• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisa kuantitatif.

Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan, mengolah juga menginterpretasikan

data yang diperoleh yang nantinya akan memberi keterangan yang benar juga

lengkap untuk pemecahan masalah. Metode analisis data untuk penelitian ini

Uji yang dipakai adalah uji statistik deskriptif, uji asumsi klasik dan uji

hipotesis untuk membantu peneliti dalam mengolah dan menginterprestasikan

data guna menghasilkan keputusan penelitian.

3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif akan memberi gambaran atau deskripsi suatu data yang

dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum.

Statistik deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai distribusi

dan perilaku data sampel tersebut (Ghozali, 2011).

3.7.2 Pengujian Asumsi Klasik

Untuk mendeteksi adanya penyimpangan asumsi klasik maka dilakukan uji

normalitas, uji multikolonieritas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas

(Ghozali, 2009: 90). Agar terciptanya parameter yang baik maka persamaan

regresi harus memenuhi asumsi klasik. Parameter yang baik adalah parameter

yang tidak bias, efisien dan konsisten.

3.7.2.1 Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalah model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2006:

110). Dasar penarikan kesimpulan dari uji normalitas adalah data dikatakan

berdistribusi normal apabila nilai Asymptotic Significance > 0,05. Yaitu dengan

Uji normalitas data menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test yang membandingkan Asymptotic Significance dengan α = 5%.

3.7.2.2 Uji Multikolinieritas

Uji multikoloniearitas adalah uji yang menggunakan korelasi antara

variabel independen yang akan digunakan untuk persamaan regresi. Uji ini

bertujuan untuk menguji apa model regresi ditemukan adanya korelasi antara

beberapa variabel independen. Model regresi yang baik harusnya tidak terjadi

korelas, jika ada korelasi maka variabel tidak ortogonal atau variabel bebas yang

nilai korelasi antar sesame variabel bebas dari nol (Ghozali, 2006: 91).

Agar tidak ada terjadi korelasi, maka cara untuk mengatasi masalah

multikolinearitas ini (Ghozali, 2006: 95) adalah:

a. Menggabungkan data crossection dan time series (pooling data)

b. Keluarkan satu atau lebih variabel independen yang mempunyai korelasi tinggi dari model regresi dan identifikasikan variabel independen lainnya untuk membantu prediksi.

c. Transformasi variabel merupakan salahs atu cara mengurangi hubungan linear di antara variabel independen. Transformasi dapat dilakukan dalam bentuk logaritma natural dan bentuk first difference atau delta.

d. Gunakan model dengan variabel independen yang mempunyai korelasi tinggi hanya semata-mata untuk predisi tanpa mencoba menginterpretasikan koefisien regresinya).

e. Gunakan metode analisis yang lebih canggih seperti Bayesian regression atau dalam kasus khusus ridge regression.

f. Gunakan center data untuk analisis. Center data adalah data mentah dikurangi nilai mean (Xi – Xmean).

Menurut Ghozali (2006: 91) dalam mendeteksi ada atau tidak

multikoloniearitas dalam model regresi adalah dengan:

1. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individu variabel-variabel bebas banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat.

2. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas. Jika antar variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (diatas 0,90) maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas.

3. Multikolinearitas dapat juga dilihat dari lorerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Batas toleransi value adalah 0,10 dan VIF adalah 10. Apabila nillai tolerance value kurang dari 0,10 atau VIF lebih dari 10 maka terjadi multikolinearitas. Tujuan uji multikolinearitas untuk mengetahui apa tiap variabel independen saling berhubungan secara linear atau tidak.

3.7.2.3Uji Heterokedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apa dalam model regresi terjadi ketidak

samaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika

variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka

disebut Heteroskedastisitas. Menurut Ghozali (2006: 105), model regresi yang

baik adalah Homoskesdatisitas atau tidak terjadinya Heteroskedastisitas.

3.7.2.4Uji Autokorelasi

Ghozali (2006: 95) menyatakan bahwa uji autokorelasi bertujuan apakah

dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada

periode t dengan kesalahan penggangu pada periode t-1 sebelumnya. Jika ada

korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Uji statistic yang

dipergunakan adalah uji Durbin-Watson dan Run-Test. Kriteria Durbin-Watson

adalah sebagai berikut:

1. Angka D-W dibawah -2 berarti ada ditemukan autokorelasi positif

2. Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi

3.7.3 Uji Hipotesis Penelitian

Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji kemampuan variabel

independen GCG (diproksikan dengan dewan komisaris, dewan direksi, dan

komite audit) dan CSR perusahaan dalam mempengaruhi variabel dependen atau

tindakan pajak agresif. Pengujian ini menggunakan alat analisa statistik yaitu uji t,

uji F, juga uji koefisien determinasi.

