• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA ANAK SISWA KELAS II SD KANISIUS BANTUL SEMESTER 2 TAHUN AJARAN 20092010 MELALUI PENDEKATAN BERBASIS MASALAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA ANAK SISWA KELAS II SD KANISIUS BANTUL SEMESTER 2 TAHUN AJARAN 20092010 MELALUI PENDEKATAN BERBASIS MASALAH"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA ANAK

SISWA KELAS II SD KANISIUS BANTUL

SEMESTER 2 TAHUN AJARAN 2009/2010

MELALUI PENDEKATAN BERBASIS MASALAH

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Ratna Kuntari Ningrum 081134207

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA ANAK

SISWA KELAS II SD KANISIUS BANTUL

SEMESTER 2 TAHUN AJARAN 2009/2010

MELALUI PENDEKATAN BERBASIS MASALAH

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Ratna Kuntari Ningrum 081134207

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk :

Suamiku tercinta :

Drs. Vincentius Suryandardiyanta, M.Si.

Anak-anakku tersayang:

1.

Maria Sophia Saptaningtyas

2.

Justine Kania Kusumawardhani

3.

Gregorius Ganjar Wiranegara

(6)

v MOTTO

When we have a big problem…

don’t say, “God, I have a big problem”….

But we must say, “Problem, I have a BIG GOD”.

Hidup paling berharga bila digunakan untuk sesuatu

yang bermakna abadi

(William James)

Tanpa perjuangan tak mungkin ada kemajuan

(Fredrick Douglass)

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya orang lain atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 06 September 2010 Penulis

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : RATNA KUNTARI NINGRUM

Nomor Mahasiswa : 081134207

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA ANAK SISWA KELAS II SD KANISIUS BANTUL SEMESTER 2 TAHUN AJARAN 2009/2010 MELALUI PENDEKATAN BERBASIS MASALAH.

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 06 September 2010 Yang menyatakan

(9)

viii ABSTRAK

Ningrum, Ratna Kuntari. 2010. Peningkatan Kemampuan Menyimak Cerita Anak Siswa Kelas II SD Kanisius Bantul Semester 2 Tahun Ajaran 2009/2010 melalui Pendekatan Berbasis Masalah. Skripsi S1. Yogyakarta: PGSD, FKIP, USD.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pendekatan berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak siswa kelas II SD Kanisius Bantul semester 2 tahun ajaran 2009/2010. Hal ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa pada kompetensi dasar Menceritakan Kembali Isi Dongeng yang Didengarnya. Penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Bantul pada tanggal 21-30 April 2010. Penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dengan 2 (dua) siklus. Tiap siklus dilaksanakan dalam 2 (dua) kali pertemuan. Pengumpulan data diperoleh dengan menggunakan alat ukur tes dan non tes untuk mengetahui jumlah siswa yang mencapai nilai KKM.

Hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pendekatan berbasis masalah yang menggunakan media gambar dan media audio visual dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyimak cerita anak. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya peningkatan jumlah siswa yang mencapai nilai KKM. Jumlah siswa yang mencapai nilai KKM sebelum tindakan adalah 45,2%. Pada siklus 1 jumlah siswa yang mencapai nilai KKM meningkat menjadi 61,3%, lalu pada siklus 2 menjadi 87%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Pendekatan Berbasis Masalah dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak siswa kelas II SD Kanisius Bantul semester 2 tahun ajaran 2009/2010.

 Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, terdapat saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan guru untuk kemajuan belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hendaknya guru dapat lebih kreatif dalam menggunakan model-model pembelajaran inovatif khususnya model Pembelajaran Berbasis Masalah karena model pembelajaran ini dapat melatih keterampilan berpikir siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

(10)

ix ABSTRACT

Ningrum, Kuntari Ratna. 2010. The Increase of the Ability to Listen to Tale of 2nd Grade Students of SD Kanisius Bantul in 2nd Semester, Year 2009/2010 through Case-Based Approach. S1 Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Study Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University.

Keyword: Case-Based Approach, the Ability to Listen to Tale.

This research aims to figure out whether the use of case-based approach could increase 2nd grade students’ ability to listen to a tale. The background of this research is the low grade that students get in retelling the tale as the basic competence. This research is conducted in SD Kanisius Bantul on April 21st till 30th, 2010. The type of this research is Class Action Research which is divided into two cycles. Each cycle is conducted in two meetings. The data is gathered by using measurement test and non-test to figure out the number of students who achieve the KKM.

The result of this research shows that case-based approach that uses pictures and audio-visual as the medium could increase students’ ability to listen to a tale. It could be seen from the increase number of students who achieve the KKM. The percentage of students who achieve the KKM before the research is conducted is 45.2%. In the first cycle, this percentage increases to 61.3%, and then 87% in the second cycle. From the data that has been gathered, it can be concluded that case-based approach could increase 2nd grade students’ ability to listen to a tale in SD Kanisius Bantul, year 2009/2010.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan petunjuk dan rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menyimak Cerita Anak Siswa Kelas II SD Kanisius Bantul Semester 2 Tahun Ajaran 2009/2010 Melalui Pendekatan Berbasis Masalah” ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan sesuai dengan program studi yang ditempuh.

Penulis menyadari bahwa dalam persiapan dan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, maka dari itu pada penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. T. Sarkim, M.Ed, Ph.D. selaku Dekan FKIP.

2. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku Ketua Program Studi PGSD USD.

3. Dr. Yuliana Setiyaningsih selaku pembimbing I, terimakasih atas bimbingan, waktu, dan perhatian yang telah diberikan.

4. Maria Melani Ika Susanti, S.Pd. selaku pembimbing II, terimakasih atas bimbingan, waktu, dan perhatian yang telah diberikan.

5. Keluarga besar SD Kanisius Bantul yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

(12)

xi

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan agar pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang bermanfaat membangun untuk kemajuan skripsi ini. Akhirnya penulis mengucapkan selamat membaca skripsi ini, semoga bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 12 Agustus 2010

Penulis

(13)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……….……….. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………...………. ii

HALAMAN PENGESAHAN ………...…….... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ………...……. iv

HALAMAN MOTTO ………..……. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………...…..…. vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ……… vii

ABSTRAK ………... viii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ………... 1

B. Rumusan Masalah ……….. 2

C. Tujuan Penelitian ……….... 3

D. Kontribusi Penelitian ……….. 3

E. Variabel Penelitian ……….. 3

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu ……….………...………... 5

B. Pembelajaran Terpadu... 7

1. Pengertian Pembelajaran Terpadu... 7

(14)

xiii

3. Model-model Pembelajaran Terpadu... 10

C. Kemampuan Menyimak Cerita Anak………..………… 14

1. Pengertian Kemampuan……….…..……….…….. 14

2. Menyimak...………..………... 14

3. Cerita Anak... ………….………... 24

D. Media Pembelajaran………...……….. 26

1. Pengertian Media…...………... 26

2. Peranan Media Pembelajaran ...………. 27

3. Media Pembelajaran yang Mendukung Kegiatan Menyimak …...…....………... 27

E. Pendekatan Berbasis Masalah….……….……… 30

1. Pengertian Pendekatan Berbasis Masalah ..……….. 30

2. Karakteristik Pendekatan Berbasis Masalah...….………..…... 31

3. Langkah-langkah Pendekatan Berbasis Masalah... 32

4. Kelebihan Pendekatan Berbasis Masalah... 35

5. Kekurangan Pendekatan Berbasis Masalah... 36

F. Kerangka Berpikir... 37

G. Hipotesis... 39

BAB III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian………...………..….... 40

B. Desain Penelitian ………..….. 41

C. Rencana Tindakan ………..…. 42

1. Siklus 1 ………... 42

2. Siklus 2 ……….. 45

D. Teknik Pengumpulan Data, Analisis Data, dan Instrumen Penelitian …...…. 50

(15)

xiv

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ……… 56

1. Siklus 1 ………... 57

2. Siklus 2 ……….………. 61

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan …...……….… 64

1. Hasil Kemampuan Menyimak Pada siklus 1 ...………... 64

2. Hasil Kemampuan Menyimak Pada siklus 2....………….. 66

C. Refleksi ……… 68

1. Siklus 1 ………... 68

2. Siklus 2 ……….. 69

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ……….. 71

B. Saran ……… 72

(16)

xv

DAFTAR BAGAN

(17)

xvi

DAFTAR DIAGRAM

Halaman Diagram 1. Perbandingan jumlah siswa yang mencapai KKM

antara kondisi awal dan siklus 1 ... 66 Diagram 2. Perbandingan jumlah siswa yang mencapai KKM

