• Tidak ada hasil yang ditemukan

LOKAL PADA JENIS LANTAI KANDANG YANG BERBEDA

MERLYN PRIWAHYUNINGSIH D14096007

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Insitut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

ii RINGKASAN

Merlyn Priwahyuningsih. D14096007. 2012. Tingkah Laku Harian dan Pola Makan Kelinci Lokal pada Jenis Lantai Kandang yang Berbeda. Skripsi. Mayor Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Moh Yamin, M. Agr. Sc Pembimbing Anggota : M. Baihaqi, S.Pt. M. Sc.

Kelinci merupakan ternak pedaging yang dimanfaatkan sebagai sumber protein hewani untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Pada umumnya kelinci dipelihara secara intensif didalam kandang, sehingga kenyamanan di dalam kandang perlu diperhatikan. Salah satu faktor penentu kenyamanan tersebut adalah jenis lantai kandang yang digunakan yaitu dapat berupa bambu, kawat besi, kayu dan kombinasinya. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari tingkah laku harian (makan, minum, eliminasi, merawat diri, bergerak, stereotypes, dan istirahat) dan pola makan kelinci (mengamati, mencium, menggigit, mengunyah, dan menelan) yang dipelihara pada lantai kandang bambu, sekam dan kawat.

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Agustus sampai dengan September 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ternak yang digunakan pada penelitian ini adalah kelinci jantan lokal sebanyak 15 ekor berumur 4 bulan. Bobot hidup rata-rata adalah 824±74,43 g (KK= 9,03%). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga jenis kandang sebagai perlakuan dan lima ulangan. Kandang yang digunakan adalah kandang individu dan terbuat dari kayu dengan jenis lantai yang berbeda (bambu, sekam, dan kawat). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis statistik non-parametrik Kruskal-Wallis.

Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 22-32,8°C, pagi 22-26°C, siang 30-32,5°C dan sore 24-32,8°C. Pada seluruh perlakuan jenis lantai kandang yang diberikan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadah tingkah laku harian kelinci. Kelinci yang dipelihara pada lantai kandang bambu memperlihatkan aktivitas tingkah laku minum pada siang yang nyata lebih tinggi daripada pagi atau sore hari (P<0,05) dan tingkah laku bergerak pada pagi hari yang lebih tinggi dibanding siang dan sore hari. Pada lantai kawat, tingkah laku istirahat pada siang hari nyata lebih tinggi dibandingkan pagi atau sore hari (P<0,05). Jenis lantai kandang yang digunakan tidak berpengaruh nyata terhadap pola makan kelinci yaitu proses mengamati, mencium, mengigit, mengunyah kemudian menelannya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan jenis lantai kandang bambu, sekam dan kawat ini dapat digunakan untuk pemeliharaan kelinci lokal dengan tetap mempertimbangkan ketersediaan bahan lantai kandang tersebut.

iii ABSTRACT

Daily and Ingestive Behaviour of Local Rabbit in Different Cage Floor

Merlyn. P, M. Yamin and M. Baihaqi

The aim of this study was to analyze daily and ingestive behaviour of male local rabbit in different cage floor. Total rabbits used in this study were 15 heads (average body weight was 824±74,43 g) that were allocated into 3 treatments (bamboo, husk mats and wire cagefloor). The data of daily behaviours including ingestive (eating and drinking), locomotion, elimination, grooming, stereotype and resting behaviors were collected during 57 days. The data were analyzed with non parametric Kruskal-Wallis analysis. The results showed that effect of different cage floors was not significantly different on the rabbit daily behaviours. The observations also showed that rabbit that were kept in bamboo cage floor showed that drinking behaviours was significantly higher around noon than in the morning or late afternoon and the behaviours of locomotions in the morning was higher than around noon and late afternoon. In wire cage floor, resting behaviour during the day was significantly higher than in the morning or late afternoon. However, between the three cage types were similar the eating patterns behaviours observed, smelling, biting, chewing and swallowing. It can be concluded that the use of bamboo cage floor types, husks and wire can be used for raising local rabbits by considering the availability of the cage floor materials.

