• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kami akan sampaikan yang sekarang sudah kami siapkan mencakup masalah kebijakan reformasi birokrasi Kementerian Agama, evaluasi reformasi birokrasi. penganggaran reformasi birokrasi, aspek legislasi dan permasalahan alternatif dan solusi.

Yang kedua, kebijakan tentang reformasi birokrasi Kementerian Agama 2015-2019. Dalam rangka tercapainya tata kelola pemerintahan yang baik Kementerian Agama melaksanakan reformasi birokrasi yang telah dimulai pada tahun 2010, sejak dicanangkan oleh Pemerintah Indonesia, peraturan dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 81 tahun 2010. Pentingnya reformasi birokrasi, kembali tegaskan dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2015-2019 dengan ditempatkannya reformasi birokrasi sebagai agenda pembangunan nasional terutama dalam membangun tata kelola pemerintahan yang bersih efektif demokratis dan terpercaya.

Salah satu sasaran strategis Kementerian Agama adalah meningkatnya kualitas tata kelola pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel. Melalui reformasi birokrasi diharapkan tata kelola pemerintahan di seluruh satuan kerja Kementerian Agama meningkat kualitasnya, peningkatan kualitas tata kelola ini akan berujung pada peningkatan kualitas layanan agama dan pendidikan agama bagi kehidupan umat beragama.

Lingkup pelaksanaan reformasi birokrasi Kementerian Agama mengacu pada pada 8 area perubahan.

Satu, manajemen perubahan.

Kemudian kedua, tentang penataan peraturan perundang-undangan.

Ketiga penataan dan penguatan organisasi.

Keempat, penataan tata laksana.

Kelima penataan sistem manajemen sumber daya manusia.

Keenam penguatan akuntabilitas kinerja.

Ketujuh, penguatan pengawasan, dan

Kedelapan peningkatan kualitas pelayanan publik.

Pelaksanaan 8 area perubahan Kementerian Agama terutama dilakukan melalui penguatan, pada berbagai kegiatan dukungan manajemen pada unit Eselon I pusat dan satuan kerja daerah. Reformasi birokrasi juga dilaksanakan melalui kegiatan yang terkait dengan penelitian dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan, pengawasan serta layanan publik.

Yang ketiga tentang evaluasi reformasi birokrasi Kementerian Agama, tujuannya adalah terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme.

Yang pertama tentang hasil survei budaya organisasi dan sistem anti korupsi menunjukkan indeks sebesar 3,36 dalam skala 0 sampai dengan 4.

Kedua, dari hasil survei integritas terkait pengelolaan sumber daya manusia menunjukkan indeks sebesar 3,51 dalam skala 0 sampai dengan 4.

Ketiga hasil survei integritas terkait pengelolaan anggaran menunjukkan indeks sebesar 3,55 dalam skala 0 sampai dengan 4.

Keempat hasil survei integritas kesesuaian perintah atasan dengan aturan dan norma hasil survei menunjukkan indeks sebesar 3,36 dalam skala 0 sampai dengan 4.

Kemudian kelima satuan kerja penerima predikat, wilayah bebas dari korupsi dan wilayah bebas birokrasi bersih dan melayani. Sampai dengan tahun 2016 telah terdapat 10 satuan kerja yang memperoleh predikat wilayah bebas korupsi yaitu satuan kerja wilayah bebas korupsi tahun 2017 antara lain itu UIN Antasari Banjarmasin dan kantor Kemenag Kabupaten Musi Banyuasin, ini juga kita akan memberikan tanda penghargaan semuanya.

Tentang satuan bekerja berpredikat wilayah bebas dari korupsi: satu, kantor Kemenag Kota Denpasar, kantor Kemenag Kabupaten Karangasem dan kantor Kemenag Kota Yogyakarta. Dan kami sudah berikan penghargaan pada mereka.

