• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN

1.6 Metodologi Penelitian

1.6.8 Metode Analisis Data

a. Metode Analisis Deskriptif

Metode ini merupakan metode analisis data di mana peneliti mengumpulkan, mengklasifikasikan, menganalisis, dan menginterprestasikan data sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai masalah yang diteliti.

b. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng dan distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan kolmogorv sminorv. Dengan menggunakan tingkat signifikan 5% (0.05). Jika nilai Asymp.Sig. (2-tailed) di atas nilai signifikan 5% artinya variabel residual berdistribusi normal (Situmorang, dkk, 2008 : 55).

2. Uji Heteroskedastisitas

Tujuan uji ini pada prinsipnya untuk menguji apakah sebuah grup mempunyai varians yang sama di antara anggota grup tersebut. Artinya jika varians variabel independent adalah konstan (sama) untuk setiap nilai tertentu variabel independen disebut homoskedastisitas. Sedangkan heteroskedastisitas diuji dengan menggunakan uji glejser dengan pengambilan keputusan jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Jika probabilitas signifikan di atas tingkat kepercayaan 5% (0.05) dapat disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya heteroskedastisitas. (Situmorang, dkk, 2008 : 63). 3. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas berarti adanya hubungan linier yang sempurna atau pasti di antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan Variance

Inflation Factor (VIF) dengan membandingkan sebagai berikut:

a. VIF < 5 maka tidak terdapat multikolinearitas

b. Tolerance > 0.1 maka tidak terdapat multikoliniearitas c. Analisis Regresi Linier Berganda

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, peneliti menggunakan analisis regresi linier berganda. Agar hasil yang diperoleh lebih terarah, peneliti menggunakan bantuan program software SPSS (Statistic Product and Service Solution) versi 15.0.

Formulasi yang digunakan adalah : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Keterangan :

Y : Loyalitas Merek

a : Konstanta

b 1-3 : Koefisien regresi berganda X1 : Kinerja

X2 : Estetika

X3 : Kualitas yang dipersepsikan e : Standar error

Adapun pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Uji secara serempak / simultan (Uji F) atau ANOVA

Uji F menunjukkan apakah semua variabel bebas (X) yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat (Y).

Kriteria pengambilan keputusan :

Ho diterima jika F hitung < F tabelpada = 5 % Ha diterima jika F hitung > F tabel pada = 5 % 2. Uji Secara Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk menentukan seberapa besar pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat.

Kriteria pengambilan keputusan :

Ho diterima jika t hitung < t tabel pada = 5 % Ha diterima jika t hitung > t tabel pada = 5 %

3. Pengujian Godness of Fit ( R2)

Koefisien goodness of fit atau determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat. Semakin besar koefisien determinasi (R2) menunjukkan semakin baik kemampuan X menerangkan Y, dimana 0<R2<1.

BAB 2

URAIAN TEORITIS

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian Erwin Nugraha (2006) yang berjudul “Analisis pengaruh kepuasan dan kesukaan terhadap kesetiaan konsumen detergen bubuk Rinso”. Penelitian dilakukan untuk mengetahui, menganalisis, dan membuktikan besarnya pengaruh kepuasan dan kesukaan konsumen terhadap kesetiaan merekpada detergen Rinso.

Hasil penelitian mengenai pengaruh kepuasan konsumen dan kesukaan akan merek terhadap kesetiaan akan merek Rinso adalah sebesar 77,9% sedangkan sisanya yaitu 22,1% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Selain itu, hubungan antara kepuasan dan kesukaan terhadap loyalitas masing – masing menunjukkan angka +0,728 untuk hubungan antara kepuasan dengan kesetiaan serta angka +0,847 untuk hubungan antara kesukaan dengan kesetiaan. Kedua angka tersebut mempunyai arti bahwa kepuasan dan kesukaan konsumen mempunyai hubungan yang erat dan searah terhadap kesetiaan akan merek Rinso.

2.2 Pengertian Kepuasan Pelanggan

Kata kepuasan pelanggan berasal dari bahasa Latin ‘satis’ yang artinya cukup baik dan ‘factio’ yang artinya melakukan atau membuat. Secara sederhana kepuasan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu memadai (Tjiptono,1997 : 23).

