• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Metode Penelitian

9. Metode Analisis Data

a. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan suatu cara menganalisis dimana data yang sudah dikumpulkan, dikelompokkan, dianalisis dan diinterpretasikan sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai pengaruh analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang pakaian wanita di Pasar Kota Tanjung Morawa.

b. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi liniear berganda digunakan untuk mengetahui variabel bebas (X) yang lebih dari 2 (dua) variabel terhadap variabel terikat (Y). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS 12.00 for windows. Analisis regresi berganda menggunakan persamaan, sebagai berikut:

Dimana:

a = Nilai intercept

b1 – b3 = Koefisien regresi yang akan dihitung Y = Pendapatan

X1 = Jam berdagang X2 = Modal

X3 = Pengalaman berdagang e = Standart error

Suatu perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada di dalam daerah kritis (daerah apabila nilai uji statistiknya berada di dalam daerah kritis (daerah dimana H0 ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan bila uji nilai statistiknya berada dalam daerah dimana H0

diterima. Dalam analisis regresi ada 3 (tiga) jenis kriteria ketepatan yaitu:

1. Uji-F

Uji-F digunakan untuk menguji apakah setiap variabel bebas (X) mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel terikat (Y) secara serentak.

Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak Kriteria pengujian sebagai berikut:

H0: b1, b2, b3 = 0, Artinya tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan secara bersama-sama dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat. H1: b1, b2, b3 ≠ 0, Artinya terdapat pengaruh positif dan signifikan secara bersama-sama dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Kriteria pengambilan keputusan:

H0 diterima apabila Fhitung < Ftabel pada α = 5% H1 diterima apabila Fhitung > Ftabel pada α = 5%.

F tabel dapat dilihat dengan Tabel F kemudian dibandingkan apakah F hitung > atau < dari F hitung. Sehingga dapat diperoleh keputusan apakah seluruh variabel bebas (X) secara serempak signifikan terhadap variabel terikat (Y).

Rumus Fhitung = mean sguare regressionmean square residual. 2. Uji t

Uji-t digunakan untuk menguji setiap variabel bebas (X) apakah mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel terikat (Y) secara parsial.

Jika thitung < ttabel, maka H0 diterima atau Ha ditolak Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Jika -thitung < -ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Jika -thitung > -ttabel, maka H0 diterima atau Ha ditolak Kriteria pengujian sebagai berikut:

H0: b1, b2, b3 = 0, Artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

H0: b1, b2, b3 ≠ 0, Artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut : H0 diterima apabila thitung < ttabel pada α = 5%

H1 diterima apabila thitung > ttabel pada α = 5%

Koefisien Determinasi (R2) merupakan ukuran untuk mengetahui kesesuaian atau ketepatan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dalam suatu persama regresi dapat dilihat dari koefisien determinasi (R2) dimana 0<R2<1. Hal ini menunjukkan jika nilai R2 semakin dekat dengan 1 maka pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) semakin kuat. Sebaliknya jika R2 semakin mendekati 0 maka pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) semakin lemah.

PBAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Endang Puspasari (1999) skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kecil di Pasar Pagi Wonosobo. Fakultas Ekonomi. Universitas Islam Muhammadiyah Semarang”. Tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis dan mengetahui besarnya pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang kecil di pasar pagi wonosobo yang menggunakan metode analisis linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan yang positif dan signifikan antara besarnya modal sendiri terhadap tingkat pendapatan pedagang kecil di pasar pagi wonosobo, besarnya pengaruh tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien regresi sebesar 2.6611164. artinya jika modal sendiri naik sebesar satu rupiah maka akan meningkatkan jumlah pendapatan pedagang kecil di pasar pagi wonosobo sebesar Rp. 2.6611164. Selanjutnya ada hubungan yang signifikan antara besarnya curahan jam kerja terhadap tingkat pendapatan pedagang kecil di pasar pagi wonosobo, besarnya pengaruh tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien regresi sebesar 154.12794. Artinya jika curahan jam kerja naik satu jam maka akan meningkatkan jumlah pendapatan pedagang kecil di pasar pagi wonosobo Rp. 154.12794.

Riningsih (2005) ”Pengaruh Modal Kerja dan Satuan Jam Kerja Terhadap Pendapatan pada Industri Kecil Pengrajin Genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang”. Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui pengaruh modal kerja dan satuan jam kerja terhadap pendapatan pada industri kecil pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan.

