• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

C. Kemampuan Menyimak Cerita Anak

2. Menyimak

a. Pengertian Menyimak

Dalam keterampilan berbahasa (language arts, language skills), terdapat empat aspek kebahasaan yang meliputi keterampilan mendengarkan atau menyimak (listening skills), keterampilan menulis (writing skills), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan berbicara (speaking skills). Keempat aspek kebahasaan tersebut saling terintegrasi satu sama lain. Dalam penelitian ini akan difokuskan pada keterampilan menyimak.

Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (Tarigan, 1980:19).

Kemampuan menyimak merupakan faktor penting bagi kesuksesan seseorang dalam kegiatan belajar. Menyimak dapat membantu siswa untuk menangkap ide pokok atau ide utama yang diajukan oleh si pembicara.

b. Tujuan Menyimak

Menurut Tarigan (1980:5), ada beberapa tujuan dalam kegiatan menyimak, yaitu:

1) Untuk membedakan dan menemukan unsur-unsur fonetik dan struktural kata lisan.

2) Untuk menemukan dan memperkenalkan bunyi-bunyi, kata-kata atau ide-ide baru kepada pendengar.

3) Untuk mendengarkan secara terperinci agar dapat menginterpretasikan ide pokok dan menanggapi secara tepat.

4) Untuk menyimak ide utama yang dinyatakan dalam kalimat topik atau kalimat penunjuk.

c. Tahap Menyimak

Yuliana ( 1992:63) mengemukakan bahwa menyimak melibatkan tiga tahapan penting. Tahap pertama adalah interpretasi, yaitu kemampuan menafsirkan hal-hal yang didengar. Tahap ini menandai apakah seseorang memahami atau tidak apa yang didengar. Tahap kedua adalah evaluasi, yaitu kemampuan untuk membuat suatu keputusan berdasarkan informasi yang didengar. Tahap ini menandai kemampuan seseorang tentang bagaimana menggunakan informasi tersebut. Tahap ketiga atau terakhir adalah reaksi. Pada tahap terakhir ini, penyimak akan menindaklanjuti tentang apa yang telah didengar. Penyimak akan menindaklanjuti dengan melakukan suatu reaksi.

d. Jenis-jenis Menyimak

Menurut Tarigan (1980:8), terdapat beberapa jenis kegiatan menyimak, yaitu:

1) Menyimak ekstensif

Menyimak ekstensif adalah kegiatan menyimak yang berhubungan dengan atau mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu bahasa, tidak perlu di bawah bimbingan seorang guru. Tujuan utama dari penggunaaan kegiatan menyimak ekstensif adalah untuk menyajikan atau memperkenalkan kembali bahan yang telah diketahui dalam suatu lingkungan baru cara yang baru. Menyimak ekstensif dapat membantu siswa untuk mendengar

bahan-bahan yang merupakan suatu penyajian kembali apa-apa yang telah diketahuinya.

2) Menyimak intensif

Menyimak intensif adalah suatu kegiatan menyimak yang diarahkan pada butir-butir bahasa terutama pada pemahaman serta pengertian umum. Salah satu cara sederhana untuk melatih tipe menyimak seperti ini adalah dengan menyuruh para siswa untuk menyimak, tanpa teks tertulis sekali atau dua kali, suatu bagian yang mengandung beberapa penghubung kalimat, kemudian memberikan kepada mereka teks-teks tertulis dengan mengosongkan tempat penghubung-penghubung kalimat itu berada. Pada kegiatan di atas siswa berlatih untuk menghubungkan atau memadukan kelimat-kalimat menjadi suatu wacana yang logis.

3) Menyimak sosial

Menyimak sosial adalah suatu kegiatan menyimak yang biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial. Terdapat dua hal penting dalam kegiatan menyimak sosial yaitu:

a). Menyimak secara sopan santun dan dengan penuh perhatian percakapan atau conversation dalam situasi-situasi sosial dengan suatu maksud.

b). Mengerti serta memahami peranan-peranan pembicara dan menyimak dalam proses komunikasi tersebut.

