pusat perdagangan dan industri, dan pada sisi lain tingginya produksi sampah ini belum dapat diimbangi sepenuhnya oIeh prasarana dan sarana yang ada.

 Sistem drainase yang belum terencana dengan baik. Sebagian besar masih mengikuti pola alamiah, sebagian lagi berupa sistem drainase jalan. Di sebagian wilayah, pola ini tidak dapat lagi menampung/menyalurkan limpahan air hujan, sehingga sering terdapat genangan bahkan tidak jarang terjadi banjir.

D.Potensi dan Masalah di PKLp (Curug, Cikupa, Sepatan, Pasar Kemis,

Kalapa Dua dan Kosambi)

(11)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

sedang dan rendah. adapun isu – isu strategis terkait permukiman dan infrastruktur pendukungnya sebagaimana berikut

 Di beberapa tempat masih terdapat permukiman-permukiman kumuh di kawasan legal (Cikupa, Sepatan, Pasar Kemis, Kalapa dua, Mauk dan Kosambi)  Masih terdapat rumah kumuh pada kawasan ilegal seperti di bantaran sungai

(Cikupa, Kalapa Dua, Sepatan, Mauk dan Kosambi).

 Kecenderungan pengembangan perumahan baru di wilayah tengah dan selatan.

 Meningkatnya harga lahan dan munculnya kegiatan spekulasi tanah/lahan, khususnya di kawasan pusat kegiatan (Cikupa, Pasar Kemis, Curug, Kosambi).  Keterbatasan sumber pembiayaan dalam pembangunan dan pengembangan

perumahan dan permukiman.

 Menurunnya kemampuan daya beli Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dalam memiliki rumah/hunian.

 Meningkatnya kebutuhan perumahan pada kawasan Industri Skala Nasional di kawasan (Cikupa, Pasar Kemis, Curug, Kosambi).

 Meningkatnya kebutuhan perumahan untuk mendukung kegiatan Industri, Perdagangan dan Jasa skala regional dan Kota (Cikupa, Pasar Kemis, Curug, Kosambi).

 Masalah persampahan yang terjadi adalah tingginya produksi sampah yang berasal dari permukiman penduduk, pasar, pusat perdagangan dan industri, dan pada sisi lain tingginya produksi sampah ini belum dapat diimbangi sepenuhnya oIeh prasarana dan sarana yang ada.

 Sistem drainase yang belum terencana dengan baik. Sebagian besar masih mengikuti pola alamiah, sebagian lagi berupa sistem drainase jalan. Di sebagian wilayah, pola ini tidak dapat lagi menampung/menyalurkan limpahan air hujan, sehingga sering terdapat genangan bahkan tidak jarang terjadi banjir.

E. Potensi dan Masalah di PPK (Cisoka, Solear, Jambe, Panongan, Legok,

Pagedangan, Cisauk, Sindang Jaya, Jayanti, Sukamulya, Sepatan

Timur)

(12)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

Pagedangan, Cisauk, Sindang Jaya, Jayanti, Sukamulya dan Sepatan Timur dijadikan Sebagai pusat pemerintahan kecamatan, industri, Pertanian, permukiman kepadatan tinggi, sedang dan rendah. adapun isu – isu strategis terkait permukiman dan infrastruktur pendukungnya sebagaimana berikut:

 Di beberapa tempat masih terdapat permukiman kumuh di kawasan permukiman legal seperti Kec. Cisoka 57 lokasi (900KK), Solear 14 lokasi (1.107 KK), Jambe 29 lokasi (498 KK), Sindangjaya 8 lokasi (160 KK), Sukamulya 7 lokasi (242 KK) dan Sepatan Timur 2 Lokasi (10 KK).

 Masih terdapat rumah kumuh pada kawasan ilegal seperti di bantaran sungai terdapat di Kec. Cisoka 5 rumah (7 KK), Solear 85 rumah (92 KK), Jambe 22 rumah (32 KK), Panongan 39 rumah (47 KK), Legok 83 rumah (84 KK), Pagedangan 70 rumah (70 KK), Sindang Jaya 63 rumah (66 KK), Jayanti 28 rumah (38 KK) dan Sepatan Timur 80 rumah (85 KK).

 Kecenderungan pengembangan perumahan baru di wilayah tengah dan selatan.

 Meningkatnya harga lahan dan munculnya kegiatan spekulasi tanah/lahan, khususnya di kawasan pusat kegiatan (Cisoka, Solear, Jambe, Panongan, Legok, Pagedangan, Cisauk, Sindang Jaya, Jayanti, Sukamulya, Sepatan Timur ).

 Keterbatasan sumber pembiayaan dalam pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman.

 Menurunnya kemampuan daya beli Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dalam memiliki rumah/hunian.

 Meningkatnya kebutuhan perumahan pada kawasan Industri Skala Nasional di kawasan (Cisoka, Solear, Jambe, Panongan, Legok, Pagedangan, Cisauk, Sindang Jaya, Jayanti, Sukamulya, Sepatan Timur).

 Meningkatnya kebutuhan perumahan untuk mendukung kegiatan Industri, Perdagangan dan Jasa skala Kota (Cisoka, Solear, Jambe, Panongan, Legok, Pagedangan, Cisauk, Sindang Jaya, Jayanti, Sukamulya, Sepatan Timur).  Belum tersedianya IPAL yang khusus melayani PPK ini, sehingga di beberapa

(13)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

 Masalah persampahan yang terjadi adalah tingginya produksi sampah yang berasal dari permukiman penduduk, pasar, pusat perdagangan dan industri, dan pada sisi lain tingginya produksi sampah ini belum dapat diimbangi sepenuhnya oIeh prasarana dan sarana yang ada.

 Sistem drainase yang belum terencana dengan baik. Sebagian besar masih mengikuti pola alamiah, sebagian lagi berupa sistem drainase jalan. Di sebagian wilayah, pola ini tidak dapat lagi menampung/menyalurkan limpahan air hujan, sehingga sering terdapat genangan bahkan tidak jarang terjadi banjir.

6.1.2.5 WILAYAH TERLARANG UNTUK PEMBANGUNAN DAN

PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN (NEGATIVE LIST):

Kawasan Hutan Lindung

Berdasarkan tingkat perkembangan kawasan lindung yang terjadi dan kecenderungan perkembangannya, luas kawasan lindung pada tahun 2030 mencakup areal seluas ± 3.841 Ha.

Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan perlindungan setempat ditetapkan dengan luas ± 2.321 ha, meliputi :

a. Sempadan pantai

Kawasan ini terdapat di pesisir pantai utara Kabupaten Tangerang meliputi di Kecamatan Pakuhaji, Teluknaga, Kronjo, Kosambi, Mauk, Kemiri dan Sukadiri yang keseluruhannya mencakup areal seluas + 510,00 Ha.

b. Sempadan sungai

Untuk sempadan sungai di wilayah permukiman berupa daerah sepanjang sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi meliputi 10 sampai 15 meter. Daerah aliran sungai besar yang perlu dilindungi meliputi Sungai Cisadane, Cidurian, Cipasilian, Cilontar, Cimanceuri, Cileles, Cilarangan, Cirarab, Pecah, Kali Cigung, dengan luas keseluruhan sekitar 572,33 Ha.

(14)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

Danau/situ di Kabupaten Tangerang tersebar di Kecamatan Pasar Kemis, Sepatan, Sepatan Timur, Kronjo, Kresek, Kelapa Dua, Pagedangan, Pakuhaji, Sindang Jaya, Balaraja dan Mauk. Kawasan ini meliputi areal seluas sekitar 880,07 Ha yang telah termasuk luas danau/situ didalamnya. d. Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Kawasan suaka alam dan pelestarian alam

Sesuai dengan RTRW Kabupaten Tangerang Kawasan suaka alam dan pelestarian alam ditetapkan dengan luas ± 1.500 ha berupa kawasan pantai berhutan bakau, kawasan ini tersebar di Kecamatan Pakuhaji, Mauk, Teluknaga, Kronjo, dan Kosambi.

Kawasan Cagar Budaya

 Kawasan cagar budaya dengan luas ± 20 ha, meliputi : o Cagar budaya makam keramat di Kecamatan Solear

o Cagar budaya makam Lengkong kyai di Kecamatan Pagedangan o Cagar budaya Kelenteng di Kecamatan Mauk

Kawasan Rawan Bencana

Kawasan rawan bencana banjir yang sering terjadi di Kabupaten Tangerang berada di Kecamatan Teluknaga, Kosambi, Pakuhaji, Kronjo, Kresek, Tigaraksa dan Jambe. Wilayah rawan kebakaran berada di Kecamatan Pasar Kemis, Kosambi, Curug, Legok, Cikupa dan Balaraja.

6.1.3

ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

6.1.3.1

Identifikasi Kebutuhan Pengembangan Permukiman Kawasan

Perkotaan Kabupaten Tangerang

Kawasan permukiman meliputi bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Kawasan peruntukan permukiman di wilayah Kabupaten Tangerang ditetapkan dengan kriteria:

1) Berada di luar kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana;

(15)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

Sejalan dengan penerapan konsep pembangunan Kabupaten Tangerang sebagai kawasan permukiman, industri dan perdagangan serta jasa, maka untuk memperoleh kualitas lingkungan yang baik dan nyaman, sebaiknya luas lahan yang diperuntukan untuk pengembangan kegiatan permukiman pada tahun 2033 maksimal meliputi 60 % dari luas keseluruhan Kabupaten Tangerang.

Pengembangan permukiman di Kabupaten Tangerang diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) tipe permukiman, meliputi :

1. Permukiman Kepadatan Tinggi dengan asumsi lebih dari 80 rumah/Ha;

2. Permukiman Kepadatan Sedang dengan asumsi kepadatan rumah antara 40 – 79 rumah/Ha; dan

3. Permukiman Kepadatan Rendah dengan asumsi kurang dari 40 rumah/Ha.

Dilihat dari jenisnya maka kawasan permukiman ini terbagi atas dua bagian meliputi :

1. Kawasan permukiman perkotaan dengan tingkat kepadatan bangunan sedang sampai tinggi meliputi kecamatan Pagedangan, Cisauk, Legok, Kelapadua, Curug, Cikupa, Pasarkemis, Balaraja, Sukamulya, Tigaraksa, Panongan, Jambe, Cisoka, Solear,

Jayanti, Teluknaga, Sepatan, Sepatan Timur, Kosambi dan Sindangjaya.

2. Kawasan permukiman perdesaan dengan kepadatan bangunan rendah meliputi kecamatan Kronjo, Mekarbaru, Gunungkaler, Kresek, Kemiri, Rajeg, Pakuhaji, Mauk

dan Sukadiri.

Untuk mendukung program pembangunan perumahan dari Pemerintah Pusat maka kebijakan yang cukup mendasar dalam pembangunan permukiman meliputi adanya kebijakan untuk mengembangkan permukiman skala vertical di beberapa titik lokasi yang layak dan memungkinkan seperti di kawasan perbatasan antara Kabupaten Tangerang dengan DKI Jakarta, Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan baik dalam bentuk rumah susun sederhana, apartemen dan lainnya.

Untuk pengembangan permukiman di wilayah-wilayah yang masuk dalam Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) seperti Kecamatan Kosambi, Teluknaga, Curug, dan Legok diarahkan secara horizontal.

(16)

potensi-D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

potensi perkembangan yang terjadi, dan perkiraan-perkiraan kebutuhan yang telah diidentifikasi dari hasil analisis.

6.1.3.2

Kebutuhan Pembangunan Rumah

Kebutuhan akan perumahan dapat diukur berdasarkan pertumbuhan penduduk Kabupaten Tangerang, serta faktor lainnya, seperti kebijakan perkotaan, perkembangan ekonomi wilayah dan kota, dll baik internal maupun eksternal. Namun, tingkat pertumbuhan penduduk dapat menjadi faktor penting yang mempengaruhi kebutuhan akan perumahan, karena penduduk itu sendiri yang nantinya merupakan subjek yang akan menempati rumah.

Berdasarkan hasil analisis terhadap demand perumahan berupa proyeksi penduduk, selanjutnya dapat diperoleh proyeksi kebutuhan rumah dan kebutuhan lahan perumahan di Kabupaten Tangerang hingga tahun 2033.

Asumsi-asumsi yang digunakan pada proyeksi kebutuhan rumah adalah:

 Dasar perhitungan adalah jumlah penduduk hasil proyeksi (pada tahun ke-x).

 Dari jumlah penduduk hasil proyeksi dapat diketahui pertambahan jumlah penduduknya.

 Pertambahan jumlah penduduk tersebut dikonversikan terhadap kebutuhan unit rumah, dengan asumsi 1 KK memiliki 1 unit rumah.

 Setiap satu keluarga menempati 1 unit rumah, sehingga diperlukan data proyeksi KK hingga tahun 2033. Data tersebut diperoleh dari hasil proyeksi jumlah penduduk hingga tahun 2033.

