• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISLAM A. Duduk Perkara

C. Analisa Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dalam Perkara Tindak Pidana Perjudian Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam

2. Menurut hukum Islam

Dalam hukum Islam seseorang yang melakukan perbuatan tindak pidana, sanksi atau hukumannya harus ditunjukan kepada si pelaku yang bersangkutan dan tidak dapat dikaitkan atau ditanggung oleh siapapun baik itu keluarganya, saudara atau kerabatnya sekalipun. Seperti apa yang ditegaskan dalam Qur`an surat Al-Baqarah ayat 286 :                                                                              

Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah

Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir." (Q.S. Al-Baqarah : 286).

Ayat di atas menegaskan bahwasannya hukuman pidana tidak dapat dialihkan kepada orang lain ataupun kepada keluarga terdakwa, sanksi diberikan hanya kepada si pelaku tindak pidana atau yang melakukan perbuatan melanggar hukum.8

Tindak pidana perjudian ini, menurut hukum Islam dapat dikenakan hukuman takzir, sedangkan hukuman takzir adalah hukuman atas tindak pidana yang hukumannya belum ditentukan oleh syara’ tetapi sepenuhnya diserahkan atau ditentukan oleh Hakim (Ulil Amri).9 Hukum Islam tidak menentukan macam-macam hukuman untuk tiap-tiap tindak pidana takzir, tetapi hanya menyebutkan sekumpulan hukuman, dari yang paling ringan sampai yang paling berat. Tindak pidana takzir meliputi tindak pidana hudud, qishash, diyah yang syubhat, atau tidak memenuhi syarat tetapi sudah merupakan maksiat. Kemudian tindak pidana yang ditentukan oleh Al-Qur’an dan Al-Hadits, namun tidak ditentukan sanksinya. Selanjutnya tindak pidana yang ditentukan oleh Ulil Amri untuk kemaslahatan umat. Jika kita melihat dari segi hukum pidana Islam, putusan yang dijatuhkan Majelis Hakim terhadap terdakwa sesuai dengan kasus pidana Islam, seorang yang melakukan jarimah perjudian dapat dikenakan hukuman takzir. Hukuman takzir dapat dibagi menjadi beberapa macam yang telah ditetapkan oleh hukum Islam. Prinsip-prinsip hukum

8

Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 2005), Cet Ke-IV h. 87

9

Islam tidak menolak untuk mengambil hukum lain jika hukum itu tidak bertentangan dengan syari’at Islam dan hukum itu dapat mewujudkan tujuan hukum dalam hukum Islam.

Sementara masalah perjudian dalam hukum Islam belum ada pembahasan yang terinci dan tegas di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits, sehingga perjudian dimasukkan ke dalam tindak pidana takzir. Dalam pelaksanaan hukuman takzir hak mutlak diberikan kepada ulil amri atau hakim dimaksudkan untuk memberi keleluasaan yang memberi kemungkinan berbedanya hukuman keluwesan dalam menanggapi kemajuan budaya manusia, sehingga dengan demikian hukum Islam dapat responsip terhadap setiap perubahan sosial.10

Karena itu sanksi hukuman takzir dapat berubah sesuai dengan kepentingan dan kemaslahatan. Hakim boleh mengancam lebih dari satu hukuman, ia boleh memperingan atau memperberat hukuman, jika hukuman tersebut mempunyai dua batasan terpenting, hukuman tersebut sudah cukup untuk mendidik, memperbaiki dan mencegah pelaku tindak pidana tersebut.

