• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENYIAPKAN DIRI SEBAGAI “ ORANG TUA ”

BAB II SELAYANG PANDANG PROGRAM KEPENDUDUKAN DAN

8. MENYIAPKAN DIRI SEBAGAI “ ORANG TUA ”

لله دمحلَا , ناحبس هدمحأ راهنلاا اهتحت نم ىرجت تانج تانمؤملاو نينمؤملل دعأ ىذلا لله دمحلا رازِغلا همعن ىلع هركشأو ىلاعت الله , زيزعلا كلملا هل كيرشلا هدحو الله لاا هلالا نأ دهشأو رافغلا , راتخملا هلوسرو هدبع ادمحم انيبنو انديس نأ دهشأو , كدبع ىلع كرابو ملسو لص مهللا سرو مهعبت نمو رايخلاا هباحصاو راربلأا هلا ىلعو رارسلاا ِّرسو راونلاا رون دمحم كلو رارقلا موي ىلا ناسحاب . دعب اما . دقو الله ىوقتب ىسفنو مكيصوأ الله مكمحر نيملسملا رشاعمايف نوحلفت مكلعل هتعاط ىلع مكَّثحاو نوقتملا زاف Jamaah Jum’ah Rahimakumullah

Alhamdulillah adalah suatu kata yang berarti syukur sebagai tanda terima kasih kita kepada Allah SWT yang menciptakan dan mengusai alam

dan jagat raya beserta isinya, karena di hari yang mulia ini “sayyidul ayyam

kita mendapatkan karunia-Nya sehingga mampu menghadiri undangan

perintah-Nya, yakni menjalankan ibadah shalat Jum’at .

Shalawat dan salam mari kita sampaikan kepada nabi akhiruzzaman, Muhamamad SAW., yang telah membimbing kita menuju jalan yang benar

Pada kesempatan ini pula khatib mengajak jamaah rahimatullah, mari kita hadapkan hati, fikiran, dan seluruh panca indera kita untuk berikhitiar bersama-sama meningkakan taqwa kepada sang khaliq Allah SWT dengan melaksanakan secara iklhas seluruh perintah-Nya dan meningggalkan serta menjauhi seluruh larang-larangan-Nya.

Jamaah Jum’ah rahimakumullah

Allah SWT berfirman di dalam QS. Yasin : 36,

َُنْو مَلْعَيُ َلاُاَّمهمَوُْمهههس فْنَاُ ْنهمَوُ ضرْ َلاْاُ تهبْن تُاَّمهمُاَهَّل كَُجاَوْز َلاْاَُقَلَخُئهذَّلاَُناَحْب س .

Maha suci Dzat yang telah menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan, baik yang ditumbuhkan di bumi dan dari diri mereka, maupun dari apa yang mereka tidak ketahui”.

Dalam ayat yang lain, yakni QS. al-Hujurat : 13, Allah SWT. juga berfirman,

ُْكَأُ َّنهإُاو فَراَعَتهلَُلهئاَبَقَوُاًبو ع شُ ْم كاَنْلَعَجَوُىَثْن أَوُ رَكَذُ ْنهمُ ْم كاَنْقَلَخُاَّنهإُ ساَّنلاُاَهُّيَأُاَي ُهَّاللَُدْنهعُ ْم كَمَر

َُّنهإُْم كاَقْتَأُ ُ ريهبَخُ ميهلَعَُ َّالل

“Wahai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang

laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu adalah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi

Maha mengenal”.

Dari kedua ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah SWT menciptakan sesuatu di bumi ini selalu berpasang-pasangan, dan kita pun sebagai umat manusia diciptakan oleh Allah dalam wujud suku bangsa yang amat beragam. Karena itu, kita diperintahkan oleh Allah untuk saling mengenal, yang akhirnya kita pun dapat melangsungkan hubungan yang sah dalam sebuah ikatan perkawinan untuk meneruskan keturunan.