1. Analisis Regresi Linear Berganda

Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear berganda untuk

melihat pengaruh beberapa variabel independen dinyatakan dengan notasi X,

terhadap variabel dependen yang dinyatakan dengan notasi Y berdasarkan

perkembangan secara proporsional. Pengambilan keputusan Ha (H3) diterima jika

nilai signifikansi F hitung < 5% dan persamaan model regresi linear berganda

berdasarkan uji F sebagai berikut:

Y = α + β1X1.1 + β2X1.2 + β3X1.3e+ β4X2 + e

Y = Tindakan pajak agresif Keterangan:

X1.1 = GCG (dewan komisaris) X1.2 = GCG (dewan direksi) X1.3 = GCG (komite audit)

X2 = Corporate Social Responsibility

Α = Konstanta

β1 β2 β3 β4 = Koefisien Regresi e = Error (tingkat kesalahan)

2. Uji t

Uji t dilakukan untuk mengetahui apa secara individu atau parsial beberapa

variabel independen mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen penelitian

yaitu tindakan pajak agresif. Pengambilan keputusan H1.1-H1.3 dan H2 diterima

jika nilai thitung > ttabel dan nilai signifikan < 5%.

3. Uji F

Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap

variabel terikat. Dalam penelitian ini Uji F akan digunakan untuk mengetahui

apakah variabel independen penelitian atau Good Corporate Governance dan

Corporate Social Responsibility di dalam perusahaan secara bersamaan (simultan) mempunyai pengaruh terhadap adanya tindakan pajak agresif.

Mendeteksi pengaruh secara simultan dari variabel independen dilakukan

dengan uji-F, dengan kriteria jika F hitung > F tabel dan signifikansinya < 0,05,

maka H3 diterima.

4. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi atau R2 akan mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi

adalah antara nol dan satu. Nilai koefisien determinasi yang kecil berarti

menandakan kemampuan variabel-variabel independen dalam menjleaskan

variabel dependen amat terbatas.

Nilai yang mendekati satu, berarti variabel-variabel independen memberikan

dependen. Kelemahan dari R2 saat digunakan adalah bias terhadap jumlah

independen yang dimasukkan ke dalam model. Karena dalam penelitian ini akan

menggunakan banyak variabel independen, maka nilai Adjusted R2 akan lebih

tepat digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Statistik Deskriptif

Pada statistik deskriptif terdapat gambaran atau deskripsi dari suatu data

yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,

minimum dan sum. Dalam memberikan gambaran analisis statistic deskriptif dari

penelitian ini maka akan dijelaskan pada tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance

Pajak_Agresif (Y) 52 -.03 4.57 .5437 .64037 .410 Dewan_Komisaris (X1.1) 52 1.10 2.48 1.6915 .28651 .082 Dewan_Direksi (X1.2) 52 1.10 2.08 1.6037 .22811 .052 Komite_Audit (X1.3) 52 .69 1.95 1.1642 .19071 .036 CSR (X2) 52 -2.41 .60 -.7567 .78290 .613 Valid N (listwise) 52

Sumber: Output aplikasi SPSS (diolah pada 2016)

Dari tabel 4.1 diatas, dapat di berikan gambaran atau deskripsi dari data

1. Jumlah perusahaan sektor pertambangan yang diteliti adalah sebanyak 13

perusahaan yaitu dari tahun 2011-2014 atau selama empat tahun dengan

52 unit analisis observasi (N).

2. Variabel dependen penelitian yaitu Pajak Agresif (Y) memiliki nilai

minimum -0.3 dimiliki dan nilai maksimum sebesar 4.57. Rata-rata dari

Pajak Agresif yaitu sebesar 0.5437 dengan standar deviasinya 0.64037.

3. Variabel independen Dewan Komisaris (X1.1) memiliki nilai minimum

1.10 dan nilai maksimum variabel ini adalah 2.48. Rata-rata (mean) dari

data ini adalah 1.6915 dengan standar deviasi 0.28651.

