• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metastase Kelenjar Getah Bening (N) a. Terapi utama

Dalam dokumen MAKALAH Case Tumor Parotis (Halaman 27-34)

 Operabel : deseksi leher radikal (RND)

 Inoperabel : radioterapi 40 Gy/+kemoterapi preoperatif, kemudian dievaluasi

- menjadi operabel  RND

- tetap inoperabel  radioterapi dilanjutkan sampai 70Gy b. Terapi tambahan

Radioterapi leher ipsilateral 40 Gy 4. Metastase Jauh (M)

Terapi paliatif : kemoterapi

a. Untuk jenis adenokarsinoma (adenoid cystic carcinoma, adenocarcinoma,

malignant mixed tumor, acinic cell carcinoma)

-adriamisin 50mg/m2 iv pada hari 1

-5 fluorourasil 500mg/m2 iv pada hari 1 diulang tiap 3 -sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2 minggu

b. Untuk jenis karsinoma sel skuamous (squamous cell carcinoma,

mucoepidermoid carcinoma)

-methotrexate 50mg/m2 iv pd hari ke 1 dan 7 diulang tiap -sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2 3 minggu

2.2.8 Komplikasi

Telah dilakukan penelitian selama 10 tahun antara 1996 Januari sampai 2006 Januari pada pasien dengan tumor parotis yang telah menjalani terapi bedah di University of Rome “La Sapienza”, Department of Maxillo-Facial surgery. Didapatkan 135 pasien laki-laki dan 147 pasien perempuan dengan usia antara 10 tahun sampai 85 tahun dan pasien usia terbanyak adalah 49 tahun. Dari total 282 pasien, setelah dilakukan follow

up ±60 bulan didapatkan 26 pasien mengalami komplikasi post operasi sebagai berikut: Komplikasi yang sering terjadi setelah parotidektomi Nervus Fasialis

Nervus fasialis adalah nervus yang melintasi kelenjar parotis dan membaginya menjadi lobus superfisialis dan profunda. Sekitar 15-20% kasus (15-20 dalam 100 pasien) nervus fasialisnya mengalami trauma sehingga terjadi kelemahan pada otot-otot fasialis. Ini biasanya sembuh dalam 14 hari sampai 3 bulan setelah operasi dan penyembuhan bisa lebih cepat dengan latihan terapi bicara dan bahasa. Sebanyak 1% kasus terjadi kelemahan permanen dari nervus fasialis. Beberapa pasien mengalami kelemahan nervus fasialis cabang-cabang tertentu saja.

Nama lain Frey’s syndrome adalah Baillarger’s syndrome, Dupuy’s syndrome, auriculotemporal syndrome, atau Frey-Baillarger syndrome Merupakan komplikasi tersering pada pasien pasca operasi parotidektomi yaitu sebanyak 6 orang dari 26 pasien. Frey’s syndrome adalah manifestasi klinik berupa kemerahan dan berkeringat pada hemifasial setelah stimulus kelenjar saliva dan mengunyah. Frey’s Syndrome ini biasanya terjadi setelah cedera traumatik regio parotis seperti parotidektomi, fraktur kondilar, trauma tumpul, insisi dan drainase abses. Sindrom ini bisa muncul setelah beberapa minggu sampai beberapa tahun setelah trauma. Pemeriksaan dilakukan dengan cara tes pati-iodine. Iodine cair dioleskan di atas kulit area preaurikular, tunggu sampai kering, kemudian setelah itu ditaburkan pati jangung di atasnya. Minta pasien untuk mengunyah makanan selama 5 menit untuk merangsang gustatori. Akan tampak gambaran bercak biru kehitaman yang berarti hasilnya positif, karena adanya kompleks iodine-pati yang terdilusi oleh keringat.

Gambar 6: tes pati – iodine

Patofisiologi Frey’s syndrome adalah karena regenerasi saraf otonom yang salah arah setelah cedera area parotis. Setelah cedera, serat saraf parasimpatis sekretomotor post ganglionik yang seharusnyaberinervasi dengan kelenjar parotis, menjadi bergabung dengan reseptor simpatis, dan berinervasi dengan kelenjar keringat sehingga menyebabkan berkeringatnya gustatori. Dengan demikian, seharusnya makanan merangsang kelenjar saliva, menjadi merangsang kelenjar keringat. Meskipun Frey’s syndrome tidak menyebabkan

gangguan fisiologis yang berbahaya, namun gejala kemerahan dan keringat berlebihan menyebabkan stres psikologis dan sosial. 20

• Hematoma

Hematoma mengenai 3 dari 26 pasien. Terjadi karena blokade drainase sehingga pada pasien post parotidektomi dipasang drain untuk mencegah terjadinya hematoma.