Manusia diciptakan oleh Allah SWT. sebagai makhluk yang diberi

keistimewaan berupa akal pikiran, maka timbul pertanyaan :”apakah yang harus kita perbuat dalam melanjutkan keturunan bani Adam (manusia)?

Tentu jawabnya adalah kita harus melakukan hubungan biologis dengan pasangan yang telah ditentukan oleh Allah SWT, Dzat yang menciptakan

alam. Lalu, “apakah diri kita sebagai keturunan Adam (manusia) perlu dan harus melakukan cara-cara yang sama dengan makhluk lainnya seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang, dalam mendapatkan keturunan?”

Jawabnya, tentu saja tidak, karena keberadaan kita sebagai manusia sangat terikat oleh norma moral dan etika, sementara tidak demikian halnya yang

terdapat dalam “dunia” tumbuh-tumbuhan dan binatang. Di akhir perjalanan kehidupan manusia akan dihadapkan pada pertanggungjawaban amal di hadapan Tuhan, sementara tumbuhan dan binatang tidak demikian. Karena itu, untuk meraih keturunan tentunya harus dengan cara-cara yang berbeda dengan dunia tumbuh-tumbuhan dan binatang.

Sebagai manusia, kita diberi kemampuan untuk belajar dari lingkungan. Tetapi, hasil pembelajaran kita dari lingkungan seperti itu pun harus selalu didialogkan dengan norma-norma yang kita yakini benar, agar secara etis kita bisa mempertanggungjawabkannya. Begitu juga dalam hal untuk meraih keturunan, kita bisa belajar dari lingkungan. Tetapi apa yang kita peroleh harus kita dialogkan dengan norma-norma agama yang kita yakini benar. Dengan cara seperti ini, kita menjadi mengerti mana yang benar-dan mana yang salah, mana yang boleh dan mana yang tidak diperbolehkan. Sebagai orang muslim, cara yang harus kita lakukan untuk

menghasilkan keturunan tentunya harus selalu didasarkan pada norma-norma ajaran Islam, yaitu melalui proses perkawinan yang sesuai dengan

syari’at Islam.

Jamaah Jum’ah rahimakumullah

Islam adalah agama fitrah, artinya ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya selalu sejalan dengan fithrah manusia. Begitu juga ajaran perkawinan yang ditentukan dalam Islam, akan selalu sejalan dengan kebutuhan fitrah manusia. Justeru, perkawinan yang tidak sesuai dengan tuntunan agama Islam akan melahirkan ekses tidak baik, karena berlawanan dengan kebutuhan fitrah manusia itu sendiri.

Perkawinan adalah cara hidup yang benar dan jalan yang tepat untuk memperoleh keturunan. Perkawinan yang benar akan melahirkan keluarga yang damai, harmonis, dan memiliki konsekuensi hukum yang bisa dipertanggungjawabkan. Sebaliknya, perkawinan yang tidak benar akan melahirkan keluarga yang rentan menimbulkan problem yang secara hukum sulit dipertanggungjawabkan. Tidak sedikit kasus orang yang menikah dengan cara-cara yang tidak benar, setelah terjadi perpisahan timbul masalah yang sulit dipecahkan. Celakanya, yang paling terkena dampaknya adalah kaum perempuan dan anak-anak.

Hadirin rahimakumullah

Menikah adalah jalan yang harus dilalui untuk menjadi orang tua dalam bingkai garis keturunan atau nasab, meski untuk bisa menjadi orang yang dituakan bisa juga dilalui melalui jalur lain, seperti jalur pendidikan atau status sosial. Jika melalui jalur pendidikan orang yang dituakan dinamai dengan guru, dan melalui jalur status sosial seseorang yang dituakan dinamai dengan sesepuh atau pinisepuh, maka di jalur nasab atau keturunan orang yang dituakan disebut dengan istilah ayah-ibu, kakek-nenek, dan seterusnya. Jika untuk menjadi orang tua dalam jalur pendidikan dan status sosial harus melalui suatu proses dan di dalamnya terdapat berbagai syarat yang harus dipenuhi, demikian juga untuk menjadi orang tua dalam jalur nasab juga harus dilalui melalui proses yang di dalamnya pun terdapat syarat-syarat yang wajib dipenuhi.

