• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meretas Menuju Puncak

Dalam dokumen Mediakom Edisi 18 Juni 2009 - [MAJALAH] (Halaman 52-56)

Potret

RSPI Sulianti Saroso sudah ada sejak puluhan tahun lalu. Awalnya adalah Station Karantina berada di Pulau Onrust Kuiper, Kepulauan Seribu, yakni lembaga yang merupakan hibah pemerintah Jepang kepada Pemerin- tah Indonesia. Namun, dalam perjalanan waktu, sekitar tahun 1958, Station Karantina dipindahkan ke Tanjung Priuk, Jakarta Utara berganti nama menjadi Rumah Sakit Karantina. Di tempat baru inilah Rumah Sakit Karantina terus mengalami perubahan struktur organ- isasi, peran, fungsi dan pola pengelolaan keuangan. Dan bersamaan dengan itu, nama Rumah Sakit Karantina berubah menjadi nama Rumah Sakit Infeksi Prof.Dr. Su- lianti Saroso. Sebuah nama tokoh besar, master bidang public health pada zamannya, Sulianti Saroso. Ia pernah menjabat sebagai Kepala Badan Litbangkes Depkes tahun 1975 dan menjabat Staf Ahli Menteri Kesehatan tahun 1979.

Kini, Rumah Sakit Prof.Dr. Sulianti Saroso telah men- jadi rumah sakit Badan Layanan Umum ( BLU). Rumah sakit yang menerapkan pengelolaan keuangannya berubah dari PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) menjadi BLU penuh. Bahkan sejak tahun 2008, statusnya telah meningkat menjadi RS Kelas B pendidikan dengan eselon IIA.

Oleh karena itu, wajar jika dr. Sardikin Giriputro, Sp.P, MARS sebagai pimpinan ke 12 RS Sulianti Saroso, merasa bersyukur, telah menjadi penerus sejarah perjalanan rumah sakit ke 15 yang jatuh pada 21 April 2009 yang lalu. Pada saat itu, ia menegaskan tentang komitmennya menjadikan rumah sakit ini sebagai rumah sakit penya- kit infeksi.

Pelayanan Medis

Di usianya yang cukup matang, RS Sulianti Saroso telah menggepakkan sayabnya, merambah berbagai pelayanan kesehatan. Mulai pelayanan Gawat Darurat, rawat jalan, rawat inap, perawatan instensif dan bedah sentral. Melalui sarana yang ada sekarang ini, rumah sakit

telah melangkah maju, mejadi pelayan rumah sakit yang berkualitas. Tatalaksana yang rasional, secara diagnostik maupun terapetik, menyeluruh, terapadu dan ber- kesinambungan, khsusnya terhadap penyakit infeksi.

Untuk mendukung layanan tersebut, telah tersedia 16 poliklinik spesialis, diantaranya; poliklinik spesialis anak, poli spesialis penyakit dalam, poli spesialis kebidanan, poli spesialis gigi dan mulut, dll.

Sedangkan penunjang medis, disediakan 8 layanan penunjang medis, diantara pelayanan Radiologi, Labo- ratorium, Rehabilitasi Medik, Gizi, Farmasi dll. Untuk menggerakkan organisasi, Direktur Utama dibantu oleh Direktuk Medik dan keperawatan, Direktur Pengkajian Penyakit Infeksi dan Penyakit menular, serta Direktur Keuangan dan Administrasi Umum.

Kini, rumah sakit ini sudah menempatkan diri men- jadi rumah sakit rujukan nasional dalam pelaksanaan penyakit menular dan penyakit infeksi lainnya. Terutama penyakit infeksi yang disebarkan melalui udara. Seperti Sars, flu burung(H5N1) dan flu babi (H1N1).

Selain menyelenggarakan kegiatan preventif dan promotif pada kelompok masyarakat resiko tinggi -- termasuk pengendalian nosokomial-- rumah sakit juga melakukan penelitian untuk mengembangkan tatalaksa- na penyakit menular dan infeksi lainnya. Tidak ketingga- lan melaksanakan pendidikan, pelatihan kepada tenaga kesehatan, institusi kesehatan maupun masyarakat.

Guna mendorong pelaksanaan tugas, rumah sakit menanamkan nilai-nilai kepada seluruh karyawannya. Nilai tersebut yaitu; profesionalisme, tanggung jawab, ra- mah, disiplin dan keterbukan. Keseluruhan nilai tersebut diharapkan mampu memberi motivasi dalam bekerja, mencapai tujuan bersama. Oleh sebab itu rumah sakit menyepakati motto “maju bersama menuju pelayanan prima”. Tetap semangat, maju terus pantang mundur. Meretas jalan menuju puncak kesehatan yang setinggi- tingginya. l(pra)

sampai ke Setneg, sampai ke Menteri Keuangan, tapi mental lagi. Oleh karena itu, insentif untuk karyawan masih kecil.

Sekarang kami sudah BLU dan mudah-mudahan kesejahteraannya dapat meningkat. Karyawan juga mengharapkan kesejahteraan itu, sehingga dapat bekerja dengan baik.

