Menurut Okin, kehidupan keluarga di dalam masyarakat kita tidak adil, baik bagi perempuan maupun anak-anak. Teori-teori keadilan kontemporer selama ini
43 masih mengabaikan isu perempuan dan gender. Okin mengungkap fakta bahwa selama ini ternyata kita telah menumbuhkembangkan sebuah masyarakat yang dibangun berdasarkan pembedaan gender. Pembedaan gender atau jenis kelamin dalam keluarga yang masih berlaku hingga sekarang ini sebenarnya merupakan suatu pandangan tradisional yang belum dikonstruksi oleh masyarakat. Belum lagi terdapat kenyataan lainnya di dalam masyarakat, di mana hampir setengah dari pernikahan berakhir dengan perceraian. Alasan-alasan inilah yang mendorong agar keluarga menjadi sebuah institusi yang adil dalam masyarakat.
Okin menyarankan bahwa solusi yang adil untuk masalah kerentanan yang dialami oleh perempuan dan anak-anak yaitu; mendorong dan memfasilitasi pembagian yang sama (kesetaraan) antara laki-laki dan perempuan dalam pekerjaan (dengan dan tanpa nafkah, produksi dan reproduksi, peran dalam keluarga). Keadilan harus dimulai dengan kesamaan posisi dan kesempatan bagi siapapun. Dengan kata lain, masyarakat keluar dari konsep tradisional. Untuk mencapai demokrasi yang ideal, dunia sosial membutuhkan perubahan besar, terutama di dalam berbagai institusi yang ada di dalamnya. Kebijakan-kebijakan publik harus menghargai pandangan dan pilihan masyarakat.46 Okin menginginkan suatu konsep keadilan yang humanistis. Menurut Okin, konsep keadilan yang sungguh-sungguh mengatasi ketidakadilan yang dialami perempuan dan anak-anak adalah keadilan yang menjamin adanya tanggung jawab laki-laki dan perempuan dalam menanggung beban pekerjaan publik (yang diupah) dan pekerjaan rumah tangga (yang tidak diupah), pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan produksi dan reproduksi.
Okin mengusulkan reformasi sosial, antara lain, melalui perubahan di bidang kebijakan publik dan reformasi hukum. Kebijakan publik dan hukum harus didasarkan
44 pada prinsip tidak ada perbedaan sosial antara laki-laki dan perempuan. Ekualitas sosial ini harus berlaku dalam publik sphere dan famili sphere. Pekerjaan rumah tangga harus dikerjakan bersama-sama oleh laki-laki dan perempuan, agar perempuan mempunyai waktu untuk dapat mengaktualisasikan diri dan potensinya di luar pekerjaan rumah tangga. Laki-laki dan perempuan, sama-sama adalah insan publik dan domestik. Menurut Okin, hanya dalam masyarakat yang bebas dari dikotomi publik-domestik, perempuan dapat memperoleh perlakuan yang adil. Dalam masyarakat yang demikian, semua institusi sosial harus dirancang dengan memperhatikan prinsip ekualitas laki-laki dan perempuan. Konsep keadilan humanis adalah konsep keadilan yang menghargai laki-laki, perempuan, anak-anak sebagai manusia. Martabat sebagai manusia inilah yang menjadi standar acuan keadilan dalam masyarakat. Semua manusia adalah sama dan karena itu memiliki hak yang sama untuk dilindungi oleh keadilan dalam masyarakat.47
Pernyataan yang dibangun oleh Okin berkaitan dengan konsep keadilan yang humanis secara langsung membuka peluang bagi kaum perempuan untuk keluar dari zona domestik sehingga membantu kaum perempuan mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Melalui konsep tersebut dapat disinyalir bahwa tidak akan ada lagi ketidakadilan dan ketimpangan terhadap keberadaan kaum perempuan karena yang diutamakan adalah sisi kemanusiaannya. Jika kemanusiaan seseorang ditempatkan pada posisi utama, diperhatikan dengan baik bahkan dihargai maka hal tersebut menjadi syarat terwujudnya keadilan bagi semua individu tanpa adanya pola pengecualian.
