• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Merkuri

Menurut Fardiaz (1992), merkuri merupakan elemen alami, oleh karena itu

sering mencemari lingkungan. Kebanyakan merkuri yang ditemukan di alam terdapat

dalam bentuk elemen terpisah. Komponen merkuri banyak tersebar di karang-karang,

tanah, udara, air dan organisme hidup melalui proses-proses fisik, kimia dan biologi

yang kompleks.

Merkuri dan komponen-komponen merkuri banyak digunakan oleh manusia

untuk berbagai keperluan. Sifat-sifat kimia dan fisik merkuri membuat logam tersebut

Menurut Achmad (2004), merkuri masuk ke lingkungan melalui banyak

sumber. Merupakan salah satu dari bahan pencemar logam berat yang sangat penting

untuk diperhatikan. Selain dapat masuk secara langsung ke dalam perairan alami dari

buangan limbah industri juga dapat masuk melalui air hujan dan pencucian tanah.

Merkuri terdapat sebagai komponen renik dari banyak mineral, dengan

bantuan kontinental yang rata-rata mengandung sekitar 80 ppb atau lebih kecil lagi.

Sinabor, merkuri sulfida, HgS, yang berwarna merah, merupakan bijih merkuri utama

yang diperdagangkan. Bahan bakar batu bara fosil dan lignit sering mencapai 100 ppb

merkuri, bahkan lebih.

Ada tiga bentuk merkuri yang toksik terhadap manusia ialah merkuri elemen

(merkuri murni), bentuk garam inorganik dan bentuk organik. Bentuk garam

inorganik Hg dapat berbentuk merkuri (Hg2+) dan bentuk merkuro (Hg+), dimana

bentuk garam merkuri lebih toksik daripada merkuro. Bentuk organik Hg seperti aril,

alkil, dan alkoksi alkil sangat beracun di antara bentuk garam lainnya, (Darmono,

2010).

Menurut Moore dalam Efeendi (2003), merkuri (Hg) adalah unsur renik pada

kerak bumi, yakni hanya sekitar 0,08 mg/kg. Pada perairan alami, merkuri juga hanya

ditemukan dalam jumlah yang sangat kecil. Merkuri merupakan satu-satunya logam

yang berada dalam bentuk cairan pada suhu normal.

Merkuri anorganik dapat mengalami transformasi menjadi dimetil merkuri

dengan bantuan aktivitas mikroba, baik pada kondisi aerob maupun anaerob. Pada

merkuri anorganik yang rendah, akan berbentuk dimetil merkuri; sedangkan pada

kadar merkuri anorganik yang tinggi, akan terbentuk monometil merkuri. Pada

perairan alami, kadar monometil merkuri dan dimetil merkuri dipengaruhi oleh

keberadaan mikroba, karbon organik, kadar merkuri anorganik, pH, dan suhu. Kedua

bentuk senyawa metil merkuri tersebut dapat dipecah oleh bakteri yang hidup pada

sedimen. Metil merkuri dapat mengalami bioakumulasi dan biomagnifikasi pada

biota perairan, baik secara langsung ataupun melalui jala makanan (food web).

Tabel 2.2. Biomagnefikasi Merkuri pada Beberapa Organisme Anggota Jala Makanan pada Ekosistem Perairan

Jenis Organisme Kadar Merkuri (Mg/Kg Berat Badan)

1. Sediman 2. Fitoplankton

3. Tumbuhan tingkat tinggi 4. Zooplankton

5. Zoobentos herbivora 6. Zoobentos karnivora 7. Jenis ikan herbivora 8. Jenis ikan karnivora 9. Bebek/itik

10.Burung pemakan ikan

87-114 15 9 13 77 83 332 - 500 604 - 1.510 240 2.512 - 13.684

Sumber: Sarkka et.al., 1978 dalam Mason, 1993.

