B. Paparan Data
1. Menumbuhkan Komunikasi Equal
Kesadaran peran suami istri
Kesadaran peran menjadi suami istri merupakan hal yang penting dalam membangun komunikasi yang setara bagi AS dan PL, mereka merasa begitu penting dalam menumbuhkan kesadaran pada dalam diri terlebih dahulu sehingga dengan demikian lebih bisa memperlakukan orang lain dengan baik karena inti dari mempelakukan orang lain adalah dengan kesadaran, yaitu kesadaran berperilaku. Menumbuhkan kesadaran dimulai dari diri sendiri dan sumber kesadaran bisa didapatkan dari banyak hal, AS mengatakan kesadaran tersebut bisa didapat ketika sadar peran dan sadar kewajiban. AS menceritakan setelah akad nikah ia langsung menangis dan tanggung jawab yang dirasakannya bertambah besar setelah akad pernikahan, karena artinya sekarang ia sudah menjadi kepala keluarga dan menjadi imam bagi istrinya (AS.W1.b169). Menyadari peran sebagai suami dan istri adalah bukanlah hal yang mudah dan membutuhkan proses didalamnya, karena menyadari peran erat kaitannya dengan berperilaku sebagai peran tersebut, dan menikah menjadikan adanya hak dan kewajiban yang harus dijalankan dan dipenuhi oleh sepasang suami istri. Setelah menikah bukan hanya sebatas sah dan menjadi suami istri, tetapi perlu
47
kematangan berpikir dalam memperlakukan pasangan dengan baik. Meski tidak mudah untuk menyadari peran tersebut tapi hal itu bisa dilakukan dengan pelan-pelan dan tentunya kemauan. Menumbuhkan peran tersebut berguna agar ego didalam diri tidak mudah muncul, ketika seseorang menyadari perannya sebagai apa maka ia cenderung bisa lebih menahan ego yang ada. Dalam pernikahan hal tersebut sangat penting agar suami dan istri bisa menjalankan kehidupan rumah tangganya dengan baik dan tidak salah kaprah, dan kesadaran sekali lagi menjadi inti paling penting dalam memperlakukan pasangan juga agar komunikasi bisa berjalan dengan baik (AS.W1.b378).
Sebagai istri PL menjelaskan asal wanita itu tau meski ia dengan segala kelebihannya, sebab rumah tangga sekarang ini tidak harmonis bukan karena kekurangan tetapi justru wanita merasa lebih dibanding laki-laki. Ia mencontohkan kelebihan tersebut adalah perempuan merasa gajinya lebih tinggi dibanding laki-laki meski pasangan tidak memberi uang perempuan tetap bisa mencukupi kebutuhannya. Contoh kelebihan lain adalah ketika perempuan mempunyai jabatan lebih tinggi meski pasangan tidak memperhatikan dan menghormati, perempuan tetap bisa mendapatkan hal tersebut dari orang lain (PL.W1.b20). Kelebihan-kelebihan yang ada membuat perempuan merasa lebih bisa dibanding laki-laki, hal ini sangat tidak baik bagi hubungan pernikahan mereka karena tidak adanya rasa saling membutuhkan dan merasa bisa sendiri, dengan begitu hal tersebut dapat menjadikan pelampiasan dan ketika ada masalah istri menganggap suami menjadi tidak bernilai. Sekarang ini wanita sudah memiliki status sosial seperti laki-laki yang memudahkan ia mendapat pekerjaan atau perhatian, kemudahan semacam ini apabila tidak dibarengi dengn kesadaran
peran bahwa ia adalah juga seorang istri maka akan sangat berbahaya dalam pernikahan, jika tidak dengan dibarengi kesadaran peran sebagai istri maka sangat mudah untuk menimbulkan konflik dalam rumah tangga (PL.W1.b56).
PL mengatakan meskipun wanita dengan segala kelebihannya tetapi tetap harus mengetahui dan menyadari ketundukpatuhan pada suami seperti dalam ajaran Agama, ketundukpatuhan berarti wanita memiliki suami sebagai imam dalam rumah tangga, ia mengibaratkan suami adalah seorang penyetir yang juga membagi kendali kepada istri. PL menyetujui bahwa kesadaran suami sebagai imam dan kesadaran istri sebagai makmum menumbuhkan nilai rasa saling membutuhkan, dengan begitu meskipun wanita dengan segala kelebihannya maka ia tidak akan merasa lebih terhadap suaminya dan meskipun suami dengan kelemahanya, tapi ia tidak akan merasa lebih dibanding suaminya (PL.W1.b46). PL mengatakan pedomannya ialah kembali pada Agama, kesadaran akan kodrat seorang wanita menjadi penting karena wanita jadi tidak merasa meremehkan atau merasa bisa berdiri sendiri, sebab kelebihan yang didapatkan wanita kini dapat memicu konflik karena istri merasa suami tidak bisa memberikan apa-apa.