Populasi penelitian ini adalah seluruh pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan yang berjumlah 149 orang. Pengambilan sampel yang berjumlah 60 orang dilakukan dengan tehnik random sampling (acak). Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas yaitu modal kerja dan satuan jam kerja dan variabel terikat yaitu pendapatan pengrajin genting. Metode yang digunakan metode analisis regresi linear berganda dengan 2 prediktor dengan program statistik SPSS diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai berikut : Y = 2921,231 + 1,302 X1 - 0,204 X2.

Modal kerja dan satuan jam kerja berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pengrajin genting yang ditunjukkan dengan Fhitung (66,990) > Ftabel (3,16). Kontribusi yang diberikan oleh modal kerja dan satuan jam kerja terhadap pendapatan sebesar 70,2% selebihnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini. Secara parsial modal kerja berpengaruh signifikan terhadap pendapatan, hal ini ditunjukkan oleh thitung (7,901) > ttabel (1,671), dengan koefisien regresi sebesar 1,302 yang berarti jika ada penambahan modal kerja sebesar Rp 1000,- maka pendapatan akan bertambah sebesar Rp 1.302,- dengan koefisien determinasi untuk modal kerja terhadap pendapatan sebesar 70%, sedangkan secara parsial satuan jam kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan. Simpulan dari penelitian ini adalah ada pengaruh modal kerja dan satuan jam kerja terhadap

pendapatan pada industri kecil pengrajin genting di Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan sebesar 70,2%. B. Pengertian Pendapatan

Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan maupun natural. Pendapatan atau juga disebut juga income dari seorang warga masyarakat adalah hasil penjualannya dari faktor–faktor produksi yang dimilikinya pada sektor produksi (Suparmoko, 2000:178). Sektor produksi ini membeli faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku dipasar faktor produksi. Harga faktor produksi dipasar faktor produksi (seperti halnya juga untuk barang-barang dipasar barang) ditentukan oleh tarik menarik, antara penawaran dan permintaan. Suparmoko (2000:179), secara singkat pendapatan (income) seorang warga masyarakat ditentukan oleh :

1. Jumlah faktor-faktor produksi yang dimiliki seorang pedagang yang bersumber seperti hasil-hasil tabungannya di tahun-tahun yang lalu dan warisan atau pemberian.

2. Harga per unit dari masing-masing faktor produksi. Harga-harga ini ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan dipasar faktor produksi.

Penawaran dan permintaan dari masing-masing produksi ditentukan oleh faktor-faktor yang berbeda :

a. Tanah (termasuk didalamnya kekayaan-kekayaan yang terkandung didalam tanah, mineral, air dan sebagainya) mempunya penawaran yang dianggap tidak akan bertambah lagi. Sedangkan permintaan (demand) akan tanah biasanya menaik dari waktu ke waktu karena :

1. Naiknya harga barang-barang pertanian

2. Naiknya harga barang-barang lainnya (mineral, barang-barang industri yang menggunakan bahan-bahan mentah dari tanah)

3. Bertambahnya penduduk (yang membutuhkan tempat tinggal). Harga dari tanah akan menaik dengan cepat dari waktu ke waktu.

b. Modal (sumber-sumber ekonomi ciptaan manusia) mempunyai penawaran yang lebih elastis karena dari waktu ke waktu warga masyarakat menyisihkan sebagian dari penghasilannya untuk ditabung (saving) dan kemudian sektor produksi akan menggunakan dana tabungan ini untuk pabrik-pabrik baru, membeli mesin-mesin (investasi). Karena adanya saving dan investasi, maka penawaran dari barang-barang modal dari waktu ke waktu bisa bertambah sedangkan permintaan akan barang-barang modal terutama sekali dipengaruhi oleh gerak permintaan akan barang-barang jadi. Bila harga pakaian naik, maka permintaan akan naik. Permintaan akan barang-barang jadi, menurut Alma (1992:23) pada gilirannya dipengaruhi oleh dua (2) faktor utama :