(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Target Keberhasilan tiap siklus ... 42

Tabel 2. Pedoman penskoran soal evaluasi ... 51

Tabel 3. Rubrik Penilaian Menceritakan Kembali Isi Dongeng ... 52

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Jaring-jaring Tema…...………... 74

Lampiran 2 Silabus……… 75

Lampiran 3 RPP Siklus 1 Pertemuan 1 ………. 79

Lampiran 11 Nilai Siswa Pada Kondisi Awal ………... 98

Lampiran 12 Skor Evaluasi Siklus 1 Pertemuan 1...………. 99

Lampiran 13 Skor Ringkasan Cerita Siklus 1 Pertemuan 1 …………. 100

Lampiran 14 Skor Papan Curhat... ....………... 101

Lampiran 15 Skor Evaluasi Siklus 2 Pertemuan 1 ..…………..……... 102

Lampiran 16 Skor Ringkasan Cerita Siklus 2 Pertemuan 1 ..………... 103

Lampiran 17 Skor Pesan Indah ...……….. 104

Lampiran 18 Nilai Siswa Pada Siklus 1 ……....………... 105

Lampiran 19 Nilai Siswa Pada Siklus 2 ………... 106

Lampiran 20 Perbandingan Nilai Siswa Pada Kondisi Awal, Siklus 1, dan Siklus 2 ...………... 107

Lampiran 21 Kisi-kisi Soal ………..………. 108

Lampiran 22 Jadwal Penelitian ...………... 110

Lampiran 23 Media Gambar Pada Siklus 1 ……….. 111

Lampiran 24 Dokumentasi ...……….. 115

Lampiran 25 Produk Siswa Pada Siklus 1 .……… 119

Lampiran 26 Produk Siswa Pada Siklus 2..……….... 120

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Komunikasi merupakan suatu hal yang paling penting dalam kehidupan manusia. Manusia selalu berkomunikasi karena pada hakekatnya manusia adalah sebagai makhluk sosial yang selalu berhubungan dengan orang lain. Manusia memerlukan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam berbahasa terdapat empat aspek keterampilan yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan menulis dan keterampilan membaca. Keempat keterampilan tersebut merupakan satu kesatuan (catur tunggal). Menyimak dan berbicara telah dipelajari sebelum memasuki usia sekolah (pra sekolah), sedangkan membaca dan menulis dipelajari saat memasuki usia sekolah. Paul T. Rankin (dalam Tarigan 1980:58) mengemukakan bahwa menyimak merupakan aspek yang mempunyai peranan paling besar dari empat keterampilan berbahasa yang lain yaitu dengan presentase 45%, sedangkan berbicara 30%, membaca 16%, dan menulis 9%.

(21)

tersebut, jumlah siswa yang dapat mencapai KKM hanya 14 orang (45,2%). Faktor penyebab rendahnya kemampuan menyimak cerita anak siswa kelas II SD Kanisius Bantul adalah siswa kurang memahami cerita yang didengar, siswa kurang tertarik dengan cerita yang disampaikan oleh guru, dan karena kurangnya penggunaaan media dalam pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan menggunakan media gambar dan audio visual melalui pendekatan berbasis masalah yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Pembelajaran menyimak melalui pendekatan berbasis masalah menggunakan masalah nyata (real) yang dekat dengan kehidupan siswa sehari-hari. Dalam hal ini siswa dituntut untuk mencari solusi dari beberapa bidang ilmu, menantang siswa untuk belajar hal baru, mandiri, bekerjasama secara kolaboratif, komunikatif dan kooperatif. Melalui pembelajaran menyimak dengan menggunakan pendekatan berbasis masalah ini siswa akan belajar untuk dapat berpikir secara kritis dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran menyimak melalui pendekatan berbasis masalah ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

B. Rumusan Masalah

(22)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah melalui pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak siswa kelas II SD Kanisius Bantul semester 2 tahun ajaran 2009/2010.

D. Kontribusi Penelitian

1. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan tentang materi cerita anak (dongeng) dengan menggunakan media gambar dan audio visual serta suatu pembelajaran melalui pendekatan berbasis masalah.

2. Bagi guru, dapat menjadi salah satu alternatif pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak.

3. Bagi siswa, dapat menjadi suatu pembelajaran yang baru yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar.

E. Variabel Penelitian

(23)
(24)

5 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Widodo, Fajar Wahyu (2009) melakukan penelitian tentang Peningkatan Kemampuan Menyimak Dongeng Melalui Penerapan Pembelajaran Model

Terapi Earobics pada Siswa Kelas V SD Negeri Kebonagung II Pakisaji

Kabupaten Malang. Tujuan Penelitian tersebut adalah untuk mengetahui

peningkatan kemampuan menyimak dongeng melalui penerapan pembelajaran model terapi earobics pada siswa kelas V SD Negeri Kebonagung II Pakisaji Kabupaten Malang. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti tentang keterampilan menyimak dongeng pada pratindakan, siklus I, dan siklus II menunjukkan peningkatan nilai rata-rata kelas. Dari segi hasil belajar siswa pratindakan, nilai rata-rata menyimak dongeng sebesar 64,96. Pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 6,2% dengan nilai rata-rata 71,16 dan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 10,73% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 81,89. Peningkatan dari pratindakan ke siklus II adalah 16,93%.

Budianto, Edy (2009) melakukan penelitian tentang Meningkatkan Keterampilan Menyimak Isi Teks Cerita Rakyat Melalui Model Pembelajaran

Snowball Throwing Kelas V SDN Kesatrian 1 Kota Malang. Tujuan penelitian

(25)

rata-rata hasil belajar pratindakan adalah 60,7. Pada siklus 1 meningkat menjadi 71,29, sedangkan pada siklus 2 meningkat menjadi 88,06. Penelitian ini juga mengukur keaktifan siswa. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan pada segi keaktifan siswa. Pada siklus 1 keaktifan siswa sebesar 67%, lalu pada siklus 2 meningkat menjadi 100%.

Kedua penelitian di atas memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan. Persamaannya yaitu sama-sama bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menyimak suatu cerita dan hasilnya ketiga penelitian sama-sama mengalami kepeningkatan. Beberapa perbedaannya adalah terletak pada (1) model pembelajaran yang digunakan, (2) segi peningkatan yang dilihat, dan (3) media yang digunakan. Pada penelitian di atas menggunakan model pembelajaran Terapi Earobics dan Snowball

Throwing sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan model

(26)

B. Pembelajaran Terpadu

1. Pengertian Pembelajaran Terpadu

Menurut Jono T.R (dalam Trianto, 2009:56) pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individu maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik. Senada dengan pendapat di atas menurut Hadisubroto (dalam Trianto, 2009:56), pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok bahasan yang lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain yang dilakukan secara spontan atau direncanakan baik dalam satu bidang studi atau lebih dan dengan beragam pengalaman belajar anak maka pembelajaran akan menjadi lebih bermakna. Pembelajaran terpadu adalah pembelajaran yang menunjuk pada kegiatan belajar yang terorganisasikan secara lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pelajaran tertentu sebagai suatu titik pusatnya (Ika, Melani, 2008:3). Sementara itu, Sugiyanto (2009:127) mengemukakan bahwa pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan belajar mengajar yang mengajarkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman bermakna kepada anak didik.

(27)

yang bertujuan untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran terpadu anak akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengamatan langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang mereka pelajari. Pembelajaran terpadu lebih mengutamakan pada tindakan nyata bukan hanya pada konsep dan teori.

