• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSES KEPERAWATAN DAN ELIMINASI FEKAL Pengkajian

Dalam dokumen A. Fungsi Sistem Pencernaan (Halaman 33-37)

Untuk mengkaji pola eliminasi dan menentukan adanya kelainan, perawat melakukan pengkajian riwayat keperawatan, pengkajian fisik abdomen, menginspeksi karikteristik feses, dan meninjau kembali hasil pemeriksaan yang berhubungan

1. RIWAYAT KEPERAWATAN

Banyak riwayat keperawatan dapat dikelompokkan berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi.

a. Penentuan pola eliminasi klien yang biasa, termasuk frekuensi dan waktu defekasi dalam sehari.

b. Identifikasi rutinitas yang dilakukan untuk meningkatkan eliminasi normal. Contoh rutinitas tersebut adalah konsumsi cairan panas, penggunaan laksatif, pengonsumsian makanan tertentu, atau mengambil waktu untuk defekasi selama kurun waktu tertentu dalam satu hari.

c. Gambaran setiap perubahan terbaru dalam pola eliminasi

d. Deskripsi klien tentang karakteristik feses. Perawat menentukan wama khas feses, konsistensi feses yang biasanya encer atau padat atau lunak atau keras e. Riwayat diet. Perawat menetapkan jenis makanan yang klien inginkan dalam sehari. perawat menghitung penyajian buah-buahan, sayur-sayuran, sereal, dan roti

f. Gambaran asupan cairan setiap hari. Hal ini meliputi tipe dan jumlah cairan g. Riwayat olahraga. perawat meminta klien menjelaskan tipe dan jumlah

olahraga yang dilakukannya setiap hari secara spesifik

h. Pengkajian penggunaan alat bantuan buatan di rumah. Perawat mengkaji apakah klien menggunakan enema, laksatif, atau makanan khusus sebelum defekasi.

i. Riwayat pembedahan atau penyakit yang mempengaruhi saluran GI. Informasi ini seringkali dapat membantu menjelaskan gejala-gejala yang muncul.

j. Keberadaan dan status diversi usus. Apabila klien memiliki ostomi, perawat mengkaji frekuensi drainase feses, karakter feses, penampilan dan kondisi stoma

k. Riwayat pengobatan. Perawat menanyakan apakah klien mengonsumsi obat-obatan (seperti laksatif, antasid, suplemen zat besi, dan analgesik) yang mungkin mengubah defekasi atau karakteristik feses.

l. Status emosional. Emosi klien dapat mengubah frekuensi defekasi secara bermakna. Selama pengkajian, observasi emosi klien, nada suara, dan sikap yang dapat menunjukkan perilaku penting yang mengindikasikan adanya stres.

m. Riwayat sosial. Klien mungkin memiliki banyak aturan dalam kehidupannya. Tempat klien tinggal dapat mempengaruhi kebiasaan klien dalam defekasi dan berkemih.

n. Mobilitas dan ketangkasan. Mobilitas dan ketangkasan klien perlu dievaluasi untuk menentukan perlu tidaknya peralatan atau personel tambahan untuk membantu klien.

2. PENGKAJIAN FISIK

Perawat melakukan pengkajian fisik system dan fungsi tubuh yang kemungkinan dipengaruhi oleh adanya masalah eliminasi.

a. Mulut.

Pengkajian meliputi inspeski gigi, lidah, dan gusi klien. Gigi yang buruk atau struktur gigi yang buruk mempengaruhi kemampuan mengunyah.

b. Abdomen.

- Perawat menginspeksi keempat kuadran abdomen untuk melihat warna, bentuk, kesimetrisan, dan warna kulit. Inspeksi juga mencakup memeriksa adanya masa, gelombang peristaltik, jaringan parut, pola pembuluh darah vena, stoma, dan lesi. Dalam kondisi normal, gelombang peristalis tidak terlihat. Namun, gelombang peristaltik yang terlihat dapat merupakan tanda adanya obstruksi usus

- Perawat mengauskultasi abdomen dengan menggunakan stetoskop untuk mengkaji bising usus di setiap kuadran. Bising usus normal terjadi setiap 5 sampai 15 detik dan berlangsung selama ½ sampai beberapa detik. Sambil mengauskultasi, perawat. Memperhatikan karakter dan frekuensi bising usus

 Peningkatan nada hentakan pada bising usus atau bunyi "tinkling" (bunyi gemerincing) dapat terdengar, jika terjadi distensi.

 Tidak adanya bising usus atau bising usus yang hipoaktif (bising usus kurang dari lima kali per menit) terjadi jika klien menderita ileus paralitik, seperti yang terjadi pada klien setelah menjalani pembedahan abdomen.

 Bising usus yang bernada tinggi dan hiperaktif (bising usus 35 kali atau lebih per menit) terjadi pada obstruksi usus dan gangguan inflamasi. - Perawat mempalpasi abdomen untuk melihat adanya masa atau area

nyeri tekan. Penting bagi klien untuk rileks. Ketegangan otot-otot abdomen mengganggu hasil palpasi organ atau masa yang berada di bawah abdomen tersebut

- Perkusi mendeteksi lesi, cairan, atau gas di dalam abdomen.  Gas atau flatulen menghasilkan bunyi timpani.

c. Rektum

Perawat menginspeksi daerah di sekitar anus untuk melihat adanya lesi, perubahan warna, inflamasi, dan hemoroid. Untuk memeriksa rektum, perawat melakukan palpasi dengan hati-hati. Setelah mengenakan sarung tangan sekali pakai, perawat mengoleskan lubrikan ke jari telunjuk. Kemudian perawat meminta klien mengedan dan saat klien melakukannya, perawat memasukkan jari telunjuknya ke dalam sfingter anus yang sedang relaksasi menuju umbilikus klien. Sfingter biasanya berkonstriksi mengelilingi jari perawat. Perawat harus mempalpasi semua sisi dinding rektum klien dengan metode tertentu untuk mengetahui adanya nodul atau tekstur yang tidak teratur. Mukosa rektum normalnya lunak dan halus.

