• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

4.6. Metode Analisa Data

Data yang diperlukan dalam penelitian dikumpulkan setelah melihat rekam medis pasien akne vulgaris di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP Haji Adam Malik Medan. Data yang telah terkumpul itu kemudian diolah dengan menggunakan perangkat lunak statistik. Dalam penelitian ini, data akan dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square.

Data kemudian akan ditampilkan dalam bentuk tabel.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan.

RSUP H. Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No.355/ Menkes/ SK/ VII/ 1990. Dengan predikat rumah sakit kelas A, RSUP H. Adam Malik Medan telah memiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi standar dan tenaga kesehatan yang kompeten. Selain itu, RSUP Haji Adam Malik juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi. Pada tanggal 6 September 1991, berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/ IX/ 1991 RSUP H. Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

RSUP H. Adam Malik Medan juga memiliki ruangan rekam medis yang digunakan untuk menyimpan data-data rekam medis semua pasien. Di ruangan rekam medis inilah lokasi pengambilan data penelitian dilakukan.

5.1.2 Distribusi frekuensi

Berdasarkan data komputerisasi, total pasien yang didiagnosa akne vulgaris di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik periode 2013-2015 berjumlah 233 pasien, yaitu pada tahun 2013 terdapat 130 pasien yang didiagnosis akne vulgaris, pada tahun 2014 terdapat 75 pasien, dan pada tahun 2015 terdapat 28 pasien.

Gambaran distribusi frekuensi masing-masing variabel bebas dan variabel terikat dapat dilihat sebagai berikut :

A. Distribusi Frekuensi Akne Vulgaris Berdasarkan Jenis Kelamin

Untuk melihat distribusi pasien akne vulgaris berdasarkan jenis kelamin di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik periode 2013 - 2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki – laki 97 41,6%

Perempuan 136 58,4%

Total 233 100%

Dari tabel 5.1. dapat dilihat bahwa jumlah pasien akne vulgaris di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H.Adam Malik periode 2013 – 2015, sebanyak 97 orang (41,6%) berjenis kelamin laki – laki, dan 136 orang (58,4%) berjenis kelamin perempuan.

B. Distribusi Frekuensi Akne Vulgaris Berdasarkan Usia

Untuk melihat distribusi pasien akne vulgaris berdasarkan usia di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik periode 2013 - 2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Persentase

< 14 Tahun 8 3,4%

14 – 20 Tahun 117 50,2%

> 20 Tahun 108 46,4%

Total 233 100%

Dari tabel 5.2. dapat dilihat bahwa jumlah pasien akne vulgaris di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H.Adam Malik periode 2013 – 2015, sebanyak 8 orang (3,4%) berusia < 14 tahun, 117 orang (50,2%) berusia 14 – 20 tahun, dan 108 orang (46,4%) berusia > 20 tahun.

C. Distribusi Frekuensi Akne Vulgaris Berdasarkan Pendidikan

Untuk melihat distribusi pasien akne vulgaris berdasarkan jenjang pendidikan terakhir di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik periode 2013 - 2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Frekuensi Persentase

Sekolah Dasar 66 28,3%

SekolahLanjutan 130 55,8%

Sekolah Tinggi 37 15,9%

Total 233 100%

Dari tabel 5.3. dapat dilihat bahwa jumlah pasien akne vulgaris di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H.Adam Malik periode 2013 – 2015, sebanyak 66 orang (28,3%) dengan pendidikan terakhir yaitu sekolah dasar, 130 orang (55,8%) dengan sekolah terakhir yaitu sekolah lanjutan, dan 37 orang (15,9%) dengan pendidikan terakhir yaitu sekolah tinggi.

D. Distribusi Frekuensi Akne Vulgaris Berdasarkan Pekerjaan

Untuk melihat distribusi pasien akne vulgaris berdasarkan pekerjaan di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik periode 2013 - 2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Persentase

Penghasilan Tetap 26 11,2%

Penghasilan Tidak Tetap 32 13,7%

Tidak Berpenghasilan 50 21,5%

Pelajar / Mahasiswa 125 53,6%

Total 233 100%

Dari tabel 5.4. dapat dilihat bahwa jumlah pasien akne vulgaris di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H.Adam Malik periode 2013 – 2015, sebanyak 26 orang (11,2%) dengan jenis pekerjaan yang mempunyai penghasilan

tetap, 32 orang (13,7%) dengan jenis pekerjaan yang mempunyai penghasilan tidak tetap, 50 orang (21,5%) yang tidak punya penghasilan, dan 125 orang (53,6%) masih berstatus pelajar / mahasiswa.