Oleh karena itu, untuk menjadi orang tua dalam jalur nasab diperlukan persiapan dan kesiapan yang matang, baik secara material dan mental-spiritual. Dalam suatu riwayat Rasulullah menegaskan;

ِباَبَّشلَا َرَشْعَم اَي ! ْجَّوَزَ تَيْلَ ف َةَءاَبْلَا ُمُكْنِم َعاَطَتْسا ِنَم , ِرَصَبْلِل ُّضَغَأ ُهَّنِإَف , ِجْرَفْلِل ُنَصْحَأَو , ِهْيَلَعَ ف ْعِطَتْسَي ْمَل ْنَمَو ِمْوَّصلاِب , ءاَجِو ُهَل ُهَّنِإَف . ِهْيَلَع قَفَّ تُم

“Wahai pemuda, barangsiapa di antara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia menikah, karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Dan barangsiapa belum mampu hendaknya

berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu.”

Sebagian ulama memahami kata al-ba'ah secara bahasa berarti jima'

(bersetubuh/berkumpul), namun di samping arti kebahasaannya, al-ba'ah

juga mempunyai beberapa makna, yaitu kemampuan biologis yang tercakup di dalamnya kesiapan umur, kemampuan finansial secara minimal, kemampuan psikis yang tercakup di dalamnya kematangan emosi dan mental, kemampuan secara ilmu dan kesiapan model peran dalam rumah tangga. Hal ini dikarenakan nikah tidak hanya diartikan sebagai bergaul dalam artian hubungan badan antara suami dan isteri, namun nikah juga merupakan akad yang mengandung beberapa konsekuensi.

Menjadi orang tua adalah suatu anugerah yang tiada duanya, namun untuk menjadi orang tua tidaklah mudah. Hal itu memerlukan banyak pengalaman dan juga harus mempelajari banyak ilmu pengetahuan dalam mengasuh anak yang telah diberikan oleh sang Maha Pencipta, agar kualitas hidup dan masa depan anak-anaknya menjadi lebih baik. Untuk menjadi orang tua, para calon orang tua wajib mempersiapkan diri dengan matang. Banyak persiapan yang harus dilakukan, antara lain;

Pertama, melakukan persiapan fisik, seperti menghentikan kebiasaan merokok dan minum-minuman yang memabukkan, sebab kebiasaan seperti ini dapat membuat janin mengalami gangguan pertumbuhan; berusaha mengonsumsi makanan halal dan bergizi, dianjurkan membatasi asupan makanan bergula dan berlemak tinggi, mengusahakan berat badan dalam kondisi yang ideal agar pembuahan berlangsung sempurna; melakukan tes kesehatan untuk memastikan kondisi kesehatan calon ibu; dan melakukan vaksinasi yang perlu dilakukan oleh seorang ibu untuk melindungi janinnya selama kehamilan dan menjalani proses persalinan.

Kedua, melakukan persiapan psikologis, terutama saat menghadapi proses kehamilan dan kelahiran seorang anak. Persiapan seperti ini penting dilakukan, karena seseorang akan mengalami perubahan pengalaman yang luar biasa. Dari semula belum pernah memiliki anak menjadi berubah memiliki anak. Dari semula hanya bersenang-senang berdua, berubah ada anak yang memerlukan kasih sayang.