Kadar merkuri pada perairan tawar alami berkisar antara 10-100ng/liter,

sedangkan pada perairan laut berkisar antara < 10-30 ng/liter dalam Effendi (2003)

2.3.1 Sifat-Sifat Merkur

Menurut fardiaz (1992), merkuri memiliki beberapa sifat yaitu:

1. Merkuri merupakan satu-satunya logam yang berbentuk cair pada suhu

kamar (25o C) dan mempunyai titik beku terendah dari semua logam, yaitu

-39o C.

2. Kisaran suhu di mana merkuri terdapat dalam bentuk cair sangat lebar, yaitu

396o C, dan pada kisaran suhu ini merkuri mengembang secara merata.

3. Merkuri mempunyai volatilitas yang tertinggi dari semua logam.

4. Ketahanan listrik merkuri sangat rendah sehingga merupakan konduktor yang

terbaik dari semua logam.

5. Banyak logam yang dapat larut di dalam merkuri membentuk komponen yang

disebut amalgam (alloy).

6. Merkuri dan komponen-komponennya bersifat racun terhadap semua

makhluk hidup.

2.3.2 Bentuk-Bentuk Merkuri

Merkuri di alam terdapat dalam berbagai bentuk sebagai berikut:

1. Merkuri anorganik, termasuk logam merkuri (Hg++) dan garam-garamnya

seperti merkuri khlorida (HgCl2) dan merkuri oksida (HgO).

2. Komponen merkuri organik atau organomerkuri, terdiridari:

1) Aril merkuri, mengandung hidrokarbon aromatik seperti fenil merkuri

asetat.

2) Alkil merkuri, mengandung hidrokarbon alifatik dan merupakan merkuri

yang paling beracun, misalnya metil merkuri, etil merkuri, dan

sebagainya.

3) Alkoksialkil merkuri (R-O-Hg).

Merkuri (Hg) bersifat sangat toksik sehingga penggunaan Hg dalam

berbagai industri sebaiknya dikurangi.

2.3.3 Manfaat Merkuri

Merkuri digunakan dalam berbagai bentuk dan untuk berbagai keperluan,

misalnya industri khlor-alkali, alat-alat listrik, cat, instrumen, sebagai katalis,

kedokteran gigi, pertanian, alat-alat laboratorium, obat-obatan, industri kertas,

amalgam dan sebagainya. Logam tersebut digunakan secara luas untuk mengekstrak

emas (Au) dari bijihnya. Ketika Hg dicampur dengan bijih emas, Hg akan

membentuk amalgama tersebut dengan emas (Au) dan perak (Ag). Amalgama

tersebut harus dibakar untuk menguapkan merkuri guna menangkap dan memisahkan

butir-butir batuan (Widowati, dkk , 2008).

Menurut Fardiaz (1992), penggunaan merkuri dan komponen-komponennya

sebagai fungisida. Dalam hal ini merkuri digunakan untuk membunuh jamur dalam

cat, pulp, kertas dan industri-industri pertanian. Cat yang digunakan untuk

kapal-kapal sering ditambahkan merkuri okside (HgO) sebagai anti jamur atau fenil merkuri

2.3.4 Efek Toksik

Menurut Widowati, dkk (2008), bersarkan sifat kimia dan fisik merkuri (Hg),

tingkat atau daya racun/ urutan toksisitas logam dari yang paling toksik terhadap

manusia adalah Hg2+ > Cd2+ > Ag2+ > Ni2+ > Pb2+ > As2+ > Cr2+ Sn2+ > Zn2+ .

Toksisitas logam berat bisa dikelompokkan menjadi 3 yaitu bersifat toksik tinggi

yang terdiri dari unsur-unsur Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn; bersifat toksik sedang yang

terdiri dari unsur-unsur Cr, Ni, dan Co; dan bersifat toksik rendah, yang terdiri dari

unsur-unsur Mn dan Fe.