C.Inti Kritik Susan Okin
47 Thobias Messakh, Konsep Keadilan Dalam Pancasila (Salatiga: Satya Wacana University Press-Program Pascasarjana Press-Program Studi Sosiologi Agama UKSW, 2007), 80.
45 Dari pandangan Okin tentang konsep keadilan dalam rumah tangga, saya menarik kesimpulan bahwa kritik yang dilayangkannya terhadap Rawls dan Nozick bertolak kepada konsep keadilan yang tidak menjawab persoalan ketidakadilan yang dialami perempuan dan anak-anak. Rawls hanya melihat pada keadilan yang bertumpu pada masyarakat dan mengabaikan keadilan yang bertumpu pada kehidupan keluarga. Sejatinya, jika hendak menginginkan tumbuhnya keadilan dalam masyarakat maka penerapannya harus didahului dari dalam keluarga. Selain itu keadilan yang digambarkan sebagai sentimen-sentimen yang berlebihan seperti kepahlawanan, pengorbanan diri, penerimaan tanggung jawab yang lebih menjadi landasan yang kuat terhadap diskriminasi dan ketidakadilan terhadap pihak perempuan. Okin juga mengkritik bahwa Rawls sepenuhnya gagal untuk mengatasi keadilan dari sudut pandang jender yakni peran jenis kelamin yang berakar pada kehidupan keluarga yang merupakan struktur dasar masyarakat bahkan meluas sampai ke lembaga-lembaga institusi masyarakat, dan juga pada setiap sudut kehidupan kita. Dalam kritiknya, Okin menyinggung tentang masalah jender. Ia menekankan bahwa dalam kehidupan bermasyarakat, sangat dibutuhkan pemberlakuan dan penegakan hukum yang netral dan adil terhadap masalah gender khususnya bagi kaum perempuan (misalnya: mengenai kehamilan, cuti melahirkan, dan sebagainya) yang seringkali mengalami diskriminasi. Menanggapi hal ini, Okin mengatakan bahwa diperlukan tindakan yang konsisten untuk mempertimbangkan, merumuskan, dan menerapkan prinsip-prinsip keadilan bagi kedua jenis kelamin. Akhirnya Okin sampai pada sebuah kesimpulan bahwa hanya dengan menghilangkan struktur gender maka pengembangan praktek keadilan yang benar-benar adil dapat tercapai.48
46 Okin mengkritik teori yang dikembangkan oleh Nozick yang hanya menekankan tentang perjuangan keadilan bagi hak kepemilikan secara pribadi sehingga mengabaikan penerapan nilai-nilai keadilan bagi sesama anggota di dalam keluarga. Dengan demikian bagi Okin; keluarga, struktur gender, dan peran seks dalam masyarakat, jauh dari argumen yang dikembangkan oleh Nozick. Okin juga mengkritik bahwa sepertinya Nozick tidak memperhatikan bahwa manusia terdiri dari dua jenis kelamin. Yang dimaksudkan dengan kritiknya ini ialah seringkali terjadi pengabaian terhadap hak- hak kaum perempuan. Laki-laki lebih mengutamakan hak mereka, sehingga kaum perempuan menuruti apa yang diinginkan oleh kaum laki-laki dan hal semacam ini seringkali terjadi dalam hubungan pernikahan. Bagi Okin, inilah yang tidak dilihat oleh Nozick. Ia juga menambahkan bahwa tindakan-tindakan pengabaian seperti inilah yang akan menyebabkan meningkatnya kemiskinan perempuan dan anak-anak yang merupakan salah satu dari krisis terbesar yang dihadapi oleh masyarakat.