Ketiga, melakukan persiapan finansial, yaitu berupa perencanaan keuangan untuk mencukupi keperluan anak sejak masih berada dalam kandungan hingga lahir. Kehadiran seorang bayi berarti pertambahan biaya tetap bagi sebuah keluarga, yang secara tetap akan meningkat pula seiring kebutuhan pertumbuhan anak. Keberadaan orang tua adalah penentu kehidupan anak selanjutnya, dan orang tua-lah yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak-anaknya, agar baik dalam hal kepribadian, sosialisasi, penyesuaian, dan pengendalian diri, kemampuan berpikirnya, dan lain hal yang kelak akan menentukan bagi keberhasilan dan kemandirian anak, yang juga akan menentukan keberhasilan anak saat menjadi orang tua.

Keempat, yang paling penting dari semua persiapan yang ada, adalah melakukan persiapan spiritual-keagamaan. Tanamkan keyakinan bahwa Allah SWT. adalah Dzat yang senantiasa penuh kasih sayang terhadap hamba-Nya,

dan Dia selalu menjawab setiap do’a yang dipanjatkan oleh hamba -hamba-Nya. Selalu mendekatlah kepada Allah SWT, baik saat suka ataupun duka. Karena hakekatnya, hanya Dia-lah yang akan memberikan jalan keluar dari setiap kesulitan yang kita hadapi. Allah berfirman,

ُ بهسَتْحَيُ َلاُ ثْيَحُ ْنهمُ هْق زْرَيَوُاًجَرْخَمُ هَّلُلَعْجَيَُ َّاللُهقَّتَيُنَمَو ُ, ُ ه بْسَحَُو هَفُه َّاللُىَلَعُْلَّكَوَتَيُنَمَو ُ, ُ غهلاَبَُ َّاللَُّنهإ ُهههرْمَأ ُ, اًرْدَقُ ءْيَشُِّل كهلُ َّاللَُلَعَجُْدَق

“..dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia akan memberinya rezeki dari arah yang tidak dissangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Dia akan mencukupkan (keperluan)-nya, sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah menciptakan ketentuan (ukuran) bagi setiap sesuatu.” (QS. at-Thalaq (65) : 2-3)

Jamaah Jum’ah rahimakumullah

Dalam membina keluarga yang dicita-citakan haruslah selalu menjaga tauhid kepada Allah swt agar keluarga terbina dengan ridla Allah.

Rencanakan keluarga sesuai dengan kemampuan yang dimiliki sehingga terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Dan ingatlah bahwa anak juga memiliki hak-hak yang harus dipenuhi oleh orang tua, agar anak dapat bersaing pada masa depannya. Rencanakan keluarga dengan memiliki anak-anak yang sehat dan berkualitas, terjamin masa depannya dengan memiliki daya kemampuan daya saing dan daya juang yang tinggi. Janganlah memilih memiliki anak dengan jumlah yang banyak tetapi lemah kualitas dan kemampuannya. Peliharalah keluarga dari segala macam kerusakan moral, akhlak, dan berbagai penyakit yang membahayakan diri sendiri dan mereka. Allah berfirman,

َُعُ ةَراَجهحْلاَوُ ساَّنلاُاَه دو قَوُاًراَنُْم كيهلْهَأَوُْم كَس فْنَأُاو قُاو نَمآَُنيهذَّلاُاَهُّيَأُاَي َُنو صْعَيُ َلاُ داَدهشُ ظ َلاهغُ ةَكهئ َلاَمُاَهْيَل

َُنو رَمْؤ يُاَمَُنو لَعْفَيَوُْم هَرَمَأُاَمَُ َّالل

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. at-Tahrim (66) : 6)

Menjaga diri dan keluarga dari api neraka, dalam makna hakiki sering diartikan dengan menjaga diri dan keluarga dari panasnya api neraka. Tetapi, secara majazi juga dapat diartikan dengan menjaga diri dan keluarga dari berbagai musibah, azab, penyakit atau cobaan-cobaan hidup didunia.

