• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN SOSIODEMOGRAFI DENGAN TINGKAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS DI DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN SOSIODEMOGRAFI DENGAN TINGKAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS DI DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

AKNE VULGARIS DI DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

PERIODE 2013-2015

Oleh :

SEPTANI ANUGRAH CINDITYA

130100163

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2017

(2)

PERIODE 2013-2015

SKRIPSI

“Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh :

SEPTANI ANUGRAH CINDITYA

130100163

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2017

(3)
(4)

ABSTRAK

Pendahuluan: Akne vulgaris merupakan penyakit yang sering terjadi pada kulit di usia remaja dan dewasa. Pada setiap individu tingkat keparahan akne vulgaris berbeda-beda. Pada beberapa tahun terakhir ini masalah akne vulgaris merupakan masalah yang cukup serius dikalangan masyarakat, terutama perempuan. Namun pada tingkat keparahannya sendiri lebih sering terjadi pada laki – laki dibandingkan perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sosiodemografi dengan tingkat keparahan akne vulgaris di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP Haji Adam Malik Medan periode 2013-2015.

Metode: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan desain cross-sectional study. Populasi penelitian adalah seluruh pasien yang didiagnosis akne vulgaris sebanyak 233 pasien pada tahun 2013-2015 yang diambil dari data rekam medis. Data hasil penelitian diolah dengan uji hipotesis Chi Square.

Hasil: Berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan uji analisa Chi square didapatkan untuk jenis kelamin nilai p=0,0001 (p<0,05), untuk usia nilai p=0,019 (p<0,05), untuk pendidikan nilai p=0,622 (p>0,05) dan untuk pekerjaan nilai p=0,094 (p>0,05).

Diskusi: Dari hasil analisis data tersebut disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan usia dengan tingkat keparahan akne vulgaris, dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dan jenis perkerjaan dengan tingkat keparahan akne vulgaris.

Kata kunci: Akne Vulgaris, Jenis Kelamin, Tingkat Keparahan

(5)

ABSTRACT

Introduction: Acne vulgaris is a skin disease that often occurs in youth and adults. Patients with acne vulgaris have different severity level. In the last few years, acne vulgaris become a serious problem in society, especially women. But men often have more severe condition of acne vulgaris than women. This study aimed to know the correlation of sociodemographic with severity of acne vulgaris in Department of Dermatovenerology Haji Adam Malik Hospital during 2013-2015.

Method: This is a descriptive analytic study with cross-sectional design. The study population was all patients who diagnosed with acne vulgaris as many as 233 patients during 2013-2015 and the data were taken from medical records. Data analyzed by Chi Square test.

Result: Based on analysis by Chi square test , this study found p value for gender was p = 0,0001 (p <0.05), for age was p = 0.019 (p <0.05), for education was p = 0.622 (p> 0, 05) and for occupation was p = 0.094 (p> 0.05).

Discussion: From the results of data analysis, we concluded that there is a significant correlation between gender and age with the severity of acne vulgaris, and there is no significant correlation between education and occupation with the severity of acne vulgaris.

Keywords: Acne Vulgaris, Gender, Severity

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T. yang dengan petunjuk dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Sosiodemografi Dengan Tingkat Keparahan Akne Vulgaris Di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit Dan Kelamin RSUP Haji Adam Malik Medan Periode 2013 – 2015”, yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh banyak dukungan secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang setulusnya kepada:

1. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Nova Zairina Lubis, M.Ked (DV), Sp.DV selaku Dosen Pembimbing I dan dr. Eka Roina Megawati, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan, saran dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Dr. dr. Kiking Ritarwan, Sp.S(K), MKT selaku Ketua Penguji dan Dr. dr. Elmeida Effendy, M.Ked (KJ), Sp.KJ selaku Anggota Penguji yang telah memberikan saran dan nasehat-nasehat dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. dr. Riyadh Ikhsan, M.Ked (DV), Sp.KK selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

5. Yang teristimewa papa tercinta Sutrisno dan mama tercinta Lilies Indriany yang selama ini telah membesarkan, mendidik, memberikan doa yang tiada hentinya, kasih sayang, perhatian dan pengorbanan serta motivasi yang tulus kepada saya selaku penulis sehingga dapat seperti sekarang ini.

6. Seluruh pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas bimbingan selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

7. Staf pegawai RSUP H. Adam Malik Medan yang telah banyak membantu penulis mulai dari survei awal hingga tahap pengumpulan data.

(7)

8. Yang tersayang, kakak-kakak tercinta Putri Ayu Wulandari, SH, dan Retno Ayu May Lestari, S.Kom yang telah memberikan dukungan semangat dan mendoakan penulis selama mengerjakan skripsi ini.

9. Teman spesial saya Hedzi Khurmaji yang telah memberikan semangat, perhatian dan telah membantu secara moril dalam mengerjakan skripsi ini

10. Sahabat-sahabat seperjuangan saya yang saya sayangi Natassha Bianca Sembiring, Rivani Sintia Suratman, Abrian Noor Hasan Nasution, Filzah Chairani, Aisy Putri, Elvina Amanda, Lily dan Darma Abdinta Sitepu yang telah membantu secara moril maupun materil dalam penyelesaian skripsi ini.

11. Yang terhormat Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes yang telah memberikan bimbingan, arahan dan bantuan dibidang statistik untuk penulisan skripsi ini

12. Sahabat-sahabat terbaik saya Aviaska Lubis, Harliza Moudy Harahap, Dini Setia Sabarini Rambe, Bebby Fandini, dan Adrina Qanita Siregar yang telah memberikan dukungan semangat serta motivasi selama mengerjakan skripsi ini.

13. Teman-teman seperjuangan saya FK USU angkatan 2013 yang telah membantu saya selama masa perkuliahan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia kesehatan, khususnya bagi pembaca skripsi ini.

Medan, 29 November 2016 Penulis

Septani Anugrah Cinditya

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Singkatan ... viii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 . Latar Belakang ... 1

1.2 . Rumusan Masalah ... 3

1.3 . Tujuan Penelitian ... 3

1.2.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Akne Vulgaris ... 4

2.1.1. Definisi ... 4

2.1.2. Epidemiologi ... 4

2.1.3. Etiopatogenesis ... 5

2.1.4. Faktor risiko ... 7

2.1.5. Gambaran klinis ... 8

2.1.6. Gradasi ... 9

BAB 3 KERANGKA TEORI, DAN KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 11

3.1. Kerangka Teori Penelitian ... 11

3.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 12

3.3. Hipotesis ... 12

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ... 13

4.1. Rancangan Penelitian ... 13

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 13

4.2.1. Waktu Penelitian ... 13

4.2.2. Tempat Penelitan ... 13

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 13

4.3.1. Populasi Penelitian ... 13

4.3.2. Sampel Penelitian ... 13

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 14

4.5. Definisi Operasional ... 15

4.6. Metode Analisa Data ... 17

(9)

BAB 5 PEMBAHASAN ... 18

5.1. Hasil Penelitian ... 18

5.1.1. Deskriptif Lokasi Penelitian ... 18

5.1.2. Distribusi Frekuensi ... 18

5.1.3. Analisis Hasil Data ... 21

5.2. Pembahasan ... 25

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 28

6.1. Kesimpulan ... 28

6.2. Saran... ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 29

(10)

DAFTAR SINGKATAN

ACTH Adrenocorticotropic Hormone

AV Akne Vulgaris

DHEA-S Dehydroepiandrosterone Synthase

FSH Follicle Stimulating Hormone

FoxO1 Forkhead Box Protein O1

LH Luteinizing Hormone

P. acnes Propionibacterium acnes

PCOS Polycystic Ovarian Syndrome

RSUP Rumah Sakit Umum Pusat

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin... 19

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia... 19

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan... 20

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Pekerjaan... 20

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Keparahan... 21

Tabel 5.6. Analisa Hubungan Jenis Kelamin dengan Tingkat Keparahan Akne Vulgaris... 22