4) Menyimak sekunder

Menyimak sekunder adalah suatu kegiatan menyimak yang dilakukan secara kebetulan dan secara ekstensif misalnya menyimak musik atau instrumen yang mengiringi suatu kegiatan. 5) Menyimak kritis

Menyimak kritis adalah suatu kegiatan menyimak yang di dalamnya sudah terlihat kurangnya atau tidak adanya keaslian ataupun kehadiran prasangka serta ketidaktelitian-ketidaktelitian yang akan diamati. Dalam kegiatan menyimak tipe ini, penyimak perlu menilai dengan teliti apa saja yang telah dikatakan oleh si pembicara untuk dapat mengetahui apakah hal tersebut dapat dipercaya atau tidak.

6) Menyimak konsentratif

Menyimak konsentratif adalah suatu kegiatan menyimak yang merupakan suatu jenis kegiatan menelaah. Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam kegiatan menyimak tipe ini adalah :

a) Menyimak untuk mengikuti petunjuk-petunjuk

b) Merasakan hubungan-hubungan seperti kelas, tempat, kualitas, waktu, urutan, dan sebab akibat.

c) Menyimak dengan suatu maksud untuk memperoleh butir-butir informasi tertentu.

d) Memperoleh pengertian dan pemahaman e) Merasakan ide-ide utama sang pembicara

f) Menyimak urutan ide-ide g) Mencatat fakta-fakta penting 7) Menyimak kreatif

Menyimak kreatif adalah suatu kegiatan menyimak yang mengakibatkan adanya pembentukan imajinasi pada hal-hal yang didengar. Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam kegiatan menyimak tipe ini adalah:

a) Menghubungkan makna-makna dengan segala jenis pengalaman menyimak.

b) Membangun atau mengkonstruksikan imajinasi-imajinasi visual saat menyimak

c) Menyesuaikan imajinasi tersebut dengan pikiran untuk menciptakan karya baru dalam tulisan

d) Menyimak untuk mencapai penyelesaian atau pemecahan masalah.

8) Menyimak penyelidikan

Menyimak penyelidikan adalah suatu kegiatan menyimak dengan maksud dan tujuan untuk memperoleh hal-hal baru yang menarik, informasi tambahan mengenai suatu topik serta suatu issue yang menarik.

9) Menyimak interogatif

Menyimak interogatif adalah suatu kegiatan menyimak yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan

perhatian dan pemilihan karena si penyimak harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

e. Pengukuran Kemampuan Menyimak

Kemampuan Menyimak dapat diukur dari berbagai ranah yaitu ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Ranah kognitif adalah segi kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran (Dimyati, Mudjiono, 2009:298). Ranah afektif adalah kemampuan yang mengutamakan perasaan dan emosi (Dimyati, Mudjiono, 2009:298), sedangkan ranah psikomotorik adalah kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani (Dimyati, Mudjiono, 2009:298).

Menurut Bloom, dkk( dalam Dimyati, Mudjiono, 2009:26), ranah kognitif terdiri dari 6 (enam) jenis perilaku yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Menurut Dimyati, Mudjiono, pengetahuan berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah teori dan metode. Pemahaman mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari. Penerapan mencakup kemampuan menerapkan metode untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Analisis mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Sintesis mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru, sedangkan evaluasi

mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. Keenam jenis perilaku tersebut bersifat hierarkis, pengetahuan tergolong perilaku terendah sedangkan evaluasi tergolong perilaku tertinggi.

Menurut Bloom, dkk (dalam Dimyati, Mudjiono, 2009:27), ranah afektif terdiri dari 5 (lima) perilaku yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi serta pembentukan pola hidup. Penerimaan mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut, misalnya kemampuan untuk mengakui adanya perbedaan-perbedaan. Partisipasi mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Penilaian dan penentuan sikap mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui dan menentukan sikap. Organisasi mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup. Pembentukan pola hidup mencakup kemampuan menghayati nilai dan menghayatinya menjadi pola nilai kehidupan pribadi, misalnya kemampuan untuk mempertimbangkan dan menunjukkan perilaku disiplin. Seperti halnya jenis perilaku pada ranah kognitif, jenis-jenis perilaku pada ranah afektif juga bersifat hierarkis.

