• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut Ari Febrianda prodi teknik Pertambangan Universitas Negeri Padang dalam jurnal yang berjudul Analisis Sistem Ventilasi Tambang Untuk

GRAPHI C LOG

1. Menurut Ari Febrianda prodi teknik Pertambangan Universitas Negeri Padang dalam jurnal yang berjudul Analisis Sistem Ventilasi Tambang Untuk

Q Kuantitas udara (m³/s) 

v Kecepatan aliran udara(m s ) 

A Luas penampang(m2)

f. Kebutuhan udara mengencerkan gas methan

untuk menghitung kuantitas udara yang dibutuhkan untuk mengencerkan gas methan dapat dihitung dengan rumus, Hartman (1997:60)

Qg B MAC Qg Q    (2.10)

x

y4,1 0,023

Produksi/gilir x emisi gas methan x 𝟏

𝑱𝒂𝒎 𝑲𝒆𝒓𝒋𝒂 𝒆𝒇𝒆𝒌𝒕𝒊𝒇

Keterangan:

Qg = Masukan gas pengotor (m3 ) s

MAC = Nilai ambang batas tambang

B = Konsentrasi gas dalam udara bebas/normal 2.1.11. Penelitian Sebelumnya

1. Menurut Ari Febrianda prodi teknik Pertambangan Universitas Negeri Padang dalam jurnal yang berjudul Analisis Sistem Ventilasi Tambang Untuk Kebutuhan Operasional Penambangan Pada Tambang Bawah Tanah Ombilin 1 (sawah luwung) PT. Bukit Asam–Upo 2014. Bahwasanya dasar teori yang harus diperhatikan dalam tambang bawah tanah yaitu sistem ventilasi tambang dimulai dari menetralkan gas-gas beracun, kebocoran udara, mengurangi

konsentrasi debu yang berada di dalam udara tambang, untuk mengatur temperatur, dan kualitas udara tambang, guna mengetahui kebutuhan operasional dan udara yang dibutuhkan para pekerja.

2. Menurut Fedi prodi teknik pertambangan Universitas Negeri Padang dalam jurnal yang berjudul Analisis Penurunan Suhu Udara di Area Produksi Tambang Batubara Bawah Tanah PT. Bukit Asam (Persero) Tbk, Unit Penambangan Ombilin, Sawahlunto, Sumatera Barat 2015. Bahwasanya Jika temperatur udara di area produksi berada di atas ambang rata-rata yang diperbolehkan oleh KEPMEN-555K yaitu berkisar antara 18°C-24°C maka kondisi kerja para penambang akan mengalami penurunan efisiensi. Dapat diasumsikan terjadi berbagai jenis sumber panas yang dapat meningkatkan suhu udara di area tambang bawah tanah. Diantaranya panas dari batuan, panas dari peralatan yang kita gunakan, dan panas dari badan para pekerja yang bekerja itu sendiri.

3. Menurut Nurul Janah prodi tektik pertambangan dalam jurnal yang berjudul Kajian Sistem Ventilasi Tambang Emas Blok Cikoneng PT Cibaliung Sumberdaya, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Bahwasanya udara bersih sangat dibutuhkan dalam tambang bawah tanah untuk menunjang kegiatan penambngan salah satunya dengan memperhatikan pasokan aliran udara bersih yang masuk ke decline sangat kecil dibandingkan pasokan aliran udara bersih yang masuk ke x-cut.

4. Menurut Jinxue dalam jurnal yang berjudul Analisis Optimalisasi Ventilasi Tambang dan Kontrol Aliran Udara. bahwasanya desain ventilasi yang baik

dapat memberikan udara segar untuk membangun lingkungan kerja yang baik dan memberikan permintaan distribusi udara tambang, melakukan perhitungan optimalisasi terhadap sistem ventilasi tambang, meredakan secara dinamis dan kecepatan simulasi.