Demikianlah persiapan yang mesti dilakukan oleh seseorang untuk menjadi orang tua. Ia harus sanggup dan siap memikul berbagai tanggung jawab besar dalam mengarungi bahtera hidup rumah tangga, bukan semata-mata membayangkan hal-hal yang menyenangkan. Semoga, khutbah yang

singkat ini dapat memberikan pelajaran yang bermanfaat bagi jama’ah shalat

jum’at beserta keluarga kita sekalian amiin x3 ya Robbal ‘alamiin.

ُهكَحْلاهُرْكذلاَوُهتَايلآْاُ َنهمُههْيفهُاَمبهُْم كاَّيإَوُيهنَعَفَنَوُ همْيهظَعلْاُ هنآْر قلْاُ ْيهفُ ْم كَلَوُ ْيهلُ اللُ َكَراَب ُْم كْنهمَوُيِّنهمُ َلَّبَقَتَوُ همْي

9. DAMPAK DARI NARKOBA DAN KIAT MENGHINDARINYA ا ٌِرَشٌَلاٌاهَد ْح َوٌااللهٌَّلاِإٌَهَلِإٌَلاٌ ْنَأٌادَهْشَأٌ،َثئابخلاٌاَنيلعٌَمَّرَحوٌ،ِتابِّيَّطلاٌاَنلٌَّلَحَأٌيِذلاٌِللهٌادمحل ٌادَهْشَأ َوٌاهَلٌَكْي اهَد ْعَبٌ َّيِبَنٌَلاٌاهال ْواسَر َوٌاهادْبَعٌاًدَّمَحامٌ َّنَأ . حمٌاَنِديسٌىَلعٌ ْك ِراَبوٌْمِّلَسوٌِّلَصٌَّماهللاٌ، ٌِهِباحصأوٌِهِلآٌىَلَعوٌٍدم ٌِنيِّدلاٌِم ْوَيٌىَلِإٌٍناسحإبٌْماهَعبتٌ ْنَموٌ َنيعمجأ ٌ. ٌادْعَبٌاَّمأ ٌ: ٌاللهٌىوقتبٌمكسفنوٌىسفنٌىصوأٌنوملسملاٌاهيأٌايف هليبسٌيفٌِةماقتسلااوٌاّيوقٌاكّسمتٌنيدلاٌاذهبٌ ٍكّسمتوٌلجوٌزع ٌ. ٌَلاَعَتٌااللهٌَلاَق ٌ: ٌ ْرِّفَكايٌَ َّاللهٌ ِقَّتَيٌ ْنَم َو ٌاهْنَع ٌاًر ْجَأٌاهَلٌْم ِظْعاي َوٌِهِتاَئِّيَس

Sidang Jum’at yang dimuliakan Allah…

Dengan penuh kerendahan hati dan terpusatnya konsentrasi alam pikiran kita, maka khatib ingin mengajak kepada kita semua agar senantiasa mengistiqamahkan keimanan dan ketaqwaan kita yang sangat rentan dengan kondisi diri maupun linkungan. Terkadang ketaqwaan kita bertambah dan kadangkala pula menurun, yaitu dengan terus melaksanakan apa yang menjadi perintah Allah dan rasul-Nya, dan menjauhi sekaligus berupaya meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Selain itu, rasa syukur yang paling dalam, mesti pula kita curahkan kehadirat llahi Rabbina yang telah menganugerahkan beraneka ragam kenikmatan-Nya, sehingga kita tidak mampu menghitung-hitung semua nikmat dan anugerah Allah SWT itu.

Tidak lupa pula, shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada baginda kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan yang benar, jalan yang lurus kepada kita semua. Semuanya berakhir kepada kita semua pilihan mana yang kemudian kita pilih, jalan yang benar ataukah jalan yang salah, dan semuanya memiliki resiko masing-masing.

Hadirin, jamaah Jum’at yang mulia.