Okin juga mengkritik pandangan yang dikemukakan oleh Rousseau dan Hume mengenai kemurahan hati. Baginya, poin yang paling penting adalah keadilan. Keadilan adalah kebutuhan utama yang paling mendasar, kebajikan moral yang paling dibutuhkan dalam kelompok sosial karena itu harus dimulai dari kehidupan keluarga. Okin menyatakan bahwa jika hanya mengandalkan sikap kemurahan hati, nilai-nilai keadilan tidak dapat tersalur secara maksimal. Jika keadilan berlaku dalam keluarga dan masyarakat, maka konsep kasih sayang, kemurahan hati dan kebajikan-kebajikan lainnya akan kelihatan. Ia menafsirkan bahwa keadilan yang berlaku dari dalam keluarga sebagai jalan pembuka terhadap tindakan kepedulian pada skala umum.
47 Setelah mempelajari dan memahami teori keadilan yang dikembangkan oleh Okin, penulis menyimpulkan bahwa kelebihan dari teori ini adalah Okin mampu melihat ketidakadilan yang selama ini tidak terlihat dari dalam keluarga. Ia berani mengungkapkan dan mengkritik teori-teori keadilan yang menurutnya mengabaikan nilai-nilai yang adil yang seharusnya diterapkan dalam kehidupan rumah tangga. Melalui kritik yang ia lakukan, ia berhasil merumuskan dan mengembangkan sebuah teori keadilan baru yang berbasis gender terutama dalam keluarga. Okin berangkat dari unit terkecil yang ada dalam struktur masyarakat. Unit terkecil yang seharusnya membentuk moralitas yang baik dan pada akhirnya berdampak besar bagi unit yang lebih luas. Selain kelebihan yang ada dalam teori keadilan Okin, dalam pandangan penulis terdapat juga kekurangan pada teori ini yaitu ia tidak menjelaskan tentang akibat yang dialami oleh perempuan secara holistik yakni yang dikaji dari berbagai sudut pandang misalnya pendidikan, kesehatan, kekerasan dan hal-hal lainnya yang ditimbulkan dari ketidakadilan yang terjadi di dalam keluarga.
E. Kesimpulan
Dalam pandangan banyak orang, keluarga adalah tempat bagi seorang isteri dan ibu mengabdikan hidupnya kepada suami dan anak-anak. Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa ruang yang tepat bagi seorang perempuan untuk mengaktualisasikan dirinya ialah keluarga. Sebaliknya, laki-laki yang dalam hal ini berperan sebagai seorang suami memiliki kebebasan sepenuhnya untuk mengaktualisasikan dirinya pada ruang publik. Laki-laki memiliki kekuasaan yang tidak terbatas untuk membuat peraturan yang harus ditaati oleh semua anggota keluarga serta memiliki hak paten untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan kehidupan keluarganya. Kondisi seperti inilah yang sering terjadi pada banyak
48 keluarga yang tidak jarang berakibat negatif sehingga menimbulkan perselisihan antara suami dan isteri.
Wajah ketidakadilan merupakan latar belakang timbulnya perselisihan dalam sebuah keluarga dan berdampak besar terhadap pihak perempuan yang tidak mendapatkan kebebasan dalam mengembangkan potensi yang ada pada dirinya bahkan juga kurang adanya penghargaan yang diberikan oleh suami terhadap isteri. Karena itu, Okin membuat sebuah konsep keadilan yang mengutamakan martabat dan kemanusiaan umat manusia. Dasar pemikiran yang dimiliki oleh Okin ialah bahwa semua manusia adalah sederajat, karena itu tidak seharusnya dilakukan pembedaan yang berujung pada tindakan ketidakadilan antara laki-laki dan perempuan. Penghargaan yang seharusnya diberikan oleh seseorang tidak ditentukan melalui status, kedudukan, bahkan kekuasaan tetapi karena setiap manusia layak untuk diberikan penghargaan. Situasi yang adil dalam kehidupan keluarga harus melihat pada adanya peran yang sama dan kedudukan yang sama dalam prospek pengembangan diri baik perempuan maupun laki-laki, serta memiliki tanggung jawab bersama dalam keluarga.