Tabel 5.7. Analisa Hubungan Usia dengan Tingkat Keparahan Akne Vulgaris... 22

Tabel 5.8. Analisa Hubungan Pendidikan dengan Tingkat Keparahan Akne Vulgaris... 23

Tabel 5.9. Analisa Hubungan Pekerjaan dengan Tingkat Keparahan Akne Vulgaris... 24

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Patogenesis Akne Vulgaris... 6

Gambar 2.2. Gambaran Klinis Akne Vulgaris... 8

Gambar 3.1. Kerangka Teori Penelitian... 11

Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian... 12

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Survei Awal Penelitian Lampiran 3 Surat Izin Melakukan Survei Awal Lampiran 4

Lampiran 5

Ethical Clearance

Surat Izin Pelaksanaan Penelitian

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian

Lampiran 7 Hasil Uji Statistik

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akne vulgaris atau yang biasa disebut dengan jerawat adalah penyakit kulit yang diakibatkan oleh peradangan kronik dari unit pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Akne vulgaris ditandai dengan adanya gambaran lesi yang terdiri dari komedo, papul, pustul, nodul dan kista pada daerah-daerah predileksi seperti wajah, bahu, dada bagian atas, dan punggung. Akne vulgaris sering terjadi pada rentang usia 14-17 tahun pada perempuan, dan 16-19 tahun pada laki-laki.1,2 Akne vulgaris merupakan penyakit yang sering terjadi pada kulit di usia remaja. Menurut Global Burden Of Disease, 85% akne vulgaris terjadi pada usia 12-25 tahun.3 Di Amerika kejadian akne vulgaris sekitar 60-70%.4 Berbagai penelitian tentang akne vulgaris menunjukkan perbedaan prevalensi pasien berdasarkan jenis kelamin dan usia. Penelitian di China yang dilakukan di enam kota besar menunjukkan, dalam 17.345 penduduk dengan rentang usia 1-99 tahun, ditemukan 1.339 penduduk menderita akne vulgaris (820 laki-laki, 579 perempuan). Prevalensi tertinggi ditemukan pada kelompok usia 19 tahun (46,8%), lalu pada kelompok usia 30 tahun (11,7%), dan prevalensi terendah pada kelompok usia 40 tahun (2,2%).

Akne vulgaris jarang ditemukan pada usia di atas 50 tahun.5 Di India, dari 120 pasien yang menderita akne vulgaris di departemen kulit kelamin dan kusta di Basaveshwar rumah sakit umum dan pendidikan periode September 2010 sampai dengan Agustus 2012, menurut jenis kelamin didapati 51 orang (42,5%) adalah laki-laki dan 69 orang (57,5%) adalah perempuan, sedangkan menurut usia prevalensi tertinggi yang menderita akne vulgaris pada usia 16-20 tahun (51%), diikuti usia 11-15 tahun (21%), pada usia 21- 25 (16%), dan prevalensi terendah pada usia 26 tahun (12%).6

Di Indonesia, angka kejadian pasien yang menderita akne vulgaris sekitar 60% pada tahun 2006, 80% pada tahun 2007, dan 90% pada tahun

(15)

2009. Prevalensi tertinggi yaitu 83-85% pada perempuan berusia 14-17 tahun dan 95-100% pada laki-laki berusia 16-19 tahun.7 Di Manado dari 121 pasien akne vulgaris di dominasi oleh perempuan sebanyak 75 orang (61,9%), kelompok usia terbanyak yaitu 15-24 tahun yaitu 76 orang (62,8%), dengan status pekerjaan terbanyak pada pelajar yaitu 73 orang (60,3%).8 Berdasarkan data yang di peroleh dari rekam medis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan periode Januari 2010 sampai dengan Desember 2012, dari 16.482 pasien yang berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, 182 pasien (1,10%) merupakan pasien akne vulgaris. Dari data tersebut, 8,2% berusia 11-15 tahun, 45,6% berusia 16- 20 tahun, 31,3% berusia 21-25 tahun, 8,2% 26-30 tahun, 3,8% berusia 31- 35 tahun, 2,2% berusia 36-40 tahun, dan hanya 0,5 % yang berusia 41-45 tahun. Hal ini membuktikan bahwa pasien yang menderita akne vulgaris terbanyak adalah remaja dan dewasa muda.8 Berdasarkan dari data rekam medis pasien akne vulgaris yang berobat di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan periode Januari 2010 – Desember 2012, bahwa sekitar 71% pasien yang menderita akne vulgaris adalah remaja dan dewasa muda.9

Pada remaja tingkat keparahan akne vulgaris berbeda- beda. Pada penelitian Noorbala disebutkan pada usia perempuan dan laki laki dengan usia 13-15 tahun yang menderita akne vulgaris ringan yaitu pada wanita (86,9%), laki-laki (72,8%), pada akne vulgaris sedang pada perempuan (12,2%), laki-laki (21%), dan pada akne vulgaris berat pada wanita (1%), laki-laki (4,8%).10

Akne vulgaris juga dapat disebabkan oleh paparan bahan kimia di tempat kerja yaitu pada pekerja pabrik yang mendapat paparan dari senyawa industri, akne ini disebut occupational acne atau akne akibat pekerjaan.1 Pada penelitian Reza dkk menunjukkan bahwa pada pegawai (22,8%), ibu rumah tangga (8,5%), petani (4,3%), dan tidak bekerja (22,8%) dijumpai menderita akne vulgaris.11 Dari beberapa penyakit dermatosis akibat kerja, akne vulgaris juga banyak ditemukan pada pekerja aspal yang terpapar oleh

(16)

senyawa kimia yaitu zat tar.12

Belum ada penelitian terbaru mengenai hubungan sosiodemografi dengan tingkat keparahan akne vulgaris. Oleh sebab itu, peneliti merasa perlu untuk meneliti mengenai hubungan sosiodemografi dengan tingkat keparahan akne vulgaris di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP Haji Adam Malik Medan Periode 2013 – 2015.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan sosiodemografi dengan tingkat keparahan akne vulgaris di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2013 – Desember 2015.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum :

Untuk mengetahui hubungan sosiodemografi dengan tingkat keparahan akne vulgaris.

1.3.2 Tujuan Khusus :

a. Mengetahui hubungan jenis kelamin dengan tingkat keparahan akne vulgaris.

b. Mengetahui hubungan usia dengan tingkat keparahan akne vulgaris.

c. Mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat keparahan akne vulgaris.

d. Mengetahui hubungan pekerjaan dengan tingkat keparahan akne vulgaris.