Rasulullah Muhammad SAW mengajarkan kepada kita sekalian untuk memilih hidup yang sehat. Rasulullah mencitai umatnya sehat, agar umatnya menjaga kesehatan baik kesehatan fisik maupun psikis berupa jiwa dan pikiran. Sehingga dengan terciptanya kesehatan tersebut, umat muslim memiliki badan, jiwa dan pikiran yang kuat, yang pada akhirnya dapat pula merasakan kebahagiaan dalam menjalani kehidupan di dunia ini dengan

tenteram. Kenapa kita diperintahkan untuk sehat, karena Nabi Muhammad sendiri telah bersabda:

ٌِإٌُّبَحَأ َوٌ رْيَخٌُّيِوَقْلاٌانِم ْؤامْلاٌَمَّلَس َوٌِهْيَلَعٌا َّاللهٌىَّلَصٌِ َّاللهٌالواسَرٌَلاَقٌَلاَقٌَةَرْيَراهٌيِبَأٌ ْنَع ٌِنِم ْؤامْلاٌ ْنِمٌِ َّاللهٌىَل

ٌِفيِعَّضلا

"Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dibanding dengan mukmin yang lemah"(HR Muslim 4816 kutubut tis’ah)

Berdasarkan hadis nabi di atas, kita diwajibkan menjaga kesehatan tubuh kita, menjaga kesehatan jiwa kita dan menjaga kesehatan akal pikiran kita. Tujuannya tidak lain adalah agar untuk kebaikan kita sendiri dan kita pun dapat melaksanakan fungsi kita sebagai khalifah Allah untuk melaksanakan segala kewajiban yang dibebankan kepada kita serta dapat menjaga dan memakmurkan bumi ini.

Dengan adanya kewajiban menjaga kesehatan tersebut, maka hal ini menunjukkan bahwa betapa mulianya kehidupan manusia ini dan Allah pun telah menyatakan kemuliaan manusia tersebut di dalam Alquran. Oleh karena itu, tentunya diharamkan pula kepada manusia untuk tidak menjaga kesehatan tubuh, jiwa dan pikiran atau melakukan hal-hal yang dapat mendatangkan kemudaratan serta kesengsaraan di dunia ini, terlebih lagi di akhirat.

Dalam hal ini Rasulullah Saw bersabda:

ٌَرا َر ِضٌ َلا َوٌ َرَرَضٌ َلاٌ َمَّلَس َوٌ ِهْيَلَعٌ ا َّاللهٌ ىَّلَصٌ ِ َّاللهٌ الواسَرٌ َلاَقٌ َلاَقٌ ٍساَّبَعٌ ِنْباٌ ْنَع "Janganlah mendatangkan kemudaratan pada orang lain dan jangan pula dimudaratkan oleh orang lain"(HR Ibnu Majah 2341).

Salah satu hal yang dapat merusak kesehatan tubuh, jiwa, dan akal kita serta dapat mendatangkan kemudaratan kepada kita adalah meminum khamar dan sejenisnya. Oleh karena itu khamar secara tegas diharamkan dalam Islam. Hal ini ditunjukkan dalam firman Allah dalam Q.S. al-Maidah ayat 90 :

ُهناَطْيَّشلاُ هلَمَعُ ْنهمُ سْجهرُ م َلاْزَ ْلأاَوُ باَصْنَ ْلأاَوُ رهسْيَمْلاَوُ رْمَخْلاُاَمَّنهإُاو نَمآُ َنيهذَّلاُاَهُّيَأُاَي ُ

ُْم كَّلَعَلُ هو بهنَتْجاَف

َُنو حهلْف ت Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah,

adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.

