4.3.1. Tata Niaga
Data perdagangan diperoleh dengan melakukan verifikasi surat keputusan ijin tangkap dan surat ijin edar tumbuhan dan satwaliar yang diberikan oleh BBKSDA Jawa Timur terhadap perusahaan dan melakukan wawancara secara langsung kepada penangkap, agen/sub agen, pengumpul daerah dan pengumpul besar (eksportir). Wawancara terhadap responden yang merupakan komponen/pelaku perdagangan dilakukan untuk menganalisa dan membuat rantai perdagangan ular sendok. Wawancara responden dilakukan dengan metode snowball sampling yang di mulai dari pengumpul daerah, agen/sub agen dan penangkap/pemburu untuk mengetahui pelaku perdagangan. Untuk mengetahui
alur perdagangan ular sendok dilakukan wawancara mulai dari penangkap, agen/sub agen dan pengumpul daerah. Wawancara terhadap responden terbagi atas penangkap/pemburu sebanyak 13 orang, agen/sub agen sebanyak 6 orang, pengumpul daerah sebanyak 4 orang dan pengumpul besar/eksportir sebanyak 1 orang. Pemilihan responden pelaku perdagangan berdasarkan jumlah kuota tangkap yang diberikan oleh BBKSDA Jatim tahun sebelumnya dan keterwakilan wilayah tangkapnya. Usaha perdagangan ular sendok dan satwa lainnya belum sepenuhnya berjalan, hal ini disebabkan adanya penangkap yang beralih menjadi buruh tani (musim panen padi) dan belum terbitnya ijin tangkap sehingga layanan dokumen untuk perdagangan belum bisa dilakukan.
4.3.2. Parameter Demografi
Data parameter demografi diperoleh dengan melakukan pengamatan, pengukuran dan penghitungan terhadap ular sendok yang ada di penangkap (7 orang), agen/sub agen (4 orang) dan pengumpul daerah (6 orang). Jumlah ular sendok yang diamati, diukur dan dihitung di penangkap sebanyak 10 ekor yang diperoleh dari 2 orang penangkap di Kabupaten Bojonegoro, 3 orang penangkap di Kabupaten Nganjuk, 3 orang penangkap di Kabupaten Probolinggo dan 3 orang penangkap di Kabupaten Malang. Penghitungan, pengukuran dan pengamatan ular sendok pada agen/sub agen sebanyak 46 ekor yang tersebar di Kabupaten Tuban, Nganjuk, Probolinggo dan Banyuwangi. Pengukuran dan penghitungan pada tingkat pengumpul daerah sebanyak 176 ekor yang dilakukan pada 5 orang pengumpul daerah tersebar di Kabupaten Bojonegoro, Sidoarjo, Bondowoso dan Gresik. Data parameter demografi meliputi jenis kelamin dan kelas umur ular sendok. Ular sendok jantan dapat dikenali dengan dengan menekan pada bagian belakang kloaka (bagian ekor) maka akan keluar hemipenis. Boeadi et al. (1998) menyatakan bahwa ular sendok dewasa mempunyai panjang SVL 90,8 cm untuk jantan dan 82,8 cm untuk betina.
4.3.3. Morfometri
Pengambilan data morfometrik dilakukan pada tingkat penangkap, agen/sub agen dan pengumpul daerah, sedangkan pada pengumpul besar (eksportir) tidak
dilakukan karena ular sendok yang berada di pengumpul besar sudah diolah menjadi kulit dan daging. Pengukuran data morfometri meliputi: jarak kedua mata (X1), panjang Snout-Vent Length (SVL) yaitu pengukuran mulai dari hidung hingga kloaka/saluran pembuangan (X2), panjang ekor, yaitu pengukuran yang dilakukan mulai kloaka/saluran pembuangan sampai ujung ekor (X3), panjang total yaitu pengukuran mulai dari ujung hidung hingga ujung ekor (X4) dan massa tubuh yaitu dengan menimbang massa tubuh ular (X5).
Pengukuran jarak kedua mata menggunakan jangka sorong/caliper dan pengukuran panjang SVL, panjang ekor dan panjang total (seluruh tubuh) menggunakan meteran. Jumlah ular sendok diukur pada penangkap sebanyak 10 ekor yang diperoleh dari penangkap di Kabupaten Bojonegoro, Nganjuk, Probolinggo dan Malang. Pengukuran pada ular sendok pada agen/sub agen sebanyak 46 ekor yang tersebar Kabupaten Tuban, Nganjuk, Probolinggo dan Banyuwangi, sedangkan pengukuran ular sendok pada tingkat pengumpul daerah sebanyak 176 ekor yang tersebar di Kabupaten Bojonegoro, Sidoarjo, Bondowoso dan Gresik.