(17)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

Tabel 6.1

Hasil Proyeksi Jumlah Penduduk, Rumah Tangga dan

Kepadatan Rumah Tangga di Kabupaten Tangerang

No Kecamatan Jumlah

Penduduk

Jumlah Rumah Tangga (KK)

Kepadatan Rumah Tangga

(Jiwa/RT)

1 Cisoka 78,854 19,714 4

2 Solear 73,888 18,472 4

3 Tigaraksa 119,245 29,811 4

4 J a m b e 40,187 10,047 4

5 Cikupa 224,687 56,172 4

6 Panongan 96,383 24,096 4

7 C u r u g 165,812 41,453 4

8 Kelapa Dua 178,035 44,509 4

9 L e g o k 98,171 24,543 4

10 Pagedangan 95,194 23,799 4

11 Cisauk 64,083 16,021 4

12 Pasar Kemis 238,377 59,594 4

13 Sindang Jaya 77,025 19,256 4

14 Balaraja 111,475 27,869 4

15 Jayanti 63,494 15,874 4

16 Sukamulya 59,494 14,874 4

17 Sepatan 92,353 23,088 4

18 Sepatan Timur 81,667 20,417 4

19 Teluknaga 138,330 34,583 4

20 Kosambi 131,011 32,753 4

Total 2.305,364 576.345 80

Sumber: RP3KP dan hasil kajian konsultan Tahun 2013

(18)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

Tabel 6.2

Proyeksi Jumlah Rumah Tangga di Kabupaten Tangerang

No Kecamatan

Jumlah KK Tahun

2013

Tahun 2018

Tahun 2023

Tahun 2028

Tahun 2033

(KK) (KK) (KK) (KK) (KK)

1 Cisoka 23,767 30,863 40,077 52,044 67,583

2 Solear 24,147 32,882 44,776 60,973 83,028

3 Tigaraksa 36,174 49,925 68,905 95,1 131,253

4 J a m b e 14,15 19,352 26,466 36,195 49,501

5 Cikupa 61,154 75,877 94,143 116,807 144,927

6 Panongan 26,6 38,272 55,064 79,224 113,984

7 C u r u g 44,438 54,93 67,899 83,931 103,748 8 Kelapa Dua 46,637 61,165 80,218 105,206 137,979 9 L e g o k 32,99 47,852 69,411 100,681 146,04 10 Pagedangan 27,245 35,421 46,051 59,872 77,84 11 Cisauk 22,917 38,967 66,257 112,659 191,557 12 Pasar Kemis 68,864 94,033 128,403 175,333 239,418 13 Sindang Jaya 22,117 27,216 33,492 41,214 50,718 14 Balaraja 35,29 46,554 61,414 81,018 106,879

15 Jayanti 17,604 20,886 24,78 29,401 34,882

16 Sukamulya 17,055 19,035 21,244 23,71 26,462 17 Sepatan 36,663 60,49 99,803 164,665 271,681 18 Sepatan Timur 23,607 29,537 36,956 46,239 57,854 19 Teluknaga 33,216 34,268 35,352 36,471 37,626

20 Kosambi 29,882 32,548 35,451 38,613 42,058

Total 543.996 746.195 1.113,860 1.423,868 1.913.526

Sumber: RP3KP dan hasil kajian konsultan Tahun 2013

(19)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

Dari hasil analisis proyeksi jumlah rumah tangga, maka kebutuhan perumahan pada tahun-tahun proyeksi dapat diperkirakan pula. Sebelum memperkirakan kebutuhan rumah pada tahun proyeksi, maka perlu diketahui terlebih dahulu kebutuhan rumah yang harus dipenuhi akibat pertumbuhan penduduk Kabupaten Tangerang. Kebutuhan rumah akibat pertumbuhan penduduk dapat dihitung dengan cara menghitung selisih antara jumlah KK eksisting dengan jumlah KK hasil proyeksi.

Setelah diketahuinya kebutuhan rumah akibat pertumbuhan penduduk, maka dapat dihitung kebutuhan rumah total di Kabupaten Tangerang pada tahun proyeksi. Kebutuhan rumah total didapat dari penjumlahan backlog eksisting dengan kebutuhan rumah akibat pertumbuhan penduduk. Kebutuhan rumah total merupakan kebutuhan rumah tambahan dari tahun awal rencana. Kebutuhan rumah di Kabupaten Tangerang ditampilkan pada tabel berikut ini.

Tabel 6.3

Perkiraan Tambahan Kebutuhan Rumah di Perkotaan Kabupaten Tangerang dari Tahun Awal Rencana

Total 567.423 509.661 57.762 1.956,584 1.389.161 1.446,923 65.769

(20)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

Berdasarkan tabel diatas, jumlah total rumah di Kawasan Perkotaan Kabupaten Tangerang yaitu sebanyak 509.661 unit, sementara jumlah rumah tangga total sebanyak 567,423 KK yang ada (pada tahun 2013), hal ini dikarenakan kondisi geografis Kabupaten Tangerang yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta yang memungkinkan penduduk DKI Jakarta untuk memilih memiliki rumah di kawasan perkotaan Kabupaten Tangerang sebagai tempat singgah atau tempat tinggal sementara. Kondisi tersebut berbeda apabila kita lihat backlog rumah pada tiap-tiap kecamatan, sebanyak 17 kecamatan di kawasan perkotaan Kabupaten Tangerang masih membutuhkan penambahan rumah pada tahun 2013, oleh karena itu secara garis besar Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Tangerang cenderung masih memiliki backlog kebutuhan rumah.

A. Estimasi Pembangunan Rumah oleh Masyarakat (Swadaya)

Pembangunan perumahan swadaya oleh masyarakat Kabupaten Tangerang yang diarahkan pada lahan-lahan yang masih relatif kosong dan berfungsi sebagai perumahan dan permukiman pada Rencana Tata Ruang. Jumlah unit rumah yang akan dibangun oleh masyarakat secara swadaya hingga tahun 2033 adalah sekitar 779,716 unit atau sekitar 60% backlog rumah Kabupaten Tangerang.