1.4 Manfaat Penelitian :

a. Menjadikan sumber informasi kepada institusi pendidikan, institusi kesehatan dan pihak-pihak yang terkait mengenai hubungan sosiodemografi dengan tingkat keparahan akne vulgaris.

b. Dijadikan sebagai data dasar ataupun data pendukung untuk penelitian- penelitian selanjutanya mengenai akne vulgaris.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Akne Vulgaris 2.1.1 Definisi

Akne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Akne vulgaris ditandai dengan adanya gambaran lesi yang terdiri dari komedo, papul, pustul, nodul dan sering terjadi pada daerah wajah, bahu, dada bagian atas, dan punggung. Akne vulgaris dapat memberikan dampak psikologis dan fisik berupa stres, depresi, dan skar permanen.1,2

2.1.2 Epidemiologi

Hampir setiap orang pernah mengalami akne vulgaris, maka penyakit ini sering dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis.1 Di Indonesia akne vulgaris merupakan pernyakit yang paling umum terjadi sekitar 85-100% selama hidup seseorang.13 Akne vulgaris 85% terjadi pada remaja usia 12-25 tahun.3 Dalam suatu penelitian, dari 280 yang menderita akne vulgaris di India 82,1% adalah perempuan dan 17,9% adalah laki- laki.14 Pada laki-laki dan perempuan usia 10-17 tahun, 97,5% mempunyai akne vulgaris pada wajah.14 Dari 452 remaja berusia 10-17 tahun diklasifikasikan sebagai akne vulgaris ringan (61,1%), akne vulgaris sedang (30,6%), dan akne vulgaris berat (7,6%).15

Pada usia dewasa , prevalensi akne vulgaris akan menurun. Namun pada perempuan, kejadian akne vulgaris dapat terus terjadi hingga usia 30-an atau bahkan lebih. Pada laki-laki, akne vulgaris umumnya lebih cepat berkurang, namun pada suatu penelitian diketahui bahwa justru gejala akne vulgaris yang berat biasanya terjadi pada laki-laki.1,2

Diketahui bahwa pada ras Oriental (Jepang, Cina, Korea) lebih jarang terjadi akne vulgaris dibandingkan dengan ras Kaukasia (Eropa dan

(18)

Amerika), dan lebih sering terjadi pada nodulo-kistik pada kulit putih daripada kulit hitam. Dari suatu penelitian menemukan bahwa mereka yang bergenotip XXY mendapat akne vulgaris yang lebih berat.1,2

2.1.3 Etiopatogenesis

Etiologi penyakit akne vulgaris sampai sekarang belum diketahui, namun ada 4 faktor yang berkaitan dengan patogenesis akne vulgaris :

1. Hiperproliferasi folikel pilosebasea

Kelenjar sebasea terletak pada seluruh permukaan kulit manusia kecuali pada telapak tangan dan kaki. Kelenjar sebasea biasanya terdapat di samping akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen akar rambut (folikel rambut). Lesi akne vulgaris dimulai dengan mikrokomedo. Lesi mikroskopis yang tidak terlihat dengan mata telanjang. Penurunan kadar asam linoleat mempunyai korelasi terbalik dengan sekresi sebum.

Penurunan kadar asam linoleat akan menyebabkan defisiensi asam lemak esensial lokal epitelium folikular yang menginduksi timbulnya hiperproliferasi folikel pilosebasea. Pada akhirnya secara klinis terdapat lesi non-inflamasi open/closed comedo atau lesi inflamasi, yaitu apabila P. acnes berproliferasi dan menghasilkan mediator-mediator inflamasi.2,16,17

2. Produksi sebum yang meningkat

Pada penderita akne, secara umum ukuran folikel sebasea serta jumlah lobul tiap kelenjar bertambah. Ekskresi sebum ada dibawah hormon androgen. Akibat stimulus hormon androgen, kelenjar sebasea mulai berkembang pada usia 7-8 tahun. Pada penderita akne, secara umum produksi sebum dikaitkan dengan respons yang berbeda dari unit folikel pilosebasea masing-masing organ target, atau adanya peningkatan androgen sirkulasi, atau keduanya. Pasien AV baik laki-laki ataupun perempuan akan memproduksi sebum lebih banyak dari individu normal, namun komposisi sebum tidak berbeda dengan orang normal, kecuali terjadi penurunan jumlah asam linoleat yang bermakna. Jumlah

(19)

sebum yang diproduksi sangat berhubungan dengan keparahan akne vulgaris.2,16-18

3. Kolonisasi Propionibacterium acnes

P. acnes merupakan mikroorganisme utama yang ditemukan di daerah infra infindubulum dan P. acnes dapat mencapai permukaan kulit dengan mengikuti aliran sebum. P. acnes mengeluarkan enzim lipase, protease, hialuronidase dan faktor kemotaktik. Lipase berperan dalam menghidrolisir trigliserid sebum menjadi asam lemak bebas. Asam lemak bebas ini menyebabkan hiperkeratosis retensi dan pembentukan mikrokomedo.2,16,17

4. Proses inflamasi dan respon imun

Proses inflamasi pada acne ada dua fase, yaitu pertama, penarikan limfosit dan lekosit polimorfonuklear ke dalam epitel folikel sebasea dan memfagosit P. acnes. Selama proses fagositosis ini, terjadi pelepasan enzim lisosom dan terbentuk asam lemak bebas. Enzim lisosom yang diproduksi ini dapat merusak epitel folikel sebasea (folikel menjadi ruptur). Asam lemak bebas yang diproduksi bersifat inflamatoris, komedogenik dan sitotoksis sehingga dapat mengiritasi dan merusak epitel folikel sebasea. Disamping itu asam lemak bebas ini akan melakukan penetrasi ke dermis sehingga menyebabkan reaksi inflamasi. P. acnes juga membentuk enzim-enzim ekstraseluler lainnya seperti protease, fosfatase, neuraminidase dan hialuronidase yang sangat berperan penting dalam proses terjadinya inflamasi.2,16-18

Gambar 2.1. Patogenesis Akne Vulgaris1

(20)

2.1.4 Faktor risiko

Faktor risiko dan penyebab akne vulgaris sangat banyak, antara lain:

1. Sebum

Sebum merupakan penyebab utama timbulnya akne. Produksi sebum dipengaruhi oleh diet, karbohidrat, alkohol, yodium, makanan pedas, serta makanan yang tinggi lemak. Pemakaian kosmetik juga dapat meningkatkan produksi sebum, seperti krim muka, pelembab, sunscreen, dan minyak rambut.19

2. Genetik

Faktor herediter dan aktivitas kelenjar glandula sebasea berpengaruh besar terhadap kejadian akne. Apabila kedua orang tua mempunyai parut bekas akne, kemungkinan anaknya juga akan menderita akne.19 3. Usia

Umumnya insiden akne vulgaris terjadi pada usia 14 – 17 tahun pada perempuan, 16 – 19 tahun pada laki-laki dan pada masa itu lesi yang predominan adalah komedo dan papul serta jarang terlihat lesi berat pada penderita.19

4. Kebersihan wajah

Meningkatkan perilaku kebersihan wajah dapat mengurangi kejadian akne vulgaris.19

5. Psikis

Pada beberapa penderita, stres dan gangguan emosi dapat menyebabkan eksaserbasi akne.19

2.1.5 Gambaran klinis

Tempat predileksi akne vulgaris adalah pada daerah dengan kelenjar sebasea yang paling padat yaitu wajah, bahu, dada, dan punggung. Leher, lengan atas, dan glutea terkadang juga terkena akne vulgaris.1,2,20

Erupsi kulit polimorfik dengan gejala predominan, salah satunya yaitu komedo, papul yang tidak meradang dengan pustul, nodul dan kista yang meradang. Komedo merupakan gejala patognomonik pada akne berupa

(21)

papul miliar yang ditengahnya mengandung sumbatan sebum. Komedo terbagi dua yaitu black comedo, open comedo atau komedo terbuka, berwarna hitam akibat mengandung unsur melanin. Bila berwarna putih disebabkan letaknya lebih dalam sehingga tidak mengandung unsur melanin disebut white comedo, close comedo komedo putih, atau komedo tertutup.19

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 2.2. Gambaran Klinis Akne Vulgaris. (a). Komedo Terbuka.

(b) Komedo Tertutup. (c) Papul Inflamasi. (d) Nodul1

2.1.6 Gradasi

Gradasi bertujuan untuk menentukan derajat berat ringannya penyakit yang diperlukan untuk pemberian obat. Dibawah ini merupakan beberapa sistem gradasi akne vulgaris yang diketahui.

1. Gradasi akne vulgaris menurut James dan Tisserand (1958)20

Derajat 1 : Akne non inflamasi sederhana dengan komedo dan sedikit papul.