10

A. Djazuli, Fiqh Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam), (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1997), cet. II, h. 167

65

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Dari penjelasan yang tertuang dalam bab-bab terdahulu permasalahan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini, mencoba mengambil beberapa kesimpulan dalam bab ini :

1. Menurt hukum Islam bahwa tindak pidana perjudian dikenakan hukuman takzir. Tindak pidana takzir dalam hukum Islam adalah hukuman atas tindak pidana yang hukumannya belum ditentukan oleh syara’ tetapi sepenuhnya diserahkan atau ditentukan oleh Hakim (Ulil Amri). Yang dimaksud dengan takzir ialah

ta’dib, yaitu memberi pedidikan (pendisiplinan). Hukum Islam tidak menentukan macam-macam hukuman untuk tiap-tiap tindak pidana takzir, tetapi hanya menyebutkan sekumpulan hukuman, dari yang paling ringan sampai yang paling berat. Tindak pidana takzir meliputi tindak pidana hudud, qishash, diyah yang syubhat, atau tidak memenuhi syarat tetapi sudah merupakan maksiat. Kemudian tindak pidana yang ditentukan oleh Al-Qur’an dan Al-Hadits, namun tidak ditentukan sanksinya. Selanjutnya tindak pidana yang ditentukan oleh Ulil Amri untuk kemaslahatan umat.

2. Dalam perspektif hukum positif, perjudian merupakan salah satu tindak pidana (delict) yang meresahkan masyarakat. Masalah perjudian ini dimasukkan dalam

tindak pidana kesopanan, dan diatur dalam Pasal 303 KUHP dan Pasal 303 bis KUHP jo. Undang-undang No. 7 Tahun 1974 tentang penertiban perjudian.1 3. Dalam menjatuhkan hukuman atau vonis terhadap terdakwa, Majelis Hakim

menggunakan pasal 303 Ayat (1) ke-2e KUHP tentang perjudian. Oleh karena itu terdakwa di hukum dengan hukuman penjara 8 (Delapan) bulan penjara. Berdasarkan hasil analisis Putusan Pengadilan Negeri No. 273/Pid/B/2013/PN.BJ. Dapat disimpulkan bahwa dilihat dari aspek keadailan hukum, terutama rasa keadilan terdakwa telah terpenuhi. Sebab berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan, dalam putusannya majelis hakim menyatakan terdakwa telah terbukti bersalah melakukan tindak pidana perjudian, sebagaimana didakwakan kepadanya. Adapun dilihat dari aspek kegunaan hukum, dapat dijadikan contoh yang baik, bahwa hukum tidak akan berpihak kepada siapapun. Selanjutnya dilihat dari aspek kepastian hukum, hakim telah menerapkan hukum sesuai dengan asas legalitas dan telah memberikan perlindungan kepada warga negara dari tindakan kejahatan, yakni tetap mengacu kepada pasal 303 KUHP guna menjaga kepastian hukum dalam upaya memberikan perlindungan hukum terhadap warga negara.

4. Jika kita melihat dari segi hukum pidana Islam, putusan yang dijatuhkan Majelis Hakim terhadap terdakwa sesuai dengan kasus pidana Islam, seorang yang melakukan jarimah perjudian dapat dikenakan hukuman takzir. Hukuman takzir

1

Adami Chazawi, Tindak Pidana Mengenai Kesopanan, ( Jakarta: PT: Raja Grafindo Persada, 2005), h. 157

dapat dibagi menjadi beberapa macam yang telah ditetapkan oleh hukum Islam. Prinsip-prinsip hukum Islam tidak menolak untuk mengambil hukum lain jika hukum itu tidak bertentangan dengan syari’at Islam dan hukum itu dapat mewujudkan tujuan hukum dalam hukum Islam. Sementara masalah perjudian dalam hukum Islam belum ada pembahasan yang terinci dan tegas di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits, sehingga perjudian dimasukkan ke dalam tindak pidana takzir. Dalam pelaksanaan hukuman takzir hak mutlak diberikan kepada ulil amri atau hakim dimaksudkan untuk memberi keleluasaan yang memberi kemungkinan berbedanya hukuman keluwesan dalam menanggapi kemajuan budaya manusia, sehingga dengan demikian hukum Islam dapat responsip terhadap setiap perubahan sosial. Karena itu sanksi hukuman takzir dapat berubah sesuai dengan kepentingan dan kemaslahatan. Hakim boleh mengancam lebih dari satu hukuman, ia boleh memperingan atau memperberat hukuman, jika hukuman tersebut mempunyai dua batasan terpenting, hukuman tersebut sudah cukup untuk mendidik, memperbaiki dan mencegah pelaku tindak pidana tersebut.

