• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menolong Anak Prasekolah yang Berkebutuhan Khusus

Dalam dokumen publikasi e-konsel (Halaman 142-151)

Anak Hiperaktif

Anak hiperaktif secara klinis berbeda dengan anak yang tidak dapat duduk diam dalam waktu yang lama. Anak hiperaktif sering memiliki perasaan seperti orang yang terkurung dalam kamar dengan televisi, radio, dan dua mesin penyedot debu yang semuanya dinyalakan secara maksimal dalam waktu bersamaan. Bisakah Anda bayangkan betapa berisiknya hal itu? Sebuah kelas sering kali menjadi "terlalu berisik" bagi anak hiperaktif. Anak hiperaktif tidak dapat memilah dan memusatkan pikiran pada satu hal pada satu saat. Mereka cenderung terus menerus bergerak baik secara mental maupun fisik. Karena anak hiperaktif tidak dapat duduk diam, tidak dapat mendengarkan, atau bahkan tidak dapat mengerjakan suatu pekerjaan dalam jangka waktu yang lama, maka mereka mengalihkan perhatian dari satu hal ke hal yang lain dan sering kali mengganggu anak-anak lain pada saat yang sama.

1. Anak hiperaktif membutuhkan kasih dan kesabaran khusus dari Anda. Anak-anak

ini sering kali memerlukan bimbingan dan perhatian ekstra dari para orang dewasa di sekitarnya. Jadi, sangatlah bijaksana jika ada pembimbing tambahan ketika anak hiperaktif menjadi bagian dari kelas Anda. Carilah orang yang baik dan penyayang yang akan memerhatikan kebutuhan-kebutuhan khusus anak tersebut.

2. Bantulah anak hiperaktif untuk memilih aktivitas-aktivitas yang tenang sehingga

dapat menolong mengumpulkan energi mereka pada satu tempat. Anak hiperaktif akan berfungsi paling baik jika ia melakukan aktivitas yang paling minimum gangguannya dan yang bisa memusatkan perhatian mereka.

3. Jangan lupa untuk memerhatikan juga kebutuhan anak-anak lainnya pada saat

yang sama. Anda tidak bisa membiarkan seseorang atau beberapa anak mengganggu anak-anak lainnya untuk hal-hal yang tidak perlu atau membuat kekacauan di kelas.

4. Berbicara secara pribadi, dengan sikap yang penuh kasih dan pengertian,

kepada orang tua si anak hiperaktif. Dapatkan informasi langsung dari orang-orang terdekat tentang cara-cara paling efektif untuk merawat anak mereka. orang tua akan sangat menghargai perhatian Anda terhadap keadaan anak tersebut. Karena orang tua mengenal anaknya lebih baik dibandingkan dengan orang lain, maka mereka pasti dapat memberikan saran bagaimana mengadakan pendekatan yang sudah terbukti dapat membantu.

Anak Pemalu

Anak yang pemalu mungkin cenderung merasa tidak aman dan ketakutan. Mungkin dia memunyai sifat alamiah yang introvert. Setiap anak perlu merasa aman dan dicintai.

143

Jangan pernah memanggil seorang anak "pemalu" (anak itu mungkin mencoba hidup dengan label yang Anda berikan kepadanya!) Jangan memaksakan anak yang pemalu untuk berbicara di kelompok besar. Jangan pernah mempermalukan anak ketika dia memberi respons! Anak yang pendiam biasanya akan merasa lebih aman berbicara dalam kelompok kecil di mana setiap anak berpartisipasi dengan bebas. Anak seperti ini lambat laun bisa memberi respons dalam kelompok besar setelah memiliki banyak pengalaman dalam kelompok kecil yang informal.

Pastikan anak-anak pendiam menerima perhatian dan dorongan semangat pribadi dari Anda. Sangatlah mudah melupakan mereka. Tolonglah anak-anak pemalu secara konsisten agar mereka merasa diterima dan penting tanpa membuat anak itu pusat perhatian kelompok.

Anak Agresif

Anak yang paling memerlukan kasih sayang dan penerimaan biasanya adalah anak yang sikapnya membuat orang lain merasa terganggu dan kesal. Kecenderungan untuk tidak memberikan kasih sayang kepada anak yang bersikap tidak menyenangkan biasanya mengakibatkan tindakan agresif dan tidak baik karena anak itu sangat ingin diperhatikan.