iv Judul : Tingkah Laku Harian dan Pola Makan Kelinci Lokal Pada Jenis Lantai Kandang yang Berbeda

Nama : Merlyn Priwahyuningsih NRP : D14096007

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

(Dr. Ir. Moh Yamin, M. Agr. Sc.) (Muhamad Baihaqi, S.Pt. M. Sc.) NIP: 19630928 198803 1 002 NIP: 19800129 200501 1 005

Mengetahui :

Ketua Departemen,

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr. Sc) NIP : 19591212 198603 1 004

v RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bojong Gede, Bogor pada tanggal 9 April 1988. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sukirman Alamsyah dan Ibu Srimaya.

Tahun 1994 penulis masuk Sekolah Dasar Negeri (SDN) Bojong Gede dan lulus pada tahun 2000. Penulis melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 1 Bojong Gede dan lulus pada tahun 2003. Penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Depok dan lulus tahun 2006. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006 melalui jalur Ujian Masuk di Program Studi Teknologi dan Manajemen Ternak, Direktorat Program Diploma III dan lulus pada tahun 2009. Tahun 2009 penulis kemudian melanjutkan pendidikan dalam Program Alih Jenis, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

vi KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis dan bertempat di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil (Kompleks kandang B), Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pelaksanaan penelitian dimulai pada Agustus sampai September 2011.

Penelitian yang berjudul Tingkah Laku Harian dan Pola Makan Kelinci Lokal pada Jenis Lantai Kandang yang Berbeda ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari tingkah laku harian dan pola makan kelinci lokal yang dipelihara dengan jenis lantai kandang yang berbeda yaitu lantai kandang bambu, sekam dan kawat.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian ini serta kepada semua pihak yang membantu dalam proses penulisan skripsi ini. Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan belum bisa dikatakan sempurna. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya dunia peternakan.

Bogor, Oktober 2012

vii DAFTAR ISI

 

Halaman RINGKASAN ... i ABSTRACT ... ii LEMBAR PERNYATAAN ... iii LEMBAR PENGESAHAN ... iv RIWAYAT HIDUP ... v KATA PENGANTAR ... vi DAFTAR ISI ... vii DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan ... 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3 Kelinci ... 3 Anatomi ... 4 Reproduksi ... 5 Tingkah Laku ... 5 Tingkah Laku Harian ... 6 Tingkah Laku Makan ... 6 Tingkah Laku Minum ... 7 Tingkah Laku Eliminasi ... 7 Tingkah Laku Merawat Diri ... 8 Tingkah Laku Istirahat ... 8 Tingkah Laku Bergerak ... 9 Tingkah Laku Stereotypes ... 9 Perkandangan ... 9 Lantai Kandang ... 10 Kebutuhan Pakan untuk Pertumbuhan ... 11 MATERI DAN METODE ... 12

Lokasi dan Waktu ... 12 Materi ... 12 Ternak ... 12 Kandang dan Peralatan ... 12 Pakan ... 13 Prosedur ... 13 Persiapan ... 13

viii Pemeliharaan ... 14 Pelaksanaan Penelitian ... 14 Pengumpulan Data ... 14 Rancangan dan Analisis Data ... 15  Peubah ... 16 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17  Keadaan Umum Penelitian ... 18  Kondisi Lingkungan ... 18 Aktivitas Tingkah Laku Kelinci Jantan Pada Jenis

Lantai Kandang yang Berbeda ... 19  Tingkah Laku Makan ... 19  Tingkah Laku Minum ... 20  Tingkah Laku Eliminasi ... 21  Tingkah Laku Merawat Diri ... 22  Tingkah Laku Bergerak ... 23  Tingkah Laku Stereotypes ... 23  Tingkah Laku Istirahat ... 24 Aktivitas Tingkah Laku Kelinci Lokal Pada Waktu

yang Berbeda dan Jenis Lantai Kandang yang Sama ... 25  Tingkah Laku Harian Pada Lantai Kandang

