• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Pencemaran Air

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI no. 173/Menkes/VII/77 Pencemaran

Air adalah suatu peristiwa masuknya zat kedalam air yang mengakibatkan kualitas

(mutu) air tersebut menurun sehingga dapat mengganggu atau membahayakan

kesehatan masyarakat, sedangkan menurut Peraturan Pemerintah RI no. 20 tahun

1990 Pencemaran Air adalah masuknya atau dimasukkannya mahkluk hidup, zat,

energi dan atau komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas

air turun sampai ketingkat tertentu yang membahayakan yang mengakibatkan air

tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.

Menurut Sutejo dalam tesis Maimudin (2011), air dikatakan tercemar apabila

air tersebut tidak dapat digunakan sesuai dengan peruntukannya. Polusi air adalah

penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal akibat terkontaminasi oleh materian

badan air tersebut tidak sesuai lagi dengan peruntukannya dan tidak dapat lagi

mendukung kehidupan biota yang ada didalamnya.

2.2.1 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pencemaran Air Tanah

1. Mikroorganisme

Salah satu indikator bahwa air tercemar adalah adanya mikroorganisme

pathogen dan non pathogen didalamnya. Danau atau sungai yang

terkontaminasi/tercemar mempunyai spesies mikroorganisme yang berlainan

dari air yang bersih. Air yang tercemar umumnya mempunyai kadar bahan

organik yang tinggi sehingga pada umumnya banyak mengandung

mikroorganisme heterotropik. Mikroorganisme heretropik akan menggunakan

bahan organik tersebut untuk metabolisme, misalnya bakteri coliform.

2. Curah Hujan

Curah hujan di suatu daerah akan menentukan volume dari badan air dalam

rangka mempertahankan efek pencemaran terhadap setiap bahan buangan di

dalamnya (deluting effects). Curah hujan yang cukup tinggi sepanjang musim

dapat lebih mengencerkan (mendispersikan) air yang tercemar.

3. Kecepatan Aliran (Stream Flow)

Bila suatu badan air memiliki aliran yang cepat, maka keadaan itu dapat

memperkecil kemungkinan timbulnya pencemaran air karena bahan polutan

dalam air akan lebih cepat terdispersi.

4. Kualitas Tanah

Kualitas tanah (pasir atau lempeng) juga mempengaruhi pencemaran air,

ini berkaitan dengan pencemaran tanah yang terjadi di dekat sumber air.

Beberapa sumber pencemaran tanah dapat berupa bahan beracun seperti

pestisida, herbisida, logam berat dan sejenisnya serta penimbunan sampah

secara besar-besaran (misalnya open dumping).

2.2.2 Sumber Pencemar Air

1. Domestik (Rumah Tangga)

Mukono (2006), Sumber pencemar yang berasal dari domestik atau rumah

tangga yaitu berasal dari kamar mandi, kakus dan dapur.

2. Industri

Jenis polutan yang dihasilkan oleh industri sangat tergantung pada jenis

industrinya sendiri, sehingga jenis polutan yang dapat mencemari air

tergantung pada bahan baku, proses industri, bahan bakar dan sistem

pengelolaan limbah cair yang digunakan dalam industri tersebut.

Secara umum jenis polutan air dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1) Fisik

Pasir atau lumpur yang tercampur dalam limbah air

2) Kimia

Bahan pencemar yang berbahaya: Merkuri (Hg), Cadmium (Cd), Timah

hitam (Pb), Pestisida dan jenis logam berat lainnya.

3) Mikrobiologi

Misalnya yang berasal dari pabrik yang mengolah hasil ternak, rumah

potong dan tempat pemerahan susu sapi.

4) Radioaktif

Beberapa bahan radioaktif yang dihasilkan oleh Pembangkit Listrik

Tenaga Nuklir (PLTN) dapat pula menimbulkan pencemaran air.

3. Pertanian Dan Perkebunan

Polutan air dari pertanian/perkebunan dapat berupa:

1) Zat Kimia

Misalnya: berasal dari penggunaan pupuk, pestisida seperti (DDT,

Dieldrin, dan lain-lain)

2) Mikrobiologi

Misalnya : Virus, bakteri, parasit yang berasal dari kotoran ternak dan

cacing tambang di lokasi perkebunan.

3) Zat Radioaktif

Berasal dari penggunaan zat radioaktif yang di pakai dalam proses

pematangan buah, mendapatkan bibit unggul, dan mempercepat

pertumbuhan tanaman.

