TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
dalam Ilmu Matematika
Oleh
Frediyanto Bagus Wamda NPM : 1211050202
Jurusan : Pendidikan Matematika
RADEN INTAN
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
dalam Ilmu Matematika
Oleh
Frediyanto Bagus Wanda NPM : 1211050202
Jurusan : Pendidikan Matematika
UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIS DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK PESERTA DIDIK KELAS VIII MTs MA’ARIF 01
PUNGGUR LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Oleh
FREDIYANTO BAGUS WANDA
Kemampuan komunikasi matematis dalam pembelajaran matematika merupakan suatu hal yang diperlukan oleh setiap peserta didik guna mempermudah poses belajar mengajar. Berdasarkan pra penelitian menunjukan bahwa kemampuan matematis matematika peserta didik MTs Ma’arif 01 Punggur masih rendah, hal ini terlihat dari ulangan semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 peserta didik yang memperoleh nilai diatas (KKM) dengan nilai 70 sebanyak 43 dari 118 dan diduga belum pernah dilakukan tes kecerdasan majemuk. Penulis tertarik untuk menerapkan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan komunikasi matematis dan dapat mengetahui kecerdasan majemuk matematika peserta didik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran brain storming dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis ditinjau dari kecerdasan majemuk peserta didik.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian Quasy Experimental Design (desain eksperimen semu) dengan rancangan penelitian faktorial 2x3. Sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII MTs Ma’arif 01 Punggur. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik acak kelas dengan materi kubus dan balok. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah angket kecerdasan majemuk peserta didik dan tes komunikasi matematis berupa soal uraian. Teknik analisis data penelitian ini adalah analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama.
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
Allah SWT, karena berkat-Nya saya mampu menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Karya kecil ini ku persembahkan untuk :
Kedua Orang Tuaku tercinta, Ayahanda Sudaryoto dan Ibunda Suprapti, yang telah bersusah payah membesarkan, mendidik, dan membiayai selama menuntut ilmu serta selalu memberiku dorongan, semangat, do’a, nasehat, cinta dan kasih sayang yang tulus untuk keberhasilanku. Engkaulah figur istimewa dalam hidup ku.
Betapa besarnya rasa cinta yang mengalir tulus dari kedua orang tua. Terimakasih untuk semua pengorbanan, dukungan, kasih sayang, do’a dan nasihat untuk ananda. Ibunda tercinta, yang tak pernah letih mendidik, memberikan kasih sayang, cinta sepenuh hati, tidak pernah berhenti menasehati, serta do’a yang tulus selalu mengalir sepanjang waktu dan untuk Ayahku tersayang, yang selama ini bekerja keras untuk memberikan nafkah dan semangat untuk keberhsilanku.
Adikku tersayang Arti Dian Pertiwi dan semua kerabat keluarga yang lain, yang turut memberikan nasihat, semangat, kecerian dan kasih sayang. Terimakasih untuk yang telah kalian berikan selama ini.
Lampung Utara pada tanggal 20 Juli 1994. Anak pertama dari dua saudara. Putra dari pasangan ayah yang bernama Sudaryoto dan Ibu Suprapti.
Penulis memulai jenjang pendidikan di RA Abu Bakar Ash Shiddiq. Desa Papan Rejo dimulai pada tahun 1999 dan diselesaikan pada tahun 2006, setelah itu melanjutkan ke MI Abu Bakar Ash Shiddiq. Desa Papan Rejo Kecamatan Abung Timur Kabupaten Lampung Utara dimulai pada tahun 2000 dan diselesaikan pada tahun 2006. Pada tahun 2006 samapai 2009, penulis melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di MTs Abu Bakar Ash Shiddiq. Desa Papan Rejo Kecamatan Abung Timur Kabupaten Lampung Utara. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan jenjang selanjutnya, yaitu ke Madrasah Aliah Negri (MAN) Kotabumi Kabupaten Lampung Utara dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012.
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Subhanallah, Walhamdulillah, Wala ilahailallah, Allahuakbar.
Alhamdulillah Segala puji hanya bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dalam rangka memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Matematika UIN Raden Intan Lampung. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan yang sangat berharga dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung beserta jajarannya.
2. Bapak Dr. Nanang Supriyadi, M.Sc, selaku ketua jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung.
5. Bapak Suherman, M.Pd dan Bapak M. Syazali, M.Pd, selaku dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Tarbiyah UIN Raden Intan Lampung yang telah memberikan arahan kepada penulis dalam pembuatan Instrumen penelitian. 6. Bapak Langgengno Karma, B.Sc selaku kepala sekolah MTs Ma’arif 01 Punggur,
dan Bapak Triyanto, S.Pd selaku guru mata pelajaran matematika di MTs 01 Ma’arif Punggur serta seluruh staf, karyawan dan seluruh siswa yang telah memberikan bantuan demi kelancaran penelitian skripsi ini.
7. Rekan-rekan seperjuangan Pendidikan Matematika (khususnya Matematika kelas D angkatan 2012), Mela, Tira, Ida, Trias, Maratun, Istiqomah, Hafiza, Armutia, Hepri, Karima dan untuk sabatku Aziz, Akbar, Roni, Ilal, Kausar, Lintang, Ari, meraka yang telah memberi bantuan baik petunjuk atau berupa saran-saran, sehingga penulis senantiasa mendapat informasi yang sangat berharga. Terimakasih telah memberi semangat untukku.
8. Sahabat satu atap Kosan Perjaka (Yogi, Rahmawan Adi, Aji, Mas Yudi, Yasin, Farid, Aldi, Lesmono, Janu) terimakasih atas kekeluargaan dan canda tawa kalian selama ini. Semoga kesuksesan menyertai kita semua.