2. Karakteristik Pembelajaran Terpadu

Menurut Sugiyanto (2009:132), pembelajaran terpadu memiliki beberapa karakteristik, yaitu:

a. Holistik

(28)

percakapan antara pembeli dan penjual (Bahasa Indonesia), berbagai jenis pekerjaan (IPS) dan beberapa materi lainnya.

b. Bermakna

Pembelajaran terpadu mengutamakan pembentukan kebermaknaan dengan membentuk skema dalam pikiran anak yang mengkaitkan konsep satu dengan konsep lainnya. Kebermaknaan tersebut dapat merangsang siswa untuk memecahkan masalah-masalah yang muncul dalam kehidupannya.

c. Otentik

Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa untuk memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajari melalui kegiatan belajar secara langsung. Dalam pembelajaran, guru bertindak sebagai fasilitator sehingga siswa akan memahami suatu konsep dari hasil belajarnya sendiri. Guru memberi bimbingan selama proses pembelajaran.

d. Aktif

(29)

3. Model-model Pembelajaran Terpadu a. Pembelajaran Terpadu Model Connected

1) Pengertian

Fogarty (dalam Trianto, 2009:39) mengemukakan bahwa pembelajaran terpadu model connected (terhubung) ini merupakan model integrasi interbidang studi. Model ini mengintegrasikan satu konsep dan keterampilan dalam suatu pokok bahasan yang kemudian dikaitkan dengan pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang lain namun keduanya masih dalam satu bidang studi.

2) Keunggulan dan kelemahan

(30)

b. Pembelajaran Terpadu Model Webbed 1) Pengertian

Pembelajaran terpadu model webbed adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik (Trianto, 2009:41). Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu. Tema dapat ditetapkan dengan negoisasi antara guru dan siswa atau dengan cara diskusi dengan sesama guru. Setelah tema ditentukan, guru lalu mengembangkan sub-sub tema dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang studi. Setelah itu, guru mengembangkan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa.

2) Keunggulan dan kelemahan

Trianto (2009:42) menyebutkan terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan dari pembelajaran terpadu model webbed ini. Keunggulannya adalah: (1) penyeleksian tema sesuai dengan minat akan memotivasi anak untuk belajar, (2) lebih mudah dilakukan oleh guru yang belum berpengalaman, (3) memudahkan perencanaan, (4) memberikan kemudahan bagi anak didik dalam melihat kegiatan-kegiatan dan ide-ide berbeda yang terkait. c. Pembelajaran Terpadu Model Integrated

1) Pengertian

(31)

studi, menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan belajar, konsep dan sikap yang saling tumpang tindih dalam beberapa bidang studi (Fogarty dalam Trianto, 2009:43). Keterampilan-keterampilan belajar itu meliputi keterampilan berpikir (thinking skill), keterampilan sosial (social skill) dan keterampilan mengorganisir (organizing skill).

2) Keunggulan dan kelemahan

Trianto (2009:44) menyebutkan terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan dari pembelajaran terpadu model integrated ini. Keunggulannya adalah: (1) Pembelajaran ini memungkinkan adanya pemahaman antar bidang studi karena lebih memfokuskan pada isi pelajaran, strategi berpikir dan penemuan ide-ide sehinga pembelajaran akan semakin kaya dan berkembang, (2) pembelajaran ini dapat memotivasi siswa dalam belajar, (3) pembelajaran model ini tidak memerlukan penambahan waktu untuk bekerja dengan guru lain. Guru juga tidak perlu mengulang materi yang tumpang tindih sehingga efisiensi dan efektivitas pembelajaran akan tercapai.

(32)

akan memerlukan tim antar bidang studi baik dalam perencanaannya maupun pelaksanaannya, (4) pengintegrasian kurikulum dengan konsep-konsep dari masing-masing bidang studi menuntut adanya sumber belajar yang beraneka ragam.

d. Pembelajaran Terpadu Model Nested 1) Pengertian

Pembelajaran terpadu model nested (tersarang) adalah pembelajaran yang secara khusus meletakkan fokus pengintegrasian pada sejumlah keterampilan belajara yang ingin dilatihkan dalam suatu unit pembelajaran untuk ketercapaian materi pelajaran (Trianto, 2009:45). Karakteristik mata pelajaran menjadi pijakan dalam pembelajaran model nested ini. Fogarty (dalam Trianto, 2009:45) memberi contoh untuk setiap jenis mata pelajaran sosial dan bahasa dapat dipadukan keterampilan berpikir (thinking skill) dan keterampilan sosial (social skill). Sedangkan untuk mata pelajaran matematika dan IPA dapat memadukan keterampilan berpikir (thinking skill) dan keterampilan mengorganisir (organizing skill).

2) Keunggulan dan kelemahan

(33)

sehingga pembelajaran akan semakin kaya dan berkembang selain itu siswa juga terlatih untuk mengintegrasikan beberapa keterampilan. Kekurangan dari model nested ini adalah guru harus benar-benar mempunyai perencanaan yang baik dan matang dalam memadukan beberapa keterampilan yang menjadi target dalam suatu pembelajaran. Hal ini akan berdampak pada siswa dimana prioritas pelajaran akan menjadi kabur karena siswa diarahkan untuk melakukan beberapa tugas belajar sekaligus.

Pada penelitian ini, peneliti akan melaksanakan proses pembelajaran terpadu model webbed (terjaring).

C. Kemampuan Menyimak Cerita Anak 1. Pengertian Kemampuan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:552) kemampuan adalah sanggup; bisa; kesanggupan; kebisaan.

2. Menyimak

a. Pengertian Menyimak

(34)

Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (Tarigan, 1980:19).

Kemampuan menyimak merupakan faktor penting bagi kesuksesan seseorang dalam kegiatan belajar. Menyimak dapat membantu siswa untuk menangkap ide pokok atau ide utama yang diajukan oleh si pembicara.

b. Tujuan Menyimak

Menurut Tarigan (1980:5), ada beberapa tujuan dalam kegiatan menyimak, yaitu:

1) Untuk membedakan dan menemukan unsur-unsur fonetik dan struktural kata lisan.

2) Untuk menemukan dan memperkenalkan bunyi-bunyi, kata-kata atau ide-ide baru kepada pendengar.

3) Untuk mendengarkan secara terperinci agar dapat menginterpretasikan ide pokok dan menanggapi secara tepat.

(35)

c. Tahap Menyimak

Yuliana ( 1992:63) mengemukakan bahwa menyimak melibatkan tiga tahapan penting. Tahap pertama adalah interpretasi, yaitu kemampuan menafsirkan hal-hal yang didengar. Tahap ini menandai apakah seseorang memahami atau tidak apa yang didengar. Tahap kedua adalah evaluasi, yaitu kemampuan untuk membuat suatu keputusan berdasarkan informasi yang didengar. Tahap ini menandai kemampuan seseorang tentang bagaimana menggunakan informasi tersebut. Tahap ketiga atau terakhir adalah reaksi. Pada tahap terakhir ini, penyimak akan menindaklanjuti tentang apa yang telah didengar. Penyimak akan menindaklanjuti dengan melakukan suatu reaksi.

d. Jenis-jenis Menyimak

Menurut Tarigan (1980:8), terdapat beberapa jenis kegiatan menyimak, yaitu:

1) Menyimak ekstensif

(36)

bahan-bahan yang merupakan suatu penyajian kembali apa-apa yang telah diketahuinya.

2) Menyimak intensif

Menyimak intensif adalah suatu kegiatan menyimak yang diarahkan pada butir-butir bahasa terutama pada pemahaman serta pengertian umum. Salah satu cara sederhana untuk melatih tipe menyimak seperti ini adalah dengan menyuruh para siswa untuk menyimak, tanpa teks tertulis sekali atau dua kali, suatu bagian yang mengandung beberapa penghubung kalimat, kemudian memberikan kepada mereka teks-teks tertulis dengan mengosongkan tempat penghubung-penghubung kalimat itu berada. Pada kegiatan di atas siswa berlatih untuk menghubungkan atau memadukan kelimat-kalimat menjadi suatu wacana yang logis.

3) Menyimak sosial

Menyimak sosial adalah suatu kegiatan menyimak yang biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial. Terdapat dua hal penting dalam kegiatan menyimak sosial yaitu:

a). Menyimak secara sopan santun dan dengan penuh perhatian percakapan atau conversation dalam situasi-situasi sosial dengan suatu maksud.

(37)

4) Menyimak sekunder

Menyimak sekunder adalah suatu kegiatan menyimak yang dilakukan secara kebetulan dan secara ekstensif misalnya menyimak musik atau instrumen yang mengiringi suatu kegiatan. 5) Menyimak kritis

Menyimak kritis adalah suatu kegiatan menyimak yang di dalamnya sudah terlihat kurangnya atau tidak adanya keaslian ataupun kehadiran prasangka serta ketidaktelitian-ketidaktelitian yang akan diamati. Dalam kegiatan menyimak tipe ini, penyimak perlu menilai dengan teliti apa saja yang telah dikatakan oleh si pembicara untuk dapat mengetahui apakah hal tersebut dapat dipercaya atau tidak.