Ketiga, satuan kerja berpredikat wilayah bebas dari korupsi tahun 2019:

a. Kanwil Kemenag Propinsi Bali, kantor Kemenag Kabupaten Bantul, kantor Kemenag Kabupaten Ogan Ilir, kantor Kemenag Kota Singkawang dan Balai Diklat Keagamaan Semarang.

b. meningkatnya kualitas pelayanan publk kepada masyarakat. Hasil survei kepuasan layanan publik terhadap pelayanan di Kementerian Agama, adalah pertama tentang survei layanan keagamaan, indeks layanan keagamaan sebesar 69,00 dalam skala 0 sampai dengan 100. Saya kira ini agak kecil. Kedua survei layanan KUA. Indeks layanan KUA sebesar 78 dalam skala 0 sampai dengan 100. Hal ini mengalami sedikit penurunan dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2018 sebesar 80,42 tetapi mengalami kenaikan dari tahun 2017 sebesar 67, 65. Tahun 2016 sebesar 67,49. Tahun 2015 sebesar 3,75. Ini akan kami evaluasi tentang apa-apa yang perlu segera dibenahi.

Ketiga tentang survei kepuasan haji. Dari aspek tanggap, tepat waktu, perlindungan kemudian memperoleh pelayanan yang dapat dapat dipercaya dan sikap keramahan dan kepedulian. Indeks kepuasan layanan haji tahun 2016 sebesar 85,91 dalam skala 0 sampai dengan 100, sudah cukup baik

meskipun demikian tetap akan kami cari untuk hal-hal yang masih perlu dibenahi.

Keempat, penghargaan atas kepatuhan tinggi standar pelayanan publik. Pada tahun 2019 Kementerian Agama mendapat penghargaan dari Ombudsman Republik Indonesia dengan predikat kepatuhan tinggi 2019 terhadap standar pelayanan publik sesuai Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Ini saya kira sudah kita diberikan penghargaan pada akhir tahun yang lalu.

Kelima pada tahun 2019 Kementerian Agama mendapat penghargaan dari Kemenpan-RB yang diberikan kepada KUA Kecamatan Tempel Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai penyelenggara pelayanan publik kategori baik, 3,69 dari indeks 4.

Keenam, penanganan pengaduan terkait layanan publik. Sampai dengan tahun 2020, sebanyak 2.576 pengaduan dan telah ditindaklanjuti sebanyak 2.165 pengaduan masih dalam proses penanganan sebanyak 88 pengaduan dan yang belum ditindaklanjuti sebanyak 332. Pengaduan-pengaduan ini memang sangat-sangat baik untuk masukan bagi Kementerian Agama untuk upaya perbaikan dan juga untuk bisa mengenal mana yang ASN yang pantas yang kita nilai baik dan mana yang ternyata melakukan hal-hal yang tidak baik.

c. dalam meningkatnya kapasitas akuntabilitas kinerja birokrasi dalam manajemen perubahan. Langkah-langkah yang dilakukan di Kementerian Agama adalah pelaksanaan ToT, internalisasi 5 nilai budaya, pembentukan agen perubahan pada setiap satuan kerja, pembinaan agen perubahan, monitoring dan evaluasi program kerja agen perubahan, dan memberikan penghargaan bagi agen perubahan. Tentang penataan peraturan perundang-undangan dalam melakukan harmonisasi peraturan perundang-perundang-undangan pada sampai dengan tahun 2019, Kementerian Agama telah menyelesaikan 928 peraturan perundang-undangan. Tentang penataan dan penguatan organisasi. Rangkaian yang telah dilakukan Kementerian Agama melakukan evaluasi tugas dan fungsi pendukung IKU, memproses dan menyelesaikan alih status perguruan tinggi keagamaan yaitu yang tahun 2019 adalah IAIN Palangkaraya, IAKN Tarutung, IAKN Ambon dan IAKN Manado.

Kemudian penerbitan PMA Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama dan penetapan BPJPH pada Kementerian Agama sebagai instansi Pemerintah yang menerapkan pola pengelolaan keuangan BLU berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 305/2019.