4. Variabel independen Dewan Direksi (X1.2) memiliki nilai minimum 1.10

dan nilai maksimum yaitu 2.08. Mean dari data penelitian ini adalah

1.6037 dengan standar deviasi 0.22811.

5. Variabel independen Komite Audit (X1.3) memiliki nilai minimum 0.69

dan nilai maksimum 1.95. Rata-rata dari data penelitian ini adalah 1.1642

dan standar deviasi yaitu 0.19071.

6. Variabel independen Corporate Social Responsibility (X2) memiliki nilai

minimum -2.41 dan nilai maksimumnya adalah 0.60. Rata-rata dari CSR

yaitu -0.7567 dan standar deviasi sebesar 0.78290.

4.1.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan dalam hal memastikan model yang diperoleh

dalam penelitian adalah benar-benar memenuhi asumsi dasar dalam analisis

regresi. Uji asumsi klasik yang di terapkan dalam penelitian ini, terdiri dari Uji

1. Uji Normalitas

Tujuan darii uji normalitas adalah untuk menguji apakah dalam model

regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti

yang diketahui, uji F dan t mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti

distribusi normal (Ghozali, 2006: 95). Dalam penelitian ini, uji normalitas

menggunakan analisis grafik (Histogram), dan analisis statistik

(Kolmogorov-Smirnov).

Dalam pengujian data normal, dapat menggunakan kolmogorov smirnov

dengan melihat nilai signifikansi dari hasil penelitian. Dengan dasar penelitian

jika nilai signifikansi pengujian sampel lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan

bahwa sampel sudah terdistribusi dengan baik. Tetapi jika nilai signifikansi masih

lebih kecil dari 0,05 maka data itu tidak dapat dikatakan telah terdistribusi dengan

Gambar 4.1 Grafik Histogram

Sumber: Output SPSS (diolah 2016)

Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa kurva tidak menceng ke kanan

ataupun menceng ke kiri. Atau dalam kata lain kurva diatas berbentuk lonceng.

Oleh sebab itu, dapat diambil kesimpulan bahwa data yang digunakan dalam

penelitian berdistribusi normal.

Setelah diaplikasikan pada data penelitian, berikut ini adalah hasil dari

Tabel 4.2 Kolmogrov-Smirnov:

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 52

Normal Parametersa,b Mean 0E-7

Std. Deviation .54242908

Most Extreme Differences

Absolute .184

Positive .184

Negative -.125

Kolmogorov-Smirnov Z 1.327

Asymp. Sig. (2-tailed) .059

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Output SPSS (diolah 2016)

Hasil dari uji penelitian di atas menunjukkan bahwa nilai signifikan dari

data adalah 0,059. Karena nilai signifikansi lebih besar dari pada 0,05, dapat

disimpulkan bahwa data telah terdistribusikan dengan baik atau H0 diterima.

Dengan hasil yang menunjukkan kalau data telah terdistribusi dengan baik, maka

dari itu dapat di lakukan uji hipotesis.

2. Uji Heterokedastisitas

Pengujian ini mempunyai tujuan untuk menguji apakah model regresi

telah terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,

maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas.

terjadi Heteroskedastisitas (Ghozali, 2006: 105). Berikut ini disajikan hasil

penelitian dari uji Heterokedastisitas pada gambar 4.3.

Gambar 4.2 Grafik Scatterplot

Sumber: Output SPSS (diolah 2016)

Hasil dari pengujian heteroskedastisitas yang ditunjukkan pada gambar 4.3

diatas menunjukkan bahwa titik-titik telah menyebar secara merata baik diatas

maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan tersebarnya titik tersebut,

maka dapat disimpulkan tidak ada terjadinya heteroskedastisitas ataupun dengan

kata lain model regresi layak dipakai dalam mengetahui faktor-faktor variabel X

3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pnegganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Dikatakan ada korelasi maka

dinamakan ada problem autokorelasi yang muncul karena observasi yang

berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain (Ghozali, 2006:104).

Autokorelasi juga bisa dideteksi dengan Run Test. Run test sebagai bagian

dari statistic non-parametrik dapat pula digunakan untuk menguji apakah antar

residual terdapat korelasi yang tinggi. Hasil uji dengan Run test pada tabel 4.3.