Derajat 2 : Komedo, papul, dan sedikit pustul.

(22)

Derajat 3 : Papul inflamasi yang besar, pustul, dan beberapa kista yang melibatkan wajah, leher, dan batang tubuh bagian atas.

Derajat 4 : Lebih berat, kista bergabung.

2. Gradasi akne vulgaris menurut Pillsbury (1963)1,21 Derajat 1 : Komedo di muka.

Derajat 2 : Komedo, papul, pustul, dan peradangan lebih dalam di muka.

Derajat 3 : Komedo, papul, pustul, dan peradangan lebih dalam di muka, dada, dan punggung.

Derajat 4 : Akne konglobata.

3. Gradasi akne vulgaris menurut Frank (1970)1,21 Derajat 1 : Akne komedonal non-inflamasi.

Derajat 2 : Akne komedonal inflamasi.

Derajat 3 : Akne papular.

Derajat 4 : Akne papulo pustular.

Derajat 5 : Akne agak berat.

Derajat 6 : Akne berat.

Derajat 7 : Akne nodulo kistik atau konglobata

4. Gradasi akne vulgaris menurut Plewig dan Kligman i(1975)1,21

Komedonal : a. Bila ada kurang dari 10 komedo dari satu sisi muka.

b. Bila ada 10 sampai 24 komedo.

c. Bila ada 25 sampai 50 komedo.

d. Bila ada lebih dari 50 komedo.

Papulopustul : a. Bila ada kurang dari 10 lesi papulopustul dari satu sisi muka.

b. Bila ada 10 sampai 20 lesi papulopustul.

c. Bila ada 21 sampai 30 lesi papulopustul.

d. Bila ada lebih dari 30 lesi papulopustul.

Konglobata

(23)

5. Gradasi akne vulgaris menurut Dr. Cipto Mangunkusumo21

Ringan : a. Beberapa lesi tidak meradang pada 1 predileksi.

b. Sedikit lesi tidak meradang pada beberapa tempat predileksi.

c. Sedikit lesi meradang pada 1 predileksi.

Sedang : a. Banyak lesi tidak meradang pada 1 predileksi.

b. Beberapa lesi tidak meradang pada lebih dari 1 predileksi.

c. Beberapa lesi meradang pada 1 predileksi.

d. Sedikit lesi meradang pada lebih dari 1 predileksi.

Berat : a. Banyak lesi tidak meradang pada lebih dari 1 predileksi.

b. Banyak lebih meradang pada 1 atau lebih predileksi.

Catatan : Sedikit <5, beberapa 5-10, banyak >10 lesi.

(24)

BAB 3

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Teori

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka teori dalam penelitan ini adalah:

Gambar 3.1. Kerangka Teori Penelitian

Akne Vulgaris Sosiodemografi

1. Usia

2. Jenis Kelamin 3. Pendidikan 4. Pekerjaan

Derajat 2 Derajat 3 Derajat 4

Derajat 1

Tingkat Keparahan

(25)

3.2. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan sosiodemografi dengan tingkat keparahan akne vulgaris di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP Haji Adam Malik Medan, maka kerangka konsep yang terbentuk adalah sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian

3.3. Hipotesis

Ada hubungan sosiodemografi dengan tingkat keparahan akne vulgaris.

Tingkat Keparahan Akne Vulgaris 1. Usia

2. Jenis Kelamin 3. Pendidikan 4. Pekerjaan

(26)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian analitik dengan metode pengumpulan data secara cross sectional, di mana penelitian ini akan mendeskripsikan hubungan usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan tingkat pendidikan dengan tingkat keparahan akne vulgaris di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2013 – Desember 2015 yang didapat melalui rekam medis.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama bulan September 2016 – November 2016.

4.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP Haji Adam Malik Medan.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi penelitian

Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh pasien akne vulgaris di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP Haji Adam Malik Medan.

4.3.2 Sampel penelitian

Sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik uji hipotesis untuk proporsi populasi tunggal pada satu sampel, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑛 =𝑍𝑎% 𝑃 (1 − 𝑃) 𝑑%

(27)

di mana:

n = jumlah atau besar sampel minimal 𝑍- = tingkat kemaknaan a tertentu (a = 1,96)

P = proporsi penyakit pada penelitian sebelumnya (p = 0,60) d = tingkat ketetapan absolut yang dikehendaki, (d = 0,10)

𝑛 =𝑍𝑎% 𝑃 (1 − 𝑃) 𝑑%

𝑛 = 1,96 %𝑥 0,60 𝑥 0,4 0,10 %

𝑛 = 92,19

Hasil perhitungan jumlah sampel yang dilakukan dengan menggunakan rumus uji hipotesis untuk proporsi populasi tunggal pada satu sampel, yaitu 92,19 sehingga dibulatkan menjadi 92. Dengan demikian, jumlah atau besar sampel minimal yang diperlukan untuk penelitian ialah 92 sampel.

Kriteria inklusi dari sampel pada penelitian ini adalah : Seluruh pasien yang didiagnosis menderita akne vulgaris.

Kriteria eksklusi dari sampel pada penelitian ini adalah :

Data rekam medis yang tidak lengkap meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yaitu rekam medis pasien akne vulgaris periode Januari 2013 – Desember 2015. Rekam medis tersebut diperoleh dari instalasi rekam medis di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP Haji Adam Malik Medan.

(28)

4.5. Definisi Operasional

1. Akne vulgaris adalah penyakit kulit yang diakibatkan oleh peradangan kronik dari unit pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Penderita akne vulgaris adalah orang yang dinyatakan mengalami akne vulgaris dan berobat ke Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP Haji Adam Malik Medan.

Cara Ukur : Observasi Alat Ukur : Rekam medis

2. Jenis kelamin adalah sifat jasmani yang membedakan dua makhluk sebagai laki-laki dan perempuan.

Cara Ukur : Observasi Alat Ukur : Rekam medis

Hasil Ukur : Laki-laki dan Perempuan Skala Ukur : Nominal

3. Usia adalah jumlah tahun hidup responden sejak ia lahir hingga didiagnosis menderita akne vulgaris yang dinyatakan dalam satuan tahun. Pembagian kelompok umur, Anak-anak < 14 tahun, Remaja 14- 20 tahun, Dewasa >20 tahun.

Cara Ukur : Observasi Alat Ukur : Rekam medis

Hasil Ukur : Pasien dengan usia <14 tahun, 14-20 tahun, > 20 tahun

Skala Ukur : Ordinal

4. Pendidikan adalah jenis pendidikan formal terakhir yang diselesaikan oleh responden. Pendidikan dikategorikan menjadi:

a. Sekolah Dasar

Taman Kanak-Kanak (TK) sampai dengan Sekolah Dasar (SD) b. Sekolah Lanjutan

Sekolah Menegah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA)

c. Sekolah Tinggi

(29)

Diploma, Sarjana, Magister, Doktor Cara Ukur : Observasi

Alat Ukur : Rekam medis

Hasil Ukur : Pendidikan dinyatakan berdasarkan jenjang

pendidikan terakhir yaitu Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan, Sekolah Tinggi

Skala Ukur : Ordinal

5. Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas responden sehari-hari yang dilakukan penderita akne vulgaris yang tercatat pada kartu status.

Pekerjaan dikategorikan menjadi:

a. Penghasilan Tetap

Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Swasta, Pensiunan PNS.

b. Penghasilan Tidak Tetap Wiraswasta

c. Tidak Berpenghasilan

Ibu Rumah Tangga dan Pengangguran d. Pelajar atau Mahasiswa

Cara Ukur : Observasi Alat Ukur : Rekam medis

Hasil Ukur : Penghasilan Tetap, Penghasilan Tidak Tetap, Tidak jiBerpenghasilan, dan Pelajar atau Mahasiswa.