Keempat tentang penataan tata laksana, telah dilakukan:

a. penerbitan KMA Nomor 270 Tahun 2016 Tentang Peta Proses Bisnis Kemenag.

b. Menyusun peta proses bisnis unit Eselon I.

c. Penyusunan SOP berdasarkan peta proses bisnis kemudian melakukan penataan arsip dan tata naskah dinas. Kemudian melakukan

pembangunan e-government, pemetaan telah lengkap, yang pertama lengkap seluruh sistem informasi di semua unit Eselon I, ada 165 sistem informasi dan 35 entitas data. Kedua, asesmen terhadap 195 sistem informasi yang ada di unit Eselon I yang dikembangkan, mana yang disatukan dan mana yang akan dimatikan, akan dikompilasi. Ketiga tender sudah selesai dilaksanakan dengan pemenang tender dari Sucofindo yang sudah dilakukan pada tahun 2016. Kemudian pembuatan grand design IT pendukung moral one shot.

Moral one shot ini ya mouse itu. Kemudian membuat bulatan platform awal Mouse dengan mengambil beberapa data unit Eselon I yang sudah siap untuk dijadikan prototype.

Kelima tentang penataan sistem manajemen sumber daya manusia.

Langkah yang telah dilakukan:

a. penerbitan PMA 12 Tahun 2019,

b. penerbitan PMA 13 Tahun 2019 Tentang Majelis Kode Etik, c. SKJ Nomor 60 Tahun 2019 Tentang Pabatan Pendukung IKU, d. penerbitan Surat Edaran Sekjen 488/2015 Tentang Penilaian SKP dan Laporan Kinerja Harian,

e. penerbitan Surat Edaran Nomor 302/2019 Tentang Berbagi Pakai Data Kepegawaian dari SIM Sistem Kepegawaian Kemenag dengan teknologi aplikasi programming interface.

f. mutasi internal pejabat Eselon III dan IV antar unit Eselon I pusat.

g. Ketiga revitalisasi kode etik dan perilaku pegawai Kementerian Agama

h. hal pendataan pegawai non PNS.

i. tentang studi banding para guru ke Korea Selatan.

j. menerapkan prinsip merit system dalam menetapkan persyaratan jabatan melakukan pengumuman promosi dan melakukan seleksi administrasi.

k. melakukan uji kompetensi sesuai prosedur dan menggunakan standar kompetensi jabatan sesuai Permenpan RB Nomor 38 Tahun 2017.

l. melakukan rapat pemilihan calon yang akan tetapkan oleh tim Baperjakat sesuai ketentuan dan;

m. menguatkan regulasi pelaksanaan promosi jabatan mutasi dan rotasi dalam Peraturan Keputusan Menteri, sesuai edaran ketentuan Pemerintah. Tentang rapat pemilihan calon yang akan ditetapkan oleh tim Baperjakat ini memang akan kami buat jadi lebih luas kalau dulu hanya tadinya diikuti hanya forum terbatas kami usahakan untuk melengkapi lebih banyak pejabat yang ikut yang terkait dengan bidang-bidang ini, sehingga akan objektivitasnya akan lebih baik.

Enam, tentang penguatan akuntabilitas. Langkah yang dilakukan Kementerian Agama:

a. evaluasi rencana strategi 2015-2019 dan penyusunan rencana strategi 2020-2024,

b. penyusunan IKU dan cascading sampai dengan Eselon IV, c. kemudian evaluasi PMA Nomor 702 2016

d. pengembangan aplikasi Cipta,

e. evaluasi capaian kinerja triwulan Eselon I pusat, Eselon II pusat dan Kanwil Kementerian Agama Propinsi,

f. KMA Nomor 170 Tahun 2014 Tentang Tim Penyusunan Renstra 2015-2019.

g. KMA Nomor 193 Tahun 2014 Tentang Perubahan Tim penyusun Renstra 2015-2019,

h. Renstra tingkat Kakan Menag kabupaten/kota

i. revisi Renstra Kemenag melalui PMA 808 Tahun 2017,

j. penyusunan Renstra Kementerian Agama dan Setjen Tahun 2020-2024.