(21)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

Tabel 6.4

Jumlah Pemenuhan Rumah secara Swadaya di Kabupaten Tangerang

No Kecamatan DEMAND

RUMAH 2033

RUMAH YG DIBANGUN SECARA

SWADAYA (60% BACKLOG)

1 Cisoka 53,332 31,999

2 Solear 60,548 36,329

3 Tigaraksa 105,862 63,517

4 J a m b e 36,620 21,972

5 Cikupa 101,617 60,970

6 Panongan 92,180 55,308

7 C u r u g 30,445 18,267

8 Kelapa Dua 110,600 66,360

9 L e g o k 127,363 76,418

10 Pagedangan 60,884 36,530

11 Cisauk 143,403 86,042

12 Pasar Kemis 151,466 90,879

13 Sindang Jaya 37,607 22,564

14 Balaraja 86,894 52,137

15 Jayanti 22,279 13,367

16 Sukamulya 11,559 6,935

17 Sepatan 254,002 152,401

18 Sepatan Timur 40,209 24,126

19 Teluknaga 16,655 9,993

20 Kosambi 17,934 10,760

Jumlah Total 1.364,022 779,716

Sumber: RP3KP dan hasil kajian konsultan Tahun 2013

B. Estimasi Pembangunan Rumah oleh Developer/ Pemerintah

(22)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

Tabel 6.5

Jumlah Pemenuhan Rumah oleh Developer/ Pemerintah Di Perkotaan Kabupaten Tangerang

No Kecamatan

DEMAND RUMAH

2033

RUMAH YG DIBANGUN DEVELOPER/PEMERINT AH (40% BACKLOG)

1 Cisoka 53,332 21,333

2 Solear 60,548 24,219

3 Tigaraksa 105,862 42,345

4 J a m b e 36,620 14,648

5 Cikupa 101,617 40,647

6 Panongan 92,180 36,872

7 C u r u g 30,445 12,178

8 Kelapa Dua 110,600 44,240

9 L e g o k 127,363 50,945

10 Pagedangan 60,884 24,354

11 Cisauk 143,403 57,361

12 Pasar Kemis 151,466 60,586

13 Sindang Jaya 37,607 15,043

14 Balaraja 86,894 34,758

15 Jayanti 22,279 8,912

16 Sukamulya 11,559 4,624

17 Sepatan 254,002 101,601

18 Sepatan Timur 40,209 16,084

19 Teluknaga 16,655 6,662

20 Kosambi 17,934 7,173

Jumlah Total 1.350.036 580,345

Sumber: RP3KP dan hasil kajian konsultan Tahun 2013

C. Estimasi Pembangunan Rumah Susun

(23)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

6.1.3.3

Estimasi

Kebutuhan

Peningkatan

Kualitas

Kawasan

Permukiman

Program peningkatan kualitas lingkungan akan difokuskan pada penanganan perumahan kumuh baik yang berada perkotaan, pesisir pantai maupun bantaran sungai. Diantaranya meliputi :

1. Wilayah di sekitar lokasi terbangunnya fasilitas atau kawasan industri. terdapat di Perkotaan Balaraja, Cikupa, Pasar Kemis, dan Sepatan bagian selatan.

2. Permukiman-permukiman nelayan yang relatif besar, tetapi pada saat ini kekurangan infrastruktur dan sebagian (besar) memiliki kondisi yang kumuh, khususnya Teluk Naga.

6.1.3.4

Estimasi Kebutuhan Pengembangan Kawasan Permukiman

Khusus

Sejalan dengan penerapan konsep pembangunan Kabupaten Tangerang sebagai kawasan permukiman, industri dan perdagangan serta jasa. Pengembangan kawasan permukiman khusus di Kabupaten Tangerang, diantaranya :

 Kawasan permukiman perkotaan dengan tingkat kepadatan bangunan sedang sampai tinggi meliputi kecamatan Pagedangan, Cisauk, Legok, Kelapadua, Curug, Cikupa, Pasarkemis, Balaraja, Sukamulya, Tigaraksa, Panongan, Jambe, Cisoka, Solear, Jayanti, Teluknaga, Sepatan, Sepatan Timur, Kosambi dan Sindangjaya

 Kawasan permukiman perdesaan dengan kepadatan bangunan rendah meliputi kecamatan Kronjo, Mekarbaru, Gunungkaler, Kresek, Kemiri, Rajeg, Pakuhaji, Mauk dan Sukadiri.

6.1.3.5

Perhitungan Kebutuhan Lahan Perumahan

Selanjutnya, setelah diketahuinya kebutuhan rumah pada tahun proyeksi, ditentukan pula perkiraan kebutuhan lahan untuk perumahan pada tahun-tahun proyeksi. Untuk menghitung luas lahan permukiman dilakukan pendekatan sebagai berikut :

(24)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

menggunakan rumusan 3:2:1 untuk setiap ukuran kaveling perumahan, serta ukuran standar kavelng rumah hunian di Indonesia.

 Ukuran kaveling rumah hasil perhitungan proporsi di atas masih merupakan 70% dari luasan total lahan perumahan. Perlu diperhitungkan pula luasan 30% total lahan perumahan yang diperuntukkan bagi infrastruktur dan berbagai sarana pendukung kegiatan perumahan.

 Berdasarkan hal tersebut, maka total kebutuhan lahan perumahan hasil perhitungan akan dialokasikan sebagai berikut: 30% untuk kebutuhan infrasturktur penunjang dan 70% untuk kebutuhan kaveling rumah.

Asumsi-asumsi tersebut menjadi landasan dalam menghitung kebutuhan-kebutuhan perencanaan yang berkaitan dengan penyediaan perumahan dan permukiman, serta berbagai sarana dan prasarana pendukungnya.

(25)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

Tabel 6.6

Tambahan Kebutuhan Lahan untuk Perumahan di Kabupaten Tangerang Tahun 2033

No Kecamatan

Luas lahan perumahan swadaya

(ha)

Luas lahan perumahan developer/pemerintah

(ha)

Luas total (ha)

1 Cisoka 768 512 1,280

2 Solear 872 581 1,453

3 Tigaraksa 1,524 1,016 2,541

4 J a m b e 527 352 879

5 Cikupa 1,463 976 2,439

6 Panongan 1,327 885 2,212

7 C u r u g 438 292 731

8 Kelapa Dua 1,593 1,062 2,654

9 L e g o k 1,834 1,223 3,057

10 Pagedangan 877 584 1,461

11 Cisauk 2,065 1,377 3,442

12 Pasar Kemis 2,181 1,454 3,635

13 Sindang Jaya 542 361 903

14 Balaraja 1,251 834 2,085

15 Jayanti 321 214 535

16 Sukamulya 166 111 277

17 Sepatan 3,658 2,438 6,096

18 Sepatan Timur 579 386 965

19 Teluknaga 240 160 400

20 Kosambi 258 172 430

Total 22.484 14.990 34.745

Sumber: RP3KP dan hasil kajian konsultan Tahun 2013

6.1.3.6

KEBUTUHAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KAWASAN

PERKOTAAN KABUPATEN TANGERANG

6.1.3.6.1

Kebutuhan Air Minum Permukiman

Standar minimum kebutuhan air minum penduduk perkotaan, khususnya di lingkungan perumahan, adalah 160-250 liter per hari. Dari ukuran standar tersebut, ditetapkan beberapa asumsi sebagai berikut:

 Kebutuhan air minum untuk kegiatan perumahan / rumah tangga = 200 liter/hari  Tingkat kebocoran = 15%

(26)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

Tabel 6.7

Perkiraan Kebutuhan Air Minum untuk Kegiatan Permukiman Kabupaten tangerang 2013-2033

Tahun Proyeksi

Jumlah Penduduk

(jiwa)

Air Bersih Kebutuhan Air

(Ltr/hari)

Kebocoran

(15%) Total ltr/hari

2013 3,371,927 674,385,400 101,157,810 573,227,590 2018 4,416,850 883,370,088 132,505,513 750,864,575 2023 5,857,049 1,171,409,794 175,711,469 995,698,325 2028 7,865,415 1,573,083,062 235,962,459 1,337,120,603 2033 10,700,392 2,140,078,438 321,011,766 1,819,066,672

Sumber: RP3KP dan hasil kajian konsultan Tahun 2013

6.1.3.6.2

Kebutuhan Pelayanan Air Limbah Permukiman

Pelayanan air limbah di kawasan permukiman akan menggunakan sistem on-site dengan septic tank, sehingga diperlukan dalam pengelolaannya truk tangki tinja untuk mengangkut lumpur tinja ke instalasi IPLT. Untuk memperkirakan kebutuhan pelayanan air limbah ini dipergunakan beberapa standar sebagai berikut :

 Volume tinja domestik (perumahan) = 65 ltr/jiwa/thn atau 0,000015 ltr/jiwa/hari

 Daya tampung 1 unit truk tinja = 8 m3

 Tingkat pelayanan = 80%

Berdasarkan standar tersebut, maka perkiraan volume lumpur tinja dan jumlah tangki truk tinja yang diperlukan disajikan dalam tabel 8.8

Tabel 6.8

Perkiraan Kebutuhan Volume Lumpur Tinja

Tahun Proyeksi

Jumlah Penduduk

(jiwa)

Lumpur Tinja

Penduduk Yang Terlayani (Jiwa)

Volume Lumpur Tinja (m3/hari)

2013 3,371,927 2,697,542 40

2018 4,416,850 4,416,850 53

2023 5,857,049 4,685,639 70

2028 7,865,415 6,292,332 94

2033 10,700,392 8,560,314 128

(27)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

6.1.3.6.3

Kebutuhan Pelayanan Persampahan

Pola pelayanan persampahan yang cukup sesuai adalah dengan menggunakan pola pengumpulan dan pengangkutan secara komunal, dengan tingkat pelayanan minimal 75%. Beberapa standar yang digunakan dalam menghitung volume timbulan sampah akibat berkembangnya kegiatan permukiman antara lain:

 Tingkat pelayanan = 75% - 90%  Timbulan sampah domestik = 2,28 ltr/jiwa/hari

Gambaran kebutuhan air limbah dan volume timbulan sampah sebagai akibat berkembangnya kegiatan permukiman dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6.9

Perkiraan Kebutuhan Volume Sampah

Tahun Proyeksi

Jumlah Penduduk

(jiwa)

Perkiraan Volume Sampah

Penduduk yang Terlayani (90 %)

Volume Timbulan Sampah (ltr/hari)

2013 3,371,927 3,034,734 6,919,194

2018 4,416,850 3,975,165 9,063,377

2023 5,857,049 5,271,344 12,018,664

2028 7,865,415 7,078,874 16,139,832

2033 10,700,392 9,630,353 21,957,205

Sumber: RP3KP dan hasil kajian konsultan Tahun 2013

6.1.3.6.4

Kebutuhan Jaringan Jalan Permukiman

Dalam menghitung kebutuhan layanan jaringan jalan permukiman, pendekatan yang digunakan adalah sebagai berikut:

 Berdasarkan standar perencanaan kawasan perumahan, ditetapkan bahwa 30% dari total lahan suatu kawasan permukiman dialokasikan bagi infrastruktur penunjang, termasuk jaringan pergerakan.

 Luasan jaringan jalan perlu dikonversikan ke dalam perhitungan panjang jalan.  Untuk keperluan pengukuran panjang jalan tersebut, ditetapkan rata-rata lebar

jalan di kawasan permukiman adalah sebesar 5 m.

 Maka ukuran panjang jaringan jalan yang diperlukan adalah (30% dari luas total) / (5 m).

(28)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

Tabel 6.10

Perkiraan Kebutuhan Tambahan Panjang Jalan untuk Kawasan Permukiman Hingga Tahun 2033

No Kecamatan

2033

Tambahan Luas Lahan Permukiman

(Ha)

Tambahan lahan untuk infrastruktur (30% Luas) (Ha)

Tambahan Kebutuhan Panjang Jalan (Km)

1 Cisoka 3,413 1,024 205

2 Solear 3,875 1,163 233

3 Tigaraksa 6,775 2,033 407

4 J a m b e 2,344 703 141

5 Cikupa 6,503 1,951 390

6 Panongan 5,900 1,770 354

7 C u r u g 1,948 585 117

8 Kelapa Dua 7,078 2,124 425

9 L e g o k 8,151 2,445 489

10 Pagedangan 3,897 1,169 234

11 Cisauk 9,178 2,753 551

12 Pasar Kemis 9,694 2,908 582

13 Sindang Jaya 2,407 722 144

14 Balaraja 5,561 1,668 334

15 Jayanti 1,426 428 86

16 Sukamulya 740 222 44

17 Sepatan 16,256 4,877 975

18 Sepatan Timur 2,573 772 154

19 Teluknaga 1,066 320 64

20 Kosambi 1,148 344 69

Total 95.824 28.748 5998

(29)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

6.1.3.6.5

Kebutuhan Drainase Permukiman

Kebutuhan saluran drainase untuk daerah permukiman didasarkan pada prediksi kebutuhan jaringan jalan. Jaringan drainase direncanakan di kedua sisi jalan, dengan dimensi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan lokasi setempat (curah hujan, pasang surut, dll).