Seperti dengan anak lainnya, peraturan yang baik adalah menerima anak yang agresif apa adanya, tidak memaksa anak berubah agar mendapatkan perhatian Anda. Akan tetapi, setiap kali ada tindakan positif, pastikan ia tahu bahwa Anda menghargai usaha-usahanya. Teladan baik Anda, saat menunjukkan kasih sayang kepada anak-anak agresif dengan mendorong dan menguatkan mereka, akan membantu mengajarkan kepada semua anak cara-cara untuk berhubungan dengan teman yang lain.

Jika anak yang agresif marah atau melukai anak yang lainnya, Anda perlu tegas, tetapi tetap bersikap ramah. Pisahkan anak agresif dari situasi itu. Terangkan dengan jelas sikap-sikap yang diperlukan agar dia bisa kembali ke kelompok itu. (t/Ratri dan Uly) Sumber:

Diterjemahkan dan disunting seperlunya dari:

Judul asli artikel: Helping Children With Special Needs Judul buku: Sunday School Smart Pages

Penyunting: Wes dan Sheryl Haystead Penerbit: Gospel Light, USA 1992 Halaman: 65

144

e-Konsel 212/Juli/2010: Mengenal dan

Membimbing Anak Usia Sekolah Dasar

Pengantar dari Redaksi

Salam kasih,

Banyak orang dewasa yang meremehkan perasaan anak-anak usia sekolah dasar. Perasaan yang dialami sang anak, seperti rasa khawatir, takut, cemas, senang, dan sebagainya malah bisa menjadi bahan lelucon bagi orang dewasa. Misalnya, ketika anak-anak itu khawatir akan mulai masuk sekolah dasar, orang dewasa biasanya berkata, "Ah, begitu saja, kok takut? Berani dong, seperti Papa!" Pernyataan seperti itu akan membuat si anak berpikir bahwa rasa yang dia alami itu tidak wajar atau tidak normal. Masih banyak lagi contoh-contoh lain yang dapat menghambat perkembangan anak-anak, secara khusus anak usia SD. Sebagai orang dewasa kita perlu menolong mereka untuk berpikir bahwa semua rasa, perubahan fisik, dan perubahan-perubahan lainnya adalah wajar dan harus mereka hadapi ketika memasuki fase-fase tertentu dalam usia tersebut.

Sejak masuk kelas 1 SD -- kelas 6 SD akan banyak sekali perubahan-perubahan yang mungkin akan mengagetkan si anak sendiri. Anda dapat menolong mereka dengan mengenali semua aspek yang menyertai pertumbuhan mereka. Dengan bekal tersebut, Anda akan bisa menolong mereka menghadapi semua perubahan-perubahan tersebut. Kiranya seluruh sajian e-Konsel edisi ini dapat menolong Anda untuk kembali

membantu setiap anak usia SD yang Tuhan percayakan untuk Anda asuh dan layani. Tuhan memberkati.

Pemimpin Redaksi e-Konsel, Davida Welni Dana

< evie(at)in-christ.net >

http://c3i.sabda.org

145

Cakrawala: Masa Sekolah Dasar: Umur 6 Sampai 12

Tahun

Perkembangan Seksual

Penting bagi anak-anak laki-laki maupun anak perempuan usia SD untuk

mengidentifikasi diri mereka dengan orang dewasa yang berjenis kelamin sama dengan mereka. Tanpa identifikasi semacam itu, anak-anak mungkin akan mengalami

ketidakmampuan menyesuaikan diri secara seksual dalam pernikahan atau cenderung menjadi homoseks.

Anak usia SD biasanya mengembangkan sikap memandang rendah anak perempuan atau hal-hal yang berbau perempuan. Hampir semua anak laki-laki dan perempuan kadang-kadang berharap untuk menjadi lawan jenisnya, sehingga mereka

mengembangkan sikap merendahkan untuk menekan keinginan itu selama tahun-tahun tersebut. Anak laki-laki dan anak perempuan perlu ditolong untuk mengembangkan sikap bersyukur menjadi diri mereka dan perlu ditolong pula untuk melihat bahwa diciptakan menjadi laki-laki dan perempuan memiliki keuntungan masing-masing. Pendidikan seks sangat penting selama tahun-tahun usia SD. Hal itu harus dilakukan secara bertahap dengan menjawab setiap pertanyaan yang diajukan anak. Orang tua yang menjawab pertanyaan anak dengan jujur dan apa adanya berarti telah membantu anak-anak mereka mengetahui seluruh fakta kehidupan pada saat mereka berumur 10 atau 11 tahun. Menstruasi harus dijelaskan lebih awal kepada anak-anak perempuan pada usia sekolah dasar karena permulaan mens rata-rata terjadi antara umur 9 sampai 16 tahun, dengan rata-rata umur 13 tahun di Amerika Serikat (Malina, 1979). Permulaan pubertas pada anak laki-laki bisa lebih lambat, biasanya sekitar umur 13 -- 15 tahun. Itulah sebabnya anak perempuan kelas 1 SMP sering lebih besar daripada anak laki-laki.