Menurut Simpson (dalam Dimyati, Mudjiono, 2009:29), ranah psikomotor terdiri dari 7 (tujuh) jenis perilaku yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian

pola gerakan dan kreativitas. Persepsi mencakup kemampuan memilah-milahkan hal-hal secara khas dan menyadari adanya perbedaan yang khas tesebut. Kesiapan mencakup kemampuan penempatan diri dalam keadaan di mana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Gerakan terbimbing mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh atau gerak tiruan. Gerakan terbiasa mencakup kemampuan gerakan-gerakan tanpa disertai dengan contoh. Gerakan kompleks mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari beberapa tahap secara tepat. Penyesuaian pola gerakan mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerakan. Kreativitas mencakup melahirkan sesuatu atau mencipta suatu karya sendiri. Ketujuh tahap tersebut di atas bersifat hierarkis.

Kemampuan menyimak juga dapat diintegrasikan dengan aspek kebahasaan yang lain misalnya dengan aspek menulis dan berbicara. Selain dapat diintegrasikan dengan aspek kebahasaan yang lain, kemampuan menyimak juga dapat diintegrasikan dengan mata pelajaran yang lain (pembelajaran tematik).

Pada penelitian ini, peneliti mengukur kemampuan menyimak melalui tes tertulis dan produk. Tes tertulis berupa soal evaluasi dimana akan mengukur ranah kognitif siswa terkait dengan cerita yang disimak. Sedangkan produk yang dihasilkan ada 2 yaitu Papan Curhat dan Pesan Indah. Papan Curhat adalah sebuah papan terbuat dari

stereofoam berisikan cerita pengalaman pribadi siswa tentang 1 buah cerita pengalaman kejujuran dan 1 buah cerita pengalaman tentang ketidakjujuran yang pernah dilakukan oleh siswa. Papan curhat akan mengukur ranah afektif sekaligus ranah psikomotorik siswa. Pembuatan papan curhat dilakukan secara berkelompok oleh siswa dimana hal tersebut akan mengukur aspek-aspek yang terdapat dalam ranah afektif siswa. Selain itu papan curhat juga dapat mengukur aspek-aspek dalam ranah psikomotorik siswa. Kaitan pembuatan produk Papan Curhat dengan kemampuan menyimak dalam penelitian ini sebenarnya lebih terkait dengan mata pelajaran PKn dan SBK yang menjadi mata pelajaran integrasi dengan penelitian ini. Peneliti melakukan proses pembelajaran tematik sehingga mata pelajaran Bahasa Indonesia (kemampuan menyimak) dapat diintegrasikan dengan mata pelajaran lain, dalam hal ini terintegrasi dengan PKn dan SBK. Sub materi pokok dalam pelajaran PKn yang diambil oleh peneliti yaitu tentang nilai kejujuran sehingga pada pembuatan Papan Curhat siswa diharapkan dapat mengekspresikan nilai-nilai kejujuran dengan menuliskan pengalaman sikap kejujuran dan ketidakjujuran yang pernah dilakukan oleh siswa. Sedangkan kaitan Papan Curhat dengan mata pelajaan SBK yaitu siswa membuat Papan Curhat dengan kreasi (kekreatifan) mereka (kelompok) masing-masing.

Produk kedua yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah Pesan Indah. Pesan Indah adalah sebuah produk terbuat dari kertas asturo

yang berisi tentang “pesan-pesan/nasihat/anjuran” untuk berbuat kejujuran/kebaikan”. Seperti telah diuraikan di atas bahw apenelitian ini terintegrasi dengan mata pelajaran lain yaitu PKn dan SBK, sehingga kaitan produk Pesan Indah dengan kemampuan menyimak terintegrasi dengan mata pelajaran PKn dan SBK. Pesan Indah diharapkan dapat memotivasi siswa untuk berbuat atau bersikap jujur (PKn). Pesan Indah juga dibuat dengan kreatifitas masing-masing kelompok siswa (SBK).

Dokumen terkait