5. Menurut Darius Agung Prata dalam jurnal yang berjudul Aplikasi Pegukuran Ventilasi Alami. bahwasanya ventilasi tambang dapat dibagi menjadi dua macam yaitu ventilasi alami dan ventilasi buatan, dalam pembahasan kali ini membahas tentang ventilasi alami dengan udara yang mengalir dalam terowongan dibawah tanah sangat penting untuk mengatur tingkat kenyamanan para pekerja yang ada dilokasi tersebut. Berdasarkan beberapa literatur, kenyamanan manusia saat berada pada lubang terowongan bawah tanah pada saat ventilasi berfungsi sesuai dengan yang diinginkan.

6. Menurut W. Marx and B.K. Belle CSIR-Miningtek dalam jurnal yang berjudul

Simulasi Kondisi Aliran Udara Di Tambang Batubara Afrika Selatan, Menggunakan Perangkat Lunak Simulasi VUMA-Network. Bahwasanya perancangan dan pengoperasian sistem ventilasi yang akurat merupakan bagian penting dari peran ventilasi untuk memastikan lingkungan kerja yang sehat dan aman. Untuk membantu para pekerja, ventilasi sangat memenuhi dalam peran ini, alat komputer modern diharuskan untuk memungkinkan perancangan praktis dan ekonomis dari sistem ventilasi tambang yang efektif. VUMA-network merupakan program interaktif yang memungkinkan simultan pemodelan aliran udara serta kontaminan dan perilaku termodinamika pada jaringan ventilasi tambang. dimana tujuan dari simulasi ini adalah untuk

mengoptimalkan distribusi aliran udara dan untuk mengurangi kebutuhan daya kipas.

7. Menurut Malcolm J. Mc Pherson dalam jurnal yang berjudul Survei Kuantitas Udara. Bahwasanya volume udara, Q, melewati titik tetap di jalan napas atau saluran setiap detik biasanya ditentukan sebagai produk dari kecepatan rata-rata udara, V dan luas penampang melintang, saluran udara atau saluran A, Q = V x A dan 𝑚

𝑠 m2 𝑚 3

𝑠 Sebagian besar teknik mengamati aliran udara, oleh karena itu, terdapat kombinasi metode yang tersedia Untuk mengukur kecepatan rata-rata dan luas penampang.

8. Menurut Jide Muili dalam jurnal yang berjudul Penentuan Distribusi aliran udara di Tambang Batubara Bawah Laut Okaba. Bahwasanya Asumsi pada desain untuk aliran udara tambang adalah bahwa faktor gesekan untuk masuk adalah 0,0028 Ns2/m (untuk pipa halus), bagian penampang entri adalah 0,899 m2, perimeter masuk adalah 3,36 m, tiang model dipelihara pada Panjang tetap dan diameter duktus 1,07 m sedangkan parameter lain seperti volume udara, panjang jalan dan lebar tiang bervariasi. Desain untuk sistem pra-ventilasi deposit Okaba Coal membutuhkan 145 m3/det udara dengan tekanan kipas utama 2,73 kPa dan empat kipas penguat volume udara; 110 m3/s, 125 m3/s, 95 m3/s, 105 m3/s yang tekanan kipasnya masing-masing adalah 0,63 kPa, 0,87 kPa, 0,47 kPa, 0,50 kPa, dengan kipas angin 70 m3/s pada tekanan kipas 0,38 kPa Yang dibutuhkan untuk ventilasi tambang.

9. Menurut Chen Chen dalam jurnal yang berjudul Gangguan Sistem Ventilasi Tambang disebabkan Oleh Ledakan Batubara dan Gas. Bahwasanya dengan

ledakan batubara dan gas berskala besar sebagai objeknya, pembahasan ini menetapkan model matematis migrasi gas tambang selama ledakan gas. Setelah ledakan, karena residu gas di saluran udara sistem ventilasi, tekanan udara gas alam dapat mempertahankan arus balik untuk jangka waktu tertentu. Di bawah aksi kipas utama, ventilasi tambang akan pulih secara bertahap, namun tekanan udara gas alam juga bisa membawa aliran udara ke udara terbalik. Aliran udara yang terbalik dapat membuat kisaran aliran gas terus berkembang dan keadaan aliran udara berubah dan rumit, yang dapat meningkatkan ledakan gas.