diberikan dengan penuh keikhlasan tersebut mendapat anugerah dari Allah SWT. Aamiin Ya Robbal ‘Alamin. Selanjutnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangatlah penulis harapkan untuk perbaikan dimasa mendatang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandar Lampung, Juli 2017 Penulis
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRAK ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
RIWAYAT HIDUP ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 11
C. Batasan Masalah ... 12
A. Kajian Teori ... 16
1. Metode Pembelajaran ... 16
a. Metode Brain Storming ... 17
b. Langkah-langkah Penggunaan Metode Brain Stroming ... 20
c. Kelebihan dan Kelemahan Metode Brain Stroming ... 21
2. Komunikasi Matematis ... 23
a. Pengertian Komunikasi Matematis... 23
b. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis ... 26
3. Kecerdasan Majemuk ... 27
a. Pengertian Kecerdasan ... 27
b. Pengertian Kecerdasan Majemuk ... 30
c. Jenis-jenis Kecerdasan Majemuk ... 31
B. Penelitian Relevan ... 37
C. Kerangka Berpikir ... 39
D. Hipotesis Penelitian ... 41
1. Tes komunikasi Matematis... 53
a) Uji Validitas ... 54
b) Uji Tingkat Kesukaran ... 56
c) Uji Daya Pembeda... 57
d) Uji Reliabilitas ... 59
2. Angket Kecerdasan Majemuk ... 61
a) Uji Validitas Angket ... 63
b) Uji Reliabilitas Angket ... 64
3. Gain Ternormalisasi ... 65
G. Teknik Analisis Data ... 67
1. Uji Normalitas ... 67
2. Uji Homogenitas ... 69
3. Hipotesis ... 71
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data ... 80
1. Analisis Hasil Uji Coba Tes Komunikasi Matematis ... 80
1. Terdapat Pengaruh Peningkatan Komunikasi Matematis Peserta Didik Yang Mengikuti Pembelajaran Mengunakan Metode Pembelajaran Brain Storming Dengan Peserta Didik Yang Mengikuti Pembelajaran Dengan Menggunakan Metode Konvesional ... 101 2. Terdapat Pengaruh Kecerdasan Majemuk (Kecerdasan Logis
Matematika, Kecerdasan Intrapersonal dan Kecerdasan Interpersonal Terhadap Komunikasi Matematis Peserta Didik) ... 104 3. Tidak Terdapat Interaksi Antara Metode Pembelajaran dan Angket Kecerdasan
Majemuk Terhadap Komunikasi Matematis Peserta
Didik ... 106 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 109 B. Saran ... 110 DAFTAR PUSTAKA
Tabel 1.1 Hasil Komunikasi Matematis ... 7
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ... 48
Tabel 3.2 Tabel Pemberian Skor Soal Komunikasi Matematis ... 53
Tabel 3.3 Interprestasi Tingkat Kesukaran Butir Tes ... 57
Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Beda ... 59
Tabel 3.5 Skor Pilihan Jawaban Tes Kecerdasan Majemuk ... 61
Tabel 3.6 Kategori Skor Kecerdasan Majemuk ... 62
Tabel 3.7 Kriteria Skor Gain Ternormalisasi ... 66
Tabel 3.8 Data Amatan, Rataan dan Jumlah Kuadrat Deviasi ... 73
Tabel 3.9 Rangkuman Anava Dua Arah ... 76
Tabel 4.1 Validitas Soal Tes Komunikasi Matematis ... 82
Tabel 4.2 Tingkat Kesukaran Butir Soal Tes Komunikasi Matematis ... 83
Tabel 4.3 Daya Pembeda Butir Soal Tes Komunikasi Matematis ... 84
Tabel 4.4 Kesimpulan Instrumen Soal ... 86
Tabel 4.5 Deskripsi Data Amatan Prettes Peserta Didik ... 87
Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Angket Kecerdasan Majemuk ... 96
Tabel 4.13 Rangkuman Analisi Variansi Sel Jalan Tak Sama ... 97
Tabel 4.14 Rangkuman data Amatan Rataan dan Rataan Marginal ... 98
1. Daftar Nama Peserta Didik ... 115
2. Kisi-kisi Uji Coba Tes Komunikasi Matematis ... 116
3. Soal Uji Coba Instrumen Komunikasi Matematis ... 118
4. Kunci Jawaban Soal Uji Coba ... 121
5. Angket Kecerdasan Majemuk ... 127
6. Uji Validitas Instrumen Tes ... 129
7. Perhitungan Uji Validitas Tiap Butir Soal ... 131
8. Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 132
9. Analisis Daya Pembeda ... 135
10. Uji Daya Beda ... 137
11. Perhitungan Daya Beda dan Tingkat Kesukaran ... 140
12. Analisis Reliabilitas ... 141
13. Perhitungan Uji Reliabilitas ... 143
14. Analisis Hasil Tes Kecerdasna Majemuk ... 144
15. Perangkat Pembelajaran ... 145
22.Deskripsi Data Amatan Pretes Komunikasi Matematis ... 185
23.Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen ... 186
24.Uji Normalitas Pretes Kelas Kontrol ... 188
25.Uji Homogenitas Pretes Komunikasi Matematis ... 190
26.Perhitungan Manual Uji Homogenitas Pretes Komunikasi Matematis ... 192
27.Deskripsi Data Amatan Postes Komunikasi Matematis ... 194
28.Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen ... 195
29.Uji Normalitas Postes Kelas Kontrol ... 197
30.Uji Homogenitas Postes Komunikasi Matematis... 199
31.Perhitungan Manual Uji Homogenitas Postes Komunikasi Matematis ... 201
32.Deskripsi Data Amatan N-gain Komunikasi Matematis ... 203
33.Uji Normalitas N-gain Komunikasi Matematis Kelas Eksperimen ... 204
34.Uji Normalitas N-gain Komunikasi Matematis Kelas Kontrol ... 206
35.Uji Homogenitas N-gain Komunikasi Matematis ... 208
36.Perhitungan Manual Uji Homogenitas N-gain Komunikasi Matematis ... 210
37.Deskripsi Data Amatan Angket Kecerdasan Majemuk ... 212
44.Uji Prasyarat Normalitas Kecerdasan Interpersonal ... 225
45.Uji Homogenitas Antar Kolom Kecerdasan Majemuk ... 227
46.Perhitungan Manual Uji Homogenitas Antar Kolom Kecerdasan Majemuk ... 229
47.Uji Anava ... 231
48.Uji Scheffe ... 237
49.Tabel “r” Product Moment ……… 239
50.Nilai Kriteria L Untuk Uji Liliefors ……… 240
51.Tabel Distribusi Normal Baku (Z) ……….. 241
52.Tabel Nilai 2 α ; v………... 242
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu aspek yang mempunyai peranan yang sangat
menentukan dalam perkembangan dan kemajuan suatu bangsa. Karena itu,
diperlukan peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan dalam
upaya peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, tentunya dimulai
dengan proses pendidikan yang mantap, baik dari lingkungan keluarga, sekolah,
maupun lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan merupakan
tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah dalam
rangka mencetak generasi penerus bangsa sesuai dengan apa yang diharapkan.
Pendidikan juga diarahkan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia, hal
ini dapat dilihat dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang berbunyi:
berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang
demokratis serta bertanggung jawab”2.
Pengembangan sumber daya manusia merupakan salah satu upaya
peningkatan mutu pendidikan di semua lembaga pendidikan, melalui lembaga
tersebut dapat dihasilkan manusia pembangunan yang tangguh dan terpercaya.
Karena itu, segala daya dan upaya yang terarah kepada pembinaan manusia
pembangunan manusia seutuhnya juga menjadi sasaran pendidikan di
Indonesia untuk mencapai tujuan itu diperlukan upaya pengkajian semua
unsur yang akan menjadi tantangan pendidikan dalam pengembangan sistem
pendidikan pengajaran yang serasi dan terarah serta relavan dengan segala
kebutuhan pembangunan jangka pendek dan panjang.
Selain berperan penting dalam perkembangan dan kemajuan suatu
bangsa, pendidikan juga mampu mengangkat derajat seseorang ke tingkat
yang lebih tinggi, sebagaimana Firman Allah dalam Q.S al-Mujaadilah ayat 11
Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu
berlapang-lapanglah dalam majlis, maka lapangkanlah niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu dan apabila dikatakan berdirilah kamu, maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat dan
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. 3
Ilmu yang dimaksud pada ayat diatas adalah ilmu yang bermanfaat bagi
dirinya atau orang banyak dan tidak merugikan orang lain, salah satunya ilmu
mengenai matematika. Pendidikan matematika merupakan bagian dari pendidikan.
Sehingga pendidikan matematika merupakan salah satu aspek kehidupan yang
sangat penting peranannya dalam upaya membina dan membentuk manusia
berkualitas tinggi.
Mempelajari ilmu matematika sangatlah penting bagi diri sendiri dan orang
lain. Mata pelajaran matematika telah diperkenalkan kepada peserta didik sejak
Indonesia di persiapkan mulai dari jenjang sekolah dasar hingga lanjutan, yang di
persiapkan secara sistematis sehingga peserta didik mudah mempelajarinya.
Di zaman yang modern ini semakin ketatnya persaingan di dunia pendidikan,
merupakan hal yang wajar apabila para peserta didik sering khawatir akan
mengalami kegagalan atau ketidakberhasilan dalam meraih prestasi belajar.
Banyak peserta didik yang bersikap negatif terhadap matematika, peserta didik
menganggap matematika sebagai bidang studi yang sulit dipelajari. Pandangan
atau sikap negatif peserta didik terhadap matematika berpengaruh terhadap
cara-cara pesrta didik dalam mempelajari matematika. Berbagai usaha yang dilakukan
peserta didik untuk meraih prestasi belajar, seperti mengikuti bimbingan belajar.
Usaha semacam ini jelas positif, namun masih ada faktor lain yang tidak kalah
pentingnya dalam mencapai keberhasilan selain kecerdasan ataupun kecakapan
intelektual yang tinggi, yaitu kecerdasan majemuk.
