• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menyikapi kasus Operasi Tangkap yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terhadap Hakim Konstitus

Patrialis Akbar, Dewan Etik Mahkamah Konstitusi sigap

dengan segera membentuk Majelis Kehormatan Mahkamah

Konstitusi pada 27 Januari 2017. Tak hanya membentuk

MKMK, Dewan Etik mengusulkan untuk membebastugaskan

Hakim Konstitusi Patrialis Akbar melalui surat dengan

Nomor 3/DEH/U.02/I/2017.

36

Nomor 120 • Februari 2017

keterangan. Selama pemeriksaan yang berlangsung hampir tiga jam itu, Kamaludin mengakui mengenal Patrialis hampir 20 tahun serta memiliki jadwal bermain golf setiap hari Selasa, Rabu dan Jum’at.

Ia pun menerangkan menemui Patrialis pada 5 Oktober 2016 dan menerima draft amar putusan perkara Pengujian UU Peternakan dan Kesehatan Hewan. Patrialis mengungkapkan ada perbedaan dengan draft yang sebelumnya ia serahkan kepada Saksi. Selain itu, Patrialis meminta agar Kamal memusnahkan berkas tersebut. Padahal, lanjut Kamal, ia sudah menyerahkan bentuk cetak draft putusan sebelumnya kepada Basuki Hariman selaku Penyuap.

Pada 19 Januari 2017, Kamal menerima telepon dari Patrialis yang meminta dirinya datang ke MK untuk membahas perkembangan putusan. Ia mengungkapkan Patrialis menunjukkan kepadanya perubahan terbaru termasuk pertimbangan hukum yang telah ditandai oleh yang bersangkutan. Tak hanya itu, Patrialis mengizinkan agar ia

mengambil foto draft putusan tersebut melalui ponselnya terutama pada bagian pertimbangan hukum dan amar putusan. Usai itu, ia memberikan foto tersebut kepada Basuki Hariman

Kamal juga tak menampik fakta bahwa Basuki Hariman kerap memberikannya uang sebagai biaya operasional. Ia pun mengakui pernah meminta sejumlah uang kepada Basuki Hariman untuk keperluan umrah Patrialis. Atas permintaan tersebut, Basuki memberikan uang sebesar USD 20.000 dan Kamal menyerahkan sebesar USD 10.000 langsung kepada Patrialis di rumahnya.

Pembelaan Diri

Pada pemeriksaan yang sama, MKMK mendengar keterangan dari Patrialis sekaligus memberikan kesempatan baginya untuk membela diri. Ia menyatakan berkeberatan diperiksa di Gedung KPK dengan didampingi penyidik. Menurutnya, ia merasa tidak nyaman dan tidak merasa bebas untuk menyampaikan

KUPAS KASUS

keterangan. Ia pun mempertanyakan penangkapannya oleh KPK dan meminta bukti karena ia mengungkapkan tak pernah menerima uang dari Basuki Hariman. Akan tetapi, Patrialis mengakui telah melakukan pelanggaran etik. Namun ia tidak memaparkan jelas alasan pelanggaran etik tersebut kepada MKMK.

“Saya ikhlas jabatan saya dicopot kalaupun misalnya saya melanggar kode etik. Saya mengakui ada kesalahan saya, Bapak. Saya mengakui, tapi bukan pidana. Kita harus memisahkan mana yang pidana, mana yang etik,” jelasnya. Pemberhentian Tidak Hormat

Pada 16 Februari 2017, MKMK pun memberikan putusan terakhir setelah melalui sejumlah pemeriksaan saksi. Dalam memutuskan, MKMK menjelaskan telah mengeluarkan Keputusan terhadap Hasil Pemeriksaan pada Sidang Pemeriksaan Pendahuluan Majelis Kehormatan Nomor 01/MKMK- SPP/II/2017 bertanggal 6 Februari 2017. Putusan sementara itu mengusulkan pemberhentian sementara terhadap

Hakim Konstitusi I Dewa Palguna sebagai Saksi

Patrialis Akbar yang disetujui oleh Presiden Joko Widodo melalui Keputusan Presiden Nomor 18p/2017 tertanggal 9 Februari 2017. MKMK menegaskan dalam putusan akhir yang bernomor 01/ MKMK-SPP/II/2017 merupakan bagian tak terpisahkan.