Menurut Kotler (2001 : 9) kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil) produk

yang dipikirkan terhadap kinerja (hasil) yang diharapkan. Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan puas. Jika kinerja melebihi harapan, maka pelanggan amat puas atau amat senang.

Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya pengertian kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara harapan dan kinerja atau hasil yang dirasakan.

Dalam mengevaluasi kepuasan terhadap produk, jasa, atau perusahaan tertentu, konsumen umumnya mengacu pada berbagai faktor atau dimensi. Faktor yang sering digunakan dalam mengevaluasi kepuasan terhadap suatu produk manufaktur menurut Garvin (dalam Tjiptono,1997 : 25) antara lain meliputi :

1. Kinerja (performance), yaitu karakteristik operasi pokok dari produk inti (core

product) yang dibeli.

2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap.

3. Keandalan (reliability), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai.

4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to spesifications), yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya.

5. Daya tahan (durability). Berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan.

6. Serviceability. Meliputi kecepatan, kenyamanan, serta penanganan keluhan yang memuaskan. Pelayanan yang diberikan tidak terbatas hanya sebelum penjualan, tetapi juga selama proses penjualan hingga purna jual.

7. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indera.

8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu citra dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya.

2.3 Merek

Menurut Kotler (2001 : 357) merek adalah tanda, simbol, atau rancangan atau kombinasi dari semua yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi produk atau jasa dari satu atau kelompok penjual dan membedakannya dari produk pesaing. Merek adalah payung yang mempresentasikan produk atau layanan. Merek merupakan cerminan value yang diberikan perusahaan kepada pelanggan.

Menurut Sitinjak, dkk (2004 : 2) merek mengandung janji perusahaan untuk secara konsisten memberikan ciri, manfaat, atau jasa tertentu kepada pembeli. Merek lebih dari sekedar jaminan kualitas karena di dalamnya tercakup enam pengertian berikut ini :

1. Atribut produk, seperti halnya kualitas, gengsi, nilai jual kembali, desain, dan lain-lain.

2. Manfaat, meskipun suatu merek membawa sejumlah atribut, konsumen sebenarnya membeli manfaat dari produk tersebut. Dalam hal ini, atribut merek diperlukan untuk diterjemahkan menjadi manfaat fungsional atau manfaat emosional.

3. Nilai. Merek juga menyatakan sesuatau tentang nilai produsen. Mercedes menyatakan produk yang berkinerja tinggi, aman, bergengsi dan sebagainya. Dengan demikian produsen Mercedes juga mencapai nilai tinggi di mata masyarakat.

4. Budaya. Merek juga mencerminkan budaya tertentu.

5. Kepribadian. Merek mencerminkan kepribadian tertentu. Sering kali produk tertentu menggunakan kepribadian orang yang terkenal untuk mendongkrak atau menopang merek produknya.

6. Pemakai. Merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau

menggunakan produk tersebut.

Nicolon (2004 : 4) mendefinisikan merek adalah entitas yang mudah dikenali dan menjanjikan nilai-nilai tertentu. Sebuah nama, logo, singkatan, desain atau apa saja, dikatakan sebagai merek kalau memenuhi empat hal, antara lain: dapat dikenali, memiliki entitas (mewakili suatu yang ada), janji-janji tertentu (spesific

promises), dan memiliki nilai.

Lamb (2001 : 423) mengungkapkan bahwa ciri-ciri dari nama merek yang efektif, yaitu:

a) Mudah diucapkan b) Mudah dikenali c) Mudah diingat d) Pendek / singkat e) Berbeda atau unik

f) Menggambarkan manfaat dari produk g) Mempunyai konotasi yang positif

h) Memperkuat citra produk yang diinginkan

Memiliki merek yang kuat merupakan aspek vital bagi setiap perusahaan, karena keunggulan yang bisa didapatkan beraneka ragam, mulai dari persepsi kualitas yang lebih bagus dan loyalitas merek yang lebih besar sampai peluang

tambahan untuk perluasan merek. Menurut Rangkuti (2004 : 229), ada 10 pedoman yang dapat dilakukan untuk membangun kekuatan merek, yaitu:

a. Brand identity

Seperangkat asosiasi merek yang sering digunakan oleh ahli strategi merek yang secara tidak langsung merupakan janji kepada para konsumen.