Teori kecerdasan majemuk (multiple intelligences) ditemukan dan
dikembangkan oleh Howard Gardner, seorang ahli psikologi perkembangan dan
biopsikologi yang artinya semua makhluk yang bersangkutan mempunyai potensi
untuk menggunakan sekumpulan bakat yang dimiliki oleh jenis makhluk itu.
Sedangkan kata “majemuk”berarti terdiri atas beberapa bagian yang merupakan
satu kesatuan.4
Kecerdasan tidak terbatas pada kecerdasan intelektual yang diukur dengan
menggunakan beberapa tes inteligensi yang sempit saja, atau sekadar melihat
prestasi yang ditampilkan seorang peserta didik melalui ulangan maupun ujian di
sekolah belaka, tetapi kecerdasan juga menggambarkan kemampuan peserta didik
pada bidang seni, spasial, olah raga, berkomunikasi, dan cinta akan lingkungan.
Bila semua kecerdasan ini ditumbuhkan, dikembangkan dan dilibatkan dalam
proses pembelajaran, maka akan sangat meningkatkan efektifitas dan hasil
pembelajaran.
Dalam penelitian ini, peneliti hanya ingin meninjau kecerdasan peserta didik
dalam aspek kecerdasan logis-matematika, intrapersonal dan interpersonalnya.
Besarnya tidaknya pengaruh kecerdasan logis-matematika, kecerdasan
untuk menggunakan kata-kata, mampu berfikir secara konseptual, mampu
berinteraksi baik dengan orang lain. Peserta didik dengan kecerdasan majemuk
yang baik akan mampu berfikir secara konseptual dengan baik sehingga kinerja
otak dapat berfungsi lebih baik, dapat memotivasi dirinya sendiri, serta peserta
didik juga lebih mudah dalam menerima pelajaran matematika sehingga peserta
didik dengan kecerdasan majemuk yang baik dapat mengkomunikasikan
komunikasi matematis dalam belajar matematika.
Hubungan komunikasi matematis dengan kecerdasan majemuk seperti
kecerdasan logis-matematika, kecerdasan intrapersonal dan interpersonal adalah
komunikasi matematis yang pembelajarannya membiasakan peserta didik untuk
mengkomunikasikan ide-idenya dalam bentuk simbol, tabel, diagram, atau media
lain. Kemampuan komunikasi matematis sangat penting dimiliki oleh peserta
didik, hal ini karena salah satu komponen standar evaluasi matematika menurut
National Council of Teacer of Matematics (NCTM) adalah kemampuan
komunikasi. Kemampuan komunikasi diperlukan dalam pembelajaran matematika
Artinya: “(Allah) yang maha pengasih. yang telah mengajarkan Al-Qur’an. Dia menciptakan manusia. dan mengajarinya pandai berbicara”.5
Ayat ini menyatakan untuk mengajarkan kita untuk pandai berbicara, itu
artinya kita diajarkan untuk berkomunikasi. Dalam pembelajaran matematika
komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi matematis. Salah satu penyebab
peserta didik sulit belajar matematika adalah lemahnya membaca matematika
yang erat kaitannya dengan simbol-simbol dan istilah.
Berdasarkan hasil prasurvei yang dilakukan penulis, peserta didik kelas VIII
MTs Ma’arif 01 Punggur Lampung Tengah pada umumnya mempunyai respon
yang kurang terhadap materi yang disampaikan guru karena tidak adanya kesiapan
peserta didik dalam menghadapi materi pembelajaran. Salah satu guru matematika
di MTs Ma’arif 01 Punggur mengatakan bahwa sebagian besar peserta didik sulit
dalam komunikasi matematis pada materi yang disampaikan oleh guru, serta
kebanyakan dari peserta didik tidak memperhatikan saat guru menerangkan
setelah ditunjuk langsung oleh guru dan tidak bertanya walaupun sebenarnya
mereka belum mengerti mengenai materi yang disampaikan oleh guru, dalam
proses pembelajaran guru masih menggunakan metode konvensional yaitu
pembelajaran yang berpusat pada guru, sehingga menimbulkan kejenuhan pada
peserta didik selama proses pembelajaran. Kejenuhan yang terjadi pada proses
pembelajaran mengakibatkan peserta didik tidak berminat untuk mengikuti
pembelajaran sehingga akan berpengaruh pada komunikasi matematis dan
kecerdasan majemuk peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan
komunikasi matematis peserta didik sebagai berikut :
Tabel 1.1
Hasil Komunikasi Matematis Matematika Peserta Didik kelas VIII MTs Ma’arif 01 Punggur Lampung Tengah
matematika di MTs Ma’arif 01 Punggur adalah 71, tabel di atas menunjukan bahwa dari 118 peserta didik yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal hanya berjumlah 43 peserta didik. Hal ini merupakan salah satu indikasi bahwa hasil belajar matematika kelas VIII MTs Ma’arif 01 Punggur belum memuaskan. Kondisi di atas diduga karena dalam pembelajaran matematika peserta didik jarang sekali diminta untuk mengkomunikasikan ide-idenya gagasan-gagasan matematika baik melalui gambar, grafik, table atau diagram, sehingga hal ini menyebabkan peserta didik masih mengalami kesulitan dalam penyelesaian soal-soal, dan dalam pembelajaran belum pernah dilakuakan tes untuk mengetahui kecerdasan majemuk untuk mengetahui komunikasi matematis peserta didik. Rendahnya kemampuan komunikasi matematis peserta didik ini dapat disebabkan karena pembelajaran di MTs Ma’arif 01 Punggur masih menggunakan metode pembelajaran konvensional, dimana seorang guru yang dituntut untuk lebih aktif dari pada peserta didik.
ragam, guru dituntut untuk menggunakan metode yang berfariasi dalam melaksanakan pembelajaran agar peserta didik dapat dibantu sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki.
perlu juga maka diperlukan suatu metode pembelajaran yang mampu memberikan dukungan belajar bagi peserta didik. Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi dalam proses pembelajaran dimaksudkan untuk mengatasi kebosanan dan kejenuhan pada peserta didik dalam proses pembelajaran. Penggunaan metode pembelajaran yang baik akan menyebabkan komunikasi matematis belajar yang baik pula.
pembelajaran matematika peserta didik akan belajar menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran seperti ini membuat peserta didik dapat meningkatkan komunikasi matematis.
Metode Brain Storming didukung dengan kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh peserta didik yang mempunyai kecerdasan logis matematis, kecerdasa intrapersonal dan kecerdasan interpersonal diharapkan agar peserta didik dapat meningkatkan komunikasi peserta didik. Jika dalam proses pembelajaran seorang guru memberikan metode yang sesuai dan mengetahui kecerdasan majemuk peserta didik maka pembelajaran di dalam kelas akan terasa lebih menyenangkan serta peserta didik akan lebih aktif dalam belajar matematika. Sehingga peserta didik akan dapat mengembangkan komunikasi matematis dan memperoleh nilai pembelajaran yang baik.
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan diteliti dan dikaji dalam penelitian ini dapt di identifikasikan sebagai berikut :
1. Tingkat ketuntasan peserta didik kelas VIII pada hasil ulangan semester ganjil MTs Ma’arif 01 Punggur Lampung Tengah masih rendah. Hal ini disebabkan antara lain karena kemampuan komunikasi matematis peserta didik masih rendah.
2. Sebagian besar peserta didik masih sulit untuk bertanya, mengungkapkan pendapat maupun menyangggah suatu pernyataan.
3. Peserta didik masih belum dapat mengembangkan kecerdasan majemuk mereka, hal ini dilihat dari kemampuan komunikasi matematis yang masih rendah.
4. Selama proses belajar mengajar guru masih menggunakan metode pembelajaran konvensional.
C. Pembatasan Masalah
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh metode pembelajaran Brain Storming dan metode pembelajaran ekspositori terhadap kemampuan komunikasi matematis peserta
didik?