4.3.4. Panenan
Pengambilan data panenan dilakukan dengan menghitung jumlah ular sendok yang dipanen pada pengumpul daerah dan agen/sub agen. Pengambilan data panenan dilakukan pada pengumpul daerah dan agen/sub agen karena pada surat ijin tangkap yang diberikan oleh BBKSDA Jatim terdapat agen/sub agen (yang disebut sebagai penangkap) dan lokasi tangkapnya. Penghitungan panenan pada tingkat agen/sub agen dilakukan pada 4 orang agen/sub agen yang tersebar Kabupaten Tuban, Nganjuk, Probolinggo dan Banyuwangi, sedangkan untuk penghitungan panenan pada pengumpul daerah dilakukan di 5 pengumpul daerah yang ada di Kabupaten Gresik (2 orang) dan masing-masing 1 orang pada Kabupaten Bojonegoro, Sidoarjo dan Bondowoso.
4.3.5. Karakteristik Habitat
Pengambilan data karakteristik habitat dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu memilih sarang yang merupakan sarang ular sendok aktif pada
daerah yang menjadi habitat ular sendok. Pencarian dan penentuan sarang ular sendok dilakukan dengan mengikuti pencari/pemburu ular dalam melakukan perburuan dan penangkapan ular sendok pada habitat sawah, kebun/pekarangan, pemukiman, hutan jati dan jalur rel kereta api. Sarang ular sendok mempunyai ciri khusus dibandingkan dengan sarang ular lainnya, yaitu mempunyai permukaan yang halus dan cenderung mengkilat bila basah pada dinding lubangnya. Tanda-tanda lainnya hampir sama dengan sarang ular lainnya, yaitu disekitar sarang sering ditemukan kotoran atau kulit hasil pergantian yang telah mengering.
Pengukuran peubah pada habitat ular sendok dilakukan pada setiap sarang yang ditemukan dalam kondisi baru (masih menjadi sarang aktif) dengan tanda-tanda bahwa sarang tersebut masih dalam kondisi baik dan masih ditemukan kotoran, kulit dan jejak lainnya (bekas jalan atau bila ada rumput maka rumput tersebut akan roboh atau tanah yang dilintasi akan padat atau halus). Peubah habitat yang diukur meliputi: suhu permukaan tanah pada mulut sarang (X6), kelembaban pada permukaan tanah di mulut sarang (X7), ketinggian ditemukan sarang (X8), kadar keasaman (pH) tanah (X9), jenis tanah (X10), kelembaban tanah di mulut sarang (X11), jarak sarang dari pemukiman (X12) dan jarak sarang dari sumber air (X13).
Pengukuran suhu permukaan tanah pada mulut sarang (X6) dan kelembaban permukaan tanah pada mulut sarang (X7) menggunakan termohigrometer, yaitu dengan meletakkan alat tersebut pada mulut sarang dan menunggu 5 menit baru dilakukan pencatatan. Ketinggian tempat (X8) diukur dengan menggunakan GPS sebagai pengganti altimeter yang sebelumnya dilakukan kalibrasi terlebih dahulu pada lokasi yang memiliki koordinat dan ketinggian yang pasti, misalnya bandar udara, pelabuhan laut, titik triangulasi dan lain-lain. Kadar keasaman tanah/pH (X9) dan kelembaban tanah (X11) diukur dengan menggunakan pH meter yang telah dilengkapi dengan alat untuk mengukur kelembaban tanah. Pengukuran dilakukan dengan menancapkan alat tersebut pada tanah di mulut sarang ular sendok, untuk mengukur kadar keasaman tanah tombol diarahkan pada alat pengukur keasaman tanah dan untuk pengukuran kelembaban tanah dilakukan dengan mengeser tombol ke arah alat pengukur kelembaban tanah. Sedangkan pengukuran jarak sarang ular sendok dengan pemukiman (X12), jarak dengan
sumber air (X13) dan jenis tanah dilakukan dengan memplotkan titik koordinat yang diambil dengan menggunakan GPS ke peta digital yang telah dioverlay dengan layer pemukiman dan sumber-sumber air (sungai atau danau) kemudian dianalisa untuk mendapatkan jarak tersebut. Penentuan jenis tanah (X10) pada sarang ular dilakukan dengan memplotkan titik koordinat ditemukan sarang ular pada peta digital yang telah dioverlay dengan layer jenis tanah.