Skala Ukur : Nominal

6. Derajat keparahan adalah tingkat keparahan pada penderita akne vulgaris, yang diukur dari:

a. Derajat 1 : Komedo di muka

b. Derajat 2 : Komedo, papul, pustul, dan peradangan di wajah

c. Derajat 3 : Komedo, papul, pustul, dan peradangan wajah, dan kldjhd jcljjkj . punggung

d. Derajat 4 : Akne Konglobata Cara Ukur : Observasi

Alat Ukur : Rekam medis

(30)

Hasil Ukur : Derajat 1, Derajat 2, Derajat 3, dan Derajat 4 Skala Ukur : Ordinal

4.6. Metode Analisa Data

Data yang diperlukan dalam penelitian dikumpulkan setelah melihat rekam medis pasien akne vulgaris di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP Haji Adam Malik Medan. Data yang telah terkumpul itu kemudian diolah dengan menggunakan perangkat lunak statistik. Dalam penelitian ini, data akan dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square.

Data kemudian akan ditampilkan dalam bentuk tabel.

(31)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan.

RSUP H. Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No.355/ Menkes/ SK/ VII/ 1990. Dengan predikat rumah sakit kelas A, RSUP H. Adam Malik Medan telah memiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi standar dan tenaga kesehatan yang kompeten. Selain itu, RSUP Haji Adam Malik juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi. Pada tanggal 6 September 1991, berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/ IX/ 1991 RSUP H. Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

RSUP H. Adam Malik Medan juga memiliki ruangan rekam medis yang digunakan untuk menyimpan data-data rekam medis semua pasien. Di ruangan rekam medis inilah lokasi pengambilan data penelitian dilakukan.

5.1.2 Distribusi frekuensi

Berdasarkan data komputerisasi, total pasien yang didiagnosa akne vulgaris di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik periode 2013-2015 berjumlah 233 pasien, yaitu pada tahun 2013 terdapat 130 pasien yang didiagnosis akne vulgaris, pada tahun 2014 terdapat 75 pasien, dan pada tahun 2015 terdapat 28 pasien.

Gambaran distribusi frekuensi masing-masing variabel bebas dan variabel terikat dapat dilihat sebagai berikut :

(32)

A. Distribusi Frekuensi Akne Vulgaris Berdasarkan Jenis Kelamin

Untuk melihat distribusi pasien akne vulgaris berdasarkan jenis kelamin di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik periode 2013 - 2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki – laki 97 41,6%

Perempuan 136 58,4%

Total 233 100%

Dari tabel 5.1. dapat dilihat bahwa jumlah pasien akne vulgaris di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H.Adam Malik periode 2013 – 2015, sebanyak 97 orang (41,6%) berjenis kelamin laki – laki, dan 136 orang (58,4%) berjenis kelamin perempuan.

B. Distribusi Frekuensi Akne Vulgaris Berdasarkan Usia

Untuk melihat distribusi pasien akne vulgaris berdasarkan usia di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik periode 2013 - 2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Persentase

< 14 Tahun 8 3,4%

14 – 20 Tahun 117 50,2%

> 20 Tahun 108 46,4%

Total 233 100%

Dari tabel 5.2. dapat dilihat bahwa jumlah pasien akne vulgaris di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H.Adam Malik periode 2013 – 2015, sebanyak 8 orang (3,4%) berusia < 14 tahun, 117 orang (50,2%) berusia 14 – 20 tahun, dan 108 orang (46,4%) berusia > 20 tahun.

(33)

C. Distribusi Frekuensi Akne Vulgaris Berdasarkan Pendidikan

Untuk melihat distribusi pasien akne vulgaris berdasarkan jenjang pendidikan terakhir di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik periode 2013 - 2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Frekuensi Persentase

Sekolah Dasar 66 28,3%

SekolahLanjutan 130 55,8%

Sekolah Tinggi 37 15,9%

Total 233 100%

Dari tabel 5.3. dapat dilihat bahwa jumlah pasien akne vulgaris di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H.Adam Malik periode 2013 – 2015, sebanyak 66 orang (28,3%) dengan pendidikan terakhir yaitu sekolah dasar, 130 orang (55,8%) dengan sekolah terakhir yaitu sekolah lanjutan, dan 37 orang (15,9%) dengan pendidikan terakhir yaitu sekolah tinggi.

D. Distribusi Frekuensi Akne Vulgaris Berdasarkan Pekerjaan

Untuk melihat distribusi pasien akne vulgaris berdasarkan pekerjaan di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik periode 2013 - 2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Persentase

Penghasilan Tetap 26 11,2%

Penghasilan Tidak Tetap 32 13,7%

Tidak Berpenghasilan 50 21,5%

Pelajar / Mahasiswa 125 53,6%

Total 233 100%

Dari tabel 5.4. dapat dilihat bahwa jumlah pasien akne vulgaris di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H.Adam Malik periode 2013 – 2015, sebanyak 26 orang (11,2%) dengan jenis pekerjaan yang mempunyai penghasilan

(34)

tetap, 32 orang (13,7%) dengan jenis pekerjaan yang mempunyai penghasilan tidak tetap, 50 orang (21,5%) yang tidak punya penghasilan, dan 125 orang (53,6%) masih berstatus pelajar / mahasiswa.

E. Distribusi Frekuensi Akne Vulgaris Berdasarkan Tingkat Keparahan

Untuk melihat distribusi pasien akne vulgaris berdasarkan tingkat keparahan di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik periode 2013 - 2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Keparahan

Derajat Keparahan Frekuensi Persentase

Derajat 1 33 14,2%

Derajat 2 115 49,4%

Derajat 3 85 36,5%

Derajat 4 0 0%

Total 233 100%

Dari tabel 5.5. dapat dilihat bahwa jumlah pasien akne vulgaris di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H.Adam Malik periode 2013 – 2015, sebanyak 33 orang (14,2%) didiagnosa akne vulgaris derajat 1, 115 orang (49,4%) derajat 2, 85 orang (36,5%) derajat 3, dan tidak ada pasien yang didiagnosa akne vulgaris derajat 4.

5.1.3 Analisis hasil data

Dari hasil yang didapatkan secara distribusi frekuensi, maka dilakukan analisis untuk mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel dependen dalam penelitian ini. Variabel independen yang telah ditetapkan adalah tingkat keparahan akne vulgaris dan variabel dependen adalah sosiodemografi yang terdiri dari jenis kelamin, usia, pendidikan, dan pekerjaan. Untuk melihat hubungan variabel independen terhadap masing-masing variabel dependen dipergunakan analisis dengan uji statistik Chi-Square yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

(35)

A. Hubungan jenis kelamin dengan tingkat keparahan akne vulgaris

Tabel 5.6. Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan Tingkat Keparahan Akne Vulgaris

Jenis Kelamin Tingkat

Keparahan

Laki - laki Perempuan Total P Value

n % n % n %

Derajat 1 4 12,1 29 87,9 33 100

0,0001

Derajat 2 27 23,5 88 76,5 115 100

Derajat 3 66 77,6 19 22,4 85 100

Total 97 41,6 136 58,4 233 100

Dari tabel 5.6. dapat dilihat bahwa pasien dengan jenis kelamin laki-laki yang mengalami akne vulgaris derajat 1 sebanyak 4 orang (12,1%), derajat 2 sebanyak 27 orang (23,5%), dan derajat 3 sebanyak 66 orang (77,6%). Sedangkan pasien dengan jenis kelamin perempuan yang mengalami akne vulgaris derajat 1 sebanyak 29 orang (87,9%), derajat 2 sebanyak 88 orang (76,5%), dan derajat 3 sebanyak 19 orang (22,4%). Berdasarkan hasil analisa data dengan uji statistic Chi-Square, hasil analisa data hubungan jenis kelamin dengan tingkat keparahan akne vulgaris didapatkan nilai p= 0,0001 yang berarti H0 ditolak. Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan tingkat keparahan akne vulgaris.