Sebab, kalau tidak ada perhatian un- tuk karyawan, mereka bisa lari nanti. Di DKI Jakarta ini, insentif mereka ini lebih tinggi. Ada tunjangan ke- sejahteraan, besarnya sama dengan gaji. Di Puskesmas mendapat tun- jangan 1 juta atau 1,5 juta. Banyak karyawan yang minta mengajukan pindah ke DKI, karena mau insen-

tif yang lebih tinggi. Ya kami beri pengertian. Ada juga beberapa yang sudah mengabdi 20 tahun. Tapi kalau masih muda-muda baru 2-3 tahun, minta pindah “ya nanti dulu, meng- abdi dulu disini”.

Sekarang, kami sedang mengem- bangkan Institut Penyakit Infeksi Nasional.Di Indonesia mempunyai

Potret

banyak penyakit infeksi, yang ende- mis banyak. Kemudian penyakit yang

new-emerging, kita antisipasi, yang emerging juga perlu kita antisipasi. Semua itu memerlukan semacam lembaga / institut yang melakukan pengkajian penyakit-penyakit infeksi, penelitian, dan memberi masukan.

Bagaimana struktur Institut terse- but ?

Nanti ada perubahan kelem- bagaan. Rumah sakit tetap ada, tapi ada institutnya. Dan tugasnya berbeda dengan rumah sakit. Rumah sakit lebih ke pelayanan, institut nanti fokus pada pengkajian, peneli- tian, pelatihan dan training.

Bagaimana dengan SDM nya ?

Nanti kami kembangkan karena tidak bisa dengan SDM yang ada sekarang, karena mindsetnya masih pelayanan. Kami akan merekrut dari luar yang orangnya suka dengan kegiatan ilmiah, penelitian, scientist

obat apa yang paling sesuai. Hasil- nya, nanti diuji di laboratorium. Mungkin hasilnya. Oh ini tidak akurat lagi. Sudah resisten. Kemudian, dite- mukan obat yang bagus mana?

Pelayanan itu sebagai bagian dari penunjang penelitian. Sekarang ini banyak kasus penyakit infeksi yang bagus dan perlu diteliti, terus dibi- arkan tidak diteliti kan sayang. Tidak perlu merawat inap banyak pasien sampai ratusan, tapi sedikit dapat dimanfaatkan untuk penelitan.

Kapan dimulai?

Prosesnya sedang jalan, kami sudah mengembangkan laborato- riumnya. Tahun 2012 diperkirakan sudah kelihatan bentuknya. Yang penting, status kelembagaan itu harus diberikan karena berkaitan dengan kewenangan di Menpan. Lembaga seperti apa, itu yang sedang kami Polanya rumah sakit, tapi ada lembaganya. Contohnya; di RS Harapan Kita, mereka mempunyai dan research worker. Tugas mereka

meneliti terus dan laboratoriumnya harus memadai. Dan hasil penelitian di laboratorium, harus dapat diterap- kan di rumah sakit.

Mengobati tipus, misalnya, harus ada penelitian, seperti apa kuman tipusnya. Sehingga dapat diketahui

"Semua karyawan

baik langsung

maupun tidak

langsung terlibat

dalam pelayanan,

kami harus

bersama-sama

mengatasi

persoalan. "

Potret

Pusat Kardiologi. Ada juga di Manila Institut Penyakit Tropis. Rumah sakit bagian dari Institut. Rumah sakit tetap melayani pasien. Pasiennya menjadi objek penelitian, melalui pemeriksaan darahnya.

Bagaimana konsep pembiayaan untuk penelitian ke depan ?

Harus ada pembiayaan, sebena- rnya dana riset itu banyak. Kalau kami memiliki tim peneliti yang ba- gus, membuat proposal yang bagus, dana penelitian itu banyak. Seperti dari Internasional, misal; Australia. Kami bahkan pernah ditawari untuk

kerjasama, seperti flu burung dan HIV/AIDS.

Tahun2012 mungkin status ke- lembagaan sudah harus jelas. Tahun 2014 sudah bisa berfungsi sendiri. Ini harapan kami, tapi tergantung pim- pinan juga. Kita tidak tunggu sampai lembaganya selesai, tapi, kami sudah memulai aktifitasnya. Misalnya dok- ter di rumah sakit sudah kami ajak untuk penelitian dan diberikan dana. Sebagian atau 10 % dari anggaran kita untuk penelitian.

Dari segi struktur rumah sakit sendiri sudah ada direktorat baru sejak 2008, yaitu SK Menkes 274. Dalam struktur rumah sakit itu ada Direktorat Pengkajian Klinis. Saat ini Direktorat Pengkajian ini sedang mengembangkan sistem dan prose- dur penelitian di intern rumah sakit ini. Prosedurnya, mengajukan pro- posal. Proposalnya seperti apa yang cocok? Nanti akan ditelaah oleh tim

review. Kami juga sedang membuat tim etik. Sarana dan prasarana juga berangsur-angsur kami benahi.

Indonesia, gudangnya penyakit infeksi. Oleh sebab itu keberadaan institut penyakit infeksi menjadi penting. Mudah-mudahan upaya pembentukan Institut Penyakit Infeksi Internasional segera terwujud. l

Fasilitas dan layanan RSPI Sulianti Saroso

Dalam dokumen Mediakom Edisi 18 Juni 2009 - [MAJALAH] (Halaman 52-56)

Dokumen terkait