6) Menyimak konsentratif

Menyimak konsentratif adalah suatu kegiatan menyimak yang merupakan suatu jenis kegiatan menelaah. Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam kegiatan menyimak tipe ini adalah :

a) Menyimak untuk mengikuti petunjuk-petunjuk

b) Merasakan hubungan-hubungan seperti kelas, tempat, kualitas, waktu, urutan, dan sebab akibat.

c) Menyimak dengan suatu maksud untuk memperoleh butir-butir informasi tertentu.

(38)

f) Menyimak urutan ide-ide g) Mencatat fakta-fakta penting 7) Menyimak kreatif

Menyimak kreatif adalah suatu kegiatan menyimak yang mengakibatkan adanya pembentukan imajinasi pada hal-hal yang didengar. Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam kegiatan menyimak tipe ini adalah:

a) Menghubungkan makna-makna dengan segala jenis pengalaman menyimak.

b) Membangun atau mengkonstruksikan imajinasi-imajinasi visual saat menyimak

c) Menyesuaikan imajinasi tersebut dengan pikiran untuk menciptakan karya baru dalam tulisan

d) Menyimak untuk mencapai penyelesaian atau pemecahan masalah.

8) Menyimak penyelidikan

Menyimak penyelidikan adalah suatu kegiatan menyimak dengan maksud dan tujuan untuk memperoleh hal-hal baru yang menarik, informasi tambahan mengenai suatu topik serta suatu issue yang menarik.

9) Menyimak interogatif

(39)

perhatian dan pemilihan karena si penyimak harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

e. Pengukuran Kemampuan Menyimak

Kemampuan Menyimak dapat diukur dari berbagai ranah yaitu ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Ranah kognitif adalah segi kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran (Dimyati, Mudjiono, 2009:298). Ranah afektif adalah kemampuan yang mengutamakan perasaan dan emosi (Dimyati, Mudjiono, 2009:298), sedangkan ranah psikomotorik adalah kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani (Dimyati, Mudjiono, 2009:298).

(40)

mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. Keenam jenis perilaku tersebut bersifat hierarkis, pengetahuan tergolong perilaku terendah sedangkan evaluasi tergolong perilaku tertinggi.

Menurut Bloom, dkk (dalam Dimyati, Mudjiono, 2009:27), ranah afektif terdiri dari 5 (lima) perilaku yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi serta pembentukan pola hidup. Penerimaan mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut, misalnya kemampuan untuk mengakui adanya perbedaan-perbedaan. Partisipasi mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Penilaian dan penentuan sikap mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui dan menentukan sikap. Organisasi mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup. Pembentukan pola hidup mencakup kemampuan menghayati nilai dan menghayatinya menjadi pola nilai kehidupan pribadi, misalnya kemampuan untuk mempertimbangkan dan menunjukkan perilaku disiplin. Seperti halnya jenis perilaku pada ranah kognitif, jenis-jenis perilaku pada ranah afektif juga bersifat hierarkis.

(41)

pola gerakan dan kreativitas. Persepsi mencakup kemampuan memilah-milahkan hal-hal secara khas dan menyadari adanya perbedaan yang khas tesebut. Kesiapan mencakup kemampuan penempatan diri dalam keadaan di mana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Gerakan terbimbing mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh atau gerak tiruan. Gerakan terbiasa mencakup kemampuan gerakan-gerakan tanpa disertai dengan contoh. Gerakan kompleks mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari beberapa tahap secara tepat. Penyesuaian pola gerakan mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerakan. Kreativitas mencakup melahirkan sesuatu atau mencipta suatu karya sendiri. Ketujuh tahap tersebut di atas bersifat hierarkis.

Kemampuan menyimak juga dapat diintegrasikan dengan aspek kebahasaan yang lain misalnya dengan aspek menulis dan berbicara. Selain dapat diintegrasikan dengan aspek kebahasaan yang lain, kemampuan menyimak juga dapat diintegrasikan dengan mata pelajaran yang lain (pembelajaran tematik).

(42)

stereofoam berisikan cerita pengalaman pribadi siswa tentang 1 buah cerita pengalaman kejujuran dan 1 buah cerita pengalaman tentang ketidakjujuran yang pernah dilakukan oleh siswa. Papan curhat akan mengukur ranah afektif sekaligus ranah psikomotorik siswa. Pembuatan papan curhat dilakukan secara berkelompok oleh siswa dimana hal tersebut akan mengukur aspek-aspek yang terdapat dalam ranah afektif siswa. Selain itu papan curhat juga dapat mengukur aspek-aspek dalam ranah psikomotorik siswa. Kaitan pembuatan produk Papan Curhat dengan kemampuan menyimak dalam penelitian ini sebenarnya lebih terkait dengan mata pelajaran PKn dan SBK yang menjadi mata pelajaran integrasi dengan penelitian ini. Peneliti melakukan proses pembelajaran tematik sehingga mata pelajaran Bahasa Indonesia (kemampuan menyimak) dapat diintegrasikan dengan mata pelajaran lain, dalam hal ini terintegrasi dengan PKn dan SBK. Sub materi pokok dalam pelajaran PKn yang diambil oleh peneliti yaitu tentang nilai kejujuran sehingga pada pembuatan Papan Curhat siswa diharapkan dapat mengekspresikan nilai-nilai kejujuran dengan menuliskan pengalaman sikap kejujuran dan ketidakjujuran yang pernah dilakukan oleh siswa. Sedangkan kaitan Papan Curhat dengan mata pelajaan SBK yaitu siswa membuat Papan Curhat dengan kreasi (kekreatifan) mereka (kelompok) masing-masing.

(43)

yang berisi tentang “pesan-pesan/nasihat/anjuran” untuk berbuat kejujuran/kebaikan”. Seperti telah diuraikan di atas bahw apenelitian ini terintegrasi dengan mata pelajaran lain yaitu PKn dan SBK, sehingga kaitan produk Pesan Indah dengan kemampuan menyimak terintegrasi dengan mata pelajaran PKn dan SBK. Pesan Indah diharapkan dapat memotivasi siswa untuk berbuat atau bersikap jujur (PKn). Pesan Indah juga dibuat dengan kreatifitas masing-masing kelompok siswa (SBK).

3. Cerita Anak

a. Pengertian cerita anak

Cerita anak adalah cerita yang ditujukan untuk anak-anak sebagai pembacanya, jadi bukan cerita tentang anak (Hardjana, 2006:8). Tokoh dalam cerita anak tidak harus seorang anak, tetapi bisa berupa orang tua, guru, nenek dan lain sebagainya. Cerita anak dapat ditulis dalam bentuk cerita pendek. Cerita pendek adalah kisahan yang memberikan kesan tunggal yang dominan tentang satu tokoh dalam satu latar dan satu situasi dramatik.

b. Jenis-jenis cerita anak

(44)

1) Fantasi atau karangan khayal

Di dalam kelompok ini termasuk dongeng, fabel, legenda dan mitos. Dalam cerita ini semuanya benar-benar hanya khayalan, tidak berdasar pada kenyataan.

2) Fiksi

Cerita fiksi adalah cerita khayal tetapi mengandung unsur kenyataan.

3) Biografi atau riwayat hidup

Banyak orang-orang terkenal yang dibuat menjadi cerita untuk diperkenalkan kepada anak-anak, dengan bahasa sederhana dan isinya jelas, mudah dimengerti serta dapat dipakai sebagai suri tauladan.

4) Cerita Rakyat

Cerita rakyat adalah suatu cerita yang berdasarkan pada budaya suatu masyarakat tertentu.

5) Cerita religi atau agama

(45)

D. Media pembelajaran 1. Pengertian media

Media berasal dari bahasa latin medius yang berarti ‘tengah, ‘perantara atau pengantar’. Fleming (dalam Arsyad, 2007:3) mengemukakan bahwa media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Sementara itu, Latuheru (dalam Arsyad, 2007:5) berpendapat bahwa media adalah segala bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan ide, gagasan atau pendapat sehingga ide atau gagasan tersebut sampai kepada penerima. Gagne (dalam Sadiman, 2009:6) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.

Menurut Oemar Hamalik (1994: 12), media pembelajaran adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Dari berbagai uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sehingga proses belajar dapat berjalan dengan lancar.