Logam berat bersifat toksik karena tidak bisa dihancurkan (non degradable)

oleh organisme hidup yang ada di lingkungan sehingga logam-logam tersebut

terakumulasi ke lingkungan, terutama mengendap di dasar perairan dan membentuk

senyawa kompleks bersama bahan organik dan anorganik. Absorbsi etil merkuri di

tubuh mencapai 95%, kontaminasi Hg pada manusia bisa terjadi melalui makanan,

minuman, dan pernafasan, serta kontak kulit. Paparan jalur kulit biasanya berupa

senyawa HgCl2 atau K2HgI4. Jumlah Hg yang diabsorbsi tergantung pada jalur

masuknya, lama paparan, dan bentuk senyawa merkuri. Apabila gas merkuri terhirup,

akan mengakibatkan penyakit bronkitis. Sebagian besar logam merkuri akan

terakumulasi dalam ginjal, otak, hati, dan janin. Dalam organ, logam Hg tersebut

akan berubah menjadi senyawa anorganik, lalu merkuri akan dibuang melalui

kotoran, urin, dan pernapasan.

Keracunan akut oleh Hg bisa terjadi pada konsentrasi Hg uap sebesar 0,5 – 1,2

mg/m3. Keracunan akut oleh Hg uap menunjukkan gejala faringitis, sakit pada bagian

perut, mual-mual dan muntah yang disertai darah, dan shock. Apabila tidak segera di

obati akan berlanjut dengan terjadinya pembengkakan kelenjar ludah, nefritis, dan

hepatitis. Penelitian terhadap kelinci dengan uap Hg 28,8 mg/m3 mengakibatkan

kerusakan yang parah pada berbagai organ ginjal, hati, otak, jantung, paru-paru, dan

usus besar. Keracunan akut karena terhirupnya uap Hg berkonsentrasi tinggi yang

menimpa pekerja pada industri logam Hg serta penambangan emas. Inhalasi uap Hg

secara akut bisa mengakibatkan bronkitis, pneumonitis, serta menyebabkan

munculnya gangguan sistem syaraf pusat, seperti tremor. Inhalasi uap Hg secara

kronis bisa memengaruhi sistem syaraf pusat dengan gejala yang belum spesifik dan

selanjutnya menunjukkan gejala, tremor, pembesaran kelenjar tiroid, takikardia,

demografisme, gingivitis, perubahan hematologis, serta peningkatan eksresi Hg

dalam urin. Gejala akan meningkat lebih spesifik, yaitu tremor pada jari-jari, mata,

bibir, dan bergetarnya seluruh tubuh disertai kekauan pada alat ekstremitas, lalu

diikuti dengan kehilangan memori, peningkatan eretisme, depresi, delirium,

halusinasi dan salivasi, menurut Klassen et al., (1986) dalam Widowati, dkk (2008).

Keracunan kronis bisa menyerang pekerja yang langsung kontak dengan Hg

dan orang yang tinggal disekitar kawasan industri yang menggunakan bahan Hg.

Toksisitas kronis berupa gangguan sistem pencernaan dan sistem syaraf atau

gingivitis. Gangguan sistem syaraf berupa tremor, parkinson, gangguan lensa mata

berwarna abu-abu sampai abu-abu kemerahan, serta anemia ringan (Widowati, dkk

Merkuri akan diekskresikan dari tubuh melalui usus, ginjal, kelenjar mamae,

kelenjar saliva, dan kelenjar sudoriferos. Sebagaian besar dieksresikan melalui feses

atau urin. Perbandingan ekskresi lewat feses dan urin dipengaruhi oleh besarnya

dosis, cara paparan/pemberian, bentuk senyawa Hg, serta spesies hewan. Ekskresi

merkuri organik sebagian besar terjadi dengan ekskresi pada feses daripada ekskresi

pada urin. Eliminasi merkuri organik lebih lambat dibandingkan merkuri anorganik

menurut pendapat Bartik dan Piskac dalam Widowati, dkk (2008).

2.4 Karakteristik Tanah

Dokumen terkait