Perkembangan Sosial

Anak-anak usia SD mengembangkan rasa memiliki dengan cara berpartisipasi dalam kelompok. Mereka juga mengembangkan sikap bertanggung jawab dengan berbagi tugas bersama kakak-kakaknya. Rasa memiliki dan tanggung jawab merupakan

prasyarat untuk perkembangan calon pemimpin. Anak-anak harus belajar taat sebelum mereka bisa belajar untuk memimpin dengan efektif. Konsep diri mereka terus

berkembang ketika mereka memandang diri mereka melalui kacamata teman sebaya, orang tua, dan tokoh penguasa. Interaksi dengan orang dewasa dan anak-anak lain menjadi semakin penting.

Permainan di antara anak-anak seumur ini -- entah itu permainan bola atau domino -- ditandai dengan organisasi yang buruk, percekcokan yang panas tentang peraturan, skor yang tidak benar, dan tuduhan curang. Anak-anak senang jika menang, tetapi mereka harus belajar untuk bekerja sama dalam tim -- kemampuan untuk bekerja

146

dengan alasan yang sama dengan anak lain. Mereka senang bermain kelereng dan bertukar buku komik. Orang tua jangan berpandangan bahwa semua buku komik sama. Buku-buku dewasa dengan rating X beredar dalam format komik bersamaan dengan "buku-buku humor" yang relatif tidak merusak dan buku klasik kesusastraan. Pada ekstrem satunya terdapat komik Kristen. Tidak terlalu dini bagi anak-anak Kristen untuk dipisahkan melalui norma yang lebih tinggi sebagai saksi Kristus bagi orang lain.

Masalah Umum Anak Usia SD

Kematian

Kematian dalam keluarga bisa menjadi pengalaman yang mendewasakan anak-anak jika ditangani dengan benar. Biasanya, anak-anak melalui tahap-tahap dukacita yang sama seperti orang dewasa ketika mereka mempelajari tentang kematian atau kematian yang akan datang dalam keluarga. Anak-anak yang lebih muda mungkin mengalami kepahitan atau kemarahan terhadap orang tua yang hampir mati atau sudah mati karena mereka percaya bahwa orangtua itu memilih untuk meninggalkan mereka. Mereka juga merasa bersalah dan menyalahkan diri sendiri atas kematian orang tuanya. Sangat baik mengikutkan anak-anak dalam upacara pemakaman orang yang dikasihi, jika mereka memilih untuk ikut, dan untuk mengungkapkan dukacita tanpa menekan perasaan yang sesungguhnya. Jika tidak diizinkan untuk mengungkapkan perasaannya, anak-anak mungkin akan mengalami konflik yang tidak terselesaikan pada saat mereka dewasa.

Kakek Nenek

Kakek nenek dan anggota keluarga lain sebaiknya tidak tinggal bersama keluarga, kecuali ada kepastian bahwa hal itu tidak banyak menimbulkan konflik. Banyak keluarga yang menyesal karena mengizinkan kakek nenek tinggal bersama mereka, dan sangat sulit membatalkan komitmen itu. Namun, beberapa orang melaporkan bahwa kakek nenek yang tinggal bersama mereka membuat hidup mereka lebih berarti. Jika kakek nenek tidak tinggal dengan keluarga, umumnya mereka diharapkan tinggal tidak terlalu jauh. Anak-anak sering kali memiliki hubungan khusus dengan kakek nenek mereka dan hubungan yang kuat anak laki-laki dengan kakek atau anak perempuan dengan nenek membantu memperkuat peranan seks mereka. Orang tua harus membantu merawat kakek nenek karena hal ini memberi kesempatan kepada anak-anak untuk mengamati dan mengajar mereka untuk melakukan hal yang sama ketika orang tua mereka lanjut usia kelak (1 Timotius 5:8).