10.Menurut Shuai Zhu 1 dalam jurnal yang berjudul Model Prediksi Suhu Rute Udara Bawah Tanah. Bahwasanya Tambang Batubara Ultra-Deep Karena metode penambangan modern yang digunakan dalam beberapa tahun terakhir, produksi tambang batu bara telah berkembang secara signifikan dibandingkan dengan tiga puluh tahun yang lalu. Masalah umum di seluruh dunia yang saat ini dialami oleh tambang batu bara bawah tanah adalah bahaya yang disebabkan oleh lingkungan panas bawah tanah, yang juga mendorong kebutuhan akan langkah-langkah mitigasi yang dapat diandalkan untuk membantu operator tambang mengendalikan tekanan panas bagi para penambang sekaligus mempertahankan operasi normal dari tambang. Gagasan keseimbangan panas digunakan untuk menetapkan persamaan perhitungan temperatur. Berbagai sumber panas bawah tanah (kompres udara, oksidasi dinding, panas bawah tanah, mesin, dll).

2.2. Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini terdapat kerangka konseptual yang akan membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, yang terdiri atas:

2.2.1. Input

Data yang dibutuhkan pada penelitian ini terdiri atas dua macam, yaitu: 1. Data primer:

Ukuran penampang/geometri terowongan, diameter pipa/ducting, jumlah pekerja yang berada di lokasi tambang bawah tanah, kadar gas methan dan gas gas lain, temperatur dan kelembaban udara, kecepatan angin, & angket tingkat kelelahan pekerja.

2. Data sekunder:

Spesifikasi fan/blower, jumlah tenaga kerja, peralatan penunjang, peta IUP PT. NAL, peta kesampaian daerah, peta kemajuan lubang.

2.2.2. Proses

Proses yaitu teknik pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah menganalisis untuk mengetahui kondisi kualitas dan kuantitas udara, perhitungan kebutuhan udara pada front penambangan pada lubang C1D & mengetahui tingkat kelelahan pekerja.

2.2.3. Output

Output yaitu hasil yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu:

1. Menganalisis kebutuhan udara yang harus dialirkan untuk memenuhi kebutuhan udara para pekerja pada front kerja di lokasi C1D.

Gambar 2.14 Kerangka Konseptual a. Data primer

- Ukuran

penampang/geometri terowongan.

- Kadar gas methan dan gas gas lain.

- Temperatur dan kelembaban udara - Kecepatan angin. - Dimeter pipa ducting - Angket tingkat kelelahan pekerja. b. Data sekunder - Spesifikasi Fan/Blower - Jumlah pekerja - Peralatan penunjang - Peta IUP PT. NAL - Peta kesampaian daerah - Peta kemajuan lubang a. Perhitungan Kuantitas udara A v Q  b. kebutuhan udara mengencerkan gas methan

Qg B MAC QG Q    c. Pengukuran kualitas udara d. Perhitungan kebutuhan udara pada front kerja. = Jumlah pekerja x kebutuhan udara perorang 2 m3/menit (0,03 m3/detik) e. Persentase angket tingkat

kelelahan pekerja.

Menurut Howard I Hartman: - Dalam kondisi normal

kandungan oksigen adalah 21% dan oksigen untuk pernafasan dianggap layak untuk suatu pernafasan tidak boleh kurang dari (O2) 19,5%

- Dalam kondisi normal kandungan karbondioksida (CO2) 0,03% dan laju pernafasan manusia mulai meningkat (CO2) 0,5%. Menurut Kepmen 555 K/M.PE/1995.

- Volume oksigennya tidak kurang dari 19,5% dan

volume karbon

dioksidanya tidak lebih dari 0,5 %.

- Untuk setiap orang tidak kurang dari 2 m3/menit (0,03 m3/detik) selama pekerjaan berlangsung. 1. Kebutuhan udara yang dialirkan untuk memenuhi kebutuhan udara para pekerja pada front kerja di lokasi C1D. 2. kondisi kualitas dan kuantitas udara di lokasi C1D.

BAB III

Dokumen terkait