Yang ketujuh tentang penguasaan pengamatan. Langkah yang telah di Kementerian Agama:

a. PMA Nomor 24 Tahun 2015 Tentang Pengendalian Gratifikasi pada Kementerian Agama,

b. laporan gratifikasi pejabat Setjen pada UPG Kementerian Agama, c. penerbitan PMA Nomor 24 Tahun 2019-2011 Tentang Penyelenggaraan SPIP pada kementerian,

d. penerbitan KMA Nomor 50 Tahun 2019, e. penerbitan PMA Nomor 3 Tahun 2020,

f. pembangunan aplikasi SIMP, Sistem Informasi Manajemen Pengendalian Intern,

g. penyusunan peta risiko dan mitigasi risiko Kementerian Agama, h. pengelolaan pengaduan melalui Lapor pada seluruh unit Eselon I pusat dan daerah,

i. pelaporan LHKPN bagi pemenang jabatan strategis sebesar 100%

dan pelaporan LHK ASN bagi pegawai sebesar 82,59%.

Delapan, tentang peningkatan kualitas pelayanan publik. Langkah yang telah dilakukan Kementerian Agama:

a. pendirian PTSP pada seluruh Kanwil dan Kan Kemenag kabupaten/kota,

b. KMA Nomor 109 Tahun 2017 Tentang Standar Pelayanan Layanan Informasi Publik yang telah memuat waktu pelayanan dan biaya atau tarifnya ada kepastian tentang waktu dan biayanya,

c. PMA Nomor 65 Tahun 2016 Tentang Pelayanan Terpadu pada Kementerian Agama,

d. KMA Nomor 90 Tahun 2018 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pelayanan Terpadu Kementerian Agama,

e. Keputusan Eselon I tentang Standar Pelayanan,

f. penyusunan SPMA tentang Pengelolaan Pengaduan pada Kementerian Agama

g. pembentukan Satgas Layanan dan Sertifikasi, h. pembangunan gedung pusat layanan halal,

i. pelayanan sertifikasi halal melalui PTSP pusat dan Kanwil Kementrian Agama,

j. membangun aplikasi layanan sertifikasi halal secara online, k. penandatanganan kesepakatan penggalan jaminan produk halal, l. penandatanganan nota kesepakatan … jaminan produk halal, tentang produk halal, ini memang kami masukkan ke dalam rancangan undang-undang, apa istilah tenaga kerja?. tenaga kerja. Memang tidak ingin kami bahas lebih jauh, tapi yang kami inginkan hanya untuk dan

mendapatkan percepatan, kedua pembebasan biaya bagi mikro dan pengusaha kecil.

Keempat, penganggaran reformasi birokrasi. Aspek anggaran dipahami sebagai komponen yang diperlukan dalam pencapaian sasaran reformasi birokrasi. Dengan kalimat lain anggaran merupakan logistik yang dibutuhkan dalam upaya perbaikan tata kelola good governance di samping sebagai modal dalam pelaksanaan tugas dan fungsi suatu instansi atau unit kerja.

Terkait hal ini Kementerian Agama senantiasa berkoordinasi dengan Bappenas atau Kementerian PPN dan Kementrian Keuangan dan juga berkonsultasi dan berdiskusi dengan yang terhormat Pimpinan dan Anggota Komisi VIII DPR RI, baik melalui mekanisme Rapat Kerja maupun melalui jalur-jalur koordinasi lainnya, seperti RDP.

Untuk tahun 2020 anggaran Kementerian Agama sesuai Surat Menteri Keuangan Nomor 6S/669, tanggal 11 September 2019 adalah sebesar Rp65.060.948.695.000, dari jumlah tersebut sebesar Rp32.851.791.457.000 atau 50,49% untuk membayar belanja gaji dan tunjangan bagi PNS Kemenag, sebagaimana tadi yang telah disampaikan oleh Dirjen Pendis.

Rp3,059.143.042.000 atau 4,7% untuk membayar biaya operasional perkantoran. Rp319.697.223.000 atau 0,49% adalah anggaran sekretariat atau dukungan manajemen. Rp529.329.165.000 atau 0,1% untuk pengadaan perlengkapan kendaraan dan rehabilitasi gedung kantor dan Rp28.399.049.000 untuk kegiatan teknis dan layanan publik yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama.