E. Distribusi Frekuensi Akne Vulgaris Berdasarkan Tingkat Keparahan

Untuk melihat distribusi pasien akne vulgaris berdasarkan tingkat keparahan di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik periode 2013 - 2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Keparahan

Derajat Keparahan Frekuensi Persentase

Derajat 1 33 14,2%

Derajat 2 115 49,4%

Derajat 3 85 36,5%

Derajat 4 0 0%

Total 233 100%

Dari tabel 5.5. dapat dilihat bahwa jumlah pasien akne vulgaris di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H.Adam Malik periode 2013 – 2015, sebanyak 33 orang (14,2%) didiagnosa akne vulgaris derajat 1, 115 orang (49,4%) derajat 2, 85 orang (36,5%) derajat 3, dan tidak ada pasien yang didiagnosa akne vulgaris derajat 4.

5.1.3 Analisis hasil data

Dari hasil yang didapatkan secara distribusi frekuensi, maka dilakukan analisis untuk mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel dependen dalam penelitian ini. Variabel independen yang telah ditetapkan adalah tingkat keparahan akne vulgaris dan variabel dependen adalah sosiodemografi yang terdiri dari jenis kelamin, usia, pendidikan, dan pekerjaan. Untuk melihat hubungan variabel independen terhadap masing-masing variabel dependen dipergunakan analisis dengan uji statistik Chi-Square yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

A. Hubungan jenis kelamin dengan tingkat keparahan akne vulgaris

Tabel 5.6. Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan Tingkat Keparahan Akne Vulgaris

Dari tabel 5.6. dapat dilihat bahwa pasien dengan jenis kelamin laki-laki yang mengalami akne vulgaris derajat 1 sebanyak 4 orang (12,1%), derajat 2 sebanyak 27 orang (23,5%), dan derajat 3 sebanyak 66 orang (77,6%). Sedangkan pasien dengan jenis kelamin perempuan yang mengalami akne vulgaris derajat 1 sebanyak 29 orang (87,9%), derajat 2 sebanyak 88 orang (76,5%), dan derajat 3 sebanyak 19 orang (22,4%). Berdasarkan hasil analisa data dengan uji statistic Chi-Square, hasil analisa data hubungan jenis kelamin dengan tingkat keparahan akne vulgaris didapatkan nilai p= 0,0001 yang berarti H0 ditolak. Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan tingkat keparahan akne vulgaris.

B. Hubungan usia dengan tingkat keparahan akne vulgaris

Tabel 5.7. Analisis Hubungan Usia dengan Tingkat Keparahan Akne

Dari tabel 5.7. dapat dilihat bahwa pasien dengan usia < 14 tahun yang mengalami akne vulgaris derajat 1 sebanyak 2 orang (6,1%), derajat 2 sebanyak 6 orang (5,2%), dan tidak ada pasien dengan derajat 3. Pada pasien dengan usia 14 – 19 tahun yang mengalami akne vulgaris derajat 1 sebanyak 10 orang (30,3%), derajat 2 sebanyak 56 orang (48,7%), dan derajat 3 sebanyak 51 orang (60%).

Sedangkan pasien dengan usia > 20 tahun yang mengalami akne vulgaris derajat 1 sebanyak 21 orang (63,6%), derajat 2 sebanyak 53 orang (46,1%), dan derajat 3 sebanyak 34 orang (40%). Berdasarkan hasil analisa data dengan uji statistic Chi-Square, hasil analisa data hubungan usia dengan tingkat keparahan akne vulgaris didapatkan nilai p= 0,019 yang berarti H0 ditolak. Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan tingkat keparahan akne vulgaris.