(46)

untuk mengikuti proses pembelajaran. Media sangat membantu siswa dalam memahami materi bahan ajar yang disampaikan oleh guru.

2. Peranan Media Pembelajaran

Menurut Massana, 2010:5, terdapat beberapa peranan dari media, yaitu:

a. Memperjelas penyajian pesan dan mengurangi verbalisme. b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera. c. Menimbulkan gairah belajar siswa.

d. Mengaktifkan siswa.

e. Media dapat mengatasi masalah lingkungan dan pengalaman yang berbeda dengan cara memberikan perangsang yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama (Sadiman, 2009: 17-18).

3. Media Pembelajaran yang Mendukung Kegiatan Menyimak

Media mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Dengan media, guru dapat menyampaikan pesan (materi bahan ajar) dengan lebih mudah. Media pembelajaran dipakai untuk mempermudah guru dalam menjelaskan bahan pembelajaran dan sebagai pelengkap untuk mempertinggi kualitas belajar mengajar serta sebagai sumber belajar siswa yang akan memberikan pengalaman pendidikan yang bermakna bagi siswa.

(47)

berupa potongan-potongan gambar dari film ”Pinokio”. Pada siklus 2, peneliti menggunakan media audio visual yaitu berupa tayang film berjudul ”Pinokio”.

a. Media Gambar

Media gambar/foto merupakan salah satu contoh dari media grafis. Media grafis adalah suatu alat yang digunakan untuk mewujudkan pesan dalam bentuk simbol komunikasi visual. Syarat yang perlu dipenuhi oleh gambar/foto yang baik sebagai media pendidikan yaitu autentik, sederhana, ukuran relatif, gambar/foto sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan. Beberapa kelebihan media gambar antara lain:

1) Menarik perhatian. 2) Memperjelas ide.

3) Mengilustrasi fakta supaya lebih mudah diingat. 4) Mudah dibawa.

5) Harganya murah, mudah didapat dan mudah digunakan karena tidak memerlukan suatu peralatan khusus (Sadiman, 1984:29). Beberapa kekurangan dari media gambar yaitu:

1) Ukuran sangat terbatas untuk ukuran besar.

2) Hanya menekankan pada persepsi indera penglihatan (mata). b. Media Audio Visual

(48)

“visible” artinya dapat dilihat. Media audio-visual gunanya untuk berkomunikasi dengan efektif. Media audio-visual dapat membantu seseorang dalam memahami informasi yang diberikan dengan cara yang nyata dan konkrit, daripada menggunakan bahasa lisan, atau tulisan. Media audio-visual memiliki peran penting dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, media audio-visual disajikan dalam tampilan yang berbeda, yakni menyajikan tampilan gambar-gambar dan bunyi-bunyian. Dengan demikian, siswa dapat lebih mudah mencerna informasi yang diperoleh dari media audio-visual ini. Beberapa kelebihan dari media audio visual yaitu:

1) Media audio visual lebih menarik karena tampilannya lebih hidup. 2) Media audio visual dapat lebih memperjelas ide.

3) Media audio visual dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu. 4) Media Audio visual tidak hanya menekankan pada persepsi satu

alat indera saja tetapi juga menekankan pada persepsi alat indera yang lain.

Beberapa kekurangan dari media audio visual adalah:

1) Lebih sulit digunakan karena memerlukan peralatan pendukung yang lain.

(49)

E. Pendekatan Berbasis Masalah

1. Pengertian Pendekatan Berbasis Masalah

Ada beberapa definisi tentang Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Menurut Dewey (dalam Trianto,2009:91) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara respons dan stimulus, merupakan hubungan dua arah yaitu belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan berupa masalah nyata, sedangkan sistem syaraf pusat siswa akan memproses masukan tersebut sehingga siswa dapat menyelidiki, menganalisis, dan mencari solusi pemecahannya. Dalam hal ini, pengalaman siswa dibutuhkan sebagai bahan dan materi dalam proses belajarnya. Menurut Dutch (dalam Amir, 2009) Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah metode pendidikan yang mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata. Sedangkan Boud dkk (dalam Wena, 2009:91) berpendapat bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada siswa dengan masalah-masalah praktis open-ended melalui stimulus dalam belajar.

(50)

menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah karena pembelajaran ini merupakan suatu proses pendekatan yang efektif untuk melatih anak belajar berpikir tingkat tinggi. Melalui pembelajaran ini, anak belajar untuk memproses masukan atau informasi dari lingkungan mereka sehingga anak akan menjadi lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya.

2. Karakteristik Pendekatan Berbasis Masalah

Pendekatan Berbasis Masalah mempunyai karakteristik sebagai berikut:

a. Pengajuan pertanyaan atau masalah.

Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran. Masalah yang diajukan merupakan masalah nyata yang dekat dengan kehidupan siswa sehari-hari.

b. Memiliki keterkaitan antar disiplin ilmu.

Meskipun pembelajaran ini berpusat pada suatu mata pelajaran tertentu namun dalam memecahkan masalah siswa dapat meninjau masalah tersebuat dari beberapa mata pelajaran (Trianto, 2009:93)

c. Menuntut siswa untuk melakukan penyelidikan autentik.

(51)

d. Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi.

Sumber pengetahuan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah tidak dari satu sumber saja. Dalam hal ini keaktifan siswa dituntut untuk menggunakan sumber pengetahuan yang lain.

e. Adanya pembelajaran yang kolaboratif, komunikatif dan kooperatif. Dalam pembelajaran ini, siswa bekerja sama dengan siswa lain minimal secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Saat bekerjasama dengan teman lain, siswa akan berinteraksi secara komunikatif untuk menemukan solusi dari masalah yang ada.

3. Langkah-langkah Pendekatan Berbasis Masalah

Adapun langkah-langkah dari Pendekatan Berbasis Masalah ( Wena, 2009:93) ini adalah:

a. Siswa berusaha menemukan masalah atau topik nyata dan dekat dengan kehidupan siswa.

b. Siswa mencoba untuk mendefinisikan masalah tersebut dengan kalimat sendiri, sesuai dengan pengetahuan awal siswa.

c. Siswa mengumpulkan fakta-fakta dan mengorganisasi apa yang diketahui. Tugas guru hanya memfasilitasi.

d. Siswa membuat hipotesis/dugaan sementara atas masalah atau topik tersebut.

e. Siswa belajar memaknai data yang dimiliki.

(52)

g. Siswa mencari alternatif penyelesaian atau solusi dari masalah secara kolaboratif.

(53)

Bagan 1. Langkah-langkah PBL

Siswa menemukan masalah yaitu tentang sikap ketidakjujuran.

Siswa mengumpulkan informasi-informasi tentang masalah tersebut di atas dari

pengetahuan awal

Siswa melakukan pengujian terhadap solusi pemecahan masalah

Siswa mendefinisikan masalah dalam kelompok, yaitu tentang sikap yang harus

dilakukan saat mengalami sebuah dilema

Siswa mempelajari data-data yang dimiliki tentang sikap jujur dan ketidakjujuran Siswa membuat hipotesis/dugaan sementara

tentang alasan seseorang mengambil suatu pilihan sikap.

Siswa menyimpulkan alternatif pemecahan masalah secara kolaboratif

(54)

4. Kelebihan Pendekatan Berbasis Masalah

Menurut Trianto (2009:95), Pendekatan Berbasis Masalah ini memiliki beberapa kelebihan yaitu:

a. Siswa belajar untuk berpikir kritis.

Pembelajaran Berbasis Masalah selalu diawali dengan adanya penemuan suatu masalah dimana siswa sendirilah yang harus menemukan permasalahan tersebut. Setelah siswa menemukan suatu permasalahan, siswa dituntut untuk dapat mendefinisikan masalah tersebut. Langkah atau tahap selanjutnya yaitu siswa diharapkan dapat membuat hipotesis atau dugaan sementara setelah mengumpulkan berbagai informasi mengenai permasalahan yang ada. Kemudian siswa diharapkan dapat menyempurnakan permasalahan dengan mempelajari data-data yang dimiliki mengenai permasalahan tersebut. Setelah permasalahan disempurnakan, siswa akan menyimpulkan beberapa alternatif solusi dan akan memilih solusi yang terbaik. Seluruh tahap atau langkah proses Pembelajaran Berbasis Masalah tersebut tentu menuntut siswa untuk dapat berpikir secara kritis.

b. Siswa menjadi aktif

(55)

c. Siswa dapat belajar lebih mandiri.