b. Value proposition

Sebuah pernyataan secara fungsional, emosional dari suatu merek yang disampaikan kepada pelanggan.

c. Brand position

Bagian dari identitas merek dan nilai proporsisi yang selalu aktif dikomunikasikan kepada pasar sasaran.

d. Execution

Pelaksanaan program komunikasi yang tidak hanya ditargetkan pada identitas dan positioning, tetapi juga sampai memperoleh kecemerlangan secara terus menerus.

e. Consistency overtime

Memiliki identitas yang konsisten merupakan kekuatan untuk memiliki merek yang kuat.

2.4. Loyalitas Merek

Definisi loyalitas merek menurut Aaker (1997 : 57) merupakan keterikatan konsumen terhadap suatu merek. Merek merupakan salah satu bagian penting dari produk karena merek melindungi konsumen maupun produsen dari pesaing yang berusaha memberikan produk-produk yang tampak identik. Dengan pengelolaan

dan pemanfaatan yang benar, loyalitas merek dapat menjadi asset strategis bagi perusahaan.

Beberapa manfaat yang dapat diberikan loyalitas merek kepada perusahaan menurut Aaker (dalam Sitinjak 2004:127) :

1. Reducing marketing costs (mengurangi biaya pemasaran)

Dalam kaitannya dengan biaya pemasaran, akan lebih murah mempertahankan pelanggan dibandingkan dengan upaya untuk mendapatkan pelanggan baru. Jadi, biaya pemasaran akan mengecil jika loyalitas merek meningkat.

2. Trade Leverage (meningkatkan perdagangan)

Loyalitas yang kuat terhadap suatu merek akan menghasilkan peningkatan perdagangan dan memperkuat keyakinan perantara pemasaran. Dapat disimpulkan bahwa pembeli dalam membeli suatu merek didasarkan atas kebiasaan mereka selama ini.

3. Attracting new customers (menarik minat pelanggan yang baru)

Dengan banyaknya pelanggan suatu merek yang merasa puas dan suka pada merek tersebut akan menimbulkan perasaan yakin bagi calon pelanggan untuk mengkonsumsi merek tersebut terutama jika pembelian yang mereka lakukan mengandung risiko tinggi. Disamping itu pelanggan yang puas umumnya akan merekomendasikan merek tersebut kepada orang yang dekat dengannya.

4. Provide time to respond to competitive threats (memberi waktu untuk merespons ancaman persaingan

Loyalitas merek akan memberikan waktu pada sebuah perusahaan untuk merespons gerakan pesaing. Jika salah satu pesaing mengembangkan produk yang unggul, pelanggan yang loyal akan memberikan waktu pada perusahaan

untuk memperbaharui produknya dengan cara menyesuaikan atau menetralisasikannya.

Dalam kaitannya dengan loyalitas merek pada suatu produk, didapati adanya bebrapa tingkatan. Masing-masing tingkatannya menunjukkan tantangan pemasaran yang harus dihadapi sekaligus aset yang dapat dimanfaatkan. Adapun tingkatan dalam loyalitas merek adalah sebagai berikut :

1. Switcher ( berpindah-pindah )

Pelanggan yang berada pada tingkatan loyalitas ini dikatakan sebagai pelanggan yang berada pada tingkat paling dasar. Semakin tinggi frekuensi pelanggan untuk memindahkan pembeliannya dari suatu merek ke merek-merek yang lain mengindikasikan mereka sebagai pembeli yang sama sekali tidak loyal atau tidak tertarik pada merek tersebut. Pada tingkatan ini merek apa pun mereka anggap memadai serta memegang peranan yang sangat kecil dalam keputusan pembelian. Ciri yang paling nampak dari jenis pelanggan ini adalah mereka membeli suatu produk karena harganya murah.