2. Apakah terdapat pengaruh kecerdasan majemuk antara peserta didikterhadap
komunikasi matematis peserta didik?
3. Apakah terdapat interaksi antara penggunaan metode pembelajaran Brain Storming terhadap kecerasan majemuk untuk meningkatkan komunikasi
matematis peserta didik?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Peserta didik
Mendapatkan pengalaman belajar yang berbeda pada pembelajaran
matematika, meningkatkan komunikasi matematis peserta didik dan
mengetahui kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh peserta didik.
2. Pendidik
Mendapatkan alternative dengan menerapkan pembelajaran dengan metode
Brain Storming khususnya dalam pembelajaran matematika dan pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis yang
di lihat dari kecerdasan majemuk peserta didik.
3. Sekolah
Sebagai salah satu literatur yang nantinya akan berpengaruh dalam
G. Ruang Lingkup Penelitian
Agar tidak terjadi kesalah pahaman dari penelitian yang dilkaksanakan, maka
ruang lingkup penelitian ini dibatasi sebagai berikut :
1. Sifat penelitian
Sifat penelitian adalah Kuantitatif.
2. Jenis penelitian
Eksperimen Semu
3. Objek penelitian
Objek penelitian adalah penerapan metode Brain Storming untuk meningkatkan komukasi matematis ditinjau dari kecerdasan majemuk peserta
didik.
4. Subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah pesrta didik kelas VIII MTs Ma’arif 01
Punggur Lampung Tengah
5. Waktu penelitian
oleh pendidik, akan tetapi peserta didik yang lain tidak diberi kesempatan
untuk menyanggah, menambahkan ataupun menanggapi ide, pendapat atau
gagasan dari peserta didik yang menyampaikan pendapatnya.
2. Komunikasi matematis suatu kemampuan peserta didik dalam menyampaikan
sesuatu yang diketahui melalui peristiwa dialog atau saling berhubungan yang
terjadi di lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan. Pesan yang
dialihkan berisi matematika yang dipelajari peserta didik, misalnya berupa
konsep, rumus atau strategi penyelesaian suatu masalah.
3. Kecerdasan majemuk yang dimaksud disini adalah macam kecerdasan yang
dimiliki setiap individu lebih dari satu. Kecerdasan ini diartikan sebagai
kemampuan seseorang dalam berpikir, bertindak dan berperilaku sesuai
dengan apa yang dihadapi. Kecerdasan majemuk peserta didik yang akan
diteliti adalah kecerdasan logis matematis kecerdasan intrapersonal dan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Metode Pembelajaran
Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu : “meta dan hodos”. Meta berarti
melalui dan hodos berarti jalan atau cara, jadi metode mengandung pengertian
suatu jalan atau cara yang dilalui untuk suatu tujuan.9 Dalam kamus besar bahasa
Indonesia disebutkan bahwa metode adalah cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.10 Metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan guru untuk
menyampaikan pelajaran kepada peserta didik, karena penyampaian itu
berlangsung dalam interaksi edukatif, metode pembelajaran dapat diartikan
sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan
peserta didik pada saat berlangsungnya pengajaran. Dengan demikian, metode
tercapai tujuan pelajaran tersebut”.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud
dengan metode pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui oleh
seorang guru untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan belajar pembelajaran guna
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
a. Metode Brain Storming
Metode Brain Storming atau curahan pendapat atau sumbangan saran merupakan
teknik yang dikembangkan oleh Osborn yang dapat diterapkan untuk memecahkan
suatu masalah dalam kelompok kecil (sekitar 5 dampai 8 orang) dengan menggali
gagasan-gagasan sebanyak mungkin dari anggota kelompok. Metode curah pendapat
Brain Storming adalah metode curah pendapat pengumpulan sejumlah besar gagasan
dari sekelompok orang dalam waktu singkat, digunakan dalam pemecahan masalah
masalah yang kreatif dan dapat digunakan sendiri atau sebagai bagian dari strategi
lain, kegiatan curah pendapat membangkitkan semangat dalam belajar berkemlompok
memunculkan ide kreatif peseta didik.13
anggota kelompok mengeluarkan pendapatnya. Teknik kelompok Brain Storming
adalah pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok yang peserta didiknya memiliki
latar belakang pengetahuan dan pengalaman yang berbeda-beda. Kegiatan ini
dihimpun untuk menghimpun gagasan dan pendapat dalam rangka menemukan,
memilih, dan menentukan berbagai pernyataan sebagai jawaban terhadap pertanyaan
yang berkaitan dengan kebutuhan belajar, sumber-sumber, hambatan dan lain
sebagainya. Tiap peserta didik diberi kesempatan secara bergiliran untuk
menyampaikan pernyataan tentang pendapat atau gagasanya. Peserta yang tidak
sedang menyatakan buah pikiranya tidak boleh mengkritik atau mendebat terhadap
gagasan atau pendapat yang sedang disampaikan peserta didik lainya. Pendapat atau
gagasan iu ditulis di papan tulis atau kertas selembar yang telah disediakan. Selesai
ditulis, pendapat atau gagasan itu dikaji dan dinilai oleh kelompok tersebut atau oleh
suatu tim yang ditunjuk untuk melakukan kajian tersebut.15
Hasil belajar yang diharapkan ialah agar anggota kelompok belajar menghargai
pendaat orang lain, menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri dalam
Curah pendapat ini dapat digunakan untuk menghimpun sebanyak mungkin
pernyataan tentang kebutuhan, gagasan, pendapat dan jawaban tentang berbagai
alternative pemikiran yang menghadapi masalah curah pendapat dapat dilakukan pula
khususnya untuk memecahkan masalah baru atau untuk menentukan cara-cara dalam
menghadapi masalah lama. Teknik ini tepat digunakan karena dalam waktu singkat
dapat terhimpun gagasan, pendapat dan jawaban yang inovatif, asal saja tidak
terdapat kritik yang menghambat spontanitas penyampaian pernyataan oleh peserta
didik. Dengan teknik ini akan terjadi situasi belajar yang saling memupuk dan saling
melengkapi saran dan pendapat diantara peserta didik. Perlu diperhatikan bahwa
penggunaan teknik ini akan tepat apabila telah terdapat situasi saling mengenal antar
peserta didik, serta mereka telah dimotivasi terlebih dahulu.17
Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa metode Brain Storming atau
curah pendapat atau ide-ide dari peserta didik dengan bebes tanpa seleksi yang akan
menunjang daya pikir kreatifnya dan akan lebih memperkaya pengalaman peserta
didik, dalam hal ini dapat menghubungkan idea tau hal-hal yang sebelumnya tidak
1) Tidak Ada Kritik
Guru tidak boleh mengkritik ide yang disampaikan oleh peserta didik, setiap ide
diperbolehkan. Peserta didik juga tidak boleh mengkritik ide dalam tahapan
pengeluaran ide.
2) Bebas dan Santai
Setiap peserta didik bebas mengeluarkan ide setiap saat selama waktu
pengemukaan ide.
3) Fokus Pada Kuantitas Ide ( bukan kuantitas )
Tujuannya untuk menghasilkan ide sebanyak mungkin pada tahap awal kegiatan.
4) Setiap Ide Harus Dicatat
Setiap ide harus ditulis, walupun bukan merupakan ide yang bagus.
b. Langkah-langkah penggunaan metode Brain Storming
1. Pendidik menyusun pertanyaan-petanyaan tentang kebutuhan belajar,
sumber-sumber dan atau kemungkinan-kemungkinan hambatan pembelajaran. Sebagai
contoh adalah sebagai berikut:
b) Untuk menyelenggarakan kegiatan belajar agar kebutuhan belajar itu dapat tercapai, sumber-sumber apa saja yang dapat digunakan.
c) Dalam melakukan kegiatan belajar, hambatan-hambatan apakah yang mungkin timbul.
2. Pendidik menyampaikan pertanyaan-pertanyaan 1a, 1b dan 1c secara berurutan kepada peserta didik dalam kelompok. Sebelum menjawab pertanyaan, para peserta didik diberi waktu sekitar 3-5 menit untuk memikirkn alternative jawabanya.