PL menceritakan banyak terjadi istri yang memiliki gaji lebih besar lalu menganggap suami menjadi tidak berdaya dan berujung pada tidak mendengarkan seorang suami, ia juga menyayangkan seorang suami yang sama sekali tidak memegang peranan penting dalam keluarga. Kemudian sekarang ini banyak pula laki-laki yang memilih santai dirumah karena istri sudah bekerja dan bisa memenuhi kebutuhan rumah dan hal tersebut juga merupakan menjadi pemicu sebuah konflik. PL meyakini jika perempuan mengetahui dan memahami kodratnya, sebesar apapun kelebihan yang perempuan miliki, ia tidak akan merasa
49
lebih dibandingkan suaminya. Ia menyebutkan apabila perempuan memahami kodratnya maka akan mau menurunkan ego, menghormati suami dan menerima kekurangannya. Baginya yang penting suami sudah mengambil peran seorang suami dan seorang ayah itu sudah cukup baginya, AS juga mengatakan kesadaran dalam peran juga berupa saling mengingatkan jika ada yang salah dalam diri pasangan (AS.W1.b371).
“Misalnya kalau menurutku ya itu tadi Dek, tapi aku yakin kok kalau perempuan itu asalkan dia itu tau kodratnya, memahami kodratnya, mau dia punya jabatan, mau dia punya sesuatu yang lebih dibandingkan suami, dia pasti mau kok menurunkan egonya, menghormati suaminya, menerima kekuranganya, pasti mau” (PL.W1.b74)
Visi dan misi pernikahan
Visi dan misi pernikahan menjadi pembahasan penting yang dibicarakan oleh pasangan AS dan PL, khususnya AS sebagai imam dalam keluarga. AS menyampaikan bahwa didalam sebuah pernikahan harus terdapat visi dan misi, visi dan misi tersebut merupakan gambaran seperti apa keluarga yang akan dijalani kedepan. Pernikahan tanpa visi dan misi menjadikan pernikahan tersebut tidak memiliki gambaran dan arah yang jelas, itu mengapa visi dan misi harus dibuat secara jelas dan terarah agar pasangan suami istri tidak bingung menjalani kehidupan dalam berumah tangga. Visi dan misi tidak dibuat oleh sendiri atau satu pihak saja, tetapi dibuat bersama oleh suami dan istri, karena sejatinya pernikahan adalah menyatukan, salah satunya yaitu menyatukan visi dan misi bersama-sama (PL.W1.b197). Visi dan misi yang diciptakan oleh pasangan suami istri juga untuk membangun kemistri seperti apa yang disampaikan oleh AS, membangun kemistri artinya mengetahui apa yang masing-masing pasangan inginkan dalam sebuah pernikahan. Umumnya setiap orang memiliki keinginan
yang berbeda-beda, begitu pun baik yang sudah menikah, menyatukan keinginan antara suami dan istri kemudian dicari jalan tengah bersama merupakan contoh dari menyatukan visi dan misi bersama.
Sepasang suami istri harus saling mengetahui visi dan misi dalam pernikahan, itu mengapa menjadi penting bahwa baik suami maupun istri dalam pembuatan visi dan misi harus saling dibicarakan bersama. Visi dan misi bisa dibuat ketika akan menikah dan jalannya pernikahan, kemudian membuat visi dan misi bukan semerta-merta hal yang langsung jadi begitu saja, namun terdapat proses dalam pembuatannya karena visi dan misi merupakan wadah bagi sepasang suami istri mengenai gambaran pernikahan yang akan terjadi kedepan. AS menceritakan bahwa dalam membuat visi dan misi pernikahan, dibutuhkan waktu yang lama dan juga berkali-kali dibicarakan. Hal ini merupakan upaya dari suami dan istri untuk menyatukan keingingan bersama agar pernikahan menjadi milik berdua dan tidak diotoritas oleh satu orang (AS.W1.b243). Dibuatnya visi dan misi adalah untuk tercapainya tujuan pernikahan, PL menyampaikan dalam hal apapun pasti terdapat tujuan termasuk dalam sebuah pernikahan. Ketika dalam pelaksanakannya, pasangan suami istri kembali lagi pada tujuan tersebut dan menggunakan berbagai cara yang bisa dilakukan untuk mencapai tujuan. Upaya dalam mencapai tujuan pernikahan, suami dan istri perlu menurunkan ego pribadi agar bisa berjalan berdampingan, meningkatkan ego bersama menjadi suatu hal yang penting karena segala hal dalam pernikahan adalah untuk rasa kebersamaan. Sulitnya menurunkan ego pribadi yang membuat banyak pasangan suami istri kesulitan menemukan jalan tengah bersama di dalam pernikahan, adanya visi dan misi ialah untuk menengahi hal tersebut.