Bambu ... 225   Tingkah Laku Harian Pada Lantai Kandang

Sekam ... 27  Tingkah Laku Harian Pada Lantai Kandang

Kawat ... 28 Pola Makan Kelinci Pada Jenis Lantai

Kandang yang Berbeda ... 31 Pola Makan Kelinci Pada Waktu yang Berbeda

dan Jenis Lantai Kandang yang Sama ... 31 KESIMPULAN DAN SARAN ... 34 Kesimpulan ... 34 Saran ... 34  UCAPAN TERIMA KASIH ... 35  DAFTAR PUSTAKA ... 36  LAMPIRAN ... 38 

ix DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kebutuhan Zat Gizi Pakan Kelinci ... 11  2. Kebutuhan Bahan Kering Pakan Periode Pemeliharaan ... 11  3. Komposisi Zat Makanan Ransum Pellet Komersial ... 13  4. Rataan Suhu dan Kelembaban Udara Dalam Kandang

Saat Penelitian ... 18  5. Frekuensi Tingkah Laku Harian ... 19  6. Rataan Tingkah Laku Harian Kelinci Jantan Lokal Pada

Lantai Kandang Bambu ... 25  7. Rataan Tingkah Laku Harian Kelinci Jantan Lokal Pada

Lantai Kandang Sekam ... 28  8. Tingkah Laku Harian Kelinci Jantan Lokal Pada Lantai

Kandang Kawat ... 29  9. Rataan Frekuensi Pola Makan Kelinci Pada Jenis Lantai

Kandang yang Berbeda ... 31  10. Rataan Frekuensi Pola Makan Pada Waktu yang

Berbeda Pada Lantai Bambu ... 31  11. Rataan Frekuensi Pola Makan Pada Waktu yang

Berbeda Pada Lantai Sekam ... 31  12. Rataan Frekuensi Pola Makan Pada Waktu yang

x DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Saluran Pencernaan Kelinci ... 4  2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu;

b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat ... 12  3. Aktivitas Kelinci Makan ... 20  4. Tingkah Laku Kelinci Minum ... 21  5. Posisi Kelinci Defekasi ... 21  6. Tingkah Laku Kelinci Grooming ... 22  7. Tingkah Laku Istirahat ... 24 

xi DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Hasil Analisis Tingkah Laku Makan Harian ... 39  2. Hasil Analisis Tingkah Laku Makan Pada Lantai Kandang

Bambu ... 39  3. Hasil Analisis Tingkah Laku Makan Pada Lantai Kandang

Sekam ... 39  4. Hasil Analisis Tingkah Laku Makan Pada Lantai Kandang

Kawat ... 40  5. Hasil Analisis Tingkah Laku Minum Harian ... 40  6. Hasil Analisis Tingkah Laku Minum Pada Lantai Kandang

Bambu ... 40  7. Hasil Analisis Tingkah Laku Minum Pada Lantai Kandang

Sekam ... 41  8. Hasil Analisis Tingkah Laku Minum Pada Lantai Kandang

Kawat ... 41  9. Hasil Analisis Tingkah Laku Eliminasi Harian ... 41  10. Hasil Analisis Tingkah Laku Eliminasi Pada Lantai

Kandang Bambu ... 42  11. Hasil Analisis Tingkah Laku Eliminasi Pada Lantai

Kandang Sekam ... 42  12. Hasil Analisis Tingkah Laku Eliminasi Pada Lantai

Kandang Kawat ... 42  13. Hasil Analisis Tingkah Laku Merawat Diri Harian ... 43  14. Hasil Analisis Tingkah Laku Merawat Diri Pada Lantai