3. Pendidik menjelaskan aturan-aturan yang harus di perhatikan oleh peserta didik, yaitu: setiap orang menyampaikan satu pendapat, mengemukakan pendapat atau gagasan dengan cepat, menyampaikan jawaban secara langsung, dan menghindarkan diri untuk mengkritik atau menyela (menginterupsi) pendapat orang lain.
mengomentari gagasan yang dikemukakan peserta didik lainya baik komentar positif atau komentar negative.
5. Pendidik boleh menunjuk seorang penlis untuk mencatat pendapat dan jawaban yang diajaukan oleh peserta didik dan dapat pula menunjuk sebuah tim untuk mengevaluasi proses dan hasil penggunaan teknik ini. Pendidik dapat memimpin kelompok dalam mengevaluasi jawaban dan pendapat yang terkumpul. Pendidik menghindarkan kegiatan dari dominasi seorang peserta didik dalam menyampaikan pendapat dan gagasan.
c. Keunggulan dan Kelemahan Metode Brain Storming
1. Kenggulan metode Brain Storming
a) Dapat merangsang semua peserta didik untuk mengemukakan pendapat atau gagasan baru.
b) Menghasilkan jawaban atau pendapat secara berurutan.
c) Penggunaan waktu dapat dikontrol dan teknik ini dapat diguanakan dalam kelompok besar atau kecil.
(2) Melatih peserta didik berfikir secara tepat dan tersusun logis.
(3) Merangsang peserta didik untuk selalu siap berpendapat yang berhubungan dengan masalah yang diberikan oleh guru.
(4) Meningkatkan partisipasi peserta didik dalam menerima pelajaran.
(5) Peserta didik yang kurang aktif yang kurang aktif mendapat bantuan dari temannya yang pandai atau dari guru.
(6) Terjadi persaingan sehat.
(7) Peserta diidk merasa bebas dan gembira.
(8) Suasana demokrasi dan disiplin dapat ditumbuhkan.19
Berdasarkan kedua pendpat diatas, dapat ditemukan keunggulan yang di ungkapkan adalah sama, yaitu ‘anak-anak akrif menyampaikan pendapatnya’. Karena peserta didik aktif menyampaikan pendapatnya, maka diharapkan peserta didik dapat berpikir kreatif dan inovatif dalam menyelesaikan permasalahan dalam bentuk matematika.
2. Kelemahan metode Brain Storming
(3) Peserta didik cenderung beranggapan bahwa semua pendapatnya diterima. (4) Memerlukan evalusi lanjutan untuk menentukan prioritas pendapat yang
disampaikan.20
2. Komunikasi Matematis
a. Pengertian Komunikasi Matematis
Kata komunikasi berasal dari kata communication yang dalam Kamus Inggris-Indonesia berarti hubungan. Dalam Kamus Besar Bahasa Inggris-Indonesia disebutkan bahwa komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.21 Komunikasi secara konseptual yaitu memberitahukan dan menyebarkan berita, pengetahuan, pikiran-pikiran dan nilai-nilai dengan maksud untuk menggunggah partisipasi agar hal-hal yang diberitahukan menjadi milik bersama.
1) Komunikasi lisan (komunikasi verbal), proses penyampaian tersebut di sampaikan secara lisan melalui apa yang diucapkan ddari mulut.
2) Komunikasi non lisan (non verbal), proses penyampaian informasi tersebut disampaikan secara non lisan. Proses penyampaian informasi tersebut dapat berupa tulisan, isyarat atau pun gerak gerik.22
Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain merupakan dasar untuk segala yang kita kerjakan. Grafik, bagan, peta, lambang-lambang, diagram, persamaan matematik, dan demonstrasi visual, sama baiknya dengan kata-kata yang ditulis atau dibicarakan, semuanya adalah cara-cara berkomunikasi yang sering kali digunakan dalam ilmu pengetahuan.23 Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara visual. Komunikasi adalah suatu proses, bukan hal yang statis. Implikasi dari hal ini adalah bahwa komunikasi memerlukan tempat, dinamis, menghasilkan perubahan dalam usaha mencapai hasil, melibatkan interaksi bersama, serta melibatkan suatu kelompok.24
maupun orang lain, sehingga akan meningkatkan sikap positif terhadap matematika
baik dari dalam diri sendiri maupun orang lain 25. Sementara itu Dona Dinda Pratiwi mejelaskan Komunikasi matematis adalah cara untuk menyampaikan ide-ide
pemecahan masalah, strategi maupun solusi matematika baik secara tertulis maupun
lisan. Sedangkan, kemampuan komunikasi matematis dalam pemecahan masalah
menurut National Council of Teachers of Mathematics dapat dilihat ketika peserta
didik menganalisis dan menilai pemikiran dan strategi matematis orang lain dan
menggunakan bahasa matematika untuk menyatakan ide matematika dengan tepat.
Selain itu, menurut riset Schoen, Bean, dan Zieberth dalam Bistari kemampuan
memberikan dugaan tentang gambar-gambar geometri juga termasuk kemampuan
komunikasi matematis26.
Masalah matematika yang diberikan kepada peserta didik di sekolah,
dimaksutkan untuk melatih peserta didik mematangkan kemampuan intelektualnya
dalam memahami ide, interprestasi ide dan memperoleh solusi dari setiap masalah
yang dihadapi. Komunikasi matematis menurut NCTM adalah kemampuan peserta
kemampuan peserta didik untuk mengkontruksikan dan menjelaskan sajian fenomena
dunia nyata secara grafis, kata-kata/kalimat, persamaan, tabel dan sajian secara fisik
atau kemampuan peserta didik memberikan dugaan tentang gambar-gambar
geometri.27
Pernyataan tentang pentingnya komunikasi matematis dikemukakan oleh
Baroody, setidaknya ada dua alasan penting yang menjadikan komunikasi dalam
pembelajaran matematika perlu menjadi fokus perhatian yaitu: (1) matematika
sebagai bahasa: matematika bukan hanya sebagai alat bantu berfikir, alat untuk
menemukan pola, atau menyelesaikan masalah, tetapi juga matematika sebagai alat
bantu yang baik untuk mengkomunikasikan macam-macam ide sehingga jelas, tepat,
dan ringkas, dan (2) pembelajaran matematika sebagai aktivitas sosial: dalam
pembelajaran matematika interaksi antar peserta didik, komunikasi peserta didik
dengan pengajar merupakan bagian yang cukup penting untuk mengembangkan
potensi peserta didik.28
Berdasarkan pengertian komunikasi matematis di atas dapat disimpulkan bahwa
matematika dengan bahasa sendiri dalam bahasa atau simbol matematika, karena
matematika merupakan salah satu bahasa yang kaya simbol-simbol ini memiliki
makna yang tersirat yang penting untuk direpresentasikan.
b. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis
Idikator kemampuan komunikasi matematis merupakan salah satu acuan
kompetensi komunikasi matematis dapat tercapai atau tidak. Idikator-indikaor untuk
mengukur kemampuan komunikasi matematis yang digunakan dalam penelitian ini
diantaranya:
Sumarmo mengidentifikasi indikator-indikator komunikasi matematis meliputi
kemampuan :
1) Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika. 2) Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika, secara lisan dan tulisan
dengan benda nyata, gambar, grafik dan diagram.
3) Menyatakan peristiwa sehari-hari ke dalam bahasa atau simbol matematika. 4) Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika.
5) Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis.
6) Membuat konjektur, menyusun argument, merumuskan definisi dan generalisasi.
Komunikasi matematis yang akan dicapai peserta didik dapat dilihat dari
kesanggupan atau kecakapan peserta didik dalam menyesaikan soal-soal tes
matematika yang memuat tujuh indikator komunikasi matematis.
.