Hadirin Jamaah Jum’at yang Mulia,

Khamar itu sendiri memiliki kandungan zat yang dapat memabukkan baik dimakan atau pun diminum, sehingga khamar dapat menimbulkan efek negatif kepada tubuh, jiwa dan akal pikiran manusia. Terkait dengan permasalahan ini, Nabi Muhammad juga bersabda :

ٌ ماَرَحٌٍرْمَخٌُّلاك َوٌ رْمَخٌٍرِكْسامٌُّلاكٌَلاَقٌَمَّلَس َوٌِهْيَلَعٌا َّاللهٌىَّلَصٌِّيِبَّنلاٌ ْنَعٌَلاَقٌَرَماعٌِنْباٌ ْنَع

"Setiap yang memabukkan adalah khamar, dan setiap khamar adalah haram"(HR Muslim 3735).

Apabila dikaitkan dengan zaman kita sekarang dan bahwa berdasarkan hadits nabi di atas, minuman-minuman keras dengan berbagai macam nama, begitu juga dengan narkoba atau narkotika dengan berbagai jenis beserta turunan-turunannya, dalam hukum Islam juga disebut khamar yang berarti hukumnya juga haram.

Kenapa minum-minuman keras dan narkotika/narkoba diharamkan dalam Islam, jawabannya adalah karena dalam ajaran Islam, barang-barang itu memang diharamkan. Selain itu minum-minuman keras dan narkotika/narkoba merupakan penyakit sosial yang dapat meresahkan kehidupan di masyarakat. Termasuk juga, barang-barang haram itu dapat menguras harta yang dimiliki dan disebut juga menyia-nyiakan sumber daya manusia yang menyebabkan pengguna barang-barang ini menjadi orang yang tidak produktif atau tidak dapat berfungsi sebagai manusia yang seharusnya. Intinya, haramnya minum-minuman keras dan narkotika/narkoba adalah karena memiliki dampak atau efek yang sangat negatif pada tubuh, jiwa dan akal pikiran, bahkan dapat berakhir dengan kematian. Oleh karena itu minum-minuman keras dan narkotika/narkoba juga disebut sebagai pembunuh yang dapat mengancam bahkan merusak kehidupan anak-anak kita, saudara-saudara kita, bahkan mungkin juga orang tua kita. Kenapa disebut seperti demikian, jawabannya adalah karena minum-minuman keras dan narkotika/narkoba tidak memandang usia, jenis kelamin dan tingkat ekonomi. Semua orang, yang muda maupun tua, kaya atau miskin, berandalan atau pejabat berpotensi terkena barang haram ini yang akhirnya

dapat kecanduan. Mungkin mereka tidak menyadari atau tidak mengetahui bahwa barang-barang yang mereka konsumsi dapat menghancurkan kehidupan mereka, menghancurkan masa depan mereka bahkan juga termasuk penjajahan terhadap bangsa dan negara kita.

Hadirin Jamaah Jum’at yang Mulia,

Narkoba adalah singkatan dari narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya. Istilah lainnya adalah Napza [narkotika, psikotropika dan zat adiktif]. Istilah ini banyak dipakai oleh para praktisi kesehatan dan rehabilitasi.

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Lebih sering digunakan oleh dokter untuk mengobati gangguan jiwa. Bahan adiktif lainnya adalah zat atau bahan lain bukan narkotika dan psikotropika yang berpengaruh pada kerja otak dan dapat menimbulkan ketergantungan. [UU No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika] bahan ini bisa mengarahkan atau sebagai jalan adiksi terhadap narkotika. Dalam istilah para ulama, narkoba ini masuk dalam pembahasan mufattirat (pembuat lemah) dan mukhaddirat (pembuat mati rasa).

Hadirin Jamaah Jum’at yang Mulia,

Pengaruh narkoba secara umum ada tiga:

1. Depresan, yakni memperlambat fungsi sistem saraf pusat sehingga dapat

mengurangi aktivitas fungsional tubuh dan dapat membuat pemakai merasa tenang, memberikan rasa melambung tinggi, memberikan rasa bahagia dan bahkan membuatnya tertidur atau tidak sadarkan diri.