1. Pertumbuhan penduduk (yang membutuhkan tambahan baju, perumahan dan sebagainya).

2. Pertumbuhan pendapatan penduduk (yang dicerminkan oleh kenaikan pendapatan nasional atau (GNP) perkapita).

c. Tenaga kerja mempunyai penawaran yang terus menerus menaik sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Sedangkan permintaan akan tenaga kerja

tergantung pada kenaikan permintaan akan barang jadi (seperti halnya dengan permintaan akan barang-barang modal. Permintaan akan tenaga kerja dipengaruhi oleh kemajuan teknologi ini. Permintaan tenaga kerja tidak tumbuh secepat penawaran tenaga kerja (atau pertumbuhan penduduk) maka ada kecenderungan bagi upah (harga faktor produksi tenaga kerja) untuk semakin menurun.

d. Kepengusahaan (entrepreunership) merupakan faktor produksi yang paling sulit untuk dianalisa, karena faktor-faktor yang menentukan penawaran pun permintaannya sangat beraneka ragam (dan sering faktor-faktor ini diluar kemampuan ilmu ekonomi untuk menganalisa, misalnya : faktor-faktor motivasi lain dan sebagainya). Pada umumnya penawaran pada negara berkembang orang yang berjiwa “enterpreuner” masih sangat kecil. Inilah sebabnya penghasilan untuk pengusaha yang sukses juga cukup besar dinegara tersebut. Cara yang banyak dilakukan adalah dengan tetap mempertahankan hak milik perseorangan, dengan tujuan mengurangi ketidakmerataan distribusi pendapatan.cara-cara yang bisa dilakukan oleh negara antara lain adalah : 1. Pajak progesif atas kekayaan atau penghasilan

2. Penyediaan kebutuhan hidup dasar (misalnya makanan pokok, pakaian, perumahan)

3. Penyediaan jasa-jasa yang berguna untuk umum oleh Negara (misalnya rumah sakit, klinik)

4. Memperkecil pengangguran

6. Berbagai kebijaksanaan yang menghilangkan hambatan-hambatan bagi mobilitas (baik vertikal maupun horizontal).

Menurut Suparmoko (2000:179), secara garis besar pendapatan digolongkan menjadi 3 (tiga) golongan yaitu:

a. Gaji dan Upah

Imbalan yang diperoleh setelah orang tersebut melakukan pekerjaan untuk orang lain yang diberikan dalam waktu satu hari, satu minggu maupun satu bulan.

b. Pendapatan dari usaha sendiri

Merupakan nilai total dari hasil produksi yang dikurang dengan biaya- biaya yang dibayar dan usaha ini merupakan usaha milik sendiri atau keluarga dan tenaga kerja berasal dari anggota keluarga sendiri, nilai sewa kapital milik sendiri dan semua biaya ini biasanya tidak diperhitungkan.

c. Pendapatan dari usaha lain

Pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan tenaga kerja, dan ini biasanya merupakan pendapatan sampingan antara lain:

1. Pendapatan dari hasil menyewakan aset yang dimiliki seperti rumah, ternak dan barang lain.

2. Bunga dari uang

3. Sumbangan dari pihak lain 4. Pendapatan dari pensiun

Berdasarkan segi sifat ongkos dalam hubungannya dengan tingkat output, Suparmoko (2000:179), ongkos produksi bisa dibagi menjadi :

a. Total Fixed Cost (TFC) atau ongkos tetap total, adalah jumlah ongkos-ongkos yang tetap dibayar perusahaan (produsen) berapapun tingkat outputnya. Jumlah TFC adalah tetap utuk setiap tingkat output. (Misalnya : penyusutan, sewa gedung dan sebagainya).

b. Total Variable Cost (TVC) atau ongkos variabel total, adalah jumlah ongkos-ongkos yang berubah menurut tinggi rendahnya output yang diproduksikan. (Misalnya : ongkos untuk bahan mentah, upah, ongkos angkut dan sebagainya).

c. Total Cost (TC) atau ongkos total adalah penjumlahan dari baik ongkos tetap maupun ongkos variabel.

TC = TFC + TVC

d. Average Fixed Cost (AFC) atau ongkos tetap rata-rata adalah ongkos tetap yang dibebankan pada setiap unit output.

∆FC =

Q TFC

(dimana Q = tingkat output)

e. Average Variable Cost (AVC) atau ongkos variabel rata-rata adalah semua ongkos-ongkos lain, selain AFC, yang dibebankan pada setiap unit output. AVC =

Q TVC

f. Average Total Cost (ATC) atau ongkos total rata-rata, adalah ongkos produksi dari setiap unit output yang dihasilkan.