Tabel 4.3

Runs-Test

Sumber: Output aplikasi SPSS (diolah pada 2016)

Dari output SPSS menunjukkan bahwa nilai test adalah -0,5995 dengan

probabilitas 0,575 tidak signifikan pada 0,05 yang berarti hipotesis 0 diterima.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa residual random atau tidak terjadi autokorelasi

antar nilai residual.

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea -.05995

Cases < Test Value 26

Cases >= Test Value 26

Total Cases 52

Number of Runs 29

Z .560

Asymp. Sig. (2-tailed) .575

4. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (Ghozali,

2006: 91). Cara untuk mendeteksi terjadinya multikolinearitas yaitu dengan

melihat nilai tolerance (TOL) dan variance inflation factor (VIF). Jika nilai VIF <

10 dan nilai tolerance > 0,1, maka dapat disimpulkan tidak terjadi

multikolinearitas. Dari data yang sudah diolah, maka hasil dari output SPSS uji ini

tercantum pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Multikolinearitas

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF 1 (Constant) Dewan_Komisaris .760 1.316 Dewan_Direksi .802 1.246 Komite_Audit .870 1.149 CSR .841 1.189

Sumber: Output aplikasi SPSS (diolah pada 2016)

Berdasarkan data olahan pada Tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa semua

variabel independen memiliki nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,1. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi korelasi di antara

4.1.3 Uji Hipotesis Penelitian

Penelitian ini melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan

pengujian koefisien determinasi (R2), uji signifikansi simultan (Uji-F), dan uji

signifikansi parsial (Uji-T) pada sampel.

a. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi atau R2 menunjukkan seberapa besar variabel

independen dapat menjelaskan variabel dependennya. Apabila nilai R2 semakin

dekat dengan satu, maka kesimpunlannya adalah variabel-variabel independen

tersebut dapat memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi

variabel dependen.

Tabel 4.5

Koefisien Determinasi (R2)

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 .356a .127 .053 .62328

Sumber: Output aplikasi SPSS (diolah pada 2016)

Hasil dari uji koefisien determinasi pada Tabel 4.5 menunjukkan nilai

Adjusted R2 adalah 0,053. Hal ini berarti bahwa persentase pengaruh variabel independen terhadap pajak agresif hanya sebesar 5,3% sedangkan sisanya yaitu

94,7% adalah pengaruh lain yang tidak masuk dalam model penelitian ini.

b. Uji-F

Untuk mendeteksi pengaruh secara simultan dari variabel independen akan

lakukan dengan uji-F, yaitu apakah Ukuran Dewan Komisaris (X1.1), Ukuran

Responsibility (X2) berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Tindakan

Pajak Agresif (Y) jika F hitung > F tabel dan tingkat signifikansinya < 0,05.

Tabel 4.6

Uji Signifikansi Simultan Penelitian (Uji-F)

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 2.655 4 .664 1.709 .164b

Residual 18.259 47 .388

Total 20.914 51

a. Dependent Variable: Pajak_Agresif

b. Predictors: (Constant), CSR, Komite_Audit, Dewan_Komisaris, Dewan_Direksi

Sumber: Output aplikasi SPSS (diolah pada 2016)

Dari hasil tabel 4.6 adalah angka F hitung 1,709 < F tabel 2,55 dan nilai

signifikansinya 0,164 > 0,05, maka Ha yang diajukan ditolak, artinya Ukuran

Dewan Komisaris (X1.1), Ukuran Dewan Direksi (X1.2), Ukuran Komite Audit

(X1.3) dan Corporate Social Responsibility (X2) secara simultan tidak

berpengaruh terhadap Tindakan Pajak Agresif (Y).

c. Uji t

Untuk melihat pengaruh secara parsial dari masing-masing variabel

independen dapat dilihat dengan menggunakan uji-t , yaitu apakah Ukuran Dewan

Komisaris (X1.1), Ukuran Dewan Direksi (X1.2), Ukuran Komite Audit (X1.3)

dan CSR (X2) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Tindakan Pajak

Tabel 4.7

Uji Signifikansi Parsial Penelitian (Uji-t)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .662 .564 1.175 .246 Dewan_Komisaris -.134 .059 -.358 -2.285 .027 Dewan_Direksi .026 .090 .046 .294 .770 Komite_Audit .151 .118 .189 1.280 .207 CSR .020 .727 .005 .027 .978

a. Dependent Variable: Pajak_Agresif

Sumber: Output aplikasi SPSS (diolah pada 2016)