2.2.9 Prognosis

Prognosis pada tumor maligna sangat tergantung pada histologi, perluasan lokal dan besarnya tumor dan jumlah metastasis kelenjar leher. Jika sebelum penanganan tumor maligna telah ada kehilangan fungsi saraf, maka prognosisnya lebih buruk. Untuk tumor maligna, pengobatan dengan eksisi dan radiasi menghasilkan tingkat kesembuhan sekitar 50%, bahkan pada keganasan dengan derajat tertinggi. Ketahanan hidup 5 tahun kira-kira 5%, namun hal ini masih tetap tergantung kepada histologinya.12,13,15

Faktor prognostik rendah termasuk keganasan kelas tinggi, keterlibatan saraf, penyakit stadium lanjut, usia lanjut, rasa sakit yang terkait, metastasis getah bening regional node, metastasis jauh, dan akumulasi p53 atau-erbB2 c oncoproteins. Meskipun pernyataan menyangkut kelangsungan hidup sulit dibuat karena berbagai macam jenis histologis, 20% dari semua pasien akan berkembang menjadi metastasis jauh. Metastasis jauh menandakan prognosis buruk, dengan kelangsungan hidup rata-rata 4,3-7,3 bulan. Secara keseluruhan 5-tahun kelangsungan hidup untuk semua tahap dan jenis histologis adalah sekitar 62%-72%. Kelangsungan hidup 5 tahun secara keseluruhan untuk penyakit berulang adalah sekitar 37%. Karena risiko kekambuhan, semua pasien yang menderita tumor kelenjar ludah histologi yang terbukti ganas harus di kontrol seumur hidup.12,13,15

2.2.10Kontrol

Pengawasan harus terus tanpa batas waktu, sebagai kekambuhan lokal atau metastasis jauh dapat menjadi jelas bertahun-tahun setelah pengobatan awal. Pasien harus menjalani pemeriksaan fisik secara menyeluruh setiap 3 bulan selama 2 tahun, setiap 6 bulan selama 3 tahun, kemudian setiap tahun setelahnya. Tes fungsi hati dan rontgen dada harus diperoleh setiap tahun.9,13,16

BAB III

Kasus dan Pembahasan

1.1Anamnesis

a) Identitas pasien

Nama : Tn. MH

Usia : 40 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : pegawai swasta Alamat : Cimanggis, Depok

b) Keluhan Utama

Benjolan di bawah telinga kanan sejak ±4 bulan SMRS.

c) Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poliklinik bedah RSF dengan keluhan satu benjolan dekat telinga kanan yang baru disadari oleh pasien sejak ±4 bulan SMRS. Benjolan awalnya kecil, kira-kira sebesar kelereng, makin lama makin membesar namun lambat menjadi sebesar telur puyuh. Tidak terasa nyeri, tidak terasa hangat, tidak memerah, dan tidak demam. Keluhan lain seperti bibir mencong, sulit menutup mata, sulit menelan, nyeri tenggorokan, gangguan pendengaran disangkal. Benjolan di leher dan di tempat lain juga disangkal. Terdapat penurunan nafsu makan, penurunan berat badan tidak diketahui. Benjolan ini belum pernah diobati sebelumnya.

d) Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien baru pertama kali mengalami keluhan seperti ini. Tidak ada Hipertensi, DM, kolesterol, asma, storke, jantung, dan trauma. Pasien juga tidak pernah menjalani terapi radiasi atau UV pada daerah kepala dan leher.

e) Riwayat Keluarga

Paman pasien mengalami keluhan benjolan di daerah pipi.

f) Riwayat Kebiasaan dan Sosial

Pasien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi minum-minuman beralkohol.

1.2Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum: tampak sakit ringan

Kesadaran: komposmentis/ GCS:E4M6V5 = 15 Koperasi: kooperatif

Tinggi badan : 170 cm Berat badan: 79 kg BMI: 27.3

Tekanan darah: kanan 110/90 mmHg kiri: 110/90 mmHg Nadi: 84 x/menit

Suhu: 36,7 oC

Pernapasan: 20 x/menit Pemeriksaan Kepala

Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/- Leher : tidak ada pembesaran KGB leher

Jantung

Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba di ICS V, 1 jari lateral dari linea midclavicula sinistra

Perkusi : Batas kanan : ICS IV linea para sternalis dekstra. Batas kiri : ICS V 1 jari lateral dari linea midclavicula sinistra Pinggang jantung: ICS III linea parasternalis sinistra

Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-) Paru :

Inspeksi : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis Palpasi : Vokal fremitus sama di kedua lapang paru Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru

Auskultasi : Suara napas vesicular +/+ ; Ronki -/-; Wheezing -/-. Abdomen:

Inspeksi : Datar

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepatosplenomegali (-) Perkusi : Timpani di seluruh lapangan abdomen

Ekstremitas:

Atas: akral hangat (+), edema (-) Bawah: akral hangat (+), edema (-) Status neurologis :

N. VII Kanan Kiri

Motorik Orbitofrontal : baik baik

Motorik Orbicularis : baik baik

N. VIII

Dalam dokumen MAKALAH Case Tumor Parotis (Halaman 27-34)

Dokumen terkait