Dalam proses Pembelajaran Berbasis Masalah, siswa dapat belajar untuk mandiri karena guru hanya berperan sebagai fasilitator yang selalu mendampingi dan membimbing siswa.

d. Melatih siswa untuk dapat bekerjasama secara komunikatif.

Dalam proses Pembelajaran Berbasis Masalah, siswa bekerja di dalam kelompok sehingga akan melatih siswa untuk menjalin kerjasama dan berkomunikasi dengan teman sekelompok maupun teman antar kelompok.

e. Membangun percaya diri siswa.

5. Kekurangan Pendekatan Berbasis Masalah

Trianto (2009:97) mengemukakan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah ini memiliki beberapa kekurangan yaitu:

a. Memerlukan waktu yang lama untuk mengorganisasikan pembelajaran. b. Siswa yang agak lemah dari segi tingkat intelegensi akan kesulitan

mengikuti pembelajaran ini karena pembelajaran ini menuntut tingkat berpikir yang tinggi.

(56)

kelompok, hal ini bertujuan supaya siswa yang kurang secara intelegensi dapat terbantu dengan teman sekelompok yang tingkat intelegensinya lebih.

F. Kerangka Berpikir

Dalam kegiatan, seorang guru hendaknya menggunakan pendekatan-pendekatan agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pendekatan berbasis masalah merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Pendekatan berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang berawal dari suatu masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari dimana siswa dituntut untuk berfikir aktif dalam menyelesaikan masalah tersebut. Pendekatan berbasis masalah melatih siswa untuk aktif, dan berpikir kritis. Dalam pembelajaran berbasis masalah, siswa diharapkan dapat menemukan adanya suatu permasalahan dan dari permasalahan itu siswa diharapkan dapat menemukan solusi terbaik. Dalam pembelajaran berbasis masalah, siswa dilatih untuk dapat belajar secara mandiri, guru berperan sebagai fasilitator yang mendampingi dan membimbing siswa. PBM juga melatih siswa untuk menjalin kerjasama dan berkomunikasi dengan teman sekelompok maupun teman antar kelompok.

(57)

disampaikan oleh pembicara. Menurut beberapa siswa, kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang sangat membosankan. Maka dari itu guru menggunakan media agar siswa tertarik dalam kegiatan menyimak. Penggunaan media dalam suatu kegiatan belajar mengajar bertujuan agar kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien dengan demikian mutu pendidikan dapat ditingkatkan. Seorang guru harus berusaha agar materi yang diberikan atau disampaikan oleh guru dapat diserap, dimengerti dan dipahami oleh siswa dengan baik. Untuk memudahkan siswa dalam menyerap, mengerti dan memahami dalam setiap pembelajaran di kelas.

(58)

G. Hipotesis

(59)

40 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian 1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas II SD Kanisius Bantul yang terdiri dari 1 (satu) kelas. Jumlah siswa kelas II yaitu 31 orang, siswa putra berjumlah 17 orang, siswa putri berjumlah 14 orang.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Agustus 2010. (jadwal penelitian terlampir)

3. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Kanisius Bantul yang beralamat di Jalan Mangga, Kelurahan Badegan, Kecamatan Badegan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

4. Sasaran Penelitian

Penelitian ini memiliki sasaran/objek yang akan diteliti yaitu kemampuan menyimak cerita anak siswa kelas II SD Kanisius Bantul semester 2 tahun ajaran 2009/2010.

5. Desain Penelitian

(60)

B. Desain Penelitian 1. Model penelitian

Model penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model spiral (model Kemmis dan Mc. Taggart). Model penelitian ini berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (observasi),

dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah

perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Adapun model penelitian tersebut akan digambarkan sebagai berikut:

Bagan 2. Langkah-langkah penelitian Refleksi

Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan Siklus II

Pelaksanaan

Pengamatan Refleksi

?

(61)

2.Rencana banyaknya siklus

Siklus yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini sebanyak 2 (dua) kali. Masing-masing siklus terdiri dari 2 (dua) kali pertemuan.

3.Kriteria Keberhasilan

Indikator Kondisi Awal Siklus I Siklus II Kemampuan

menyimak

45,2% siswa nilainya di atas KKM

Diharapkan

65% siswa nilainya di atas KKM

Diharapkan

85% siswa nilainya di atas KKM

Tabel 1. Target Keberhasilan C. Rencana Tindakan

1. Persiapan

a. Permintaan ijin kepada Kepala Sekolah SD Kanisius Bantul

b. Observasi dan wawancara dengan guru kelas II SD Kanisius Bantul c. Identifikasi permasalahan

d. Penyusunan rencana penelitian dalam siklus-siklus e. Penyusunan silabus, RPP, LKS dan instrumen penelitian f. Persiapan alat dan media pembelajaran

2. Rencana Tindakan Setiap Siklus a. Siklus I (2 kali pertemuan)

1) Persiapan siklus I

a) Membuat RPP dan LKS

(62)

d) Membuat rubrik penilaian dan pedoman penskoran untuk kegiatan “menceritakan kembali isi dongeng”.

2) Rencana Tindakan Siklus I a) Pertemuan 1 (2 jp)

1. Tahap pramenyimak

a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, serta kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

b. Guru memulai pembelajaran dengan memberikan beberapa gambar, kemudian siswa diminta untuk mengidentifikasi tema dari gambar-gambar tersebut. c. Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui pertanyaan-pertanyaan, misalnya: “Apa yang akan kalian lakukan jika menemukan sebuah dompet di jalan?”, “Apa alasan kalian melakukan hal tersebut?”

d. Guru membagi siswa dalam kelompok. 2. Tahap Menyimak

a. Siswa (dalam kelompok) mendengarkan guru membacakan sebuah cerita anak (dongeng).

(63)

c. Siswa (dalam kelompok) mencoba membuat rumusan masalah sendiri berdasarkan cerita yang telah dibacakan oleh guru, misalnya: “Mengapa seseorang harus berbuat jujur?” atau “Apa yang meyebabkan seseorang kadang berbuat tidak jujur?” d. Siswa mengumpulkan fakta-fakta tentang

“kejujuran atau ketidakjujuran” dari sumber yang dimiliki (teks cerita, pengalaman pribadi siswa, buku dan sebagainya) untuk menjawab permasalahan tersebut.

e. Siswa membuat hipotesis atau dugaan sementara mengenai permasalahan yang ada (penyebab seseorang bertindak jujur atau tidak jujur)

f. Siswa mempelajari data-data yang telah dikumpulkan dan mencari solusi atas permasalahan yang telah dirumuskan secara kolaboratif.

3. Tahap pascamenyimak

Siswa diminta untuk mengerjakan evaluasi. b) Pertemuan 2 (2 jp)

(64)

pertemuan 1. pada pertemuan kedua ini, kelompok siswa diminta untuk membuat sebuah produk yaitu “Papan Curhat”. Papan curhat ini adalah sebuah papan berisikan cerita pengalaman pribadi siswa tentang 1 buah cerita kejujuran dan 1 buah cerita tentang ketidakjujuran yang pernah dilakukan oleh siswa.

3) Pengamatan Siklus I

Mencatat temuan-temuan yang ada selama proses belajar mengajar.

4) Refleksi Siklus I

a) Melakukan evaluasi terhadap hasil temuan-temuan selama proses belajar mengajar.

b) Menentukan langkah untuk melakukan perbaikan pada siklus selanjutnya (siklus II)

b. Siklus II (dua kali pertemuan) 1) Persiapan siklus II

a) Membuat RPP dan LKS

b) Mempersiapkan media (audio visual) c) Menyusun soal evaluasi

d) Membuat rubrik penilaian dan pedoman penskoran untuk kegiatan “menceritakan kembali isi dongeng”.

(65)

1. Tahap pramenyimak

a. Guru menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai, serta kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

b. Guru menggali pengetahuan siswa melalui pertanyaan-pertanyaan, misalnya: “Apa yang dimaksud dengan kejujuran?”, “Manfaat apa yang diperoleh jika kita bersikap jujur?”, dan sebagainya. c. Guru membagi siswa dalam kelompok.

2. Tahap menyimak

a. Guru memutarkan film dongeng berjudul “Pinokio”, kemudian guru mengajukan pertanyaan kepada siswa, “Apa tema dari film yang telah kita simak?” b. Siswa (dalam kelompok) mencoba membuat

rumusan masalah sendiri berdasarkan tayangan film yang telah disimak.