51
Ketika membuat visi dan misi, suami juga istri saling menyampaikan target dan keinginannya dalam pernikahan agar masing-masing individu dapat saling mengetahui apa yang diinginkan oleh pasangannya. Setelah semuanya dibicarakan, diharapkan adanya visi dan misi tersebut ialah upaya untuk menghindari kendala komunikasi karena baik istri maupun suami sudah menyampaikan apa yang diharapkannya dalam sebuah pernikahan. Visi dan misi juga membantu individu untuk saling mengetahui karakter pasangan dan juga kembali lagi pada tujuan pernikahan itu sendiri. Berjalannya pernikahan, penting untuk pasangan suami istri selalu menjalan visi dan misi yang sudah dibuat. Menjaga konsistensi adalah hal yang penting agar apa yang telah disampaikan dalam pembuatan visi dan misi bersama sesuai dengan proses berjalannya pernikahan dalam mencapai tujuan. AS mengingatkan agar menjaga kesesuaian antara visi dan misi dengan perjalanan pernikahan. AS mencontohkan salah satu yang dibicarakan ketika membuat visi dan misi bersama pasangan adalah bagaimana pengaturan keuangan dalam keluarga, jika sudah ditentukan siapa yang akan mengatur keuangan tersebut maka berjalannya pernikahan hal tersebut dilakukan sesuai dengan visi dan misi yang telah dibuat sebelumnya, agar tidak terjadi permasahalan dikarenakan tidak terjadi kesesuian antara visi dan misi yang sudah dibuat (AS.W1.b270).
“Jangan sampe ngomong kalo “gajiku nanti tak kasihkan sampean” dan ketika menikah ga sampean kasihkan, itu masalah itu tuh dan fakta banyak itu tuh cuma ngomong tok” (AS.W1.b269)
Seperti yang sudah diceritakan pada sebelumnya, bahwa kunci dalam sebuah pernikahan adalah memiliki tujuan. Hal ini yang kemudian juga dapat menjadi acuan seberapa matang pernikahan yang akan dijalani kedepannya. Orang
menikah harus dipikirkan secara matang dan tidak menikah hanya karena nafsu semata, maka dari itu kematangan dalam pernikahan menjadi hal yang juga penting untuk diperhatikan. Banyak yang harus dipersiapkan dalam sebuah pernikahan, karena menikah bukan suatu hal yang sederhana dan membutuhkan keseriusan dan kedewasaan dalam menjalaninya. Menikah juga bukan perihal hanya berganti status dari single menjadi kawin, tapi ada peran dan tanggung jawab baru setelahnya (AS.W1.b134). Pernikahan bukan hal tentang siapa yang paling cepat menikah lantas berganti status pada Kartu Tanda Penduduk (KTP), ataupun pada kehidupan sosial. Pernikahan adalah bagaimana mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang kemudian menemukan kemistri dengan pasangan. Banyak teman yang menemukan kemistri dengan pasangan setelah beberapa tahun pernikahan Seperti yang disampaikan pada sebelumnya, kemistri ialah bagaimana suami dan istri bisa saling mengetahui keinginan pasangannya masing-masing dalam sebuah pernikahan, kemudian dicari jalan tengah bersama agar tetap selalu bisa berdampingan. AS dan PL sendiri menemukan kemistri pernikahan di satu sampai dua tahun usia awal pernikahan (AS.W1.b139).
