• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan Defekasi Normal

Dalam dokumen A. Fungsi Sistem Pencernaan (Halaman 37-41)

Untuk membantu klien berdefekasi secara normal dan tanpa rasa tidak nyaman, sejumlah intervensi dapat menstimulasi refleks defekasi

a. Posisi Jongkok

Perawat mungkin perlu membantu klien yang memiliki kesulitan untuk mengambil posisi jongkok akibat kelemahan otot atau masalah-masalah mobilitas. Klien dapat membeli tempat duduk toilet yang dapat ditinggikan untuk digunakan di rumah. Dengan tempat duduk seperti ini, klien tidak perlu melakukan banyak upaya untuk berdiri atau duduk

b. Mengatur Posisi di Atas Pispot

- Klien yang menjalani tirah baring harus menggunakan pispot untuk defekasi. Wanita menggunakan pispot sebagai tempat untuk mengeluarkan urine dan feses, sementara pria menggunakan pispot hanya untuk defekasi.

- Tesedia dua tipe pispot pispot yang reguler, terbuat dari bahan logam atau plastik yang keras, dengan ujung bagian atas halus dan melengkung serta tepi bagian bawahnya tajam dengan kedalaman sekitar 5 cm

- Bagian ujung atas pispot tersebut memuat bokong dan sakrum, dengan ujung bagian bawahnya tepat berada di bawah paha bagian atas. pispot harus cukup tinggi sehingga feses dapat memasuki pispot. Pispot logam harus dihangatkan dengan air terlebih dahulu, kemudian dikeringkan. - Apabila klien tidak dapat melakukan mobilisasi atau jika tidak aman

membiarkan klien melakukan upaya seperti di atas, klien dapat menggeser badannya ke atas pispot dengan menggunakan langkah-langkah berikut:

♦ Rendahkan kepala tempat tidur yang datar dan bantu klien menggeser badannya ke salah satu sisi, dengan punggung membelakangi Anda.

♦ Taburkan bedak secukupnya ke bagian punggung dan bokong untuk mencegah kulit menempel pada pispot.

♦ Letakkan pispot dengan mantap tepat di bawah bokong, turunkan bedpan yang menempel dengan bokong klien di atas matras dengan bagian yang bercelah mengarah ke kaki klien.

♦ Dengan meletakkan satu tangan pada pispot, letakkan tangan yang lain di sekeliling pinggul distal klien. Minta klien untuk menggeser tubuhnya ke atas pispot, dalam keadaan datar di atas tempat tidur. Jangan menggeser pispot di bawah klien.

♦ Dengan posisi klien yang nyaman, tinggikan kepala tempat tidur 30 derajat.

♦ Letakkan sebuah handuk gulung atau di bawah kurva lumbal punggung klien untuk menambah rasa nyaman.

♦ Tinggikan posisi lutut yang ditekuk atau minta klien menukukan lutut untuk mengambil posisi jongkok. Jangan tinggikan lekukan lutut, jika dikontraindikasikan

c. Katartik dan Laksatif.

Katartik dan laksatif memberi efek jangka pendek mengosongkan usus. Agens ini juga digunakan untuk mengeluarkan feses pada klien yang

Gambar : Posisi di atas pispot .

a. Atas, posisi klien yang tidak benar. b. Bawah, posisi klien yang benar

mengurangi ketegangan pada punggung bagian belakang.

menjalani pemeriksaan saluran GI dan pembedahan abdomen. Katartik dan laksatif tersedia dalam bentuk dosis oral, tablet, dan bubuk supositoria. Supositoria katartik, seperti bisakodil (Dulcolax) dapat bereaksi dalam 30 menit.

d. Agens Antidiare.

Untuk klien yang menderita diare, seringnya pengeluaran feses yang encer merupakan suatu masalah. Kebanyakan agens antidiare yang paling efektif adalah opiat, seperti kodein fosfat, opium tintur (Paregoric), dan difenoksilat (Lomotil). Agens opiat antidiare menurunkan tonus otot usus sehingga memperlambat keluaran feses. Opiat menghambat gelombang peristaltic yang menggerakkan feses ke arah depan, tetapi opiate juga meningkatkan kontraksi segmen yang membuat isi usus tercampur.

e. Enema.

Enema adalah memasukkan suatu larutan ke dalam rektum dan kolon sigmoid. Alasan utama enema ialah untuk meningkatkan defekasi dengan menstimulasi peristaltik. Volume cairan, yang dimasukkan, memecah masa feses, meregangkan dinding rektum, dan mengawali refleks defekasi. Enema juga diberikan sebagai alat transportasi obat-obatan yang menimbulkan efek local pada mukosa rectum.

Perawat memberikan enema dalam guatu paket komersial, unit sekali pakai, atau dengan menggunakan peralatan yang dapat dipakai ulang, yang dipersiapkan sebelum digunakan. Teknik steril tidak perlu dilakukan karena di dalam kolon normalnya mengandung bakteri. Namun demikian, perawat mengenakan sarung tangan untuk mencegah penyebaran mikroorganisme feses.

f. Pengeluaran Feses secara Manual.