3. Kecerdasan Majemuk
a. Pengertian Kecerdasan
Pengertian kata kecerdasan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa artinya perihal cerdas, intelegensi, kesempurnaan perkembangan akal budi,
kepandaian ketajaman pikiran.30 Menurut Suharsono menyebutkan bahwa kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan masalah secara benar, yang secara relatif
lebih cepat dibandingkan dengan usia biologisnya.31 Sedangkan Howard Gardner
mengemukakan pengertian kecerdasan mencakup tiga kemampuan. Pertama,
kemampuan untuk memecahkan suatu masalah yang terjadi, Kedua kemampuan
untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk di selesaikan dan Ketiga
kemampuan untuk menciptakan suatu yang akan muncul untuk menciptakan
penghargaan dalam budaya seorang individu.32
dan positif, semakin tinggi nilai kecerdasan seseorang semakin tinggi kemampuan
kognitifnya.33
Berdasarkan teori di atas kecerdasan adalah kemampuan mengembangkan
kognitif seseorang, semakin tinggi nilai kecerdasan seseorang semakin tinggi
kemampuan kognitifnya. Pada umumnya orang yang cerdas memiliki prinsip pada
hidupnya, orang seperti ini tidak pernah berhenti bertanya sampai ia menemukan
jawaban dari masalahnya. Orang yang cerdas, hanya menyimpan Informasi yang
penting saja dan akan membuang masalah yang telah diselesaikan.
Setiap peserta didik memiliki perbedaan dengan peserta didik yang lain, begitu
pula dengan kecerdasan yang dimiliki. Pengalaman dari masing-masing peserta didik
dalam kehidupan menunjukkan bahwa masing-masing profil kecerdasan yang
berdeda-beda.
1) Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan :
a) Pembawaan
Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir.
ada yang kurang pintar. Meskipun menerima latihan dan pelajaran yang sama,
perbedaan-perbedaan itu masih tetap ada.
b) Kematangan
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Organ baik fisik maupun psikis dapat dikatakan matang apabila dapat
menjalankan fungsinya masing-masing.
c) Pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi
perkembangan kecerdasan. Dapat dibedakan pembentukan sengaja (seperti
yang dilakukan di sekolah) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam
sekitar).
d) Minat dan pembawaan yang khas
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan
bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan
(motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Motif
e) Kebebasan
Kebebasan berarti bahwa manusia dapat memilih metode-metode tertentu
dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia memiliki kebebasan memilih
metode, dan bebas pula memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya.
Dengan adanya kebebasan ini berarti bahwa minat itu tidak selamanya
menjadi syarat dalam perbuatan inteligensi.34
2) Karakteristik Umum dalam Kecerdasan antara lain:
a) Kemampuan untuk belajar dan mengambil manfaat dari pengalaman;
b) Kemampuan untuk belajar atau menalar secara abstrak;
c) Kemampuan untuk beradaptasi terhadap hal-hal yang timbul dari perubahan
dan ketidakpastian lingkungan;
d) Kemampuan untuk memotivasi diri guna menyelesaikan secara tepat
tugas-tugas yang perlu diselesaikan.35
b. Pengertian Kecerdasan Majemuk
Teori kecerdasan majemuk (multiple intelligences) ditemukan dan dikembangkan
berjudul Frames of Mind pada tahun 1983 kemudian pada tahun 1993
mempublikasikan bukunya yang berjudul Mulptiple Intelligences, setelah melakukan
banyak penelitian dan implikasi kecerdasan majemuk di dunia pendidikan. Menurut
Gardner kecerdasan adalah potensi biopsy kologi yang artinya semua makhluk yang
bersangkutan mempunyai potensi untuk menggunakan sekumpulan bakat yang
dimiliki oleh jenis makhluk itu. Suparno juga mengutip pendapat Gardner,
kecerdasan atau inteligensi adalah kemampuan untuk memecahkan persoalan dan
menghasilkan produk dalam suatu seting yang bermacam-macam dan dalam situasi
yang nyata. William Stern juga menyatakan bahwa intelegensi ialah kesanggupan
untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat
berpikir yang sesuai dengan tujuannya.
Sedangkan kata “majemuk” berarti terdiri atas beberapa bagian yang merupakan
satu kesatuan.36
Jadi berdasarkan beberapa pernyataan di atas, penulis dapat menyimpulkan
pertama, kecerdasan majemuk adalah suatu kemampuan berpikir yang terdiri dari
memecahkan suatu persoalan dan menghasilkan produk baru dalam situasi yang
nyata.
c. Jenis-Jenis Kecerdasan Majemuk
Gardner mengungkapkan ada sembilan kecerdasan majemuk sebagai berikut:
1) Kecerdasan Linguistik (Linguistic Intelligence)
Kecerdasan Linguistik adalah kemampuan bertutur kata, baik secara tulisan
maupun lisan. Orang yang memiliki jenis kecerdasan ini juga memiliki
keterampilan auditori (berkaitan dengan pendengaran) yang sangat tinggi dan
mereka belajar melalui mendengar. Mereka gemar berbicara dan suka
bercengkerama dengan kata-kata. Kecerdasan linguistik juga gemar dalam
permainan teka-teki silang atau bermainan scrabble dan senang menceritakan
lelucon yang lazim merupakan permainan kata.
Menurut Armstrong, kecerdasan linguistik adalah kemampuan menggunakan
kata-kata secara efektif. Kecerdasan ini terlihat dari kemampuan dan kepekaan
seseorang dalam penggunaan bahasa. Seseorang yang memiliki kecerdasan
Kecerdasan ini ditandai dengan kemampuan berpikir secara konseptual.
Biasanya individu dengan kemampuan berpikir yang baik, suka mengeksplorasi
pola, kategori dan hubungan, juga menyukai puzzle atau sesuatu yang
membutuhkan nalar. Suparno mengutip pendapat Gardner, bahwa kecerdasan
logis-matematis adalah kemampuan yang berkaitan erat dengan penggunaan
bilangan dan logika secara efektif, seperti dipunyai seorang matematikus, saintis,
programer, dan logikus. Juga termasuk kepekaan terhadap pada pola logika,
abstraksi, kategorisasi, dan perhitungan. Kecerdasan ini memiliki ciri antara lain:
menghitung problem aritmatika dengan cepat di luar kepala, suka mengajukan
pertanyaan yang sifatnya analisis, ahli dalam permainan catur, mampu
menjelaskan masalah secara logis, suka merancang eksperimen untuk
membuktikan sesuatu, menghabiskan waktu dengan permainan logika seperti
teka-teki, berprestasi dalam Matematika dan IPA. Kecerdasan ini berupa
kemampuan untuk melakukan analisis dan berfikir ilmiah. Kecerdasan ini terlihat
menonjol di kalangan peneliti dan ilmuwan-ilmuwan terkenal.
menggambarkan suatu benda/hal dalam pikiran kemudian ke dalam bentuk nyata,
dan dapat mengungkapkan data dalam suatu grafik. Kecerdasan ini memiliki kemampuan dalam memvisualisasikan apa yang ada di benaknya lewat gambar,
susunan balok, mampu menerjemahkan gambaran dalam pikirannya ke dalam bentuk dua atau tiga dimensi, juga memahami tata letak, arah, dan posisiyang baik. Kecerdasan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: memberikan gambaran
visual yang jelas ketika menjelaskan sesuatu, mudah membaca peta atau diagram, menggambar sosok orang atau benda persis aslinya, senang melihat
film, slide, foto, atau karya seni lainnya, sangat menikmati kegiatan visual, seperti teka-teki atau sejenisnya, suka melamun dan berfantasi, mencoret-coret di atas kertas atau buku tugas sekolah, lebih memahamai informasi lewat gambar
dari pada kata-kata atau uraian; kesembilan, menonjol dalam mata pelajaran seni. Contoh pemilik kecerdasan ini adalah para pelaut yang menggunakan pemetaan
bintang-bintang dalam menentukan lokasinya.