Penyesuaian dalam pernikahan menjadi hal yang tidak bisa dipisahkan, karena bersatunya dua individu yang berbeda, dua karakter yang berbeda, dua kebiasaan yang berbeda, dua pola pikir yang berbeda yang kemudian bersatu dalam sebuah pernikahan. Penyesuaian menjadi hal yang terus-menerus dilakukan agar pernikahan tetap bisa berjalan dengan baik dan menjadikan pernikahan itu sendiri menjadi lebih matang. AS juga menyampaikan bahwa penyesuaian dapat langsung terjadi manakala pasangan tersebut mengetahui peran dan tujuan pernikahan (AS.W1.b215). Meski sudah lama mengenal pasangan, tetap terdapat
53
perbedaan ketika setelah menikah, itu mengapa penyesuaian tetaplah berjalan meski sudah mengenal pasangan bertahun-tahun. Penyesuaian tidak berhenti begitu saja ketika diri merasa sudah cukup mengenal pasangan, namun keadaan dalam rumah tangga yang berbeda dibanding dengan sebelumnya semasa pendekatan, dan bersatu dalam kehidupan rumah tangga yang dua puluh empat jam terus-menerus setiap harinya bersama menjadikan seseorang lebih belajar untuk mengenal karakter pasangan dan juga karena manusia itu sendiri yang semakin waktu dapat berubah-ubah oleh sifatnya yang dinamis. Adaptasi merupakan bentuk upaya untuk selalu dan terus-menerus mengenal pasangan jauh lebih dalam.
“Sudah kenal lama, walaupun sudah kenal lama pasti ada lah perbedaan” (AS.W1.b142)
Pendidikan pranikah
Pernikahan bukanlah sesuatu yang kecil dan sederhana, tidak juga hal yang dianggap sepele, untuk mencapai arti sejatinya pernikahan dibutuhkan ilmu menikah. Menikah harus berilmu, seseorang yang ingin menikah harus belajar mengenai ilmu pernikahan. Mempelajari ilmu pernikahan tidak dipelajari secara tiba-tiba, namun bisa dimulai jauh-jauh hari sebelum hari pernikahan tiba. Ilmu pernikahan tidak didapat begitu saja, namun dipelajari dengan baik agar bisa menjalankan kehidupan rumah tangga dengan siap secara keilmuan. Sebagai suami, AS acap kali mengingatkan bahwa pernikahan membutuhkan sebuah ilmu dan sebelum menikah harus memperlajari ilmu tentang pernikahan (AS.W1.b337). Di lingkungan pertemanan AS, banyak teman yang mengaji beberapa kitab sebelum menikah, AS sendiri memang pernah mondok dan
memiliki pengalaman belajar agama di pondok. Zaman sekarang ini banyak kemudahan yang bisa didapat, salah satunya mempelajari ilmu pernikahan tersebut melalui aplikasi-aplikasi pada smartphone yang dengan mudah tinggal diunduh saja. Ilmu pernikahan akan memberikan gambaran kepada calon pasangan suami istri bagaimana cara terbaik memperlakukan pasangan dalam pernikahan. AS mengatakan suami yang paham agama pasti bisa memperlakukan istri dengan baik tapi tidak semua suami yang paham agama itu baik, karena berfungsinya sebuah ilmu adalah apabila diamalkan (AS.W1.b345).
Pada pernikahan, AS menanamkan nilai bahwa menikah akan menyempurnakan separuh agama. AS mengajak membayangkan bagaimana jadinya apabila pernikahan dapat menyempurnakan separuh agama, bukan hal yang kecil apabila pernikahan itu dapat memenuhi separuh dari agama yang kita yakini. Kesempurnaan dalam pernikahan tidak didapat begitu aja setelah terjadinya akad pernikahan, melainkan saling diciptakan oleh suami dan juga istri. Dikatakan sempurna ialah apabila pasangan suami istri telah berusaha melakukan kebaikan-kebaikan yang ada didalam rumah tangga untuk pasangan, karena sejatinya pernikahan adalah yang menentramkan bagi keduanya (AS.W1.b282). Hal yang sederhana sekalipun, senyum kepada suami merupakan sesuatu yang diciptakan. Tidak terjadi begitu saja, namun ada kesadaran dan upaya untuk menciptakan, itu mengapa senyum kepada suami dapat bernilai pahala. Ada banyak bentuk dalam menyempurnakan separuh agama, salah satunya ialah menciptakan candaan-candaan kecil kepada istri dan juga anak, dan sekali lagi hal demikian adalah diciptakan. Kemudian saling melayani pasangan juga merupakan bentuk dari menyempurnakan separuh agama, dengan menyiapkan makanan lalu
55
mencucikan pakaian, dan lainnya lagi yang itu dilakukan oleh keduanya bukan oleh salah satu saja. Upaya-upaya kecil yang diciptakan itulah yang kemudian bernilai pahala-pahala yang akhirnya akan menjadi sempurna dalam separuh agama (AS.W1.b291).