Tabel anggaran sebagaimana disampaikan ini yang kembali jumlah keseluruhannya adalah Rp65.060.948.695.

Selaras dengan 8 area perubahan kegiatan sekretariat, berupa dukungan manajemen kegiatan Litbang dan Diklat serta pengawasan merupakan motor penggerak dari pelaksanaan RB di Kementerian Agama.

Tentang ini kami garis bawahi sekali, pesan-pesannya Bapak Presiden Joko Widodo pada saat memberikan, membicarakan tentang dana ini, beliau selalu sampaikan dengan suara yang sangat dalam mengatakan, bahwa “Uang ini kita cari dengan susah payah. Oleh sebab itu jangan pernah ada kebocoran dan betul-betul tidak saja digunakan, tapi betul-betul ada hasilnya betul-betul deliver”. Penekanan beliau seperti itu. Apalagi belakangan ini sudah ada kasus Corona, menyebabkan ekonomi agak sedikit terganggu, beliau garis bawahi sekali, bahwa “Betul-betul uang itu segera dibelanjakan sesuai program masing-masing, kedua jangan sampai diambil, ditarik, tapi masukkan di bank, ekonomi tidak akan jalan”. Beliau garis bawah sekali. Dan oleh sebab itu di Kementerian Agama juga kami sudah membuat daftar, sehingga pada setiap akhir bulan kami umumkan berapa yang sudah ditarik sesuai dengan agamanya masing-masing, dan berapa yang belum dan deliver atau tidak.

Jadi jangan sampai ditarik, tapi disimpan di bank atau tidak dibelanjakan atau juga ada yang tidak ditarik, sehingga programnya pasti tidak jalan.

Kelima tentang aspek legislasi. Dalam pelaksanaan reformasi birokrasi Kementerian Agama telah menerbitkan beberapa regulasi sebagai arah dan kebijakan dalam pengimplementasikan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 antara lain, KMA Nomor 582 Tahun 2017 Tentang Roadmap RB Kemenag 2015-2019. Kedua, KMA Nomor 158 Tahun 2017, KMA Nomor 186 Tahun 2017, KMA Nomor 94 Tahun 2017, KMA Nomor 504 Tahun 2018 dan KMA Nomor 536 Tahun 2018.

Permasalahan dan alternatif solusi. Ini permasalahan yang kami coba inventarisasi. Berdasarkan fakta dan data hasil evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi Kementerian Agama masih terdapat beberapa hal yang perlu mendapat perhatian seluruh jajaran Kementerian Agama antara lain:

1. penerapan reformasi birokrasi belum merata di seluruh unit kerja Kementerian Agama. Di beberapa Kantor Kementerian Agama di daerah masih menunjukkan, bahwa masih Reformasi Birokrasi masih dianggap sebagai penugasan semata, belum melekat pada pelaksanaan tugas keseharian.

Kedua, penerapan manajemen kinerja sektor publik terutama terkait perumusan indikator kinerja.

Ketiga, rumusan indikator kinerja belum sejalan dengan peta proses bisnis dan SOP yang dibangun dan tidak selaras dengan rumusan penilaian kinerja individu yang dituangkan dalam SKP.

Keempat, peta proses bisnis belum menggambarkan suatu strategi dalam rangka mewujudkan kinerja yang telah ditetapkan dan tidak selaras dengan rumusan program dan kegiatan dalam dokumen anggaran.

Kelima, pemahaman tentang layanan yang paling dibutuhkan masyarakat dan pemahaman tentang pelanggan knowing your customer masih perlu ditingkatkan.

Keenam, penguatan pengendalian internal masih dibebankan pada fungsi Inspektorat Jenderal, belum jadi tanggung jawab setiap jenjang manajemen.

Ketujuh, implementasi kebijakan penanganan benturan kepentingan pada setiap unit Eselon I dan satu instansi vertikal masih perlu ditingkatkan kualitasnya.