Kandang Bambu ... 43  15. Hasil Analisis Tingkah Laku Merawat Diri Pada Lantai

Kandang Sekam ... 43  16. Hasil Analisis Tingkah Laku Merawat Diri Pada Lantai

Kandang Kawat ... 44  17. Hasil Analisis Tingkah Laku Bergerak Harian ... 44  18. Hasil Analisis Tingkah Laku Bergerak Pada Lantai

Kandang Bambu ... 44  19. Hasil Analisis Tingkah Laku Bergerak Pada Lantai

Kandang Sekam ... 45  20. Hasil Analisis Tingkah Laku Bergerak Pada Lantai

xii Nomor Halaman

21. Tingkah Laku Stereotypes Harian Pada Lantai Kandang

yang Berbeda ... 45  22. Tingkah Laku Stereotypes Pada Lantai Kandang Bambu ... 46  23. Tingkah Laku Stereotypes Pada Lantai Kandang Kawat ... 46  24. Tingkah Laku Istirahat Harian Pada Lantai Kandang yang

Berbeda ... 46  25. Tingkah Laku Istirahat Pada Lantai Kandang Bambu ... 47  26. Tingkah Laku Istirahat Pada Lantai Kandang Sekam ... 47  27. Tingkah Laku Istirahat Pada Lantai Kandang Kawat ... 47  28. Gambar Dokumentasi Selama Penelitian a) Lantai

Kandang Bambu, b) Lantai Kandang Sekam, c) Lantai Kanang Kawat, d) Kelinci Grooming¸e) Letak Kandang

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelinci merupakan ternak pedaging yang dimanfaatkan sebagai sumber protein hewani untuk memenuhi kebutuhan nutrisi masyarakat. Kelinci dikenal sebagai ternak yang dapat memanfaatkan hijauan secara efisien. Daging kelinci yang dikenal memiliki kadar protein tinggi dengan kandungan lemak dan kolesterol yang rendah dibandingkan ternak lain mulai banyak diminati oleh konsumen. Selain daging, kelinci juga dapat menghasilkan kulit dan bulu yang dapat diolah menjadi berbagai jenis kerajinan. Beternak kelinci memiliki beberapa keunggulan seperti pertumbuhan kelinci yang pesat dan tingkat reproduksi yang tinggi, modal cepat berputar, selain itu pemeliharaanya lebih mudah jika dibandingkan ternak lainnya.

Pada umumnya kelinci dipelihara secara intensif didalam kandang, sehingga kenyamanan didalam kandang perlu diperhatikan. Salah satu faktor penentu kenyamanan tersebut adalah jenis lantai kandang yang digunakan yaitu dapat berupa bambu, kawat besi, kayu atau kombinasinya. Kenyamanan ternak akibat penerapan teknologi produksi ternak perlu terjamin sejalan dengan usaha peningkatan produksi ternak. Kenyamanan tersebut mencerminkan kesejahteraan ternak yang juga harus diperhatikan.

Penelitian tentang pengaruh lantai kandang terhadap produktivitas ternak kelinci masih sangat terbatas. Siloto (2008) melaporkan bahwa kelinci yang ditempatkan pada kandang yang diberi sekam menunjukkan dampak positif bagi kesejahteraan kelinci karena kelinci terlihat lebih aktif dibandingkan kelinci yang berada dalam kandang kawat. Informasi lebih lanjut mengenai tingkah laku dan pola makan kelinci lokal yang dipelihara pada lantai kandang yang berbeda perlu terus dikaji. Penelitian ini dilakukan untuk mengamati dan membandingkan tingkah laku kelinci pada penggunaan jenis lantai kandang yang berbeda. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memberikan informasi tentang jenis lantai kandang yang baik untuk menjaga produksi dengan tetap memperhatikan kesejahteraan kelinci.