2. Habitual buyer (pembeli yang bersifat kebiasaan)

Pembeli yang berada dalam tingkat loyalitas ini dapat dikategorikan sebagai pembeli yang puas dengan merek produk yang dikonsumsinya atau setidaknya mereka tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi merek produk tersebut. Pada tingkatan ini pada dasarnya tidak didapati alasan yang cukup untuk menciptakan keinginan untuk membeli merek produk yang lain atau berpindah merek terutama jika peralihan tersebut memerlukan usaha, biaya maupun berbagai pengorbanan lain. dapat disimpulkan bahwa pembeli ini dalam membeli suatu merek didasarkan atas kebiasaan mereka selama ini.

3. Satisfied buyer (pembeli yang puas dengan biaya peralihan)

Pada tingkatan ini, pembeli merek masuk dalam kategori puas bila mereka mengkonsumsi merek tersebut, meskipun demikian mungkin saja mereka memindahkan pembeliannya ke merek lain dengan menanggung switching cost (biaya peralihan) yang terkait dengan waktu, uang, atau resiko kinerja yang melekat dengan tindakan mereka beralih merek. Untuk dapat menarik minat para pembeli yang masuk dalam tingkat loyalitas ini maka para pesaing perlu mengatasi biaya peralihan yang harus ditanggung oleh pembeli yang masuk dalam tingkat loyalitas ini maka para pesaing perlu mengatasi biaya peralihan yang harus ditanggung oleh pembeli yang masuk dalam kategori ini dengan menawarkan berbagai manfaat yang cukup besar sebagai kompensasinya.

4. Likes the brand (menyukai merek)

Pembeli yang masuk dalam kategori loyalitas ini merupakan pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek tersebut. Pada tingkatan ini dijumpai perasaan emosional yang terkait pada merek. Rasa suka pembeli bisa saja didasari oleh asosiasi yang terkait dengan simbol, rangkaian pengalaman dalam penggunaan sebelumnya baik yang dialami pribadi maupun oleh kerabatnya ataupun disebabkan oleh kualitas yang dipersepsikan (perceived quality) yang tinggi. Meskipun demikian sering kali rasa suka ini merupakan suatu perasaan yang sulit diidentifikasi dan ditelusuri dengan cermat untuk dikategorikan ke dalam sesuatu yang spesifik.

5. Commited buyer (pembeli yang komit)

Pada tahapan ini pembeli merupakan pelanggan yang setia. Mereka memiliki suatu kebanggaan sebagai pengguna suatu merek dan bahkan merek

tersebut menjadi sangat penting bagi mereka dipandang dari segi fungsinya maupun sebagai suatu ekspresi mengenai siapa mereka sebenarnya. Pada tingkatan ini, salah satu aktualisasi loyalitas pembeli ditunjukkan oleh tindakan merekomendasikan dan mempromosikan merek tersebut kepada pihak lain.

BAB 3

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1

Sejarah Singkat Perusahaan

Pada tahun 1885, dua bersaudara dari Inggris bernama William dan Lever mulai mengelola perusahaan dengan nama Lever Brothers. Perusahaan ini memproduksi sabun cuci dengan merek Sunlight. Dalam memasarkan sabun cuci ini mereka menggunakan konsep pemasaran, dengan kemasan dan iklan yang baik sehingga makin lama makin berkembang. Kemudian mereka memproduksi juga sabun mandi yaitu sabun Lux dan Lifebuoy. Sementara di Belanda pada waktu yang bersamaan berdiri dua perusahaan keluarga yaitu perusahaan milik keluarga Anton Jurgens dan perusahaan milik keluarga Van den Bergh. Kedua perusahaan itu samasama memproduksi mentega. Tak lama kemudian kedua perusahaan itu bergabung dengan nama Margarine Unie yang bergerak dalam produksi sabun, mentega dan perdagangan. Lever Brothers dan Margarine Unie sama-sama melebarkan usahanya di daratan Eropa dan saling bersaing untuk maju. Keduanya mempunyai kesamaan, yaitu:

a. Sama-sama membuat produk untuk konsumen dalam jumlah besar b. Jalur distribusinya luas