(66)

d. Siswa membuat hipotesis atau dugaan sementara mengenai permasalahan yang ada (penyebab seseorang bertindak jujur atau tidak jujur)

e. Siswa mempelajari data-data yang telah dikumpulkan dan mencari solusi atas permasalahan yang telah dirumuskan secara kolaboratif.

3. Tahap pascamenyimak

Siswa diminta untuk membuat sinopsis dari cerita film yang telah disimak.

b) Pertemuan 2 (2 jp)

Pada pertemuan kedua, siswa bersama dengan guru mengoreksi hasil pekerjaan siswa pada pertemuan 1, setelah itu masing-masing siswa diminta untuk menceritakan kembali isi dongeng yang telah disimak pada pertemuan 1. Pada pertemuan kedua ini siswa diminta untuk membuat sebuah produk yaitu berupa “Pesan Indah” yang berisi tentang “pesan-pesan/nasihat/anjuran” untuk berbuat kejujuran/kebaikan”.

3) Pengamatan siklus II

(67)

4) Refleksi siklus II

a) Mengidentifikasi masalah baik kekurangan maupun kesalahan saat pembelajaran berlangsung.

b) Membuat kesimpulan tentang kemampuan siswa dalam menyimak.

c) Membandingkan hasil yang telah dicapai pada akhir pembelajaran apakah sudah memenuhi indikator keberhasilan yang diinginkan.

(68)

Bagan 3. Langkah-langkah kegiatan PBL tiap siklus Informasi/menyiapkan

sebuah cerita

Siswa merumuskan masalah dalam kelompok

Siswa menemukan masalah

Siswa membuat hipotesis/dugaan sementara dalam kelompok

Siswa menyempurnakan masalah yang sudah didefinisikan

Mengidentifikasi Gambar Tahap Pra menyimak

Siswa mengumpulkan informasi-informasi tentang masalah tersebut diatas dari

pengetahuan awal

Presentasi Produk

Siswa mempelajari data-data yang dimiliki

(69)

D. Teknik Pengumpulan Data, Analisis Data dan Instrumen Penelitian Pengumpulan data dan instrumen penilaian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah berupa tes tertulis berbentuk soal uraian dan lembar observasi.

1. Teknik Pengumpulan Data

Pada siklus 1 dan 2, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes tertulis dan produk. Tes tertulis berupa soal uraian, sedangkan produk yang dihasilkan pada siklus 1 adalah Menceritakan Kembali Isi Dongeng yang Didengarnya dan Papan Curhat. Produk yang dihasilkan pada siklus 2 adalah Menceritakan Kembali Isi Dongeng yang Didengarnya dan Pesan Indah.

2. Analisis Data

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan statistik deskriptif. a) Mengubah skor menjadi nilai, dengan rumus:

Nilai yang akan dicari = 100 max dari tes X skor

skor jumlah

b) Menentukan jumlah siswa yang mencapai KKM (dalam %)

%

(70)

3. Penyusunan Instrumen

Instrumen yang digunakan oleh peneliti antara lain: a. Siklus 1 dan 2

1) Evaluasi (soal essay)

Soal tes yang akan digunakan berupa tes tertulis berbentuk essay terdiri dari 10 soal yang disusun berdasarkan Indikator Hasil Belajar yang akan dideskripsikan dengan kisi-kisi soal. (Lihat lampiran 21, halaman 94).

No Soal Skor masing-masing Total skor maksimal

1-2 5 10

3-10 3 24

Tabel 2. Pedoman penskoran untuk soal evaluasi Pedoman penskoran:

Soal no 1-2: ( menyebutkan 5 tokoh dalam dongeng dan watak masing-masing tokoh).

(1)Tokoh

(71)

(2)Watak

5 = jika benar semua 4 = jika benar 4 3 = jika benar 3 2 = jika benar 2 1 = jika benar 1 Untuk soal no 3-10:

3 = jika jawaban tepat dan sesuai

2 = jika jawaban kurang tepat dan kurang sesuai 1 = jika jawaban tidak sesuai

0 = jika tidak menjawab sama sekali 2) Menceritakan Kembali Isi Dongeng

No Aspek Yang Dinilai Bobot Skala Penilaian

Skor 1 2 3 4 5

1 Ketepatan tokoh 2

2 Alur Cerita 2

3 Kualitas huruf 2

4 Ketuntasan cerita 2

Total

(72)

Petunjuk Pengisian:

1. Memberi tanda cek (V) pada kolom skala penilaian untuk setiap aspek. 2. Arti skala 1-5:

5 = sangat baik 4 = baik

3 = cukup 2 = kurang 1 = sangat kurang

Deskripsi untuk Kriteria Penilaian: a. Ketepatan Tokoh

5 = ada lebih dari 3 tokoh 4 = ada 3 tokoh

3 = ada 2 tokoh 2 = ada 1 tokoh

1 = tidak ada tokoh sama sekali b. Alur Cerita

5 = kronologis cerita sangat sesuai dengan dongeng. 4 = kronologis cerita secara sesuai dengan dongeng. 3 = kronologis cerita cukup sesuai dengan dongeng. 2 = kronologis cerita kurang sesuai dengan dongeng.

1 = kronologis cerita sama sekali tidak sesuai dengan dongeng. c. Kualitas Huruf/tulisan

(73)

3 = tulisan cukup rapi 2 = tulisan kurang rapi

1 = tulisan sama sekali tidak terbaca d. Ketuntasan Cerita

5 = tuntas

4 = hampir seluruh crita tuntas 3 = setengah dari cerita tuntas

2 = kurang dari setengah cerita tuntas 1 = sama sekali tidak tuntas

3) Produk Papan Curhat dan Pesan Indah

No

Tabel 4. Rubrik penilaian Papan Curhat dan Pesan Indah Petunjuk Pengisian:

1. Memberi tanda cek (V) pada kolom skala penilaian untuk setiap aspek. 2. Arti skala 1-4:

(74)

3 = baik 2 = cukup 1 = kurang

Deskripsi untuk Kriteria Penilaian: a. Ketepatan isi

4 = sangat sesuai 3 = cukup sesuai 2 = kurang sesuai

1 = sama sekali tidak sesuai. b. Kerapian

3 = sangat rapi 2 = rapi

1 = kurang rapi c. Kreativitas

3 = sangat kreatif dalam menghias papan curhat 2 = cukup kreatif dalam menghias papan curhat 1 = kurang kreatif dalam menghias papan curhat d. Kerjasama

3 = kerjasama dalam kelompok baik 2 = cukup bekerjasama dalam kelompok 1 = tidak ada kerjasama dalam kelompok

(75)

56 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul Peningkatan Kemampuan Menyimak Cerita Anak Siswa Kelas II SD Kanisius Bantul Tahun Ajaran 2009/2010 melalui Pendekatan Berbasis Masalah peneliti laksanakan pada tanggal 21 sampai 30 April 2010. PTK ini dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus, dimana setiap siklus terdiri dari 2 (dua) kali pertemuan. Setiap pertemuan, seperti pelaksanaan PTK pada umumnya, dibagi menjadi 4 (empat) tahap yaitu Tahap Perencanaan Tindakan, Tahap Pelaksanaan Kegiatan, Tahap Observasi dan Tahap Refleksi (Wiriaatmadja, 2008:212).

(76)

1. Siklus 1

a. Pertemuan 1

1) Tahap Perencanaan Tindakan

Pada pertemuan 1 peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP), media gambar yang diambil dari Film ”Pinokio”, gambar beberapa contoh tindakan ketidakjujuran, beberapa teks cerita anak yang bertema kejujuran, lembar evaluasi dan lembar jawaban. Selain itu, peneliti juga memberi tugas individu kepada masing-masing siswa sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan. Siswa diminta untuk mencari teks cerita anak yang bertema ”kejujuran”. Siswa dapat mencari teks cerita anak tersebut dari berbagai majalah anak atau tabloid anak. Tugas individu tersebut dibawa pada saat pelaksanaan siklus 1 pertemuan 1.

2) Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan Tindakan Siklus 1 Pertemuan 1 yaitu pada hari Rabu, 21 April 2010 berlangsung selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan peneliti dibagi menjadi 3 (tiga) tahap sebagai berikut:

a) Tahap PraMenyimak

(77)

(2) Peneliti memperlihatkan beberapa gambar tindakan jujur dan tidak jujur kemudian meminta siswa untuk mengamatinya.