2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari (1) tingkah laku harian kelinci (makan, minum, eliminasi, merawat diri, bergerak, stereotypes, dan istirahat) yang dipelihara pada jenis lantai kandang yang berbeda, (2) tingkah laku harian kelinci pada waktu yang berbeda pada lantai kandang sama, (3) pola makan kelinci meliputi mengamati, mencium, menggigit, mengunyah dan menelan pellet pada jenis lantai kandang yang berbeda dan 4) pola makan kelinci pada waktu yang berbeda pada lantai kandang yang sama.

3 TINJAUAN PUSTAKA

Kelinci

Kelinci domestik (Orytologus cuniculus) yang ada saat ini berasal dari kelinci liar di Eropa dan Afrika Utara. Mulanya kelinci diklasifikasikan dalam ordo rodensia (binatang mengerat) yang bergigi seri empat, tetapi akhirnya dimasukkan dalam ordo logomorpha karena bergigi seri enam (Cheeke et al., 1987). Kelinci termasuk hewan herbivora non-ruminan yang memiliki sistem pencernaan monogastrik dengan perkembangan sekum seperti rumen ruminansia, sehingga kelinci disebut pseudo-ruminansia (Cheeke et al., 1982). Menurut Cheeke (1981), kelinci adalah ternak yang dapat memanfaatkan hijauan secara efisien, sedikit menggunakan makanan konsentrat dan tidak bersaing dengan makanan manusia. Kelinci (Oryctolagus cuniculus) memiliki beberapa ciri khas seperti ukuran tubuh kecil, jarak beranak pendek, potensi reproduksi tinggi, laju pertumbuhan cepat dan sifat genetik relatif beragam (Cheeke et al., 1987).

Kelinci dikelompokkan berdasarkan tujuan pemeliharaannya, yaitu untuk menghasilkan daging, kulit-rambut (fur) atau sebagai kelinci hias, ada juga yang bertujuan ganda. Kelinci dengan berbagai ragamnya menghasilkan lima jenis produk yang dapat dimanfaatkan, yaitu daging (food), kulit-rambut (fur), kelinci hias (fancy), pupuk (fertilyzer) dan hewan percobaan (laboratoty animal) (Raharjo, 2005). Kelinci dapat menggunakan protein hijauan secara efisien, reproduksi tinggi, efisiensi pakan tinggi, hanya membutuhkan makanan dalam jumlah sedikit dan kualitas dagingnya cukup tinggi (Farrel dan Raharjo, 1984).

Kelinci sangat peka terhadap suhu lingkungan tinggi, terutama kalau kelembaban udara juga tinggi. Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988) suhu ideal bagi kelinci adalah 15 sampai 20° C. Jika suhu lebih dari 27 sampai 32° C dapat mengganggu kesehatan dan produktivitas.

Manure atau kotoran kelinci, termasuk urinenya dikenal memiliki mutu tinggi sebagai pupuk organik. Petani sayur, bunga hias dan buah-buahan jangka pendek (strawberry, semangka, tomat) umumnya membutuhkan pupuk ini (Raharjo, 2005).

4 Anatomi

Sistem pencernaan kelinci menurut Cheeke et al. (2000) bahwa alat pencernaan kelinci dibagi dua bagian yaitu perut depan (foregut) terdiri dari lambung, pankreas dan usus kecil (duodenum, jejunum, ileum) dan perut belakang (hindgut) yang terdiri dari sekum, appendix dan kolon (Gambar 1).

Gambar 1. Saluran Pencernaan Kelinci Sumber : Nheyla (2010)

Pertumbuhan bakteri pada pencernaan kelinci terdapat pada kolon yang memiliki fungsi yang sama dengan rumen pada sapi yaitu sebagai tempat terjadinya proses pencernaan makanan (Cheeke et al., 2000). Kelinci merupakan hewan herbivora non ruminansia yang mempunyai sistem lambung sederhana (tunggal) dengan pembesaran dibagian sekum dan kolon (hindgut) seperti alat pencernaan pada kuda dan babi (Cheeke et al., 2000). Proporsi sekum pada saluran pencernaan kelinci yaitu 40% dari total saluran pencernaannya (Irlbeck, 2001).