Hingga tahun 2033, diperkirakan perkotaan Kabupaten Tangerang membutuhkan tambahan jaringan drainase sepanjang 15.367 Km, yang terletak di kedua sisi jaringan jalan. Secara rinci per kecamatan mengenai prediksi kebutuhan tambahan pelayanan drainase permukiman dijelaskan dalam tabel berikut.

Tabel 6.11

Perkiraan Kebutuhan Tambahan Panjang Drainase untuk Kawasan Permukiman Hingga Tahun 2033

No Kecamatan

Tambahan Kebutuhan Panjang Jalan

(Km)

Tambahan Kebutuhan Drainase (Km)

1 Cisoka 205 410

2 Solear 233 465

3 Tigaraksa 407 813

4 J a m b e 141 281

5 Cikupa 390 780

6 Panongan 354 708

7 C u r u g 117 234

8 Kelapa Dua 425 849

9 L e g o k 489 978

10 Pagedangan 234 468

11 Cisauk 551 1,101

12 Pasar Kemis 582 1,163

13 Sindang Jaya 144 289

14 Balaraja 334 667

15 Jayanti 86 171

16 Sukamulya 44 89

17 Sepatan 975 1,951

18 Sepatan Timur 154 309

19 Teluknaga 64 128

20 Kosambi 69 138

Total 6.105 11.992

(30)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

6.1.4

Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman

Kebijakan Strategi

Pembangunan saluran Kawasan Dinas Pekerjaan

(31)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A

Dinas Perijinan APBD II

6 Sistem

6.3 Sistem Pengolahan Air

(32)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A

(33)
(34)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

(35)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

6.2

PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

6.2.1

Strategi dan Kebijakan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Dalam menghadapi tantangan dan permasalahan di sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan, Bidang Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum menetapkan strategi berikut :

a. Menyelenggarakan penataan bangunan gedung agar tertib, fungsional, andal dan efisien;

b. Menyelenggarakan penataan lingkungan permukiman agar produktif dan berjatidiri; c. Menyelenggarakan penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat

memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi;

d. Menyelenggarakan penataan bangunan dan lingkungan untuk mewujudkan arsitektur perkotaan dan pelestarian arsitektur bangunan gedung yang dilindungi dan dilestarikan untuk menunjang kearifan budaya lokal;

e. Mengembangkan teknologi dan rekayasa arsitektur bangunan gedung untuk menunjang pembangunan regional/ internasional yang berkelanjutan.

Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan, yaitu:

a. Meningkatkan pembinaan penyelenggaraan Bangunan Gedung, termasuk bangunan gedung dan rumah negara;

b. Meningkatkan pemahaman, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk memenuhi persyaratan Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan Permukiman;

c. Meningkatkan kapasitas penyelenggara dalam penataan lingkungan dan permukiman; d. Meningkatkan kualitas lingkungan untuk mendukung pengembangan jatidiri dan

produktivitas masyarakat;

e. Mengembangkan kawasan yang memiliki peran dan potensi strategis bagi pertumbuhan kota;

f. Mengembangkan kemitraan antara pemerintah, swasta dan lembaga nasional maupun internasional lainnya di bidang Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan Permukiman;

g. Mewujudkan arsitektur perkotaan yang memperhatikan/ mempertimbangkan khasanah arsitektur lokal dan nilai tradisional;

h. Menjaga kelestarian nilai-nilai arsitektur Bangunan Gedung yang dilindungi dan dilestarikan serta keahlian membangun (seni dan budaya);

(36)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

6.2.2 Program Kegiatan Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan

Strategi dan kebijakan di atas diimplementasikan melalui program/ kegiatan penataan bangunan gedung dan lingkungan sebagai berikut:

a. Kegiatan Pembinaan Teknis Bangunan dan Gedung

1) Kegiatan diseminasi peraturan perundang-undangan penataan bangunan dan lingkungan;

2) Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung; 3) Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;

4) Pelatihan teknis tenaga pendata bangunan gedung dan keselamatan gedung; 5) Pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara;

6) Pembinaan teknis pembangunan gedung negara;

7) Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK);

8) Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA) Bangunan Gedung; 9) Percontohan pendataan bangunan gedung;

10) Percontohan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan; 11) Rehabilitasi bangunan gedung negara;

12) Dukungan prasarana dan sarana Pusat Informasi Pengembangan Permukiman dan Bangunan (PIPPB).

b. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman

1) Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) koridor strategis 2) Bantuan teknis pengelolaan Ruang terbuka Hijau (RTH) khusunya di sempadan

sungai, sempadan pantai dan sempadan situ;

3) Pembangunan prasarana dan sarana peningkatan lingkungan permukiman kumuh dan nelayan;

4) Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan permukiman perdesaan;

c. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat

1) Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan;

(37)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

6.3

SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

Kebijakan dan Strategi Penanganan Air Minum.

Pelayanan air minum merupakan komponen yang strategis dalam pembangunan dan merupakan salah satu entry point dalam penanggulangan kemiskinan. Kebijakan pengembangan dan pelayanan air minum adalah untuk meningkatkan pelayanan air minum di perdesaan maupun perkotaan, khususnya bagi masyarakat miskin di kawasan rawan air dan meningkatkan keikutsertaan swasta dalam investasi pembangunan prasarana dan sarana air minum.

Penyusunan rencana program investasi infrastruktur Sub Bidang Pengembangan Air Minum harus memperhatikan Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) sebagai acuan/ pedoman dalam perencanaan dan pelaksanaan pengembangan air minum pada suatu daerah. Pemerintah Kabupaten Tangerang saat ini belum memiliki Master Plan Air Minum sehingga belum memiliki menjadi acuan/ pedoman dalam penyediaan air minum yang baik.

Sesuai dengan rencana RTRW pengembangan air minum dikembangkan dengan langkah-langkah strategi sebagai berikut :

1. Diperlukannya sosialisasi mengenai kesadaran dan peningkatan pola hidup dan budaya penggunaan air bersih, terutama diarahkan kepada masyarakat wilayah Utara Kabupaten Tangerang.

2. Usaha melestarikan sumber air permukaan dan tanah dengan peningkatan fungsi lindung terhadap tanah, air, flora dan fauna dengan ketentuan yang berlaku dengan membatasi kegiatan yang banyak mengganggu konservasi air serta dengan membuat tandon air yang dapat menampung air pada waktu musim hujan dan dimanfaatkan pada waktu musim kemarau.

3. Peningkatan cakupan pelayanan, terhadap wilayah yang belum terlayani terutama diarahkan pada wilayah yang sulit mendapatkan air baku serta wilayah dengan perkembangan yang cukup pesat.