4) Kecerdasan Kinestetik-Badani(Bodily-Kinesthetic Intelligence)
sebagai berikut: banyak bergerak ketika duduk atau mendengarkan sesuatu, aktif
dalam kegiatan fisik seperti berenang, bersepeda, hiking atau skateboard, perlu menyentuh sesuatu yang sedang dipelajarinya, menikmati kegiatan melompat,
lari, gulat atau kegiatan fisik lainnya, memperlihatkan keterampilan dalam bidang kerajinan tangan seperti mengukir, menjahit, memahat, pandai menirukan gerakan, kebiasaan atau prilaku orang lain, bereaksi secara fisik terhadap
jawaban masalah yang dihadapinya, suka membongkar berbagai benda kemudian menyusunnya lagi, berprestasi dalam mata pelajaran olahraga dan yang bersifat
kompetitif.
5) Kecerdasan Musikal (Musical Intelligence)
Menurut Gardner kecerdasan musikal ini adalah kemampuan untuk
mendengarkan, mengekspresikan, dan menikmati bentuk-bentuk musik dan suara, juga peka terhadap ritme, melodi dan intonasi, kemampuan: memainkan
atau bersenandung untuk diri sendiri atau orang lain, mudah mengikuti irama
musik, mempunyai suara bagus untuk bernyanyi, berprestasi bagus dalam mata pelajaran musik.
6) Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Intelligence)
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk memahami dan
berinteraksi secara efektif dengan orang lain. Kecerdasan ini melibatkan banyak hal meliputi kemampuan berempati, kemampuan memimpin dan kemampuan
mengorganisir orang lain. Menurut Anna Craft, kecerdasan ini adalah kemampuan untuk memahami dan berhubungan dengan orang lain. Contohnya adalah ketua kelas yang bertanggung jawab, guru, konselor dan public figure.
Kecerdasan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: mempunyai banyak teman, suka bersosialisasi di sekolah atau di lingkungan tempat tinggalnya, banyak
Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan mengenali dan memahami diri
sendiri, serta mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya, suasana hatinya, temperamennya, keinginan dan motivasi dirinya. Kristanto juga menjelaskan
orang yang memiliki kecerdasan ini berhubungan dengan kesadaran dan pengetahuan akan dirinya sendiri dan melakukan disiplin diri, sangat menghargai nilai (aturan-aturan), etika (sopan santun) dan moral. Orang yang memiliki
kecerdasan ini dapat ditandai dengan beberapa hal sebagai berikut: memperlihatkan sikap independen dan kemauan kuat, bekerja atau belajar
dengan baik seorang diri, memiliki rasa percaya diri yang tinggi, banyak belajar dari kesalahan masalalu, berpikir fokus dan terarah pada pencapaian tujuan, banyak terlibat dalam hobi atau proyek yang dikerjakan sendiri.
8) Kecerdasan Naturalis (Naturalist Intelligence)
Kecerdasan naturalis adalah kecerdasan yang suka terhadap hal-hal yang
berkebun atau dekat dengan taman dan memelihara binatang, menghabiskan
waktu didekat akuarium atau sistem kehidupan alam, suka membawa pulang serangga, daun bunga atau benda alam lainnya, berprestasi dalam mata pelajaran
IPA, Biologi, dan lingkungan hidup. Keunikan yang dikemukakan Gardner adalah, setiap kecerdasan dalam upaya mengelola informasi bekerja secara spasial dalam sistem otak manusia.Tetapi pada saat mengeluarkannya, ke delapan
jenis kecerdasan itu bekerjasama untuk menghasilkan informasi sesuai yang dibutuhkan.37
Berdasarkan kedelapan kecerdasan majemuk diatas, peneliti hanya menggunkan tiga kecerdasan manjemuk yaitu kecerdasan logis matematis, kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal. Kecerdasan logis matematis yaitu
keecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik dalam berfikir secara konseptual, kecerdasan interpersonal yaitu kemampuan peserta didik untuk berinteraksi dengan
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Fentty Sukistiawati “Pengaruh Metode
Pembelajaran Brain Storming Dan Self-Esteem Terhadap Kecerdasan
Interpersonal Siswa Remaja Di SMK Negeri 7 Samarinda” hasil penelitian
diperoleh nilai korelasi antara metode pembelajaran Brain Storming dan
self-esteem dengan kecerdasan interpersonal sebesar F= 37.733, R2= 0,452 dan
p=0,000 (nilai p = 0,000 < 0,005).
Adapun yang menjadi persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Fentty
Sukistiawati dengan penelitian ini terletak pada metode pembelajaran brain
storming dan kecerdasan interpersonal sedangkan perbedaannya adalah pada
penelitian ini Fentty Sukistiawati menggunakan dua metode dan kecerdasan
interpersonal pada penelitian ini menggunakan satu metode dan tiga
kecerdasan yaitu kecerdasan logis matematis, kecerdasan intrapersonal dan
kecerdasan interpersonal.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Sigit Adi Wibowo “Penerapan Model
menjelaskan ide/gagasan secara lisan atau tulisan dari kondisi awal (20%)
meningkat menjadi (77,14%), 2) kemampuan siswa menyatakan suatu situasi,
gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam bahasa, simbol, ide, atau model
matematika dari kondisi awal (20%) meningkat menjadi (68,57%), 3)
kemampuan siswa mendengarkan dan berdiskusi tentang matematika dari
kondisi awal (22,86%) menjadi menjadi (71,43%). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Knisley dengan metode
Brain Storming dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi matematik.
Adapun yang menjadi persamaan antara peneliti yang dilakukan oleh Sigit
Adi Wibowo adalah pengukuran pencapaian penelitian yaitu peningkatan
komunikasi matematis dengan menggunakan metode brain storming.
Perbedaan antara penelitian yang dilakukan Adi Wibowo mata pembelajaran
akutansi sedangkan penelitian ini lebih focus pada mata pembelajaran
matematika.
memberikan jawaban sementara terhadap permasalahan yang diteliti. Di dalam
penelitian ini adalah pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Brain
Storming dengan lambang (X1) dan kecerdasan majemuk peserta didik dengan
lambang (X2), serta variabel terikat (Y) meningkatkan komunikasi matematis peserta
didik.
Kecerdasan majemuk merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keberhasilan belajar peserta didik. Kecerdasan majemuk meliputi kemampuan untuk
menggunakan kata-kata, mampu berfikir secara konseptual, mampu berinteraksi baik
dengan orang lain. Peserta didik dengan kecerdasan majemuk yang baik akan mampu
berfikir secara konseptual dengan baik sehingga kinerja otak dapat berfungsi lebih
baik, dapat memotivasi dirinya sendiri, serta peserta didik juga lebih mudah dalam
menerima pelajaran matematika sehingga peserta didik dengan kecerdasan majemuk
yang baik dapat mengkomunikasikan komunikasi matematis dalam belajar
matematika.
Selain itu metode juga yang di gunakan pendidik juga dapat mempengaruhi
Storming peserta didik juga diberi kebebasan untuk mencurahkan idea atau
pendapatnya secara bebas atau cara dalam menyelesaikan setiap permasalahan dalam
soal matematika.
Adapun kerangka pemikiran yang peneliti akan paparkan sebagai berikut :
Tabel 2.1
Bentuk Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka penulis mengajukan hipotesis
sebagai berikut:
1. Hipotesis Teoritis
a. Terdapat pengaruh metode pembelajaran Brain Storming dan metode
pembelajaran ekspositori terhadap kemampuan komunikasi matematis peserta
didik.
b. Terdapat pengaruh kecerdasan majemuk antara peserta didik terhadap
komunikasi matematis peserta didik.
c. Terdapat interaksi penggunaan metode pembelajaran Brain Storming terhadap
kecerasan majemuk untuk meningkatkan komunikasi matematis peserta didik.