2. Memberikan stimulan, yakni merangsang sistem saraf pusat dan

meningkatkan kegairahan (segar dan bersemangat) dan kesadaran. Dapat bekerja mengurangi rasa kantuk karena lelah, mengurangi nafsu makan, mempercepat detak jantung, tekanan darah dan pernafasan.

3. Memberikan halusinogen, yakni dapat mengubah rangsangan indera yang jelas serta merubah perasaan dan pikiran sehingga menimbulkan kesan palsu atau halusinasi.

Seorang pakar kesehatan pernah mengatakan, “yang namanya

narkoba pasti akan mengantarkan pada hilangnya fungsi kelima hal yang sangat dijaga oleh Islam, yaitu merusak agama, jiwa, akal, kehormatan dan

harta.” Oleh karena itu pula, kita perlu menyatakan perang terhadap narkoba

ini. Harus kita sadari bahwa minuman keras dan narkoba bukan dijadikan bahan dagangan, tetapi ia adalah penghancur diri kita, anak-anak kita, saudara-saudara kita, keluarga-keluarga kita, teman-teman kita, bangsa dan negara.

Hadirin Jamaah Jum’at yang Mulia,

Satu hal yang perlu kita ketahui bahwa kini Indonesia sebagai salah satu negara yang menjadi tempat dan jalur peredaran narkotika/narkoba. Maka, kita pun perlu berhati-hati, kita juga perlu mengawasi diri kita sendiri dan anak-anak kita, baik dari perilakunya sebagai pribadi, atau pun lingkungan bergaulnya, jangan sampai salah memilih teman yang justru dapat membawa kepada kehancuran dan kebinasaan. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. al-Baqarah ayat 195.

ُ مْلاُُّبهح يَُ َّاللَُّنهإُُۛاو نهسْحَأَوُُۛهةَك لْهَّتلاُىَلهإُْم كيهدْيَأهبُاو قْل تُ َلاَوُه َّاللُهليهبَسُيهفُاو قهفْنَأَو َُنيهنهسْح

“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”. Begitu juga dalam firman Allah yang lain yaitu pada QS Anisa’ ayat 29, disebutkan :

ُ ضاَرَتُ ْنَعًُةَراَجهتُ َنو كَتُ ْنَأُ َّلاهإُ هلهطاَبْلاهبُ ْم كَنْيَبُ ْم كَلاَوْمَأُاو ل كْأَتُ َلاُاو نَمآُ َنيهذَّلاُاَهُّيَأُاَي ُاو ل تْقَتُ َلاَوُُْۚم كْنهمُ

اًميهحَرُْم كهبَُناَكَُ َّاللَُّنهإُُْۚم كَس فْنَأ ٌ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kam, dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”

Makna Larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang lain, sebab membunuh orang lain berarti membunuh diri sendiri, karena umat merupakan suatu kesatuan.

Apabila dikaitkan dengan firman Allah di atas, maka meminum minuman keras dan memakai narkotika/narkoba adalah sama dengan menjatuhkan diri kita ke dalam kebinasaan dan sama juga membunuh diri kita sendiri. Adapun orang yang mengizinkan peredaran barang-barang haram ini atau orang yang mengedarkannya, mereka termasuk penjajah dan di dalam al-Quran mereka disebut sebagai penghancur dan pembunuh.

Hadirin jamaah Jum’at yang mulia,

Bila narkoba digunakan secara terus menerus atau melebihi takaran yang telah ditentukan akan mengakibatkan ketergantungan. Kecanduan inilah yang akan mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakan pada Sistem Syaraf Pusat (SSP) dan organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru, hati dan ginjal. Berbagai akibat penyalahgunaan narkoba sebagai berikut:

Dampak Fisik:

1. Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang,

halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi.

2. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (cardiovasculer) seperti: infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah

3. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi, eksim.

4. Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi

pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru.

5. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh

Dokumen terkait