ATC =

Q TC

g. Marginal Cost (MC) atau ongkos marginal adalah kenaikan dari Total Cost yang diakibatkan oleh diproduksinya tambahan satu unit output. Karena produksi 1 unit ouput tidak menambah (atau mengurangi) TFC, sedangkan TC = TFC + TVC maka kenaikan TC ini sama dengan kenaikan TVC yang diakibatkan oleh produksi 1 unit output tambahan.

MC = Q TC   C. Penerimaan (Revenue)

Revenue adalah penerimaan produsen dari hasil penjualan outputnya. Rachmadi (2001:115), ada beberapa konsep Revenue yang penting untuk analisa perilaku produsen sebagai berikut :

1. Total Revenue (TR)

Yaitu penerimaan total produsen dari hasil penjualan output-nya. Total Revenue adalah output kali harga output.

TR = Q.Pq

2. Average Revenue (AR)

Yaitu penerimaan produsen per unit output yang dijual. AR = Q TR = Q Q Pq. = Pq

Jadi AR tidak lain adalah harga (jual) output per unit (=Pq). 3. Marginal Revenue (MR)

Yaitu kenaikan dari TR yang disebabkan oleh tambahan penjualan 1 unit output. MR = Q TR   D. Konsep Pendapatan/Keuntungan

Secara etimologis pendapatan berasal dari kata "dapat" yang beroleh, diperoleh, kena; misalnya : Upah sepuluh ribu rupiah. Kemudian mendapat tambahan awalan 'pen' dan akhiran 'an' yang artinya hasil pencarian atau usaha, perolehan; misalnya, sebulan tidak kurang dari lima puluh ribu rupiah. Jadi, pendapatan adalah hasil pencaharian atau usaha yang diperoleh seseorang dalam sehari atau sebulan.

Menurut Sukirno (2000:65), bahwa pendapatan atau penghasilan itu sama artinya dengan hasil berupa uang atau material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa-jasa manusia bebas. Pendapatan seseorang adalah pendapatan yang telah diperoleh dari suatu kegiatan jenis usaha yang menghasilkan suatu keuntungan. Definisi lain dari pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diperoleh dari hasil pekerjaan dan biasanya pendapatan seseorang dihitung setiap tahun atau setiap bulan. Pendapatan merupakan gambaran terhadap posisi ekonomi keluarga dalam masyarakat. Pendapatan keluarga berupa jumlah keseluruhan pendapatan dan kekayaan keluarga, dipakai untuk membagi keluarga dalam tiga kelompok pendapatan, yaitu : pendapatan rendah, pendapatan menengah dan pendapatan tinggi.

Berdasarkan teori ekonomi pendapatan mempunyai arti yang sedikit berbeda dengan pengertian pendapatan dari segi pembukuan. Ditinjau dari sudut pandangan perusahaan/pembukuan perusahaan, seperti telah diterangkan diatas, pendapatan adalah perbedaan nilai uang dari hasil penjualan yang dipeolrh dengan biaya yang dikeluarkan. Dalam teori ekonomi defenisi itu dipandang terlalu luas karena tidak mempertimbangkan biaya tersembunyi, yaitu biaya produksi yang tidak dibayar dengan uang tetapi perlu dipandang sebagai bagian dari biaya produksi. Pengeluaran tersebut meliputi pendapatan yang seharusnya dibayarkan kepada para penguasaha yang menjalankan sendiri usahanya, tanah dan modal sendiri yang digunakan, dan bangunan dan peralatan yang dimiliki sendiri.

Sumber keuntungan adalah pembayaran ke atas ”jasa” yang diberikan oleh sesuatu faktor produksi. Keuntungan/pendapatan merupakan pembayaran kepada ”keahlian keusahawan” yang disediakan oleh para pengusaha. Keahlian keusahawan tersebut akan digunakan para penguasaha di dalam membuat keputusan-keputusan berikut :

1. Menentukan barang apa yang perlu diproduksikan dan dijual ke pasar dan berapa banyak

2. Menentukan cara memproduksi yang terbaik dan kombinasi faktor-faktor produksi yang paling efisien dalam memproduksikan barang tersebut.