Dalam pertimbangan hukum yang dibacakan oleh Anggota MKMK As’ad Said Ali, MKMK menimbang berdasarkan keterangan para saksi terdapat surat terkait permohonan percepatan penyelesaian perkara Nomor 129/PUU- XIII/2015 bertanggal 15 September 2016 yang diterima oleh Mahkamah Konstitusi pada tanggal 16 September 2016. MKMK juga menyampaikan hasil temuan pada saat melakukan pemeriksaan Ianjutan tanggal 13 Februari 2017 yang membuktikan Patrialis telah terbukti melakukan rangkaian pertemuan dengan Saksi Kamaludin dan Basuki Hariman, sebagai pihak yang berperkara. Bahkan dalam rangkaian pertemuan tersebut, Patrialis bersama Saksi Kamaludin dan Basuki Hariman telah terbukti melakukan pembahasan dan pembicaraan

mengenai perkembangan penanganan Perkara Nomor 129/PUU-XIII/2015 tentang Pengujian UU Peternakan dan Kesehatan Hewan. MKMK berpendapat Patrialis terbukti melakukan pelanggaran terhadap Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim Konstitusi, yaitu Prinsip Integritas, Prinsip Ketakberpihakan, Prinsip Kepantasan dan Kesopanan, Terbukti secara Sah dan Meyakinkan

Terkait dugaan perbuatan membocorkan draft Putusan Mahkamah Konstitusi yang masih bersifat rahasia, MKMK menilai Patrialis menyampaikan informasi dan memberikan draft Putusan Perkara Nomor 129/PUU-XIII/2015 tentang Pengujian UU Peternakan dan Kesehatan Hewan kepada pihak Iain. Kesimpulan ini diambil berdasarkan keterangan para Saksi, rekaman CCTV di gedung Mahkamah Konstitusi pada hari Kamis, 19 Januari 2017, dan bagian draft

putusan yang dibocorkan berdasarkan hasil temuan Majelis Kehormatan pada saat melakukan pemeriksaan Ianjutan tanggal 13 Februari 2017.

“Informasi dan draft putusan tersebut merupakan keterangan dan dokumen rahasia Mahkamah Konstitusi yang dilarang untuk diungkapkan dan/atau disampaikan kepada pihak Iain,” urai Sa’ad.

Pada akhir putusan yang dibacakan oleh Ketua MKMK Sukma Violetta, MKMK berkeyakinan Patrialis terbukti melakukan pertemuan dan/atau pembahasan mengenai perkara yang sedang ditangani antara Patrialis dengan pihak yang berkepentingan dengan perkara, baik langsung maupun tidak iangsung, di Iuar persidangan. Ia melanjutkan Patrialis terbukti membocorkan informasi dan draft Putusan Mahkamah Konstitusi yang bersifat rahasia.

MKMK juga memutuskan perbuatan Patrialis telah mencemarkan nama baik dan membahayakan serta meruntuhkan wibawa, eksistensi dan/ atau fungsi Mahkamah Konstitusi dan jabatan Hakim Konstitusi. Patrialis, terang Sukma, juga telah beberapa kali diperiksa dan diberikan rekomendasi oleh

Dewan Etik, maka Majelis Kehormatan berkesimpulan bahwa Patrialis telah terbukti secara sah dan meyakinkan

melakukan pelanggaran berat terhadap Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim Konstitusi (Sapta Karsa Hutama).

“Dengan demikian, berdasarkan Pasal 23 ayat (2) huruf h UU MK yang menyatakan, ‘Hakim konstitusi diberhentikan tidak dengan hormat apabila: melanggar Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim Konstitusi’. Oleh karena itu, Majelis Kehormatan menjatuhkan sanksi pemberhentian tidak dengan hormat kepada Hakim Terduga,” tandas Sukma.

Usai membacakan putusan, Wakil Ketua Komisi Yudisial tersebut juga mengungkapkan akan segera bertemu dengan Ketua MK Arief Hidayat guna menyampaikan laporan secara komprehensif seluruh hasil kerja MKMK. Sukma juga menegaskan penyampaian laporan tersebut nantinya menandai berakhirnya tugas dan tanggung jawab yang diamanatkan oleh MK kepada MKMK. “Selanjutnya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, merupakan tugas dan kewenangan MK untuk mengambil langkah-langkah diperlukan,” tutupnya mengakhiri konferensi pers tersebut.

LA

Kamaludin diperiksa MKMK

38

Nomor 120 • Februari 2017