C. Hubungan pendidikan dengan tingkat keparahan akne vulgaris

Tabel 5.8. Analisis Hubungan Pendidikan dengan Tingkat Keparahan Akne Vulgaris mengalami akne vulgaris derajat 1 sebanyak 10 orang (30,3%), derajat 2 sebanyak 31 orang (27%), dan derajat 3 sebanyak 25 orang (29,4%). Pada pasien dengan sekolah lanjutan yang mengalami akne vulgaris derajat 1 sebanyak 15 orang (45,5%), derajat 2 sebanyak 67 orang (58,3%), dan derajat 3 sebanyak 48 orang (56,5%). Sedangkan pasien dengan sekolah tinggi yang mengalami akne vulgaris derajat 1 sebanyak 8 orang (24,2%), derajat 2 sebanyak 17 orang (14,8%), dan derajat 3 sebanyak 12 orang (14,1%). Berdasarkan hasil analisa data dengan uji statistic Chi-Square, hasil analisa data hubungan pendidikan dengan tingkat

keparahan akne vulgaris didapatkan nilai p= 0,622 yang berarti H0 diterima. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan tingkat keparahan akne vulgaris.

D. Hubungan jenis pekerjaan dengan tingkat keparahan akne vulgaris

Tabel 5.9. Analisis Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Tingkat Keparahan berpenghasilan tetap yang mengalami akne vulgaris derajat 1 sebanyak 1 orang (3%), derajat 2 sebanyak 16 orang (13,9%), dan derajat 3 sebanyak 9 orang (10,6%). Pada pasien dengan jenis pekerjaan berpenghasilan tetap yang mengalami akne vulgaris derajat 1 sebanyak 7 orang (21,2%), derajat 2 sebanyak 10 orang (8,7%), dan derajat 3 sebanyak 15 orang (17,6%). Pada pasien yang tidak mempunyai penghasilan mengalami akne vulgaris derajat 1 sebanyak 11 orang (33,3%), derajat 2 sebanyak 23 orang (20%), dan derajat 3 sebanyak 16 orang (18,8%). Sedangkan pasien yang masih berstatus pelajar / mahasiswa yang mengalami akne vulgaris derajat 1 sebanyak 14 orang (42,4%), derajat 2 sebanyak 66 orang (57,4%), dan derajat 3 sebanyak 45 orang (52,9%). Berdasarkan hasil analisa data dengan uji statistic Chi-Square, hasil analisa data hubungan pekerjaan dengan tingkat keparahan akne vulgaris didapatkan nilai p= 0,094 yang berarti H0 diterima. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan tingkat keparahan akne vulgaris.

5.2. Pembahasan

Pada beberapa tahun terakhir ini masalah akne vulgaris merupakan masalah yang cukup serius dikalangan masyarakat, terutama perempuan.7 Namun pada tingkat keparahannya sendiri lebih sering terjadi pada laki – laki dibandingkan perempuan.5 Dari hasil penelitian yang di lakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2013-2015 yang terdiri dari 233 sampel didapatkan bahwa pada laki - laki yang menderita akne vulgaris berat yaitu sebanyak 66 orang (77,6%), serta perempuan yang menderita akne vulgaris berat sebanyak 19 orang (22,4%) . Laki - laki merupakan frekuensi tertinggi untuk menderita akne vulgaris berat. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa meskipun pada laki –laki umumnya akne vulgaris lebih cepat berkurang, namun pada penelitian diketahui bahwa justru tingkat keparahan akne vulgaris yang berat sering terjadi pada laki –laki.21 Pada penelitian di negara Italia menunjukkan bahwa keparahan jerawat memiliki prevalensi yang lebih besar pada laki - laki (2,43%) dibandingkan perempuan (0,3%).22 Pada saat pubertas, hormon androgen pada laki – laki meningkat dibandingkan perempuan yang meningkatkan jumlah produksi sebum di kulit, sehingga pada laki – laki tingkat keparahan jerawat lebih tinggi .23 Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di India dengan menggunakan Global Acne Grading System Score menyimpulkan bahwa skor yang lebih tinggi menujukkan tingkat keparahan akne vulgaris yang berat, dan yang mempunyai skor tertinggi yang signifikan adalah laki- laki dibandingkan perempuan dengan nilai p=0,01.24 Pada penelitian di negara maju seperti Inggris, menujukkan bahwa keparahan jerawat lebih meningkat pada laki – laki.25 Pada penelitian yang dilakukan beberapa sekolah di Pakistan juga menunjukkan pada murid laki – laki mempunyai tingkat keparahan jerawat yang berat dibandingkan dengan perempuan (p=0,003).10 Sedangkan pada penelitian di China, dari 1399 subjek yang menderita akne vulgaris, yang mempunyai jerawat yang parah adalah laki – laki (7,1%) dibandingkan dengan perempuan (3,4%).5