Kedelapan, berdasarkan survei internal pegawai Kementerian Agama masih menunjukkan dan menganggap, bahwa pelaksanaan reformasi birokrasi Kementerian Agama belum menunjukkan kemajuan yang berarti.

Kesembilan, berdasarkan survei eksternal pada masyarakat menunjukkan masih adanya gap antara harapan penerima layanan dengan realitas kondisi layanan yang diterima.

Dan kesepuluh, dari 10 satuan kerja yang berpredikat wilayah bebas korupsi belum ada yang berhasil meraih predikat WBBM yang disebabkan mayoritas Satker WBK belum sepenuhnya memenuhi standar sarana prasarana yang ideal sesuai dengan pengguna layanan.

Alternatif solusi berdasarkan permasalahan tersebut beberapa alternatif solusi akan dilakukan Kementerian Agama antara lain:

Peningkatan implementasi reformasi birokrasi. Penyusunan roadmap birokrasi Kementerian Agama tahun 2020-2024 selain mengacu pada roadmap reformasi birokrasi nasional, juga memperhatikan integrasi pelaksanaan reformasi birokrasi antar unit kerja.

Kedua, menjadikan indeks reformasi birokrasi pada setiap unit kerja sebagai bagian dari perjanjian kinerjanya.

Ketiga, melakukan penguatan penerapan manajemen kinerja dengan mereview berbagai indikator kinerja serta mekanisme performance cascade didasarkan pada peta proses bisnis yang relevan.

Keempat, melakukan reviu penerapan performance based organization dengan me-review struktur organisasi didasarkan pada kinerja yang akan dicapai.

Kelima, penyusun struktur organisasi selain mengacu pada arahan Presiden tentang penyederhanaan birokrasi juga memperhatikan proses bisnis yang lebih fleksibel dan adaptif.

Keenam, melakukan review mekanisme pembayaran tunjangan kinerja pegawai disesuaikan dengan kinerja pegawai pada tahun berjalan, sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 130 Tahun 2018.

Ketujuh, mendorong penguatan integritas aparatur melalui penguatan penerapan sistem pengendalian internal dan program lain yang relevan.

Kedelapan, meningkatkan kualitas implementasi kebijakan penanganan benturan kepentingan pada setiap unit kerja Eselon 1 dan Kantor Kementerian Agama di daerah.

Kesembilan, memperkuat pelaksanaan agen perubahan untuk mampu membangun sosial kontrol diantara rekan kerja dalam upaya penguatan integritas.

Kesepuluh melakukan review mekanisme evaluasi kebijakan untuk lebih memastikan efektivitas kebijakan serta relevansinya dengan permasalahan yang dihadapi.

Kesebelas, melakukan upaya penyegaran terhadap aparatur berupa pelatihan dan sebagainya untuk memperkuat profesionalitas.

Kedua belas, mendorong peningkatan kualitas pelayanan publik di seluruh satuan kerja Kementerian Agama.

Ketiga belas, mengalokasikan anggaran khusus pemenuhan sarana prasarana, sarana bagi peraturan kerja yang memperoleh predikat wilayah bebas korups.

Ketujuh, penutup.

Tapi sebelum itu saya ingin informasikan sedikit, sebuah kebaikan yang mungkin baik juga untuk kita ketahui bersama.

Seminggu yang lalu kami menutup penerimaan untuk madrasah unggulan, Madrasah IC, madrasah program keagamaan dan madrasah kejuruan. Ini yang lalu pendaftarnya sekitar 13 ribuan kali ini melonjak menjadi 17.700-an. Padahal yang kita terima hanya 1.700 saja. Ini menunjukkan sebuah indikasi, bahwa, apalagi pendaftarnya 40% berasal dari SMP Umum, jadi menunjukkan minat orang masuk ke madrasah, apalagi kalau madrasah itu berkualitas, semakin tinggi dan mudah-mudahan kita usahakan untuk semakin ke depan akan semakin banyak madrasah yang berkualitas seperti ini. Sehingga betul-betul bisa menghasilkan generasi pimpinan masa depan yang tadi saya katakan, ilmu agamanya tinggi, Ilmu pengetahuan teknologinya tinggi dan wawasan kebangsaannya juga tinggi ke depan.