4. Diperlukannya langkah-langkah strategis dalam pengembangan sistem yaitu dengan cara peningkatan kapasitas IPAM, pengembangan jaringan serta pengembangan sambungan langsung, terutama memberikan prioritas pelayanan kepada pemukiman padat dengan kondisi tanah buruk.

(38)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

6. Untuk mengatasi tingkat kebocoran yang cukup tinggi maka diperlukannya optimasi sistem yang ada melalui program penurunan kebocoran baik secara teknis maupun administrasi, pemanfataan kapasitas sistem serta peningkatan kinerja organisasi serta manajemen pengelola air bersih.

7. Penyediaan hidran umum atau tangki penampungan bagi penduduk yang kurang mampu, namun membutuhkan ketersediaan air bersih.

RTRW juga mengarahkan pengembangan air minum untuk dalam jangka pendek 2015 adalah melayani 1.138.317 jiwa.

6.3.1 Rencana Penanganan Air Minum.

Rencana penanganan Air Minum dilakukan untuk mengembangkan sistempelayanan air minum yakitu dengan membangun sistem zonasi pelayanan air minum yang terdiri dari :

Tabel 6.10

Rencana Pengembangan Sistem Penyediaan Air Bersih Kabupaten Tangerang

NO ZONA

SISTEM

RENCANA PENGEMBANGAN

1 Cibaja Plus Pelayanan Cibaja Utara : Cikupa, Balaraja, Jayanti, Tigaraksa, Panongan,

Jambe.

1. Sumber air yang dimanfaatkan dari swasta yang dialirkan dari IPAM di

Serang.

2. Pengembangan jaringan distribusi dan SL

Pelayanan Cibaja Selatan : Kecamatan Cisoka, Tigaraksa, Panongan dan Jambe.

1. Sumber air yang dimanfaatkan yaitu pemanfaatan optimal sungai

Cidurian.

2. Optimalisasi sistem yang ada di Solear

3. Pengembangan jaringan distibusi dan SL

2 Cipacul Pelayanan Cipacul : Kecamatan Cisauk , Pagedangan, Curug, Legok

1. Sumber air yang dimanfaatkan yaitu dari IPAM Puspitek , IPAM PU dan

IPAM Cisauk dengan memanfaatkan Potensi Sungai Cisadane

2. Pembangunan IPAM Cisauk Baru

3. Pengembangan jaringan distribusi dan SL

3 Sepatan Plus Pelayanan meliputi Kecamatan Sepatan, Rajeg, dan Pasar Kemis

1. Sumber air yang dimanfaatkan yaitu dari IPAM swasta dengan

memanfaatkan Sungai Cisadane

2. Pembangunan IPAM Sepatan Baru dengan memanfaatkan potensi Sungai

Cisadane

4 Pakumas Pelayanan meliputi Kecamatan Pakuhaji, Mauk dan Sukadiri

1. Sumber air yang dimanfaatkan yaitu dengan memanfaatkan Sungai

(39)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

NO ZONA

SISTEM

RENCANA PENGEMBANGAN

Sungai Cisadane

3. Membuat bendung Gergaji guna mengamankan intake untuk

meninggikan muka air dan menghindarai intrusi air laut.

4. Pengembangan jaringan distibusi dan SL

5 Bojongrenged Pelayanan meliputi Kecamatan Teluknaga dan Kecamatan Kosambi

1. Sumber air yang dimanfaatkan yaitu pemanfaatan optimal sungai

Cisadane.

2. Optimalisasi sistem yang ada (IPAM Bojongrenged)

3. Membangun IPAM Bojongrenged baru dengan memanfaatkan sungai

Cisadane

4. Pengembangan jaringan distibusi dan SL

6 IKK / Kejori Pelayanan meliputi Kecamatan Kresek, Kronjo, Kemiri

1. Sumber air yang dimanfaatkan yaitu pemanfaatan optimal sungai

Cidurian

2. Optimalisasi sistem yang ada (IPAM Kresek)

3. Suplai air dari Zona Cibaja dengan memanfaatkan suplai air minum dari

IPAM Swasta di Serang.

4. Pengembangan jaringan distibusi dan SL

Sumber : RTRW Kabupaten Tangerang

Dengan demikian beberapa program pembangunan di bidang air minum 5 tahun kedepan adalah :

1. PENGUATAN INSTITUSI KELEMBAGAAN

 Penguatan Institusi dan Kelembagaan 2. PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN

 Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum

 Penyusunan Detail Plan Zona Cibaja Plus

 Penyusunan Detail Plan Zona Cipacul

 Penyusunan Detail Plan Zona Sepatan Plus

 Penyusunan Detail Plan Zona Pakumas

 Penyusunan Detail Plan Zona Bojonggered

 Penyusunan Detail Plan Zona IKK/Kejori

 Pembangunan/Peningkatan Infastruktur dan Prasarana Air Minum Zona Cibaja Plus

 Pembangunan/Peningkatan Infastruktur dan Prasarana Air Minum Zona Cipacul

 Pembangunan/Peningkatan Infastruktur dan Prasarana Air Minum Zona Sepatan Plus

 Pembangunan/Peningkatan Infastruktur dan Prasarana Air Minum Zona Pakumas

 Pembangunan/Peningkatan Infastruktur dan Prasarana Air Minum Zona Bojonggered

(40)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

3. PROGRAM PENINKATAN AIR MINUM PEDESAAN

 Program PAMSIMAS

 Program SPAM Pedesaan

6.4

PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan permukiman, estetika serta kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Sanitasi merupakan salah satu faktor terpenting dalam mewujudkan layanan yang terkait dengan pengentasan kemiskinan dan peningkatan produktivitas.

Aspek-aspek pembangunan sektor sanitasi mencakup:Air limbah domestik

(Black water dan Grey water), Drainase lingkungan/tersier, Persampahan dan Perilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS) termasuk penyediaan sumber air bersih yang aman. Pembangunan sektor sanitasi masihsering dilaksanakan secara parsial dan belum terintegrasi dalam suatu “rencana tindak” yang bersifat integratif dan memiliki sasaran secara menyeluruh dengan jangka waktu yang ditentukan. Masing-masing institusi melaksanakan kegiatannya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sendiri-sendiri padahal seringkali kegiatan tersebut sebetulnya dapat diintegrasikan dalam satu kegiatan yang saling bersinergi.