4. Saran-saran.

Dari permasalahan yang dikemukakan, maka penulis menyarankan kepada aparat penegak hukum dalam rangka meningkatkan upaya penanggulangan terhadap tindak pidana tersebut maka :

1. Perlunya pembinaan kesadaran hukum dikalangan masyarakat dan pemerintah, agar dapat terciptanya ketertiban, ketentraman dan masyarakat yang taat akan hukum.

2. Untuk para penegak hukum diharapkan lebih objektif dalam menyelesaika suatu tinddak pidana, dan lebih khusus kepada para Hakim dalam menjatuhkan suatu pidana lebih mempertimbangkan lagi pemidanaan apa yang cocok untuk diri pelaku, agar suatu pemidanaan sejalan dengan tujuan pemidanaan sebagai pendidikan yang tentunya tanpa mengurangi hak dari si korban sebagai pemenuhan rasa keadilan.

3. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para penegak hukum dalam menentukan sanksi pidana terhadap pelaku perjudian menurut aturan pidana Islam.

69

A. Pudjaatmaka, Hadyana, dkk, Ensiklopedi Nasional Indonesia, jilid VII, Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1989.

Abubakar H. Al Yasa’, Syari’at Islam di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Paradigma, Kebijakan dan Kegiatan, ed. 3, Banda Aceh, Dinas Syari’at Islam Provinsi NAD, 2005.

Al-‘Imroniy, Abu Husein Yahya Ibn Abi al-Khair Ibn Salim, al-Bayaan Fii Madzhab al-Imam asy-Syafi’I, Jilid VII, Beirut: Dar el-Minhaj, tt.

Al-‘Utsaimin, Muhammad Bin Shalih, Mudzakkirah Fiqh, Jilid II, Cet. I, Kairo-Mesir: Daar al-Ghad al-Gadeed, 2007.

Al-Albani, Muhammad Nashir ad-Diin, Irwaa al-Ghaliil, Jilid V, Cet. I, Lebanon: al-Maktab al-Islamiy, 1979.

Al-Bassam, Abdullah Bin Abdurrahman, Taudih Ahkam Min Bulugh al-Maram, Jilid V, Cet I, Jeddah-Saudi Arabia: Dar al-Qiblah Li ats-Tsaqafah al-Islamiyyah, 1992.

Al-Bugha, Mushthafa al-Khin dan Mushthafa, al-Fiqh al-Manhajiy ‘Alaa

Madzhab al-Imam asy-Syafi’iy, Jilid VIII, Cet. II, Damaskus: Dar el-Qalam Li ath-Thaba’ah Wa an-Nasyr Wa at-Tauzii’, 1992.

Al-Fiqhiy, Shalih Ibn Fauzan Ibn Abdullah al-Fauzan, al-Mulakhkhash, Jilid II, Cet. I, Riyadl-Saudi Arabia: Riaasah Idarat al-Buhuuts al-‘Ilmiyyah Wa al -Ifta, 1423 H.

Al-Jauziyyah, Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad Ibn Abi Bakar Ibn Ayyub Ibn Qayyim, al-Furuusiyyah, Cet. I, Hail-Saudi Arabia: Dar el-Andalus, 2003.

Ambary, Hasan Muarif, Suplemen Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996.

An-Nawawi, Yahya Ibn Syarf, Kitab al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, Jilid XVI, Jeddah: Saudi Arabia, Maktabah al-Irsyad, tt.

Ash-Shan ani’, Muhammad Bin Ismail Al-Amir, Subul as-Salam – Syarh Bulugh al-Maram, Cet. II, Jakarta : Darus Sunnah, 2007.