(3) Peneliti melakukan tanya jawab dengan siswa untuk menggali pengetahuan siswa terkait dengan gambar-gambar yang telah diberikan.

(4) Peneliti membagi siswa dalam kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4 (empat) orang.

b) Tahap menyimak

(1) Peneliti membacakan sebuah cerita anak (dongeng) dengan menggunakan media gambar.

(2) Peneliti meminta siswa untuk menemukan suatu masalah terkait dengan cerita yang telah dibacakan.

(3) Peneliti meminta siswa untuk mengumpulkan fakta-fakta tentang tindakan jujur dan tidak jujur dari sumber yang dimiliki untuk menjawab permasalahan yang ada.

(4) Peneliti meminta siswa untuk membuat hipotesis atau dugaan sementara mengenai permasalahan yang ada.

(5) Peneliti meminta siswa untuk mencari solusi atas permasalahan yang telah ditemukan.

c) Tahap Pasca-menyimak

(78)

3) Tahap Observasi

Hasil observasi yang dilakukan peneliti dan mitra peneliti selama proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

a) Pembelajaran menyimak melalui Pendekatan Berbasis Masalah merupakan hal baru bagi siswa karena guru belum pernah menggunakan pendekatan ini sebelumnya sehingga siswa masih merasa asing dengan istilah-istilah dalam tahap-tahap Pembelajaran Berbasis Masalah.

b) Siswa antusias mendengarkan cerita yang disampaikan oleh peneliti. Siswa juga tertarik dengan media gambar yang digunakan oleh peneliti.

b. Pertemuan 2

1) Tahap Perencanaan Tindakan

(79)

2) Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan Tindakan Siklus 1 pertemuan 2 pada hari Jumat, 23 April 2010 berlangsung selama 2 jam pelajaran ( 2 x 35 menit). Adapun pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut:

a) Peneliti memulai kegiatan pembelajaran dengan memberi pengantar pada siswa mengenai rencana kegiatan yang akan dilakukan.

b) Peneliti meminta siswa untuk maju ke depan membacakan ringkasan cerita yang telah dibuat pada pertemuan 1.

c) Peneliti membimbing siswa untuk membuat ”Papan Curhat” sesuai dengan yang telah direncanakan.

3) Tahap Observasi

Hasil observasi peneliti dan guru mitra selama proses pembelajaran pada siklus 2 pertemuan 2 adalah sebagai berikut: a) Kemampuan berbicara siswa masih rendah, hal tersebut dapat

dilihat saat masing-masing siswa diminta untuk membacakan hasil ringkasan cerita.

b) Saat seorang siswa sedang membacakan hasil ringkasan cerita, suasana kelas tidak terkendali. Siswa lain cenderung riuh, ramai sendiri dan tidak memperhatikan temannya yang sedang maju di depan kelas.

(80)

2. Siklus 2

a. Pertemuan 1

1) Tahap Perencanaan Tindakan

Perencanaan Tindakan di Siklus 2 didasarkan pada hasil refleksi selama proses pembelajaran di Siklus 1. Pada siklus 1, peneliti menggunakan media visual/media cetak berupa gambar. Pada siklus 2, peneliti akan menggunakan media audio visual berupa tayangan film.

Peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), gambar beberapa contoh tindakan ketidakjujuran, beberapa teks cerita anak yang bertema kejujuran, lembar evaluasi dan lembar jawaban. Peneliti juga mempersiapkan media audio visual yang akan digunakan dalam pembelajaran.

2) Tahap Pelaksanaan Tindakan

(81)

a) Tahap Pramenyimak

(1) Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. (2) Peneliti memperlihatkan beberapa gambar tindakan jujur dan

tidak jujur kemudian meminta siswa untuk mengamatinya. (3) Peneliti melakukan tanya jawab dengan siswa untuk menggali

pengetahuan siswa terkait dengan gambar-gambar yang telah diberikan.

(4) Peneliti membagi siswa dalam kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4 (empat) orang.

b) Tahap Menyimak

a. Peneliti menayangkan sebuah film berjudul ”Pinokio”. b. Peneliti meminta siswa (dalam kelompok) untuk mencoba

membuat rumusan masalah sendiri berdasarkan tayangan film yang telah disimak.

c. Peneliti meminta siswa untuk mengumpulkan fakta-fakta tentang tindakan jujur dan tidak jujur berdasarkan sumber yang dimiliki.

d. Peneliti meminta siswa untuk mencoba membuat hipotesis atau dugaan sementara mengenai permasalahan yang ada. e. Peneliti meminta siswa untuk menemukan solusi dari

(82)

c) Tahap Pascamenyimak

(1) Peneliti memberikan soal evaluasi kepada siswa. 3) Tahap Observasi

Hasil observasi yang dilakukan peneliti dan mitra peneliti selama proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Siswa sudah agak mengerti dengan langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah yang digunakan oleh peneliti. b. Siswa sangat antusias dengan media yang digunakan oleh

peneliti. b. Pertemuan 2

1) Tahap Perencanaan Tindakan

Pada Siklus 2 pertemuan 2, peneliti merencanakan untuk membuat sebuah produk yaitu ”Pesan Indah”. Peneliti mempersiapkan alat-alat dan bahan yang akan digunakan selama proses pembelajaran.

2) Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan Tindakan Siklus 2 pertemuan 2 pada hari Jumat, 30 April 2010 berlangsung selama 2 jam pelajaran ( 2 x 35 menit). Adapun pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut:

a) Peneliti memulai kegiatan pembelajaran dengan memberi pengantar pada siswa mengenai rencana kegiatan yang akan dilakukan.

(83)

3) Tahap Observasi

Hasil observasi peneliti dan guru mitra selama proses pembelajaran pada siklus 2 pertemuan 2 adalah sebagai berikut: a) Siswa sangat antusias dan senang selama proses pembelajaran. b) Siswa sangat kreatif dalam membuat ”Pesan Indah”.

c) Proses pembelajaran berlangsung dengan tertib, suasana kelas terkendali.

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Peneliti memperoleh Data Nilai Kondisi Awal siswa pada pembelajaran menyimak dengan Kompetensi Dasar Menceritakan Kembali Isi Dongeng yang didengar dari guru kelas II sebagai mitra peneliti. Data tersebut menunjukkan bahwa siswa kelas II yang berhasil melampaui nilai KKM 70, hanya 14 siswa (45,2%) dari jumlah seluruh siswa 31 orang. Sisanya, sebanyak 17 siswa (54,8%) belum berhasil mencapai KKM (Lampiran 11, halaman 98). Oleh karena itu, peneliti melaksanakan pembelajaran menyimak

melalui Pendekatan Berbasis Masalah dengan tujuan untuk meningkatkan jumlah siswa yang mencapai KKM.

1. Hasil Kemampuan Menyimak pada Siklus 1

Penilaian pada siklus 1 merupakan gabungan dari Skor Evaluasi (Lampiran 12, halaman 99), Skor Menceritakan Kembali (lampiran 13, halaman 100) dan Skor Papan Curhat (Lampiran 14, halaman 101).

Gambar

Tabel 1. Target Keberhasilan tiap siklus  ...........................................
gambar dan  audio visual melalui pendekatan berbasis masalah yang
Tabel 1. Target Keberhasilan
Tabel 2. Pedoman penskoran untuk soal evaluasi
+3

Referensi

Dokumen terkait

dalam buku landasan pendidikan yang dikutip oleh Binti Maunah yaitu:. Hukuman diadakan, oleh karena adanya pelanggaran,

[r]

Ketika ada pengguna yang mengakses alamat website maka website interaktif akan merespon dengan dengan mengidentifikasi pengguna dan level pengguna selanjutnya

Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan (Dr.) pada Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. © Atep Sujana 2016

gayaberat yang telah dikurangi efek udara bebas sehingga dapat merepresentasikan topografi suatu area secara umum. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan

[r]

SIMALUNGUN PADA UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) PEMERINTAH KABUPATEN SIMALUNGUN TENTANG PENETAPAN PEMENANG E-LELANG PEKERJAAN KONSTRUKSI YANG DIKELOLA OLEH DINAS PEKERJAAN

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui apakah metode Z-Score dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan.. Latar belakang penelitian ini