Pada saat remaja, transient insulin dan IGF-1 menghambat regulasi FoxO1 dan mengaktifkan reseptor androgen untuk memicu rantai peristiwa metabolisme, yang menyebabkan kelebihan produksi keratinosit dan sebum.3 Produksi sebum

yang meningkat yang menyebabkan peningkatan unsur komedogenik dan inflamatogenik penyebab terjadinyna akne.23 Akne vulgaris mempengaruhi hampir 80% pada remaja dan dewasa muda, sering berlanjut pada dewasa dan mengakibatkan jaringan parut dan hiperpigmentasi.26 Dari hasil penelitian yang di lakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2013-2015 yang terdiri dari 233 sampel didapatkan bahwa pada umur

<14 tahun tidak ada yang menderita akne vulgaris berat, namun pada umur 14-20 tahun yang menderita akne vulgaris berat sebanyak 51 orang (60%), dan pada umur

>20 tahun yang menderita akne vulgaris berat sebanyak 34 orang (40%). Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa pada umur 16-19 tahun adalah waktu pubertas yang ditandai oleh peningkatan hormon seks, terutama hormon androgen yang dapat menyebabkan hiperplasia dan hipertrofi dari kelenjar sebasea, sehingga angka kejadian akne vulgaris paling tinggi pada saat usia remaja terutama pada laki-laki.27 Hasil dari berbagai studi yang meneliti hubungan usia dengan tingkat keparahan akne vulgaris, misalnya pada penelitian di India mengatakan bahwa pada umur 15-17 tahun mempunyai tingkat keparahan akne vulgaris berat (p=0,014).24 Penelitian yang dilakukan di Amerika mengatakan bahwa tingkat keparahan jerawat dimulai dari usia 11 tahun dan makin berat pada umur 17 tahun (p<0,0001).28 Penelitian yang dilakukan Kristen dan Cherie menyimpulkan bahwa akne vulgaris mulai terjadi pada usia 11-12 tahun dan meningkat pada usia 15-18 tahun.29 Hal ini juga sesuai dengan catatan studi dermatologi kosmetika Indonesia yang menyebutkan bahwa prevalensi tertinggi akne vulgaris pada remaja, yaitu umur 14-17 tahun.7

Tingkat pendidikan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada penelitian ini, dimana pada pasien dengan pendidikan terakhir yaitu sekolah dasar yang mengalami akne vulgaris derajat 1 sebanyak 10 orang (30,3%), derajat 2 sebanyak 31 orang (27%), dan derajat 3 sebanyak 25 orang (29,4%). Pada pasien dengan sekolah lanjutan, derajat 1 sebanyak 15 orang (45,5%), derajat 2 sebanyak 67 orang (58,3%), dan derajat 3 sebanyak 48 orang (56,5%). Sedangkan pasien dengan sekolah tinggi, derajat 1 sebanyak 8 orang (24,2%), derajat 2 sebanyak 17 orang (14,8%), dan derajat 3 sebanyak 12 orang (14,1%). Hal serupa ditemukan

pada penelitian yang dilakukan di Departemen Kulit Rumah Sakit Bu-Ali-Sina, Qazvin pada tahun 2014-2015 dimana dijelaskan tidak ada hubungan pendidikan dengan tingkat keparahan akne vulgaris dengan nilai p=1,00.30

Jenis pekerjaan juga tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada penelitian ini, dimana jenis pekerjaan berpenghasilan tetap yang mengalami akne vulgaris derajat 1 sebanyak 1 orang (3%), derajat 2 sebanyak 16 orang (13,9%), dan derajat 3 sebanyak 9 orang (10,6%). Pada pasien yang berpenghasilan tidak tetap, derajat 1 sebanyak 7 orang (21,2%), derajat 2 sebanyak 10 orang (8,7%), dan derajat 3 sebanyak 15 orang (17,6%). Pada pasien yang tidak mempunyai penghasilan, derajat 1 sebanyak 11 orang (33,3%), derajat 2 sebanyak 23 orang (20%), dan derajat 3 sebanyak 16 orang (18,8%). Sedangkan pasien yang masih berstatus pelajar / mahasiswa, derajat 1 sebanyak 14 orang (42,4%), derajat 2 sebanyak 66 orang (57,4%), dan derajat 3 sebanyak 45 orang (52,9%). Hal ini sesuai dengan penelitian di Instalasi rawat jalan di rumah sakit rujukan di India mengatakan bahwa pekerjaan tidak berhubungan dengan tingkat keparahan akne vulgaris berdasarkan Global Acne Grading System Score (p>0,05).24

Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin dan usia pasien memiliki hubungan dengan tingkat keparahan akne vulgaris (P value 0,0001 ; 0,019), dimana pada jenis kelamin laki – laki (77,6%) memiliki tingkat keparahan jerawat yang berat dibandingkan dengan perempuan (22,4%). Sedangkan pada kelompok usia 14-20 tahun (60%) memiliki tingkat keparahan jerawat yang berat dibandingkan dengan kelompok usia <14 tahun (0%), dan >20 tahun (40%).

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai hubungan sosiodemografi dengan tingkat keparahan akne vulgaris di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan periode 2013 – 2015, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan yang sangat signifikan antara jenis kelamin dengan tingkat keparahan akne vulgaris, dengan nilai p = 0,0001 (p<0,05). Dimana laki – laki mempunyai tingkat keparahan lebih berat dibandingkan perempuan.

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan tingkat keparahan akne vulgaris, dengan nilai p = 0,019 (p<0,05). Dimana usia 14-20 tahun memiliki tingkat keparahan lebih berat dibandingkan dengan usia <14 tahun dan >20 tahun.

3. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan tingkat keparahan akne vulgaris, dengan nilai p = 0,622 (p<0,05).

4. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis pekerjaan dengan tingkat keparahan akne vulgaris, dengan nilai p = 0,094 (p<0,05)

6.2 Saran

Berdasarkan hasil yang didapat pada penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan melakukan penelitian korelasi untuk menilai hubungan kadar hormon androgen pasien dengan tingkat keparahan akne vulgaris.

2. Bagi peneliti selanjutnya untuk lebih mengembangkan hubungan usia berdasarkan tingkat stress dengan tingkat keparahan akne vulgaris.

DAFTAR PUSTAKA

1. Zaenglein AL, Graber EM, Thiboutot DM. Acne vulgaris and acneiform eruption. In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K, editor. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 8th ed. US:

McGraw Hill.2012;897-917.

2. Sitohang IB, Wasitaatmadja SM. Akne vulgaris. In: Menaldi SW, Bramano K, Indriatmi W, editor. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 7th ed. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2016;288-291.

3. Lynn DD, Umari T, Dunnick CA, Dellavalle RP. The epidemiology of acne vulgaris in late adolescence. Adolesc Health Med Ther. 2016 Jan19;7:13-25.

4. Kurniawati AR. Pengaruh kebersihan kulit wajah terhadap kejadian akne vulgaris. 2014 Nov26 [cited 2016 Apr1]. Available from : 17,345 subjects in six cities. Acta Derm Venerol. 2012 Jan;92:40-4.

6. Patil M, Bendigeri J. Clinico-epidemiological study of acne vulgaris in southern india. International Journal of Biomedical Research. 2015 Jun07;6(7):509-511.

7. Afriyanti R. Akne vulgaris pada remaja. J Majority. 2015 Feb;4(6):102-9.

8. Mizwar M, Kapantow M, Suling P. Profil akne vulgaris di rsup prof. dr. r. d.

kandou manado periode 2009-2011 [cited 2016 Jun15]. Available from:

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=107442&val=1001.

9. Anggreni O. Studi retrospektif pasien akne vulgaris di rsup. h adam malik medan periode tahun 2010-2012. 2014 May28 [cited 2016 Mar27]. Available from: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/41300

10. Noorbala M, Mozzafary B, Noorbala M. Prevalence of acne and its impact on the quality of life in high school-aged adolescents in yazd, iran. Journal of Pakistan Association of Dermatologist. 2013;23(2):168-172.

11. Ghaderi R, Saadatjoo A, Ghaderi F. Evaluating of life quality in patiens with acne vulgaris using generic and specific questionnaires. 2013 Sep 18 [cited

2016 Jun27]. Available from:

https://www.hindawi.com/journals/drp/2013/108624/

12. Zorba E, Karpouzis A, Zorbas A, Bazas T, Zorbas S, Alexopoulus E,. et al.

Occupational dermatoses by type of work in greece. Saf Health Work. 2013 Sep;4(3):142-8.