“...nah untuk menciptakan kesempurnaan itu loh butuh proses, ngga tiba-tiba menikah terus sempurna gitu kan, peran istri kemudian istri melayani suami, suami melayani istri, suami istri melayani anak, anak melayani.. loh.. banyak kan..” (AS.W1.b291)
Menyempurnakan separuh agama membutuhkan sebuah proses, menikah tidak menjadikan pernikahan tersebut langsung sempurna separuh agamanya. Proses tersebut dilakukan dari hal-hal yang kecil, proses tersebut merujuk pada peran yang ada didalam rumah tangga. Seperti peran istri kemudian peran suami, dan juga adanya peran anak. Ketika istri melayani suami, kemudian sebaliknya juga suami melayani istri, serta peran orang tua dalam melayani anak dan banyak lainnya lagi. Menciptakan kesempurnaan dalam pernikahan tidak semudah yang dibayangkan, karena dalam prosesnya terdapat banyak upaya yang dilakukan dan itu semua tidak banyak orang yang meyadarinya, bahwa sempurnya separuh agama adalah dengan diciptakan, bukan sesuatu hal yang didapat begitu saja. Jika dalam pernikahan yang terdapat hanyalah pertengkaran, maka hal tersebut tidak menjadikan pernikahan akan menyempurnakan separuh dari agama, karena yang justru tercipta adalah permasalahan dalam rumah tangga (AS.W1.b310).
Mengenai ilmu pernikahan, AS juga mengatakan jangan menganggap tabu perihal seks, memperlajari seks adalah sesuatu yang wajar bagi setiap orang khususnya pasangan yang akan menikah. Selain jangan menganggap seks adalah hal yang tabu, AS juga mengharuskan untuk belajar mengenai seksual. Meskipun
dilingkungan sekitar belajar mengenai seks adalah hal yang masih sangat jarang dilakukan, namun AS menegaskan kembali bahwa tidak perlu tabu untuk mempelajari seksual. Sekali lagi, keharusan mempelajari tentang seksual menjadi sangat penting bagi pasangan yang akan menikah. Setelah itu, pengetahuan seksual yang dipahami juga harus dipahamkan kepada pasangan, agar pasangan sama-sama belajar dan juga mengetahui (AS.W1.b529). Salah satunya AS membagikan pengetahuan mengenai jenis selaput dara yang erat kaitannya dengan keperawanan seorang perempuan. Jika tidak memahami dengan baik mengenai pengetahuan seksual, rentan untuk pasangan suami istri memiliki konflik yang tidak jauh dari hal demikian. AS juga membagikan salah satu cerita temannya yang berujung pada konflik ketika sang teman menganggap istrinya sudah tidak perawan, dikarenakan permasalahan pada selaput dara. Sebetulnya hal tersebut tidak perlu menjadi permasalahan yang besar bilamana mempelajari seksual dengan baik, dan itu mengapa pengetahuan seksual harus dibagikan kepada pasangan agar menghindari permasalahan yang mungkin saja terjadi (AS.W1.b538).
Sebelum menikah, pasangan calon suami istri harus pergi ke puskemas atau dokter untuk tes kesehatan. AS membagikan pengetahuan bahwa salah satu tes kesehatan dalam pernikahan adalah suntik tetanus (TT). Calon istri harus suntik tetanus (TT) terlebih dahulu agar ketika berhubungan seksual pertama kalinya tidak terjadi infeksi yang bisa beresiko besar. Jika terjadi infeksi, selanjutnya bisa terjadi demam, kejang, dan yang paling fatal adalah sampai pada kematian. Suntik tetantus (TT) diperuntukkan bagi perempuan karena ketika berhubungan seksual yang akan terluka adalah perempuan. AS menyampaikan
57
bahwa biaya untuk tes kesehatan tidak mahal, termasuk suntuk tetanus (TT). Ketika awal berhubungan seksual antara suami dan istri, ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Diawal berhubungan, perempuan akan merasakan sakit untuk pertama kalinya. Itu mengapa ketika berhubungan seksual, suami dan istri harus saling menyerahkan dan saling menerima. Semua itu bisa dilakukan dengan baik apabila dipikirkan secara matang dan pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan seksual menjadi penting karena berhubungan seksual bukan hanya tentang badan saja, tetapi juga melibatkan kesiapan dan perasaan (AS.W1.b468).
“Makanya saya bilang.. masalah seks itu kamu harus belajar, karna gini Bil karna apa yo kalau suami istri itu paham wes bisa saling memperlakukan dengan baik gitu, tidak ego, tidak napsu, kalau berlandaskan napsu ego satu tersakiti nanti akhirnya” (AS.W1.b467)