Peningkatan pengelolaan layanan sanitasi pada skala kabupaten dapat terwujud bila didasari oleh suatu perencanaan pembangunan sanitasi berjangka menengah (5 tahunan) yang bersifat strategis dan komprehensif. Rencana pengembangan layanan sanitasi jangka menengah yang dijabarkan dalam dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) merupakan kebutuhan riil pemerintah Kabupaten Tangerang mengingat pembangunan sektor sanitasi yang memenuhi prinsip layanan sanitasi secara menyeluruh memerlukan waktu bertahun-tahun (multi years) dan pendanaan yang memadai.

(41)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

berisikaninformasi lebih rinci mengenai usulan kegiatan program pengembangan layanan sanitasi berskala kabupaten yang disusun sesuai tahun rencana pelaksanaannya.

Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Tangerang adalah penjabaran kebijakan pengelolaan sanitasi dari hasil kajian kondisi sanitasi saat ini (study EHRA) serta isu-isu strategis yang tertuang dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tangerang dan merupakan dokumen perencanaan yang menjelaskan secara rinci tentang visi, misi, dan tujuan pembangunan sanitasi berskala kabupaten berikut kebijakan dan target capaian pembangunan sanitasidi Kabupaten Tangerang dengan maksud untuk memberikan arah yang terstruktur, sistematis, terintegrasi dan berkelanjutan bagi pembangunan sektor sanitasi di Kabupaten Tangerang dalam jangka waktu 5 (lima) tahun kedepan (2013-2018).

6.4.1

AIR LIMBAH

(42)

D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

Tabel 6.12

Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Air Limbah Domestik

Tujuan

Sasaran

Strategi

Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran

Tercapainya standar

& Perdesaan sebesar 0,6 %

Meningkatkan akses layanan

air limbah komunal (MCK ++ )

bagi MBR Perkotaan &

Perdesaan sebesar 0,23 %

Meningkatkan akses layanan

air limbah sistem of site

(perpipaan) skala wilayah

sebesar 0,35 %

6.4.1.1 ARAHAN KEBIJAKAN DAN LINGKUP KEGIATAN

1) Sub Sektor Air Limbah Domestik

(43)

on-D O K U M E N R P I 2 J M

B I D A N G C I P T A K A R Y A K a b u p a t e n T a n g e r a n g 2 0 1 5 - 2 0 1 9

6.4.1.2 ISU STRATEGIS, KONDISI EKSISTING, PERMASALAHAN DAN

TANTANGAN

Pada dasarnya pelayanan limbah baik domestic maupun rumah tangga belum berjalan optimal. Saat ini penduduk pada umumnya menggunakan septictank dan cubluk untuk penanganan limbah domestic.Meskipun demikian terdapat desa-desa yang belum mengenal sistem septictank dan MCK.

Penggunaan septictank komunal dengan sistem perpipaan baru berkembang di beberapa wilayah permukiman skala besar.Meski demikian pemerintah berencana mengembangkan sistem pelayanan limbah terpadu dengan IPAL di Sepatan.Penggunaan septictank dengan teknologi yang kurang baik beresiko merusak potensi air tanah dangkal yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk minum.

Mengutip data dinas kesehatan berdasarkan inspeksi sanitasi terhadap 228.193 keluarga tentang kepemilikan sarana jamban keluarga di wilayah Kabupaten Tangerang pada Tahun 2010 dibandingkan dengan Tahun 2009 terhadap 125.414 KK yang diperiksa, ternyata terjadi peningkatan jumlah keluarga yang memiliki jamban dari 72.480 KK menjadi 153.802 KK, sedangkan untuk KK yang memiliki jamban sehat dari 48.875 KK (67,43 %) menjadi 64.271 KK (64,61%). Jika data sampel diatas dapat mewakili keseluruhan profil maka baru 67% penduduk Kabupaten Tagerang yang memiliki jamban untuk menangani limbah rumah tangga.

Limbah cuci dan limbah dapur pada umumnya dialirkan langsung ke saluran drainase dan dibuang ke badan air bebas hal ini tentu saja memberikan dampak cukup signifikan terhadap kualitas lingkungan.

Permasalahan pencemaran dan limbah cair yang ada pada Kabupaten Tangerang tidak terlepas dari kondisi daya dukung lingkungan yang ada pada saat ini. Pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan dengan semakin besarnya jumlah industri yang ada dan juga pertambahan jumlah penduduk yang cukup tinggi, baik secara langsung ataupun tidak, dapat menekan kondisi lingkungan dan sumberdaya alam yang ada, terutama sekali sumberdaya air.Kondisi tertekannya sumberdaya air tidak hanya jumlahnya yang semakin berkurang, namun juga adalah kondisi pencemaran yang dirasakan semakin lama tingkatannya semakin berat, sehingga banyak sungai ataupun danau yang telah mengalami penurunan fungsi peruntukkannya.

Gambar

Tabel 6.1 Hasil Proyeksi Jumlah Penduduk, Rumah Tangga dan
Tabel 6.2
Tabel 6.3 Perkiraan Tambahan  Kebutuhan Rumah di Perkotaan Kabupaten Tangerang
Tabel 6.4 Jumlah Pemenuhan Rumah secara Swadaya di
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaturan perjanjian perdagangan internasional selain diatur dalam KUH Perdata, diatur pula dalam Uniform Custom and Practice for Documentary Credit (UCP) yaitu dalam

Skripsi dengan judul “Implementasi SMS Gateway Dalam Pengembangan Sistem Informasi Jadwal Seminar Skripsi Berbasis Web” adalah salah satu syarat untuk memperoleh

2.2 Tanpa mengambil kira apa sahaja yang terkandung di dalam Gadaian ini atau di dalam Perjanjian Pinjaman ini atau mana-mana pertukaran dokumen di antara pihak-pihak di sini,

Bagi regulator, PSAK konvergensian yang memberikan peluang besar kepada manajemen untuk menggunakan professional judgment dalam pelaporan keuangan membuat para penyaji

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat anugerahNya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Hasil Scan Phantom Pada grafik gambar 2 ditunjukkan bahwa pada objek homogen apabila ditarik garis didapatkan nilai keseragaman citra pada range sd 0.27 dan 0.39..

1. Kecamatan Jambesari Darus Sholah; 8. Kecamatan Maesan; 10. Kecamatan Pakem; 11. Kecamatan Prajekan; 12. Kecamatan Pujer; 13. Kecamatan Sempol; 14. Kecamatan Sukosari;

Setelah dilakukan uji Anova dan dilanjutkan dengan uji LSD terbukti bahwa pemberian fraksi heksan maupun fraksi metanol ekstrak biji pepaya lokal Bali yang masih muda