2. Hipotesis Statistik
H1A : paling sedikit ada satu βi 0 (terdapat pengaruh metode pembelajaran
Brain Storming dan metode pembelajaran ekspositori terhadap kemampuan komunikasi matematis peserta didik)
b. H0B : βj = 0 untuk setiap j = 1, 2, 3 (tidak terdapat pengaruh kecerdasan
majemuk antara peserta didik terhadap komunikasi matematis peserta
didik)
H1B : paling sedikit ada satu βj 0{terdapat pengaruh kecerdasan majemuk
antara peserta didik terhadap komunikasi matematis peserta didik)
c. H0AB : (αβ)ij = 0 untuk setiap i = 1, 2 dan j = 1, 2, 3 (tidak terdapat interaksi
penggunaan metode pembelajaran Brain Storming terhadap kecerasan majemuk untuk meningkatkan komunikasi matematis peserta didik)
H1AB : paling sedikit ada satu (αβ)ij 0 (terdapat interaksi penggunaan metode
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Metode adalah suatu hal lain dalam dunia keilmuan yang diletakkan pada
masalah sistem. Dalam arti sesungguhnya, maka metode (Yunani=methodes) adalah cara atau jalan. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah
cara kerja yaitu cara kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu
yang bersangkutan.38 Menurut Muhibbin Syah metode diartikan sebagai cara
melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta
dan konsep-konsep secara sistematis.39 Dalam penelitian ini metode merupakan
faktor yang sangat penting untuk menentukan keberhasilan suatu penelitian karena
metode ini menyangkut cara kerja yang akan dilakukan dalam suatu penelitian yang
menyangkut proses pengumpulan data sampai penulisan laporan.
Berdasarkan pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa metode adalah suatu
yang tidak mengalami variabel bebas. Hal ini sesuai dengan ciri dari metode quasy eksperimental yakni peneliti tidak mampu meletakkan subjek secara random pada kelas eksperimental atau kelompok kontrol, yang dapat dilakukan peneliti adalah
mencari kelompok subyek yang diterpa variabel bebas dan kelompok lain yang tidak
mengalami variabel bebas, serta peneliti tidak dapat mengenakan variabel bebas kapan dan kepada siapa saja yang dikehendakinya.40
Penelitian Eksperimen Semu (Quasi- Experimental Research) yaitu jenis eksperimen yang dianggap sudah baik karena sudah memenuhi persyaratan. Yang
dimaksud dengan persyaratan dalam eksperimen adalah adanya kelompok lain yang
tidak dikenai eksperimen dan ikut mendapatkan pengamatan.41 Senada dengan
pendapat yang disampaikan oleh Sugiyono, Quasy Eksperimental Design, yaitu jenis
eksperimen yang mempunyai kelompok kontrol tetapi tidak dapat berfungsi
sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi
Kelas pertama adalah kelas eksperimen, yaitu peserta didik mendapat pembelajaran
dengan menggunakan metode Brain Storming, sedangkan kelas kedua adalah kelas kontrol, yaitu peserta didik mendapat pembelajaran dengan menggunakan medode
pembelajaran konvensional.
B. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas
Variabel Independen (variabel bebas) yaitu variabel yang cenderung
mempengaruhi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran
matematika dengan menggunakan metode Brain Storming dengan lambang (X1)
dan kecerdasan majemuk peserta didik dengan lambang (X2).
2. Variabel Terikat
Variabel Dependen (variabel terikat) yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas, dalam hal ini yang menjadi
variabel terikatnya adalah meningkatkan komunikasi matematis dengan lambang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penulis untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.43 Populasi yang akan digunakan
peneliti yaitu semua peserta didik kelas VIII MTs Ma’arif 01 Punggur tahun pelajaran
2016/2017 yang berjumlah 118 peserta didik yang terbagi dalam 4 kelas yakni terdiri
dari kelas VIII A sampai dengan VIII D.
2. Sampel Penelitian
Dalam kegiatan penelitian untuk menjangkau keseluruhan dari obyek tersebut
tidak munkin dilakukan. Untuk mengatasinya perlu dipergunakan teknik sampling
yaitu “prosedur untuk mendapatkan dan mengumpulkan karakteristik yang berada di
dalam populasi meskipun data itu tidak diambil secara keseluruhan melainkan hanya
sebagian saja. Dan bagian dari populasi tersebut disebut sampele yang dianggap dapat
mewakili populasinya”.44 Suharsimi Arkuito mendefinisikan sampel adalah
“Sebagian atau wakil dari populai yang diteliti”.45 Jadi sampel adalah bagian dari
populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang dianggap bisa mewakili
populasi. Dalam penelitian ini diambil dua kelas pada kelas VIII MTs Ma’arif 01
menggunakan metode Brain Storming, dengan jumlah 30 peserta didik.
b) Kelas VIII A sebagai kelas kontrol, pembelajaran pada kelas ini menggunakan
pembelajaran konvensional dengan jumlah 28 peserta didik.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik sampling adalah suatu cara pengambilan sampel, pada penelitian ini
teknik sampling yang digunakan adalah dengan teknik acak kelas, yaitu strategi
pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara memilih kertas secara acak.
Penerapan teknik sampling pada penelitian ini dilakukan dengan cara undian. Adapun
langkah-langkahnya adalah 1) Membuat undian dari keempat kelas yaitu dengan cara
menuliskan huruf subyek kelas VIII A sampai dengan kelas VIII D pada kertas kecil,
satu huruf untuk setiap kelas. 2) Kertas digulung dan diundi dengan melakukan dua
kali pengambilan, hingga terpilih 2 buah huruf. 3) Pada undian tersebut yang pertama
kali muncul berfungsi sebagai kelas eksperimen yaitu metode Brain Storming dan yang muncul pada undian berikutnya berfungsi sebagai kelas kontrol yaitu dengan
metode pembelajaran konvensional.
Kecerdasan Majemuk (Bj)
Metode Brain Storming (A1) (A1B1) (A1B2) (A1B3)
Metode pembelajaran Konvensional
A1B1: Kecerdasan logis-matematika peserta didik melalui metode Brain Storming
konvensional
E. Teknik Pengumpulan Data
Data merupakan keterangan mengenai sesuatu. Keterangan ini berbentuk angka
atau bilangan ini disebut data kwantitatif dan berbentuk kalimat atau uraian disebut
data kwalitatif.46
1. Metode Tes
Tes meerupakan seperangkat rangsangan (stimulus) yang diberikan kepada
seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi
skor angka.47 Dalam penelitian ini tes yang dilakukan adalah tes awal (pretest) dan
tes akhir (posttest) dengan soal yang sama berupa soal uraian (essay). Tes awal
(pretest) dilakukan untuk mengetahui penguasaan materi awal peserta didik, tes akhir
(posttest) dilakukan untuk mengetahui komunikasi matematis peserta didik setelah
dilakukan penerapan metode pembelajaran Brain Storming.
2. Angket
Kuesioner/angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup. Bentuk kuesioner yang dipergunakan
dalam penelitian ini adalah kuesioner pertanyaan tertutup dimana responden
disediakan alternatif jawaban dalam bentuk checklist. Kuesioner ini ditujukan kepada
peserta didik MTs Ma’arif 01 Punggur Lampung Tengah untuk mengetahui
kecerdasan majemuk peserta didik.
Dalam penelitian ini angket kecerdasan majemuk yang digunakan adalah angket
baku, tujuannya yaitu agar dapat mengetahui kecerdasan majemuk peserta didik.
Angket kecerdasan majemuk terdiri 21 butir angket, yang terdiri 7 anket kecerdasan
logis matematis, 7 angket kecerdasan interpersonal dan 7 angket kecerdasan
intrapersonal.
Metode Observasi
Penelitian berpijak pada fakta lapangan. Bagaimana pelaksanaan tes peserta didik
oleh guru dalam proses kegiatan belajar mengajar matematika. Untuk itu dibutuhkan
informasi sebanyak mungkin untuk mengumpulkan informasi. Menurut Sutrisno Hadi
observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematis atas