Keahlian keusahawan yang dimilikinya, fungsi pengusaha dalam proses produksi adalah menentukan cara yang paling efisien di dalam menyediakan barang yang dibutuhkan untuk dipasarkan dan diinginkan masyarakat. Ahli ekonomi telah mengemukakan beberapa teori yang bertujuan untuk menerangkan

sumber dari wujudnya keuntungan ekonomi. Pada umumnya teori tersebut menjelaskan bahwa keuntungan adalah pendapatan yang diperoleh para pengusaha sebagai pembayaran dari melakukan kegiatan sebagai berikut :

a. Menghadapi resiko ketidakpastian di masa yang akan datang

b. Melakukan inovasi/pembaruan di dalam berbagai kegiatan ekonomi c. Mewujudkan kekuasaan di pasar.

E. Usaha Kecil di Sektor Informal

Menurut Rachbini dan Hamid (2006:45), sektor informal berfungsi sebagai penyedia barang dan jasa terutama bagi masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah yang tinggal dikota-kota. Pelaku sektor ini pada umumnya berasal dari desa-desa dengan tingkat pendidikan dan keterampilan rendah serta sumber-sumber terbatas. Pada dasarnya suatu kegiatan sektor informal harus memiliki suatu lokasi yang tepat agar dapat memperoleh keuntungan (profit) yang lebih banyak dari tempat lain dan untuk mencapai keuntungan yang maksimal, suatu kegiatan harus seefisien mungkin. Rachbini dan Hamid (2006:45) berpendapat bahwa keputusan-keputusan penentuan lokasi yang memaksimumkan penerimaan biasanya diambil bila memenuhi kriteria-kriteria pokok :

1. Tempat yang memberi kemungkinan pertumbuhan jangka panjang yang menghasilkan keuntungan yang layak.

2. Tempat yang luas lingkupnya untuk kemungkinan perluasan unit produksi. Jadi jelasnya bahwa pengertian sektor informal mempunyai ruang lingkup

yang sangat luas, artinya bahwa kegiatan yang paling besar dijalankan oleh penduduk berpendapatan rendah.

Di Indonesia, sudah ada kesepakatan tentang 11 ciri pokok sektor informal sebagai berikut :

a. Kegiatan usaha tidak terorganisasi dengan baik karena timbulnya unit usaha tidak mempergunakan fasilitas atau kelembagaan yang tersedia di sektor formal.

b. Pada umumnya unit usaha tidak mempunyai ijin usaha.

c. Pola kegiatan usaha tidak teratur baik dalam arti lokasi maupun jam kerja. d. Pada umumnya kebijaksanaan pemerintah untuk membantu golongan ekonomi

tidak sampai ke pedagang kaki lima.

e. Unit usaha mudah keluar masuk dari satu sub-sektor ke lain sub-sektor. f. Teknologi yang digunakan bersifat primitif.

g. Modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasi juga relatif kecil.

h. Pendidikan yang diperlukan untuk menjalankan usaha tidak memerlukan pendidikan formal karena pendidikan yang diperoleh dari pengalaman sambil bekerja.

i. Pada umumnya unit usaha termasuk golongan one-man enterprise dan kalau mengerjakan buruh berasal dari keluarga.

j. Sumber dana modal usaha yang umumnya berasal dari tabungan sendiri atau lembaga keuangan yang tidak resmi.

k. Hasil produksi atau jasa terutama dikonsumsi oleh golongan masyarakat desa-kota berpenghasilan rendah dan kadang-kadang juga yang berpenghasilan menengah.

Menurut Firdausy (2005), pengertian pedagang kaki lima adalah kegiatan sektor marginal (kecil-kecilan) yang mempunyai ciri sebagai berikut :

a. Pola kegiatan tidak teratur baik dalam hal waktu, permodalan maupun penerimaannya.

b. Tidak tersentuh oleh peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah (sehingga kegiatannya sering dikategorikan “liar”).

c. Modal, peralatan dan perlengkapan maupun omzetnya biasanya kecil dan diusahakan dasar hitung harian.

d. Pendapatan mereka rendah dan tidak menentu.

e. Tidak mempunyai tempat yang tetap dan atau keterikatan dengan usaha-usaha yang lain.

f. Umumnya dilakukan oleh dan melayani golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah.

g. Tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus sehingga secara luas dapat menyerap bermacam-macam tingkatan tenaga kerja.

h. Umumnya tiap-tiap satuan usaha yang mempekerjakan tenaga yang sedikit dan dari lingkungan keluarga, kenalan atau berasal dari daerah yang sama. i. Tidak mengenal sistem perbankan, pembukuan, perkreditan dan sebagainya.

Dokumen terkait