• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Klasifikasi Manhaj Tafsir

3. Metode al-Muqa>ran (Komparatif)

'Abd Hayy al-Farma>wi> memberikan pengertian bahwa Metode al-Muqa>ran adalah menjelaskan ayat-ayat Alquran dengan merujuk pada penjelasan-penjelasan para Mufassir. Sementara itu Menurut Nashruddin Baidan, bahwa para ahli tidak berbeda pendapat mengenai definisi metode ini.

Langkah yang ditempuh ketika menggunakan metode ini adalah sebagai berikut:

1) Mengumpulkan sejumlah ayat Alquran,

2) Mengemukakan penjelasan para mufassir, baik kalangan salaf atau kalangan khalaf, baik tafsirnya bi al-ma’s\u>r atau bi al-ra'yi,

3) Membandingkan kecenderungan tafsir mereka masing-masing,

4) Menjelaskan siapa di antara mereka yang penafsirannya dipengaruhi "secara subjektif" oleh mazhab tertentu; siapa yang penafsirannya ditujukan untuk meligitimasi golongan atau mazhab tertentu; siapa yang penafsirannya diwarnai latar belakang disiplin ilmu yang dimilikinya, seperti bahasa, fikih, atau yang lainnya; siapa yang penafsirannya didominasi uraian-uraian yang sebenarnya tidak perlu, seperti kisah-kisah yang tidak rasional dan tidak didukung oleh argumentasi naqliah; siapa yang penafsirannya dipengaruhi

oleh paham-paham Asy'ariyyah atau Mu'tazilah, paham-paham tasawuf, dan teori-teori filsafat atau teori-teori ilmiah.

Adapun kelebihan dan kekurangan metode ini sebagai berikut:

Kelebihannya: 1) memberikan wawasan penafsiran yang relatif lebih luas kepada para pembaca, 2) membuka pintu untuk selalu bersikap toleran terhadap pendapat orang lain yang kadang-kadang jauh berbeda dari pendapat kita dan tak mustahil ada yang kontradiktif, 3) tafsir dengan metode komparatif ini amat berguna bagi mereka yang ingin mengetahui berbagai pendapat tentang suatu ayat.

Kekurangannya: 1) penafsiran yang memakai metode komparatif tidak dapat diberikan kepada para pemula, seperti mereka yang sedang belajar pada tingkat sekolah menengah ke bawah, hal ini disebabkan pembahasan yang dikemukakan di dalamnya terlalu luas dan kadang kadang ekstrim, 2) metode komparatif kurang dapat diandalkan untuk menjawab permasalahan sosial yang tumbuh di tengah masyarakat, hal ini disebabkan metode ini lebih mengutamakan perbandingan daripada pemecahan masalah, 3) metode komparatif terkesan lebih banyak menelusuri penafsiran-penafsiran yang pernah diberikan oleh ulama daripada mengemukakan penafsiran-penafsiran baru.

Adapun kitab yang menggunakan metode ini adalah Durrat al-Tanzi>l wa Gurrat al-Ta’wi>l karya al-Iska>fi> yang terbatas pada perbandingan antara ayat dengan ayat, dan al-Ja>mi‘ li Ah}ka>m al-Qur’a>n karya Abu> ‘Abdilla>h Muh}ammad Ibn Ah}mad Ibn Abi> Bakr Ibn Farh} al-Qurt}ubi> yang membandingkan perbedaan penafsiran di kalangan mufassir.

4. Metode al-Maud}u>’i> (Tematik)

Yang dimaksud dengan metode tafsir al-Maud}u>’i> ialah membahas ayat-ayat Alquran sesuai dengan tema atau judul yang telah ditetapkan. Semua ayat yang berkaitan dihimpun, kemudian dikaji secara mendalam dan tuntas dari berbagai aspek yang terkait dengannya, seperti asba>b al-nuzu>l, kosa kata, dan sebagainya. Metode tafsir al-maud}u>’i> disebut juga metode tematik.

Al-Farma>wi> secara terinci mengemukakan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menyusun suatu karya tafsir berdasarkan metode ini, sebagai berikut:

a. Menetapkan masalah yang akan dibahas (topik);

b. Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut;

c. Menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya, disertai pengetahuan tentang asba>b al-nuzu>l-nya;

d. Memahami korelasi ayat-ayat tersebut dalam suratnya masing-masing;

e. Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna (outline);

f. Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis yang relevan dengan pokok bahasan;

g. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan menghimpun ayat-ayatnya yang mempunyai pengertian yang sama, atau menkompromikan antara yang ’a>m (umum) dan yang khas} (khusus), atau yang pada lahirnya bertentangan, sehingga semuanya bertemu dalam satu muara, tanpa perbedaan atau pemaksaan.