Cacat

Penelitian dari Minde dan rekan-rekan (1972) menemukan bahwa anak-anak SD yang cacat menyadari bahwa cacat mereka tidak akan hilang. Biasanya, dengan menyadari hal itu mereka akan mengalami depresi. Orang tua perlu membantu anak-anak

menerima kondisi mereka, dan melihat bagaimana Allah bisa memakai cacat mereka, serta menunjukkan bagaimana mereka bisa meleburkan masalah mereka ke dalam

147 rencana hidup mereka.

Sumber:

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul buku: Pengantar Psikologi & Konseling Kristen 2 Judul buku asli: Introduction to Psychology and Counseling

Penulis: Paul D. Meier; Frank B. Minirth, M.D.; Frank B. Wichern, PH.D; Donald E. Ratcliff, PH.D

Penerjemah: Johny The

Penerbit: PBMR ANDI, Yogyakarta 2004 Halaman: 33 -- 35

148

Tips: Mempersiapkan Anak Masuk Sekolah Dasar

di halaman sekolah sudah tampak banyak murid yang usianya bervariasi dan postur tubuhnya berbeda-beda besarnya. Sebagian sudah memiliki kelompok sendiri dan berbincang-bincang dengan teman-temannya tentang liburan sekolah mereka. Tampak juga anak-anak yang terlihat diam saja dan memerhatikan sekelilingnya. Mereka adalah murid-murid baru kelas 1 SD yang baru pertama kali datang ke sekolah tersebut.

Sebagian dari mereka mengamati anak-anak yang lain dan terlihat ingin berkenalan. Sebagian lainnya tampak malu-malu dan menempel pada orang tuanya sebelum bel sekolah berbunyi. yang lainnya sudah menangis meraung-raung dan ingin pulang bersama orang tuanya atau tidak mengizinkan orang tuanya meninggalkan mereka. Anak anda adalah salah satu dari mereka yang menangis. Orang tua yang lain memarahi anaknya dan meminta agar mereka belajar berani dan mandiri dalam menghadapi hari pertama tersebut. yang lain mencoba menenangkan dan meminta anaknya agar berhenti menangis. yang lain lagi berjanji untuk tidak meninggalkan anaknya khusus untuk hari pertama tersebut. Sikap mana yang Anda pilih?

Anak-anak umumnya memiliki ketakutan tersendiri ketika mereka memasuki sekolah dasar. Ketakutan atau kecemasan ini merupakan reaksi terhadap perubahan yang mereka harus alami. Perubahan ini antara lain dalam bertambahnya jumlah dan kerumitan pelajaran yang harus mereka pahami, banyaknya pelajaran ini

mengharuskan anak menghabiskan jam-jam, yang ketika mereka masih di TK hanya diisi dengan bermain dan beraktivitas, dan selain itu mereka juga dituntut untuk belajar serius dan memperoleh nilai yang baik. Tentunya ada semacam ketidaksiapan bagi anak dalam menghadapi perubahan besar ini.

Pengalaman menyeramkan ini mungkin tidak disadari oleh orang tua karena menganggap bahwa masuk SD adalah proses biasa yang dialami setiap orang.

Walaupun demikian, masa transisi ini sesungguhnya merupakan momen penting ketika peran orang tua dampaknya besar sekali. Anak perlu mengetahui, merasa aman, dan nyaman terhadap suasana baru, teman baru, guru baru, dan pelajaran-pelajaran baru. Kata "baru" di sini mungkin lebih jelas maknanya jika kita gunakan kata "asing". Sesuatu yang asing, yang tidak kita pahami, yang tidak kita kenal, adalah sesuatu yang

membuat kita merasa tidak nyaman dan takut. Bagi orang dewasa saja diperlukan keberanian dan masa penyesuaian untuk menghadapi hal yang baru, baik di tempat kerja, maupun dalam hidup. Sama halnya ketika kita memulai hari pertama kuliah, hari pertama kerja, hari pertama datang ke rumah pacar, atau pengalaman wawancara kerja pertama; perasaan bingung, takut, cemas, grogi, semangat, dan yang lainnya

bercampur baur menjadi satu. Belum lagi perasaan takut, malu, dan rasa bersalah jika kita melakukan kesalahan dalam situasi tersebut.

Perasaan-perasaan demikianlah yang juga dirasakan anak, namun berkali-kali lipat lebih besar, karena ia merasa begitu kecil di dunia ini. Anak membutuhkan rasa aman, rasa dimengerti, dan dukungan agar mereka tahu bahwa mereka tidak sendirian dalam menghadapi hal tersebut. Oleh karena itu sebagai orang tua kita tidak boleh

149

"tidak usah takut", "nanti kamu kan dapat teman baru dan guru baru", atau "pasti nanti senang di sekolah".