Tabel 4.7 menghasilkan t-hitung lebih kecil atau lebih besar dari t-tabel

2.01174 secara parsial sebagai berikut:

1. Ukuran Dewan Komisaris (X1.1)

Besar thitung variabel Ukuran Dewan Komisaris adalah sebesar -2,285

dengan nilai signifikansi 0,027. Hasil tersebut menunjukkan bahwa thitung

lebih besar dari t-tabel (-2,285 > 2,01174). Dilihat dari signifikansinya,

kebijakan hutang memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,027 <

0,05). Maka dari hasil analisa tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh negatif signifikan terhadap

Tindakan Pajak Agresif. Ini menunjukkan bahwa H1.1 diterima.

2. Ukuran Dewan Direksi (X1.2)

Besarnya thitung untuk variabel Ukuran Dewan Direksi adalah sebesar

0,294 dengan nilai signifikansi 0,770. Hasil tersebut menunjukkan thitung

Ukuran Dewan Direksi memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0,05

(0,770 > 0,05). Maka dari hasil analisa tersebut dapat diambil kesimpulan

bahwa Ukuran Dewan Direksi tidak berpengaruh signifikan terhadap

Tindakan Pajak Agresif. Ini menunjukkan bahwa H1.2 ditolak.

3. Ukuran Komite Audit (X1.3)

Besarnya thitung untuk variabel Ukuran Komite Audit adalah sebesar

1,280 dengan nilai signifikansi 0,207. Hasil tersebut menunjukkan thitung

lebih kecil dari ttabel ( 1,280 < 2,01174). Dilihat dari signifikansinya

Ukuran Komite Audit memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0,05

(0,207 > 0,05). Maka dari hasil analisa tersebut dapat diambil kesimpulan

bahwa Ukuran Komite Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap

Tindakan Pajak Agresif. Ini menunjukkan bahwa H1.3 ditolak.

4. Corporate Social Responsibility (X2)

Besarnya thitung untuk variabel Corporate Social Responsibility adalah

sebesar 0,027 dengan nilai signifikansi 0,978. Hasil tersebut menunjukkan

thitung lebih kecil dari ttabel (0,027 < 2,01174). Dilihat dari

signifikansinya Corporate Social Responsibilty memiliki nilai signifikansi

lebih besar dari 0,05 (0,027 < 0,05). Maka dari hasil analisa tersebut dapat

diambil kesimpulan bahwa Corporate Social Responsibility tidak

berpengaruh signifikan terhadap Tindakan Pajak Agresif. Ini menunjukkan

Berdasarkan hasil uji-t diperoleh model persamaan regresi linier berganda sebagai

berikut:

Y = 0,662 – 0,134X1.1 + 0,026X1.2 + 0,151X1.3 + 0,020X2

Model persamaan linier berganda diatas dapat diinterpretasikan sebagai

berikut:

1. Nilai konstanta sebesar 0,662 artinya apabila nilai variabel independen

Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Komite Audit dan CSR bernilai 0,

maka nilai variabel dependen Tindakan Pajak Agresif konstan di 0,662.

2. Ukuran Dewan Komisaris memiliki koefisien regresi sebesar -0,134, hal

ini menunjukkan bahwa variabel Ukuran Dewan Komisaris memiliki

hubungan yang berlawanan dengan Tindakan Pajak Agresif. Setiap

kenaikan satu satuan Ukuran Dewan Komisaris, maka Tindakan Pajak

Agresif akan turun sebesar 0,134 dengan asumsi bahwa variabel

independen lainnya dianggap tetap.

3. Ukuran Dewan Direksi memiliki koefisien regresi sebesar 0,026, hal ini

menunjukkan bahwa jika variabel Ukuran Dewan Direksi bertambah satu

satuan maka variabel Tindakan Pajak Agresif juga mengalami kenaikan

sebesar 0,026.

4. Ukuran Komite Audit memiliki koefisien regresi sebesar 0,151, hal ini

menunjukkan bahwa jika variabel Ukuran Komite Audit bertambah satu

satuan maka variabel Tindakan Pajak Agresif juga mengalami kenaikan

5. Corporate Social Responsibility memiliki koefisien regresi sebesar 0,020,

hal ini menunjukkan bahwa jika variabel Ukuran Dewan Direksi

bertambah satu satuan maka variabel Tindakan Pajak Agresif juga

mengalami kenaikan sebesar 0,020.

Dokumen terkait