Metode al-Maud}u>’i> sebagai bentuk penafsiran dengan metode spesifik baru dikenal pada masa belakangan, diperkenalkan oleh Dr. Ahmad

al-Sa'id al-Ku>mi, ketua jurusan tafsir di Universitas al-Azhar, bersama sejumlah kolega dan murid-muridnya.

Adapun kitab tafsi>r dalam metode ini antara lain al-Mar’ah fi>

al-Qur’a>n al-Kari>m dan al-Insa>n fi> Alqura al-Kari>m karya ’Abba>s Mah}mu>d al-’Aqqa>d\, al-Riba>’ fi> al-Qur’a>n al-Kari>m karya Abu>

al-’A’la> al-Maudu>di>, Wawasan Alquran: Tafsir Maudhu>'i> atas Perbagai Persoalan Umat karya M. Quraish Shihab.

Adapun kelebihan dan kekurangan metode ini sebagai berikut:

Kelebihannya: 1) mampu menjawab tantangan zaman, 2) praktis dan sistematis, 3) dinamis, 4) membuat pemahaman menjadi utuh.

Kekurangannya: 1) memenggal ayat Alquran, 2) membatasi pemahaman ayat.

Berdasarkan metode-metode diatas melahirkan beberapa corak atau kecenderungan tafsir. Adapun yang dimaksud dengan corak penafsiran ialah suatu warna, arah, atau kecenderungan pemikiran atau ide tertentu yang mendominasi sebuah karya tafsir.

Corak secara garis besar terdiri atas tiga bagian, di antaranya; Pertama, corak umum, ialah pemikiran tafsir yang tidak memiliki kecenderungan pada salah satu corak tertentu melainkan mencakup berbagai hal secara umum. Kedua, corak khusus adalah kecenderungan yang dominan pada salah satu corak tertentu.

Ketiga, corak kombinasi ialah bila yang dominan itu terdapat dua corak yang bersamaan yakni kedua-duanya mendapat porsi yang sama.

Untuk lebih jelasnya tentang corak penafsiran tersebut sebagai berikut:

a. Al-Tafsir al-Lugawi>,

Al-tafsir al-lugawi>, timbul akibat banyaknya orang non Arab yang memeluk agama Islam, serta akibat kelemahan-kelemahan orang Arab sendiri di bidang sastra, sehingga dirasakan kebutuhan untuk menjelaskan kepada mereka tentang keistimewaan dan kedalaman arti kandungan Alquran di bidang ini. Adapun kitab yang menggunakan corak tersebut ialah tafsir al-Kassya>f ’an Haqa>iq al-Tanzi>l wa ’Uyu>n al-’Aqa>wil fi> Wuju>h al-Ta’wi>l karya al-Zamakhsyari>.

b. Al-Tafsi>r al-Fiqhi>

Al-tafsi>r al-fiqhi> yaitu tafsir yang berorientasi atau memusatkan perhatian kepada fikih (hukum Islam). Karena itu, para mufassir corak ini biasanya adalah ahli fikih yang berupaya memberikan penafsiran ayat-ayat Alquran dalam kaitannya dengan persoalan-persoalan hukum Islam. Tidak heran apabila tafsir dalam bentuk ini berpanjang lebar ketika menafsirkan apa yang disebut dengan ayat ah{ka>m (ayat-ayat Alquran yang berkaitan dengan ayat-ayat hukum), bahkan seringkali mereka hanya menafsirkan ayat ah{ka>m tersebut. Kitab tafsir corak ini antara lain: Ah}ka>m al-Qur’a>n karya Abu> Bakar Ah}mad Ibn ’Ali>

al-Ra>zi> al-Jas}s}a>s}, dan al-Ja>mi‘ li Ah}ka>m al-Qur’a>n karya Abu>

‘Abdilla>h Muh}ammad Ibn Ah}mad Ibn Abi> Bakr Ibn Farh} al-Qurt}ubi>.

c. Al-Tafsi>r al-S{u>fi>

Al-tafsi>r al-s{u>fi> adalah tafsir yang ditulis oleh para sufi. Sesuai dengan pembagian dalam dunia tasawuf, tafsir dalam bentuk ini juga terbagi menjadi dua: tafsir yang sejalan dengan al-tas}awwuf al-naz}ari> dinamakan al-tafsi>r al-s}u>fi> al-naz}ari> dan tafsir yang sejalan al-tas}awwuf

al-‘amali> dinamakan al-tafsi>r al-faid}i> atau al-tafsi>r al-isya>ri>. Abd Al-H{ayy Al-Farma>wi> mengatakan bahwa tafsir semacam ini hanya dapat diterima apabila; tidak bertentangan dengan z}ahir ayat, terdapat syahid syar’i yang menguatkannya, tidak bertentangan dengan syari’at dan akal sehat, dan Mufassirnya tidak menganggap bahwa penafsirannya itu merupakan satu-satunya tafsir yang benar, tetapi juga harus mengakui terlebih dahulu pengertian z}ahir ayat.