13. Ravi T. Kualitas hidup pada pasien akne vulgaris. 2012 Mar12 [cited 2016 Apr21]. Available from: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31606 14. Khunger N, Kumar C. A clinic-epidemiological study of adult acne: is it

different from adolescent acne? Indian J Dermatol Venereol Leprol. 2012 May;78(3):335-41.

15. Bagatin E, Guadanhim LR, Terzian LR, Florez M, Timpano DL, Nogueira VM,. et al. Acne vulgaris: prevalence and clinical forms in adolescents from são paulo, brazil. An Bras Dermatol. 2014;89(3):428-35.

16. Dermatological Society of Malaysia. Management of Acne. Dermatological Society of Malaysia; 2012 Jan.

17. Nugroho RA. Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide + zinc pada acne vulgaris. 2014 Oct24 [cited May19]. Available from:

http://eprints.undip.ac.id/44124/

18. Kataria U, Chhillar D. Etiopathogenesis and its management. IAIM. 2015 May;2(5):225-231.

19. Latifah S, Kurniawaty E. Stres dengan akne vulgaris. 2015 Dec [cited 2016 May13]. Available from: http://jukeunila.com/wp-content/uploads/2016/02/24-1.pdf

20. Ramli R, Malik AS, Hani AF, Jamil A. Acne analysis, grading and computational assessment methods: an overview. Skin Res Technol. 2012 Feb;18(1):1-14.

21. Wasitaatmadja SM. Akne, erupsi akneinformis, rosasea, rinofima. In:

Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2013.p255-259.

22. Semyonov L. Acne is a problem health. Italian Journal of Public Health.

2010;7(2):112-4.

23. Bakry OA, Shazly R, Farargy S, Kotb D. Role of hormones and blood lipids in the pathogenesis of acne vulgaris in non-obese, non-hirsute females. Indian Dermatol Online J. 2014 Nov;5:9-16.

24. Gupta A, Sharma YK, Dash KN, Chaudhari ND, Jethani S. Quality of life in acne vulgaris: relationship to clinical severity and demographic data. Indian J Dermatol Venereol Leprol. 2016;82:292-7.

25. Khoo D. Acne vulgaris: causes, consequences, and potential treatment pada siswa asrama di smait nur hidayaj kartasura. 2016 [cited 2016 Nov28].

Available from :

http://eprints.ums.ac.id/42198/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf

28. Silverberg J, Silverberg N. Epidemiology and extracutaneous comorbidities of severe acne in adolescence: a U.S. population-based study. Br J Dermatol.

2014 May;170(5):1136-42.

29. Whitney K, Ditre C. Management strategies for acne vulgaris. Clin Cosmet Investig Dermatol. 2011 Apr26;4:41-53.

30. Beheshti A, Barikani A, Ahmadi Z. Assessment of the frequency of gastrointestinal symptoms in patients with acne in dermatology department of bu-ali-sina hospital in Qazvin from 2014 to 2015. Enliven: Clin Dermatol.

2015 Oct3;1(6):01-8.

Nama : Septani Anugrah Cinditya Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 01 September 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Warga Negara : Indonesia

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Komplek Bumi Asri Blok E No 149

No Handphone : 08116152095

Email : septani.anugrah@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. TK Swasta Amir Hamzah Medan 2000-2001

2. SD Swasta Kemala Bhayangkari I Medan 2001-2004 3. SD Swasta Ar-Rahman Full Day School Medan 2004-2007

4. SMP Swasta Raksana Medan 2007-2010

5. SMA Negeri 4 Medan 2010-2013

6. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 2013- sekarang

2. Peserta seminar Dokter Keluarga dan Workshop Sirkumsisi SCOPH PEMA FK USU 2013.

3. Peserta Seminar dan Workshop Vital Sign.

Riwayat Organisasi :

1. Sekertaris Divisi Dana dan Usaha SCOPH PEMA FK USU 2015-2016

2. Wakil Bendahara SCOPH PEMA FK USU 2016-sekarang

Jenis Kelamin

Frequencies Usia

Frequencies Pendidikan

Frequencies Pekerjaan

Chi-Square Tests

Chi-Square Tests

Chi-Square Tests

Chi-Square Tests

Dokumen terkait