B. Hubungan usia dengan tingkat keparahan akne vulgaris

Tabel 5.7. Analisis Hubungan Usia dengan Tingkat Keparahan Akne Vulgaris

Usia (Tahun) Tingkat

Keparahan

< 14 14 - 20 > 20 Total P Value

n % n % n % n %

Derajat 1 2 6,1 10 30,3 21 63,6 33 100

0,019 Derajat 2 6 5,2 56 48,7 53 46,1 115 100

Derajat 3 0 0 51 60 34 40 85 100

Total 8 3,4 117 50,2 108 46,4 233 100

(36)

Dari tabel 5.7. dapat dilihat bahwa pasien dengan usia < 14 tahun yang mengalami akne vulgaris derajat 1 sebanyak 2 orang (6,1%), derajat 2 sebanyak 6 orang (5,2%), dan tidak ada pasien dengan derajat 3. Pada pasien dengan usia 14 – 19 tahun yang mengalami akne vulgaris derajat 1 sebanyak 10 orang (30,3%), derajat 2 sebanyak 56 orang (48,7%), dan derajat 3 sebanyak 51 orang (60%).

Sedangkan pasien dengan usia > 20 tahun yang mengalami akne vulgaris derajat 1 sebanyak 21 orang (63,6%), derajat 2 sebanyak 53 orang (46,1%), dan derajat 3 sebanyak 34 orang (40%). Berdasarkan hasil analisa data dengan uji statistic Chi- Square, hasil analisa data hubungan usia dengan tingkat keparahan akne vulgaris didapatkan nilai p= 0,019 yang berarti H0 ditolak. Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan tingkat keparahan akne vulgaris.

C. Hubungan pendidikan dengan tingkat keparahan akne vulgaris

Tabel 5.8. Analisis Hubungan Pendidikan dengan Tingkat Keparahan Akne Vulgaris

Pendidikan Tingkat

Keparahan

Sekolah Dasar

Sekolah Lanjutan

Sekolah

Tinggi Total P Value

n % n % n % n %

Derajat 1 10 30,3 15 45,5 8 24,2 33 100

0,622 Derajat 2 31 27 67 58,3 17 14,8 115 100

Derajat 3 25 29,4 48 56,5 12 14,1 85 100 Total 66 28,3 130 55,8 37 15,9 233 100

Dari tabel 5.7. dapat dilihat bahwa pasien dengan sekolah dasar yang mengalami akne vulgaris derajat 1 sebanyak 10 orang (30,3%), derajat 2 sebanyak 31 orang (27%), dan derajat 3 sebanyak 25 orang (29,4%). Pada pasien dengan sekolah lanjutan yang mengalami akne vulgaris derajat 1 sebanyak 15 orang (45,5%), derajat 2 sebanyak 67 orang (58,3%), dan derajat 3 sebanyak 48 orang (56,5%). Sedangkan pasien dengan sekolah tinggi yang mengalami akne vulgaris derajat 1 sebanyak 8 orang (24,2%), derajat 2 sebanyak 17 orang (14,8%), dan derajat 3 sebanyak 12 orang (14,1%). Berdasarkan hasil analisa data dengan uji statistic Chi-Square, hasil analisa data hubungan pendidikan dengan tingkat

(37)

keparahan akne vulgaris didapatkan nilai p= 0,622 yang berarti H0 diterima. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan tingkat keparahan akne vulgaris.

D. Hubungan jenis pekerjaan dengan tingkat keparahan akne vulgaris

Tabel 5.9. Analisis Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Tingkat Keparahan Akne Vulgaris

Jenis Pekerjaan

Tingkat Keparahan

Penghasilan Tetap

Penghasilan Tidak Tetap

Tidak Ada Penghasilan

Pelajar /

Mahasiswa Total P Value

n % n % n % n % n %

Derajat 1 1 3 7 21,2 11 33,3 14 42,4 33 100

Derajat 2 16 13,9 10 8,7 23 20 66 57,4 115 100 0,094 Derajat 3 9 10,6 15 17,6 16 18,8 45 52,9 85 100

Total 26 11,2 32 13,7 50 21,5 125 53,6 233 100

Dari tabel 5.8. dapat dilihat bahwa pasien dengan jenis pekerjaan berpenghasilan tetap yang mengalami akne vulgaris derajat 1 sebanyak 1 orang (3%), derajat 2 sebanyak 16 orang (13,9%), dan derajat 3 sebanyak 9 orang (10,6%). Pada pasien dengan jenis pekerjaan berpenghasilan tetap yang mengalami akne vulgaris derajat 1 sebanyak 7 orang (21,2%), derajat 2 sebanyak 10 orang (8,7%), dan derajat 3 sebanyak 15 orang (17,6%). Pada pasien yang tidak mempunyai penghasilan mengalami akne vulgaris derajat 1 sebanyak 11 orang (33,3%), derajat 2 sebanyak 23 orang (20%), dan derajat 3 sebanyak 16 orang (18,8%). Sedangkan pasien yang masih berstatus pelajar / mahasiswa yang mengalami akne vulgaris derajat 1 sebanyak 14 orang (42,4%), derajat 2 sebanyak 66 orang (57,4%), dan derajat 3 sebanyak 45 orang (52,9%). Berdasarkan hasil analisa data dengan uji statistic Chi-Square, hasil analisa data hubungan pekerjaan dengan tingkat keparahan akne vulgaris didapatkan nilai p= 0,094 yang berarti H0 diterima. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan tingkat keparahan akne vulgaris.

(38)

5.2. Pembahasan

Pada beberapa tahun terakhir ini masalah akne vulgaris merupakan masalah yang cukup serius dikalangan masyarakat, terutama perempuan.7 Namun pada tingkat keparahannya sendiri lebih sering terjadi pada laki – laki dibandingkan perempuan.5 Dari hasil penelitian yang di lakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2013-2015 yang terdiri dari 233 sampel didapatkan bahwa pada laki - laki yang menderita akne vulgaris berat yaitu sebanyak 66 orang (77,6%), serta perempuan yang menderita akne vulgaris berat sebanyak 19 orang (22,4%) . Laki - laki merupakan frekuensi tertinggi untuk menderita akne vulgaris berat. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa meskipun pada laki –laki umumnya akne vulgaris lebih cepat berkurang, namun pada penelitian diketahui bahwa justru tingkat keparahan akne vulgaris yang berat sering terjadi pada laki –laki.21 Pada penelitian di negara Italia menunjukkan bahwa keparahan jerawat memiliki prevalensi yang lebih besar pada laki - laki (2,43%) dibandingkan perempuan (0,3%).22 Pada saat pubertas, hormon androgen pada laki – laki meningkat dibandingkan perempuan yang meningkatkan jumlah produksi sebum di kulit, sehingga pada laki – laki tingkat keparahan jerawat lebih tinggi .23 Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di India dengan menggunakan Global Acne Grading System Score menyimpulkan bahwa skor yang lebih tinggi menujukkan tingkat keparahan akne vulgaris yang berat, dan yang mempunyai skor tertinggi yang signifikan adalah laki- laki dibandingkan perempuan dengan nilai p=0,01.24 Pada penelitian di negara maju seperti Inggris, menujukkan bahwa keparahan jerawat lebih meningkat pada laki – laki.25 Pada penelitian yang dilakukan beberapa sekolah di Pakistan juga menunjukkan pada murid laki – laki mempunyai tingkat keparahan jerawat yang berat dibandingkan dengan perempuan (p=0,003).10 Sedangkan pada penelitian di China, dari 1399 subjek yang menderita akne vulgaris, yang mempunyai jerawat yang parah adalah laki – laki (7,1%) dibandingkan dengan perempuan (3,4%).5