At-Thabari, Abu Ja’far, Jaami’ al-Bayaan Fii Ta’wil al-Qur’an, Cet. I, Jilid IV, Beirut: Muassasah ar-Risaalah, 1994.

Audah, Abdul Qadir, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Cet II, Penerjemah Tim Tsalisah Bogor, T.tp., PT Kharisma Ilmu, T.th.

Az-Zuhailiy, Wahbah, al-Fiqh al-Islamiy Wa Adillatuh, Jilid V, Cet. II, Damaskus: Dar el-Fikr, 1985.

Chazawi, Adami, Tindak Pidana Mengenai Kesopanan, Jakarta: PT. Raja Grafindo, T.th.

Dahlan, Abdul Azis, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996.

Dian Hati dan Ahmad Syaufi, Kajian Terhadap Putusan Perkara No. 508/Pid. B/ 2006/PN.Bjm, Tentang Tindak Ksewenang-wenangan Aparat Penegak Hukum.

Djazuli, Ahmad, Fiqh Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam), cet. II, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1997.

Hamzah, Andi, KUHP& KUHAP, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007.

Hanafi, Ahmad, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, cet. VI, Jakarta: Bulan Bintang, 2005.

Hosen, Ibrahim, Apakah Judi Itu ?, Jakarta: Lembaga Kajian Ilmiah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ), 1987.

http://mbahdaur.blogspot.com/2012/05/macam-macam-perjudian-di-indonesia.html. Diakses pada tanggal 26 April 2015.

http://tenagasosial.blogspot.com/2013/08/unsur-unsur-tindak-pidana.html.

Ibn Taimiyah, Ahmad Bin Abdul Halim, Majmu’ Fataawa, Jilid XXXI, Madinah-Saudi Arabia: Mujamma’ al-Maliki Fahd Lithabaa’at al-Mushhaf Asy-Syarif, 2004.

Ibrahim, Johny, Teori dan Metode Penelitian hukum Normatif, Malang: Bayumedia, 2005.

Mertokusumo, Soedikno, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta: Liberty, 1985.

Moeliono, Anton M., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990.

Muslich, Ahmad Wardi, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayah, Jakarta: PT Sinar Grafika, tt.

Pudjaatmaka, A. Hadyana, dkk, Ensiklopedi Nasional Indonesia, jilid VII, Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1989.

Putusan Pengadilan Negeri Binajai No. 273/Pid.B/2013/PN.BJ

Qanaybiy, Muhammad Rawwas Qal’ahji dan Hamid Shadiq, Mu’jam Lughat al -Fuqahaa, Cet. II, Beirut-Lebanon: Dar an-Nafaais, 1988.

Qardhawi, Yusuf, Halal dan Haram, Cet. IX, Penerjemah: Abu Sa’id al-Falahi dan Aunur Rafiq Sholeh Tamhid, Jakarta: Robbani Press, 2010.

Saleh, H.E. Hasan, Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, Ed. I, Jakarta: Rajawali Pres, 2008).

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Cet.VIII. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.

Soerodibroto, R. Soenarto, KUHP dan KUHAP, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.

Sonhadji, Al-Qur’an dan Tafsirnya..

Sutiyoso, Bambang, Metode Penemuan Hukum, Upaya Mewujudkan Hukum yang Pasti dan Berkeadilan, Yogyakarta: UII Press, 2006.

________________, Perjudian dalam Perspektif Hukum, http://bambang.staff.uii.ac.id/2008/10/17/perjudian-dalam-perspektif-hukum, artikel diakses pada hari selasa, 08 Desember 2009.

Syihabuddin al-Qolyubiy dan Syihabuddin ‘Umairah, Haasyiyah al-Qolyuubiy

Wa ‘Umairoh ‘Alaa Syarh al-Mahalliy ‘Alaa Minhaaj ath-Thaalibiin, Jilid IV, Cet. III, Kairo-Mesir: Maktabah Wa Mathba’ah Mushthafaa al-Baab al-Halbiy Wa Aulaadih, 1956.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian.

Dokumen terkait