2.2.3 Indikator Pencemaran Air

Indikator atau tanda bahwa air sudah tercemar menurut pernyataan Wardhana

(2004), adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui:

1. Adanya perubahan suhu air

2. Adanya perubahan pH atau konsentrasi ion hidrogen

3. Adanya perubahan warna, bau, dan rasa air

4. Timbulnya endapan, koloidal, bahan pelarut

5. Adanya mikroorganisme

6. Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan

Tanda-tanda polusi pada air berbeda-beda, disebabkan oleh sumber dan jenis

polutan yang berbeda. Menurut Fardiaz (1992), polutan air dapat dikelompokkan atas

Sembilan grup berdasarkan perbedaan sifat-sifatnya sebagai berikut:

1. Padatan

2. Bahan buangan yang membutuhkan oksigen

3. Mikroorganisme

4. Komponen organik sintetik

5. Nutrient tanaman

6. Minyak

7. Senyawa anorganik mineral

8. Bahan radoaktif

9. Panas

Adapun sifat-sifat air yang umum diuji dan dapat digunakan untuk

menentukkan tingkat polusi pada air menurut Fardiaz (1992), misalnya:

1. Nilai pH, keasaman dan alkalinitas

2. Suhu

3. Warna, bau dan rasa

5. Nilai BOD dan COD

6. Pencemaran mikroorganisme pathogen

7. Kandungan minyak

8. Kandungan logam berat

9. Kandungan bahan radioaktif

2.2.4 Komponen Pencemar Air

Berbagai jenis kegiatan industri dan teknologi yang ada saat ini jika tidak

disertai dengan pengelolaan limbah yang baik akan memungkinkan akan terjadi

pencemaran air, baik secara langsung maupun secara tidak langung. Erat kaitannya

dengan masalah indikator pencemaran air, ternyata komponen pencemar air ikut

menentukan bagaimana indikator tersebut terjadi.

Dalam Wardhana (2001), komponen pencemar air dikelompokkan sebagai

berikut:

1. Bahan buangan padat

Bahan buangan padat yang dimaksud adalah bahan buangan yang berbentuk

padat, baik yang kasar (butiran besar) maupun halus (butiran kecil). Kedua

macam bahan buangan padat tersebut apabila dibuang ke lingkungan air

(sungai) maka akan dapat menyebabkan pelarutan bahan buangan padat oleh

air, pengendapan bahan buangan padatan didasar air, dan pembentukan

koloidal yang melayang di dalam air.

2. Bahan buangan organik

Bahan buangan organik pada umumnya berupa limbah yang dapat membusuk

atau terdegredasi oleh mikroorganisme. Oleh karena itu maka sangat

bijaksana apabila bahan buangan tersebut tidak dibuang ke lingkungan air

karena dapat meningkatkan populasi mikroorganisme di dalam air.

Meningkatnya mikroorganisme pada air maka kemungkinan untuk ikut

berkembangnya bakteri pathogen yang membahayakan manusia.

3. Bahan buangan anorganik

Bahan buangan anorganik pada umumnya berupa limbah yang tidak dapat

membusuk dan sulit didegradasi oleh mikroorganisme. Apabila bahan

buangan ini masuk ke air lingkungan maka akan terjadi peningkatan jumlah

ion logam di dalam air. Bahan buangan anorganik biasanya berasal dari

industri yang melibatkan penggunaan unsur-unsur logam seperti Timbal (Pb),

Arsen (As), Kadmium (Cd), Air Raksa (Hg), Kroom (Cr), Nikel (Ni), Kalsium

(Ca), Magnesium (Mg), Kobalt (Co) dan lain-lain.

Apabila ion-ion logam yang terjadi di dalam air berasal dari logam berat

maupun logam bersifat racun seperti Timbal (Pb), Arsen (As) dan Air Raksa

(Hg), maka air yang mengandung ion-ion logam tersebut sangat berbahaya

bagi tubuh manusia. Air tersebut tidak dapat digunakan sebagai air minum.

4. Bahan buangan olahan bahan makanan

Bahan buangan olahan makanan dapat juga dimasukkan kedalam bahan

hidung. Apabila bahan buangan olahan makanan yang dibuang mengandung

protein dan gugus amin, pada saat didegredasi oleh mikroorganisme akan

terurai menjadi senyawa yang mudah menguap dan menimbulkan bau.

5. Bahan buangan cairan berminyak

Minyak tidak dapat larut di dalam air, melainkan akan mengapung di atas

permukaan air. Bahan buangan cairan berminyak yang dibuang ke air

lingkungan akan mengapung menutupi permukaan air. Kalau bahan buangan

cairan berminyak mengandung senyawa yang volatile maka akan terjadi

penguapan dan luasan permukaan minyak yang menutupi permukaan air akan

menyusut. Penyusutan luasan permukaan ini tergantung pada jenis minyaknya

dan waktu. Lapisan minyak yang menutupi permukaan air dapat juga

terdegredasi oleh mikroorganisme namun membutuhkan waktu yang cukup

lama.