Kitab tafsir yang dapat digolongkan menggunakan corak ini antara lain:

Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m karya Abu Muh}ammad Sahal Ibn ‘Abdilla>h al-Tusturi>, Haqa>’iq al-Tafsi>r karya Abu> ‘Abdi al-Rah}ma>n Muh}ammad Ibn H}usain Ibn Mu>sa> al-Azdi> al-Salmi>.

d. Al-Tafsi>r al-Falsafi>

Al-tafsi>r al-falsafi> adalah tafsir yang membahas persoalan-persoalan filsafat, baik yang menerima pemikiran-pemikiran filsafat Yunani yang berkembang di dunia Islam seperti Ibnu Si>na dan al-Fara>bi> maupun yang menolak pemikiran filsafat itu. Dengan kata lain, tafsir filsafat adalah tafsir ayat-ayat Alquran yang dikaitkan dengan persoalan-persoalan filsafat.

Sebenarnya orang yang menerima pemikiran filsafat Yunani tidak ada yang menulis tafsir secara utuh, dalam pengertian menafsirkan satu mushaf Alquran.

Mereka hanya menafsirkan ayat-ayat tertentu dalam Alquran yang berhubungan dengan teori-teori filsafat, dan tafsir mereka itu tertuang dalam berbagai karya filsafat mereka. Lain halnya dengan ulama yang menolak pemikiran pemikiran filsafat Yunani, di antara mereka ada yang menulis tafsir dalam sebuah kitab tafsir, di samping ada dalam karya-karya lain. Mereka yang disebut terakhir ini,

meski menolak pemikiran filasafat, adalah orang-orang yang dapat dikatakan menguasai pemikiran filsafat. Contoh paling terkenal adalah Abu H{a>mid al-Gaza>li>. Tokoh lainnya adalah Fakhr al-Di>n al-Ra>zi> yang menulis sebuah kitab tafsir yang menolak pemikiran filsafat. Kitab tafsirnya, seperti telah disebutkan berjudul Mafa>tih al-Gaib.

e. Al-Tafsi>r al-‘Ilmi>

Al-tafsi>r al-‘ilmi> adalah penafsiran Alquran dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan. Ayat-ayat Alquran yang ditafsirkan dengan menggunakan corak ini terutama adalah ayat-ayat kauniyyah (ayat-ayat yang berkenaan dengan alam raya). Dalam menafsirkan ayat-ayat tersebut, Mufassir melengkapi dirinya dengan teori-teori sains. Karena itu al-tafsi>r al-‘ilmi> dapat didefinisikan sebagai

“ijtihad atau usaha mufassir untuk mengungkap hubungan ayat-ayat kauniyah di dalam Alquran dengan penemuan-penemuan ilmiah yang bertujuan untuk memperlihatkan kemukjizatan Alquran.

Kitab-kitab tafsir yang mewakili corak ini antara lain: Mafa>tih} al-Gaib karya Fakhr al-Di>n al-Ra>zi>, Ih}ya> ‘Ulu>m al-Di>n dan Jawa>hir al-Qur’a>n keduanya karya Abu> H{a>mid al-Gaza>li>, dan al-Tafsi>r al-‘Ilmi> li al-Aya>t al-Kauniyyah fi Alquran al-Kari>m karya H{anafi>

Ah}mad.

f. Al-Tafsi>r al-Adabi> al-Ijtima>‘i>

Al-tafsi>r al-adabi> al-ijtima>‘i> adalah suatu cabang tafsir yang baru muncul pada masa modern. Menurut Muh}ammad Husain al-Z|ahabi>, al-tafsi>r al-adabi> al-ijtima>‘i> adalah corak penafsiran yang menjelaskan ayat-ayat Alquran berdasarkan ketelitian ungkapan-ungkapan yang disusun dengan bahasa

yang lugas, dengan menekankan tujuan pokok diturunkannya Alquran, lalu mengaplikasikannya pada tatanan sosial, seperti pemecahan masalah-masalah umat Islam dan bangsa pada umumnya, sejalan dengan perkembangan masyarakat.

Muhammad Abduh sebagai tokoh pembaharu terkenal dari Mesir, dipandang sebagai pelopor kebangkitan tafsir corak ini. Kitab tafsirnya, al-Mana>r, ditulis bersama teman dan muridnya, Muh}ammad Rasyi>d Rid}a>.

Di samping kitab tafsir yang ditulis dua tokoh pembaharu Islam itu, karya yang dapat dikategorikan sebagai kitab al-tafsi>r al-adabi> al-ijtima>‘i> adalah Tafsi>r al-Qur’a>n karya al-Mara>gi>, Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m karya Mah}mu>d Syaltu>t, dan Tafsir al-Wa>d}ih> karya Muh}ammad Mah}mu>d Hija>zi>.

Dokumen terkait