Sebagai penutup demikian penjelasan yang dapat kami sampaikan terkait dengan pembahasan evaluasi kebijakan reformasi birokrasi Kementerian Agama aspek anggaran, legislasi, permasalahan dan alternatif solusinya.

Kami berharap dengan hormat dengan penyampaian dan penjelasan ini Pimpinan dan Anggota Komisi VIII DPR RI yang terhormat dapat memahami, dan selanjutnya memberikan dukungan dan persetujuan serta memberikan masukan masukan untuk perbaikan kami ke depan.

Selanjutnya kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada Pimpinan dan Anggota Komisi VIII DPR RI yang terhormat atas perhatian dan dukungannya terhadap peningkatan kinerja Kementerian Agama.

Terima kasih.

Billahi taufik wal hidayah.

WAssalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

KETUA RAPAT (H. YANDRI SUSANTO, S.PT./F-PAN):

Walaikumsalam warahmatullah wabarakatuh.

Terima kasih Pak Menteri atas paparannya termasuk tadi sudah didahului oleh Eselon I terhadap isu-isu aktual.

Dan kutipan terakhir Pak Menteri tadi, sebelum kata penutup, betul Pak minat orang ke madrasah ke luar biasa Pak. Karena memang sekarang madrasah kalau yang kita perhatikan bagus-bagus Pak. Salah satunya yang Bapak resmikan kemarin di dekat rumah saya itu Pak, di kota Serang, tapi saya, tapi saya nggak tahu Pak kalau Pak Menteri ke sana. Kalau bisa saran saya Pak, kalau misalkan Bapak ke Dapil mana, kita juga siap mendampingi.

MENTERI AGAMA RI (FACHRUL RAZI):

Siap-siap.

KETUA RAPAT (H. YANDRI SUSANTO, S.PT./F-PAN):

Ini tiba-tiba kita baca di koran Radar Banten, Bapak meresmikan MAN 2 Kota Serang, ada cuma 1 kilo dari rumah saya itu Pak. Ketua Komisi VIII nya nggak ngerti. Menyedihkan sebenarnya Pak. Itu Ketua Komisi lho bagaimana. Ini bukan manas-manasin Pak. … nggak masalah. Ya saya kira ini penting Pak ya. Jadi kalau apalagi tadi kan kerja sama kita harus bagus begitu lho kan. Jangan sampai nanti isu-isu yang di sekitar rumah kita saja nggak ngerti Pak. Ada yang nanya, kok ketua komisinya nggak datang di acara MAN 2?. Sebetulnya saya nggak diundang Pak. Ya saya kira ini buat ke depan lah Pak Menteri ya, termasuk mungkin Eselon I, nggak banyak Anggota Komisi VIII ini cuma 52, apalagi di Banten ada 4 orang, udah berkurang banyak berarti itu Pak. Kalau ada kerjasama yang baik saya kira, kita siap mengawal teman-teman dari Kementerian Agama.

Baik, itu Bapak-Ibu penjelasan dari Eselon I. Gong-nya tadi oleh Pak Menteri terhadap agenda kita hari ini. Di meja pimpinan Pak Menteri ada beberapa penanya. Tapi sekali lagi kepada yang baru hadir, tadi saya sebelum membuka acara ini, Pak Menteri akan izin jam 12.00, akan diteruskan ke oleh Pak Sekjen, Plt. Sekjen, Pak Prof Nizar. Karena Pak Menteri harus ada acara yang tidak bisa diwakilkan, biasa yang manggil pemilik negeri ini, jadi Pak Lurah yang manggil itu susah kalau.

Ya, kami persilakan Pak Kyai Muslich dari PPP untuk memberikan tanggapan. Bersiap-siap Pak Husni dari Gerindra.

F- PKB (KH. MUSLICH ZAINAL ABIDIN):

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh.

Kepada Bapak Pimpinan dan Para Wakil Ketua Komisi VIII yang kami

Kepada Bapak Pimpinan dan Para Wakil Ketua Komisi VIII yang kami

Dokumen terkait