Kelinci mempunyai kebiasaan yang tidak dilakukan pada ternak ruminansia yaitu kebiasaannya memakan feses yang sudah dikeluarkan yang disebut dengan coprophagy (Blakely dan Bade, 1991). Sifat coprophagy biasanya terjadi pada malam atau pagi hari berikutnya. Sifat tersebut memungkinkan kelinci memanfaatkan secara penuh pencernaan bakteri disaluran bagian bawah, yaitu mengkonversi protein asal hijauan menjadi protein bakteri yang berkualitas tinggi,

Perut Usus halus Sekum Anus Kolon Rektum Pankreas Hati

5 mensintesis vitamin B dan memecahkan selulose atau serat menjadi energi yang berguna (Blakely dan Bade, 1991).

Kelinci dapat memfermentasikan pakan yang berupa serta kasar di usus belakangnya. Fermentasi umumnya terjadi di caecum yang kurang lebih merupakan 50% dari seluruh kapasitas saluran pencernaan (Postsmouth, 1977). Umur tiga minggu biasanya kelinci mulai makan kembali kotoran lunaknya langsung dari anus (caecotrophy) tanpa pengunyahan. Kotoran ini terdiri atas konsentrat bakteri yang dibungkus oleh mukus (Hornicke, 1977).

Reproduksi

Masa birahi induk akan mulai kelihatan jelas bila sudah mencapai umur 7 bulan. Untuk jenis kelinci tipe berat dengan ciri-ciri bila diusap-usap bagian punggung dia akan mengangkat bagian pantat lebih tinggi atau menungging (Widodo, 2005). Proses ovulasi kelinci terjadi sesudah dilakukan induksi dengan rangsangan dari luar. Rangsangan ini dapat berupa penggunaan pejantan dengan atau tanpa vasektomi, rangsangan listrik dan mekanis dan penggunaan hormon perangsang ovulasi (Cheeke et al., 1987).

Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988), siklus estrus (birahi) kelinci berkisar selama 15-20 hari. Herman (1989) menyatakan kelinci mencapai dewasa kelamin pada umur 4-8 bulan, tergantung pada bangsa, makanan dan kesehatan. Kelinci tipe ringan mencapai dewasa kelamin pada umur empat bulan, tipe medium 5-6 bulan dan tipe berat umur 7-8 bulan.

Raharjo (2005) menambahkan umur kawin yang baik pada kelinci adalah 6 bulan bagi betina dan 7 bulan bagi jantan. Kelinci induk dapat dikawinkan kembali 3-4 minggu setelah melahirkan. Pemeliharaan yang baik pada induk menyebabkan induk dapat dikawinkan 2 minggu setelah melahirkan. Lama bunting dihitung sejak betina kawin sampai beranak. Lamanya berkisar antara 31-32 hari, tetapi kemungkinan paling singkat 29 hari atau paling lama 35 hari (Cheeke et al., 1987).

Tingkah Laku

Ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku hewan disebut ethology, yang berasal dari kata ethos yang berarti karakter atau alam dan logos yang berarti ilmu. Mempelajari tingkah laku hewan berarti menentukan karakteristik hewan dan

6 bagaimana responnya terhadap lingkungan. Selama interaksi tersebut ternak akan menimbulkan respon berupa tingkah laku terhadap lingkungan yang dihadapinya (Gonyou, 1991).

Tingkah laku khusus hewan merupakan bawaan sejak lahir atau sebagai refleksi karakteristik spesies tersebut, yang tidak berubah oleh proses belajar. Tingkah laku ini tidak akan pernah banyak berubah oleh domestikasi, sedangkan tingka laku lainnya dapat berubah oleh proses belajar (Tomaszewska, 1991).