Pada saat remaja, transient insulin dan IGF-1 menghambat regulasi FoxO1 dan mengaktifkan reseptor androgen untuk memicu rantai peristiwa metabolisme, yang menyebabkan kelebihan produksi keratinosit dan sebum.3 Produksi sebum

(39)

yang meningkat yang menyebabkan peningkatan unsur komedogenik dan inflamatogenik penyebab terjadinyna akne.23 Akne vulgaris mempengaruhi hampir 80% pada remaja dan dewasa muda, sering berlanjut pada dewasa dan mengakibatkan jaringan parut dan hiperpigmentasi.26 Dari hasil penelitian yang di lakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2013-2015 yang terdiri dari 233 sampel didapatkan bahwa pada umur

<14 tahun tidak ada yang menderita akne vulgaris berat, namun pada umur 14-20 tahun yang menderita akne vulgaris berat sebanyak 51 orang (60%), dan pada umur

>20 tahun yang menderita akne vulgaris berat sebanyak 34 orang (40%). Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa pada umur 16-19 tahun adalah waktu pubertas yang ditandai oleh peningkatan hormon seks, terutama hormon androgen yang dapat menyebabkan hiperplasia dan hipertrofi dari kelenjar sebasea, sehingga angka kejadian akne vulgaris paling tinggi pada saat usia remaja terutama pada laki- laki.27 Hasil dari berbagai studi yang meneliti hubungan usia dengan tingkat keparahan akne vulgaris, misalnya pada penelitian di India mengatakan bahwa pada umur 15-17 tahun mempunyai tingkat keparahan akne vulgaris berat (p=0,014).24 Penelitian yang dilakukan di Amerika mengatakan bahwa tingkat keparahan jerawat dimulai dari usia 11 tahun dan makin berat pada umur 17 tahun (p<0,0001).28 Penelitian yang dilakukan Kristen dan Cherie menyimpulkan bahwa akne vulgaris mulai terjadi pada usia 11-12 tahun dan meningkat pada usia 15-18 tahun.29 Hal ini juga sesuai dengan catatan studi dermatologi kosmetika Indonesia yang menyebutkan bahwa prevalensi tertinggi akne vulgaris pada remaja, yaitu umur 14-17 tahun.7

Tingkat pendidikan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada penelitian ini, dimana pada pasien dengan pendidikan terakhir yaitu sekolah dasar yang mengalami akne vulgaris derajat 1 sebanyak 10 orang (30,3%), derajat 2 sebanyak 31 orang (27%), dan derajat 3 sebanyak 25 orang (29,4%). Pada pasien dengan sekolah lanjutan, derajat 1 sebanyak 15 orang (45,5%), derajat 2 sebanyak 67 orang (58,3%), dan derajat 3 sebanyak 48 orang (56,5%). Sedangkan pasien dengan sekolah tinggi, derajat 1 sebanyak 8 orang (24,2%), derajat 2 sebanyak 17 orang (14,8%), dan derajat 3 sebanyak 12 orang (14,1%). Hal serupa ditemukan

(40)

pada penelitian yang dilakukan di Departemen Kulit Rumah Sakit Bu-Ali-Sina, Qazvin pada tahun 2014-2015 dimana dijelaskan tidak ada hubungan pendidikan dengan tingkat keparahan akne vulgaris dengan nilai p=1,00.30

Jenis pekerjaan juga tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada penelitian ini, dimana jenis pekerjaan berpenghasilan tetap yang mengalami akne vulgaris derajat 1 sebanyak 1 orang (3%), derajat 2 sebanyak 16 orang (13,9%), dan derajat 3 sebanyak 9 orang (10,6%). Pada pasien yang berpenghasilan tidak tetap, derajat 1 sebanyak 7 orang (21,2%), derajat 2 sebanyak 10 orang (8,7%), dan derajat 3 sebanyak 15 orang (17,6%). Pada pasien yang tidak mempunyai penghasilan, derajat 1 sebanyak 11 orang (33,3%), derajat 2 sebanyak 23 orang (20%), dan derajat 3 sebanyak 16 orang (18,8%). Sedangkan pasien yang masih berstatus pelajar / mahasiswa, derajat 1 sebanyak 14 orang (42,4%), derajat 2 sebanyak 66 orang (57,4%), dan derajat 3 sebanyak 45 orang (52,9%). Hal ini sesuai dengan penelitian di Instalasi rawat jalan di rumah sakit rujukan di India mengatakan bahwa pekerjaan tidak berhubungan dengan tingkat keparahan akne vulgaris berdasarkan Global Acne Grading System Score (p>0,05).24

Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin dan usia pasien memiliki hubungan dengan tingkat keparahan akne vulgaris (P value 0,0001 ; 0,019), dimana pada jenis kelamin laki – laki (77,6%) memiliki tingkat keparahan jerawat yang berat dibandingkan dengan perempuan (22,4%). Sedangkan pada kelompok usia 14-20 tahun (60%) memiliki tingkat keparahan jerawat yang berat dibandingkan dengan kelompok usia <14 tahun (0%), dan >20 tahun (40%).

(41)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai hubungan sosiodemografi dengan tingkat keparahan akne vulgaris di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan periode 2013 – 2015, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan yang sangat signifikan antara jenis kelamin dengan tingkat keparahan akne vulgaris, dengan nilai p = 0,0001 (p<0,05). Dimana laki – laki mempunyai tingkat keparahan lebih berat dibandingkan perempuan.

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan tingkat keparahan akne vulgaris, dengan nilai p = 0,019 (p<0,05). Dimana usia 14-20 tahun memiliki tingkat keparahan lebih berat dibandingkan dengan usia <14 tahun dan >20 tahun.

3. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan tingkat keparahan akne vulgaris, dengan nilai p = 0,622 (p<0,05).

4. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis pekerjaan dengan tingkat keparahan akne vulgaris, dengan nilai p = 0,094 (p<0,05)

6.2 Saran

Berdasarkan hasil yang didapat pada penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan melakukan penelitian korelasi untuk menilai hubungan kadar hormon androgen pasien dengan tingkat keparahan akne vulgaris.

2. Bagi peneliti selanjutnya untuk lebih mengembangkan hubungan usia berdasarkan tingkat stress dengan tingkat keparahan akne vulgaris.

(42)

DAFTAR PUSTAKA

1. Zaenglein AL, Graber EM, Thiboutot DM. Acne vulgaris and acneiform eruption. In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K, editor. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 8th ed. US:

McGraw Hill.2012;897-917.

2. Sitohang IB, Wasitaatmadja SM. Akne vulgaris. In: Menaldi SW, Bramano K, Indriatmi W, editor. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 7th ed. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2016;288-291.

3. Lynn DD, Umari T, Dunnick CA, Dellavalle RP. The epidemiology of acne vulgaris in late adolescence. Adolesc Health Med Ther. 2016 Jan19;7:13-25.

4. Kurniawati AR. Pengaruh kebersihan kulit wajah terhadap kejadian akne vulgaris. 2014 Nov26 [cited 2016 Apr1]. Available from : http://download.portalgaruda.org/article.php?article=280275&val=4695&titl e=PENGARUH%20KEBERSIHAN%20KULIT%20WAJAH%20TERHAD AP%20KEJADIAN%20AKNE%20VULGARIS

5. Shen Y, Wang T, Zhou C, Wang X, Ding X, Tian S,. et al. Prevalence of acne vulgaris in Chinese adolescents and adults: a community-based study of 17,345 subjects in six cities. Acta Derm Venerol. 2012 Jan;92:40-4.