3. Pemeriksaan Lab

a. Tes Guaiak, yaitu pemeriksaan darah samar di feses (fecal occult blood testing, FOBT), yang menghitung jumlah darah mikroskopik di dalam feses. Tes guaiak membantu memperlihatkan darah yang tidak terdeteksi secara visual

b. Visualisasi langsung, Instrumen yang dimasukkan ke dalam mulut_(memperlihatkan saluran Gllagian atas atau upper GI, UGI) atau rektum (memperlihatka-n saluran GI bagian bawah) memungkinkan dokter menginspeksi integritas lendir, pembuluh darah; dan bagian orgun tubuh

c. Endoskop fiberoptik merupakan sebuah instrumen optic yang dilengkapi dengan lensa pengamat, selang fleksibel yang panjang, dan sebuah sumber cahaya pada bagian ujungnya. Alat ini memungkinkun penempatan struktur pada ujung selang dan pemasukkan instrumen khusus untuk biopsi.

d. Visualisasi tidak langsung, apabila visualisasi tidak memungkinkan (seperti struktur GI yang lebih dalam), dokter mengandalkan pemeriksaan sinar-X tidak langsung. Klien menelan media kontras atau media diberikan sebagai enema Salah satu media yang paling umum digunakan adalah barium, suatu substansi radioopaq berwarna putih menyerupai kapur, yang diminumkan ke klien seperti milkshake. Barium digunakan dalam pemeriksaan UGI dan barium enema.

e. Media kontras biasanya dilengkapi dengan penyedap rasa agar rasanya lebih baik.

Diagnosa Keperawatan

Contoh diagnose keperawatan menurut NANDA: 1. Konstipasi yang berhubungan dengan

a. Imobilitas b. Kurang privasi

c. Asupan cairan kurang adekuat

a. Asupan serat kurang adekuat b. Asupan cairan kurang adekuat

c. Penggunaan obat dan enema yang berlangsung lama 3. Konstipasi dirasakan yang berhubungan dengan :

a. Keyakinan atau budaya keluarga tentang kesehatan b. Gangguan proses piker

4. Diare yang berhubungan dengan : a. Stress dan ansietas

b. Asupan diet

5. Inkontinensia defekasi yang berhubungan dengan : a. Keterlibatan neuromuskuler

b. Depresi, ansietas berat

6. Deficit perawatan diri (toileting) yang berhubungan dengan : a. Penurunan kekuatan dan daya tahan tubuh

b. Intoleransi aktivitas

7. Resiko kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan : a. Inkontinensia feses

8. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan : a. Adanya ostomi

b. Inkontinensia feses Intervensi Keperawatan

Rencana keperawatan harus menetapkan tujuan dan kriteria hasil dengan menggabungkan kebiasaan atau rutinitas eliminasi klien sebanyak mungkin. Tujuan perawatan klien dengan masalah eliminasi meliputi hal-hal berikut:

- Memahami eliminasi normal

- Mengembangkan kebiasaan defekasi yang teratur.

- Memahami dan mempertahankan asupan cairan dan makanan yang tepat. - Mengikuti program olahraga secara teratur'

- Memperoleh rasa nyaman.

- Mempertahankan integritas kulit. - Mempertahankan konsep diri. Implementasi

Keberhasilan intervensi keperawatan bergantung pada upaya meningkatkan pemahaman klien dan keluarganya tentang eliminasi fekal. Di rumah, di rumah sakit, atau di fasilitas perawatan jangka panjang, klien yang mampu belajar dapat diajarkan tentang kebiasaan defekasi yang efektif. Perawat harus mengajarkan klien dan keluarga tentang diet yang benar, asupan cairan yang adekuat, dan faktorfaktor yang menstimulasi atau memperlambat peristaltik, seperti stres emosional.

Evaluasi

Keefektifan perawatan bergantung pada keberhasilan dalam mencapai tujuan dan hasil akhir yang diharapkan dari perawatan Secara optimal klien akan mampu mengeluarkan feses yang lunak secara teratur tanpa merasa nyeri. Klien juga akan memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk menetapkan pola eliminasi normal dan untuk mendemonstrasikan keberhasilan yang berkelanjutan, yang diukur berdasarkan interval waktu tertentu dalam suatu periode yang panjang. Klien akan mampu melakukan defekasi secara normal dengan memanipulasi komponen-komponen alamiah dalam kehidupan sehari-hari seperti diet, asupan cairan, dan olahraga. Ketergantungan klien pada tindakan bantuan untuk membantu defekasi seperti enema dan penggunaan laksatif, menjadi minimal. Klien akan merasa nyaman dengan protokol ostomi dan mengidentifikasikan protocol tersebut sebagai sesuatu yang dapat dipraktikkan secara pasti.

BEBERAPA PROSEDUR KEGIATAN DALAM ELIMINASI FEKAL

Dalam dokumen A. Fungsi Sistem Pencernaan (Halaman 33-37)

Dokumen terkait