Fungsi utama tingkah laku adalah untuk menyesuaikan diri terhadap beberapa perubahan keadaan, baik dari luar maupun dari dalam. Tingkah laku makan disebabkan oleh adanya rangsangan dari luar (makanan) dan rangsangan dari dalam (adanya kebutuhan atau lapar). Tingkah laku ini berkembang sesuai dengan perkembangan dari proses belajar (Alikodra, 1990).

Menurut Mukhtar (1986), aktivitas tingkah laku dapat dikelompokkan ke dalam sembilan sistem tingkah laku, yaitu (1) tingkah laku makan dan minum (ingestif); (2) tingkah laku mencari perlindungan (shelter seeking) yaitu kecenderungan mencari kondisi lingkungan yang optimum dan menghindari bahaya; (3) tingkah laku agonistik yaitu persaingan antara dua hewan yang sejenis, biasanya terjadi selama musim kawin; (4) tingkah laku seksual (courtship), kopulasi dan hal-hal lain yang berkaitan dengan hubungan hewan jantan dan betina satu jenis; (5) tingkah laku epimelitic atau care giving yaitu pemeliharaan terhadap anak (maternal behavior); (6) tingkah laku et-epimelitic merupakan tingkah laku individu muda untuk dipelihara oleh yang dewasa (care soliciting); (7) tingkah laku eliminative yaitu tingkah laku membuang kotoran; (8) tingkah laku allelomimetik yaitu tingkah laku meniru salah satu anggota kelompok atau melakukan pekerjaan yang sama dengan beberapa tahap rangsangan dan koordinasi yang berbalas-balasan; (9) tingkah laku investigative yaitu tingkah laku memeriksa lingkungannya.

Tingkah Laku Harian

Tingkah Laku Makan

Tingkah laku ingestif bukan hanya meliputi memakan pakan padat tetapi juga menyusui anak dan meminum air. Mempertahankan konsumsi pakan yang cukup untuk hidup dan suksesnya reproduksi merupakan hal yang sangat penting bagi

7 semua hewan ternak. Karena itu, mengerti pola tingkah laku yang digunakan oleh hewan untuk mencari, mendapatkan, menyeleksi dan memakan pakan penting sekali untuk berhasilnya pengembangan usaha peternakan (Tomaszewska, 1991).

Kelinci sangat selektif dalam memilih pakannya. Kelinci akan lebih memilih bagian yang disukainya seperti daun yang lebih hijau dibandingkan yang kering, memilih daun dibandingkan batang, tanaman yang muda dibandingkan yang tua, sehingga pakan yang tinggi protein dan energi dicerna dan rendah serat yang diperoleh dari bahan tanaman. Tingkah laku makan pada kelinci juga dapat dipengaruhi oleh faktor sosial. Kelinci akan makan lebih banyak jika dikandangkan secara kelompok karena adanya peningkatan stimulasi dan adanya kompetisi.

Selain itu tingkah laku makan kelinci yaitu menggaruk atau scrabbling yaitu mengais makanan keluar dari tempat pakan sehingga menyebabkan pakan terbuang. Scrabbling sering dijadikan acuan jika pelet yang diberikan kurang baik maka pellet tersebut diganti dengan kualitas yang lebih baik. Mengunyah bulu juga merupakan tingkah laku makan pada kelinci. Hal ini biasanya diartikan bahwa pakan yang diberikan rendah serat kasar atau protein. Pemberian hay dapat menghentikan tingkah laku ini. Blok kayu dalam kandang biasanya akan digigiti karena memberikan serat dan menjaga gigi bawah kelinci dari cacing (Cheeke et al., 2000). Tingkah Laku Minum

Minum diperlukan untuk mengganti air yang hilang seperti urin dan kadar air yang menguap. Minum juga dibutuhkan untuk pendingin bagi kelinci jika berada di suhu tinggi. Anak kelinci belajar minum saat pertama kali saat menyusui pada induknya. Kelinci harus belajar untuk minum di tempat minum otomatis nipple. Kelinci yang tidak belajar minum menggunakan nipple, biasanya air akan tumpah

Dokumen terkait