6. Patil M, Bendigeri J. Clinico-epidemiological study of acne vulgaris in southern india. International Journal of Biomedical Research. 2015 Jun07;6(7):509-511.

7. Afriyanti R. Akne vulgaris pada remaja. J Majority. 2015 Feb;4(6):102-9.

8. Mizwar M, Kapantow M, Suling P. Profil akne vulgaris di rsup prof. dr. r. d.

kandou manado periode 2009-2011 [cited 2016 Jun15]. Available from:

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=107442&val=1001.

9. Anggreni O. Studi retrospektif pasien akne vulgaris di rsup. h adam malik medan periode tahun 2010-2012. 2014 May28 [cited 2016 Mar27]. Available from: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/41300

10. Noorbala M, Mozzafary B, Noorbala M. Prevalence of acne and its impact on the quality of life in high school-aged adolescents in yazd, iran. Journal of Pakistan Association of Dermatologist. 2013;23(2):168-172.

11. Ghaderi R, Saadatjoo A, Ghaderi F. Evaluating of life quality in patiens with acne vulgaris using generic and specific questionnaires. 2013 Sep 18 [cited

2016 Jun27]. Available from:

https://www.hindawi.com/journals/drp/2013/108624/

12. Zorba E, Karpouzis A, Zorbas A, Bazas T, Zorbas S, Alexopoulus E,. et al.

Occupational dermatoses by type of work in greece. Saf Health Work. 2013 Sep;4(3):142-8.

13. Ravi T. Kualitas hidup pada pasien akne vulgaris. 2012 Mar12 [cited 2016 Apr21]. Available from: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31606 14. Khunger N, Kumar C. A clinic-epidemiological study of adult acne: is it

different from adolescent acne? Indian J Dermatol Venereol Leprol. 2012 May;78(3):335-41.

(43)

15. Bagatin E, Guadanhim LR, Terzian LR, Florez M, Timpano DL, Nogueira VM,. et al. Acne vulgaris: prevalence and clinical forms in adolescents from são paulo, brazil. An Bras Dermatol. 2014;89(3):428-35.

16. Dermatological Society of Malaysia. Management of Acne. Dermatological Society of Malaysia; 2012 Jan.

17. Nugroho RA. Terapi topikal clindamycin dibandingkan dengan niacinamide + zinc pada acne vulgaris. 2014 Oct24 [cited May19]. Available from:

http://eprints.undip.ac.id/44124/

18. Kataria U, Chhillar D. Etiopathogenesis and its management. IAIM. 2015 May;2(5):225-231.

19. Latifah S, Kurniawaty E. Stres dengan akne vulgaris. 2015 Dec [cited 2016 May13]. Available from: http://jukeunila.com/wp- content/uploads/2016/02/24-1.pdf

20. Ramli R, Malik AS, Hani AF, Jamil A. Acne analysis, grading and computational assessment methods: an overview. Skin Res Technol. 2012 Feb;18(1):1-14.

21. Wasitaatmadja SM. Akne, erupsi akneinformis, rosasea, rinofima. In:

Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2013.p255-259.

22. Semyonov L. Acne is a problem health. Italian Journal of Public Health.

2010;7(2):112-4.

23. Bakry OA, Shazly R, Farargy S, Kotb D. Role of hormones and blood lipids in the pathogenesis of acne vulgaris in non-obese, non-hirsute females. Indian Dermatol Online J. 2014 Nov;5:9-16.

24. Gupta A, Sharma YK, Dash KN, Chaudhari ND, Jethani S. Quality of life in acne vulgaris: relationship to clinical severity and demographic data. Indian J Dermatol Venereol Leprol. 2016;82:292-7.

25. Khoo D. Acne vulgaris: causes, consequences, and potential treatment [Internet]. 2013 [cited 2016 Nov14]. Available from : https://www.skinhealthalliance.org/wp-

content/uploads/2016/02/acnevulgariswhitepaperoctober2013final.pdf 26. Tanghetti EA. The role of inflammation in the pathology of acne. J Clin

Aesthet Dermatol. 2013 Sep;6(9);27-35.

27. Alpajri A. Hubungan tingkat stres dengan tingkat keparahan akne vulgaris pada siswa asrama di smait nur hidayaj kartasura. 2016 [cited 2016 Nov28].

Available from :

http://eprints.ums.ac.id/42198/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf

28. Silverberg J, Silverberg N. Epidemiology and extracutaneous comorbidities of severe acne in adolescence: a U.S. population-based study. Br J Dermatol.

2014 May;170(5):1136-42.

29. Whitney K, Ditre C. Management strategies for acne vulgaris. Clin Cosmet Investig Dermatol. 2011 Apr26;4:41-53.

30. Beheshti A, Barikani A, Ahmadi Z. Assessment of the frequency of gastrointestinal symptoms in patients with acne in dermatology department of bu-ali-sina hospital in Qazvin from 2014 to 2015. Enliven: Clin Dermatol.

2015 Oct3;1(6):01-8.

(44)

Nama : Septani Anugrah Cinditya Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 01 September 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Warga Negara : Indonesia

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Komplek Bumi Asri Blok E No 149

No Handphone : 08116152095

Email : septani.anugrah@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. TK Swasta Amir Hamzah Medan 2000-2001

2. SD Swasta Kemala Bhayangkari I Medan 2001-2004 3. SD Swasta Ar-Rahman Full Day School Medan 2004-2007

4. SMP Swasta Raksana Medan 2007-2010

5. SMA Negeri 4 Medan 2010-2013

6. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 2013- sekarang

(45)

2. Peserta seminar Dokter Keluarga dan Workshop Sirkumsisi SCOPH PEMA FK USU 2013.

3. Peserta Seminar dan Workshop Vital Sign.

Riwayat Organisasi :

1. Sekertaris Divisi Dana dan Usaha SCOPH PEMA FK USU 2015-2016

2. Wakil Bendahara SCOPH PEMA FK USU 2016-sekarang

(46)
(47)

(48)

(49)
(50)

(51)
(52)

Jenis Kelamin

Frequencies Usia

Frequencies Pendidikan

Frequencies Pekerjaan

(53)

(54)

Chi-Square Tests

(55)

Chi-Square Tests

(56)

Chi-Square Tests

(57)

Chi-Square Tests

Referensi

Dokumen terkait

If you are using an older version of Packet Tracer and encounter an issue, please download and install Packet Tracer 7.1.. Most known issues in older versions of Packet Tracer

Berdasarkan beberapa tinjauan pustaka dari penelitian terdahulu yang telah dijabarkan, maka penulis akan membangun sistem pakar yang dapat mendiagnosa kelainan sistem ortopedi

85 Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi menuju Millenium Baru, (Jakarta: Logos, 1997), xxi.. yang masuk pesantren ketika masa kuliah saja menunjukan

UNIT TAYANAN PENGADAAN {UtP} KABUPATEN KTATEN POK'A PENGADAAN PEKERJMN KONSTRUKSI -

Jawab Pokja ULP untuk mengoreksi aritmatik berpedoman pada IIPS yaitu volume harus sesuai dan Pokja ULP tidak merubah harga satuan penawaran melainkan merubah

1 Sistem informasi perikanan budidaya, 1 paket 200,000,000 Seleksi Sederhana Kota Semarang. VI I Kegiatan Peningkatan Pelayanan Mutu Usaha

profil informasi terkait obat dan non farmakologi yang diberikan oleh petugas apotek terhadap pasien swamedikasi yang datang dengan keluhan batuk.. untuk mengetahui profil tingkat

Elfriede RM Silitonga atas segala doa yang diberikan, kasih sayang yang dicurahkan, dan pengorbanan yang dilakukan yang tidak pernah berhenti selama hidup penulis