Sebaliknya, agar anak merasa dimengerti, kita harus mendukung perasaannya dengan kalimat seperti "Kamu takut, ya? Tidak apa-apa kalau kamu merasa takut karena ini adalah hal yang baru bagi kamu" atau "Memang menyeramkan, ya, menghadapi sesuatu yang kita tidak tahu." Ketika ini dilakukan, anak akan merasa bahwa hal dan ketakutan yang dialaminya adalah sesuatu yang wajar dan dibolehkan. Hal ini akan membuatnya tenang dan berani menghadapi ketakutannya. Sebaliknya, jika kita tidak membolehkannya merasa takut, kecemasan, dan ketegangan anak akan jadi semakin tinggi karena merasa bersalah melakukan apa yang kita larang.

Hal paling efektif yang dapat dilakukan untuk menolong anak mengatasi ketakutannya adalah bahwa kita sebagai orang tua menjadi tempat yang aman baginya untuk

menceritakan seluruh pengalaman dan ketakutannya. Dengan memiliki rasa aman untuk menceritakan segala sesuatu yang dirasakannya, anak akan melihat bahwa apa pun yang ia akan hadapi dan rasakan bisa dengan berani dihadapinya karena kita -- orang tuanya -- ada di belakangnya untuk mendukung dan menguatkannya. Dengan demikian, apa pun yang dialaminya -- ketakutan, kegagalan, kekecewaan, kesedihan, dan yang lainnya -- dapat dihadapinya dengan lebih percaya diri dan mandiri.

Bagaimana mempersiapkan anak Anda ke sekolah yang baru?

1. Mari kita mundur sejenak. Sebelum anak Anda menjalani hari pertama di sekolah

yang baru, Anda bisa mempersiapkannya dengan mengajaknya mengunjungi sekolah tersebut. Dalam perjalanan, Anda bisa menjelaskan tempat-tempat yang dilalui sehingga ia mengenali bagaimana cara mencapai sekolahnya. Setelah sampai, Anda bisa memperkenalkannya pada guru yang nantinya akan

mengajarnya. Anda juga bisa mengenalkannya pada lingkungan sekolah dengan memberitahukan letak-letak ruangan di sekolah tersebut dan menunjukkan ruang kelasnya.

2. Orang tua juga sebaiknya membahas apa yang dirasakan anak tentang

pengalaman baru yang akan dilaluinya tersebut. Dengan mengenali perasaannya sendiri, anak akan merasa lebih siap dengan apa yang akan dialaminya.

3. Anda dapat menenangkan perasaannya dengan memberikan perhatian penuh

dan mendengarkan apa yang ia ungkapkan.

4. Setelah Anda memahami perasaan anak, Anda bisa mengonfirmasi

perasaan-perasaan apa yang ia rasakan.

5. Kemudian, Anda dapat membesarkan hatinya bahwa semua yang dirasakannya

adalah wajar. Lalu Anda bisa memberanikan anak Anda untuk menghadapinya dengan mengatakan bahwa Anda menyayanginya dan mendukungnya. Anda bisa ungkapkan bahwa Anda akan ada di sisinya ketika ia membutuhkan Anda, sekalipun bukan dengan cara duduk di sebelahnya di dalam kelas.

150

Seberapa cepatnya anak beradaptasi dengan lingkungan baru tergantung masing-masing anak. Jika anak Anda termasuk cepat beradaptasi dan tidak mengalami

masalah serius, bersyukurlah. Jika anak Anda mengalami kesulitan dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk beradaptasi, bersyukurlah. Dengan terus berada di sisinya dan mendukungnya, Anda memiliki kesempatan untuk mengenal anak Anda lebih jauh dan menjalin ikatan lebih erat dengannya. Anda juga memiliki kesempatan untuk mengajarkan anak Anda untuk berdoa dan beriman lebih dalam kepada Tuhan yang mengasihinya dan memahami perasaannya.

Sumber:

Diambil dan disunting seperlunya dari: Nama situs: Lifespring

Penulis: SA

Alamat URL:

http://www.my-lifespring.com/artikel/mempersiapkan_anak_masuk_sekolah.php

151

Tips 2: Membangun Kepercayaan Diri yang Sehat Anak

Dalam dokumen publikasi e-konsel (Halaman 142-151)