Pada klien yang mengalami impaksi, masa feses mungkin terlalu besar untuk dikeluarkan secara volunter. Apabila enema tidak berhasil, perawat harus memecah masa feses dengan jari tangan dan mengeluarkannya bagian demi bagian

Langkah-langkah untuk mengeluarkan feses secara manual ialah sebagai berikut:

a. Jelaskan prosedur. Ukur tanda-tanda vital klien sebelum melakukan prosedur. Bantu klien untuk berbaring miring dengan lutut fleksi dan tubuhnya membelakangi Anda.

b. Selimuti badan dan ekstremitas bawah dengan sebuah selimut mandi dan letakkan alas yang kedap air di bawah bokong. Tempatkan sebuah pispot di samping klien.

c. Kenakan sarung tangan sekali pakai dan lumasi jari telunjuk tangan dominan Anda dengan jeli pelumas.

d. Dengan perlahan masukkan jari telunjuk yang telah mengenakan sarung tangan ke dalam rektum dan masukkan jari lebih dalam secara perlahan di sepanjang dinding rektum menuju umbilikus.

e. Regangkan masa feses dengan mantap, dengan memijat-mijat daerah di sekitarnya. Gerakkan jari ke dalam masa yang mengeras

f. Turunkan feses ke arah bawah menuju ujung rektum. Keluarkan feses sedikit demi sedikit dan buang ke dalam pispot.

g. Kaji kembali denyut janrung klien dan lihat adanya tanda-tanda keletihan. Hentikan prosedur jika denyut jantung menurun secara signifikan atau jika irama jantung klien berubah.

h. Lanjutkan pembuangan feses dari usus sampai bersih dan biarkan klien beristirahat di antara waktu enema tersebut.

i. Begitu prosedur selesai, beri lap basah dan handuk untuk mencuci dan mengeringkan bokong dan daerah anus. Bantu sesuai kebutuhan.

j. Lepaskan pispot dan buang feses. Lepaskan sarung tangan dengan membalik bagian dalam keluar, kemudian buang.

k. Bantu klien ke toilet atau bersihkan pispot jika keinginan untuk defekasi timbul.

l. Cuci tangan. Catat hasil pengeluaran impaksi dengan menguraikan karakteristik feses.

m. Prosedur dapat diikuti dengan pemberian enema atau katartik. n. Kaji kembali tanda-tanda vital klien.

g. Bowel Training (pelatihan defekasi)

Program pelatihan melibatkan pengaturan kegiatan rutin sehari-hari. Klien memperoleh kontrol reflex defekasi dengan berusaha melakukan defekasi pada waktu yang sama setiap hari dan menggunakan tindakan yang dapat meningkatkan defekasi

Program yang sukses dilakukan dengan langkah-langkah berikut:

a. Mengkaji pola eliminasi normal dan mencatat waktu saat klien menderita inkontinensia usus.

b. Memilih waktu sesuai pola klien untuk memulai tindakan pengontrolan defekasi.

c. Memberikan pelunak feses secara oral setiap hari atau suatu supositoria katartik sekurang-kurangnya setengah jam sebelum waktu defekasi yang dipilih (kolon bagian bawah harus bebas dari feses sehingga supositoria menyentuh mukosa usus).

d. Menawarkan minuman panas (teh panas) atau jus buah (us prune) (atau cairan apapun yang secara normal menstimulasi peristaltik klien) sebelum waktu defekasi

f. Menjaga privasi dan menetapkan batas waktu untuk defekasi (15 sampai 20 menit).

g. Menginstruksikan klien untuk menegakkan badan pada pinggul saat duduk di atas tiolet, untuk memberikan tekanan manual dengan menggunakan kedua tangan pada abdomen, dan untuk mengedan tetapi jangan

mengedan untuk menstimulasi pengosongan kolon.

h. Tidak mengritik atau membuat klien frustrasi jika ia gagal melakukan defekasi.

i. Menyediakan makanan yang mengandung cairan dan serat yang adekuat secara teratur.

j. Mempertahankan latihan normal sesuai kemampuan fisik klien. h. PERAWATAN OSTOMI

Ostomi inkontinen membutuhkan sebuah kantong untuk mengumpulkan materi feses. Sistem kantong yang efektif melindungi kulit, menampung materi feses, bebas dari bau yang tidak sedap, dan memberikan rasa nyaman serta tidak menarik perhatian orang. Banyak sistem kantong yang tersedia. Untuk memastikan bahwa kantong terpasang dengan benar dan memenuhi kebutuhan klien, perawat mempertimbangkan lokasi ostomi, tipe dan ukuran stoma, tipe dan jumlah keluaran stoma, ukuran dan kontur abdomen, kondisi kulit di sekitar stoma, aktivitas fisik klien, keinginan pribadi klien, usia,,dan keterampilan klien, serta biaya peralatan

Dalam dokumen A. Fungsi Sistem Pencernaan (Halaman 37-41)

Dokumen terkait