Lapisan minyak dipermukaan air akan menghalangi difusi oksigen dari udara

kedalam air sehingga jumlah oksigen terlarut di dalam air menjadi berkurang.

Lapisan minyak juga akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air

sehingga mengganggu fotosintesis tanaman air.

6. Bahan buangan zat kimia

Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya, tetapi yang dimaksudkan dalam

kelompok ini adalah bahan pencemar air yang berupa :

1) Sabun (detergen, sampo dan bahan pembersih lainnya)

2) Bahan pemberantas hama (insektisida)

3) Zat warna kimia

4) Larutan penyamak kulit

5) Zat radioaktif

7. Bahan buangan berupa panas

Dalam kegiatan industri seringkali suatu proses disertai dengan timbulnya

panas reaksi atau panas dari suatu gerakan mesin. Agar proses industri dan

mesin-mesin yang menunjang kegiatan tersebut dapat berjalan baik maka

panas yang terjadi harus dihilangkan. Penghilangan panas dilakukan dengan

proses pendinginan air. Air pendinginaan mengambil panas yang terjadi.

Apabila air yang panas tersebut dibuang kesungai maka air sungai akan

menjadi panas. Air sungai yang suhunya naik akan mengganggu kehidupan

hewan air dan organisme air lainnya karena kadar oksigen yang terlarut dalam

air akan turun bersamaan dengan kenaikan suhu. Makin tinggi kenaikan suhu

air makin sedikit oksigen yang terlarut di dalamnya.

Dengan mengetahui jenis-jenis parameter dalam limbah, dapat ditetapkan

jenis peralatan yang dibutuhkan. Berikut beberapa tahapan pengolahan air limbah.

a. Prapengolahan (pretreatment)

Pada tahap ini, saringan kasar yang tidak mudah berkarat dan berukuran

kurang lebih 30x30 cm untuk debit air 100 m persegi/jam sudah cukup

baik. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, saringan dapat dipasang

secara seri sebanyak dua atau tiga saringan. Ukuran messnya (besar

nyamuk. Saringan tersebut diperiksa setiap hari untuk mengambil bahan

yang terjaring. Contoh bahan-bahan yang terjaring dapat berupa padatan

terapung atau melayang yang ikut bersama air. Bahan lainnya adalah

lapisan minyak dan lemak diatas permukaan.

b. Pengolahan primer (primary treatment)

Pada tahapan ini dilakukan penyaringan terhadap padatan halus atau zat

warna terlarut maupun tersuspensi yang tidak terjaring pada penyaringan

terdahulu. Ada dua metode utama yang dapat dilakukan yaitu pengolahan

secara kimia dan fisika.

Pengolahan secara kimia dilakukan dengan cara mengendapkan bahan

padatan melalui penambahan zat kimia. Reaksi yang terjadi akan

menyebabkan berat jenis bahan padatan menjadi lebih besar dari pada air.

Tidak semua reaksi dapat berlaku untuk semua senyawa kimia ( terutama

senyawa organik).

Pengelolaan secara fisika dilakukanmelalui pengendapan maupun

pengapungan yang ditujukan untuk bahan kasar yang terkandung dalam

air limbah. Pengapungan dilakukan dengan memasukkan udara ke dalam

air dan menciptakan gelembung gas sehingga partikel halus terbawa

bersamagelembung ke permukaan air. Sementara itu, pengendapan (tanpa

penambahan bahan kimia) dilakukan dengan memanfaatkan kolam

berukuran tertentu untuk mengendapkan partikel-partikel dari air yang

mengalir di atasnya.

c. Pengolahan sekunder (secondary treatment)

Tahap ini melibatkan proses biologis yang bertujuan untuk menghilangkan

bahan organik melalui proses oksidasi biokimia. Didalam proses biologis

ini, banyak digunakan reaktor lumpur aktif dan trickling filter.

d. Pengolahan tersier (tertiary treatment)

Pengolahan tersier merupakan tahap pengolahan tingkat lanjut yang

ditujukan terutama untuk menghilangkan senyawa organic maupun

anorganik. Proses pada tingkat lanjut ini dilakukan melalui proses fisik

(filtrasi, destilasi, pengapungan, pembekuan, dan lain-lain), proses kimia

(absorbs karbon aktif, pengendapan kimia, pertukaran ion, elektrokimia,

oksidasi, dan reduksi), dan proses biologi (pembusukan oleh bakteri dan

nitrifikasi alga).

Dokumen terkait