c. Bahan bakunya sama

Pada tahun 1930, Lever Brothers dan Margarine Unie menjadi satu perusahaan dengan nama Unilever, dengan cirri khas logo “U”. Perusahaan Unilever mempunyai dua kantor yaitu di London, Inggris dan Rotherdam (Belanda). Saat ini Unilever beroperasi di lebih dari 75 negara dengan tenaga kerja sekitar 375.000 karyawan. Di Indonesia ditangani oleh empat perusahaan

berlainan yaitu: Lever’s Zeepfabrieken, Van den Bergh’s Fabriekens, Colibri dan Archa Oil Mill. Namun kemudian asset seluruh perusahaan tersebut ditransfer ke perusahaan Lever’s Zeepfabrieken dan ketiga perusahaan lainnya dilikuidasi. Pada tahun tersebut kantor pusat di London mengumumkan bahwa mulai 1 September 1980, keempat perusahaan tersebut telah diorganisasikan menjadi satu

perusahaan dengan menggunakan nama PT Unilever Indonesia. PT Unilever Indonesia Tbk, adalah perusahaan multinasional yang bergerak dibidang industri penyediaan kebutuhan sehari-hari. Perusahaan yang berusia lebih dari 70 tahun ini berstatus Penanaman Modal Asing (PMA) yang menghasilkan beraneka ragam produk-produk yang diminati oleh banyak orang mulai dari kebutuhan rumah tangga sampai pada perawatan kecantikan. PT. Unilever Indonesia Tbk. beroperasi di Indonesia sejak tahun 1933. Sudah lebih dari 70 tahun lamanya Unilever berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Perusahaan ini tumbuh menjadi perusahaan penyedia consumer goods yang mempunyai peranan penting di Indonesia. PT Unilever Indonesia mempunyai pabrik-pabrik yang berlokasi di:

a. Cikarang: es krim, deterjen, bahan makanan b. Rungkut: perawatan kecantikan, kosmetika c. Bogor: teh

Produk Unilever sangat terkenal, setiap hari masyarakat memiliki kemungkinan menggunakan produk Unilever. Perusahaan Unilever memiliki dua kekuatan kunci, yaitu:

1. Mempunyai dasar yang kuat dalam pasar lokal dan pengetahuan yang baik dalam budaya lokal.

2. Unilever merupakan bisnis kelas dunia yang menguasai pasar internasional dan mampu melayani semua tingkatan masyarakat.

Ada tiga divisi yang menjadi bidang usaha unilever, yaitu: 1. Makanan (Food)

Akuisisi yang dilakukan Unilever dalam bidang makanan pada tahun 2000 menjadikan perusahaan ini memimpin dalam kategori masak-memasak. Unilever menjadi pemimpin pasar dalam kategori margarine dan produk lain kerena kandungan yang terdapat di dalamnya membantu untuk mengurangi kolesterol. Produk yang dihasilkan Unilever, antara lain: Blue Band, Royco, Sariwangi, Bango, Walls, dan masih banyak lagi.

2. Perawatan rumah (Home care)

Produk pasar dan sangat terkenal dihasilkan Unilever juga menjadi pemimpin pasar dan sangat terkenal, Rinso, Surf, Molto, Domestos Nomos, dan lain-lain.

3. Perawatan tubuh (Personal care)

Unilever mengeluarkan produk untuk perawatan tubuh yang mungkin hampir setiap hari kita gunakan, antara lain: Pepsodent, Dove, Sunsilk, Ponds, Lux, dan yang tidak kalah terkenalnya Lifebouy yang dikenal sebagai sabun kesehatan.

Divisi bisnis makanan menyumbang sebesar 13% sampai 14% dari total penjualan dalam beberapa tahun terakhir ini, sementara home and

personal care menyumbang sebesar 83% secara historis home dan personal care memang selalu menjadi penyumbang terbesar pendapatan

Prestasi Unilever yang kuat sebagai pemimpian pasar telah diakui melalui berbagai penghargaan yang diterimanya. Berikut penghargaan yang diterima Unilever dalam lima tahun terakhir.

1. Pada tahun 2004, Unilever Indonesia menerima 47 penghargaan lokal dan regional baik berbagai media massa maupun instansi pemerintah.

2. Pada tahun 2005, 71 penghargaan diterima Unilever antara lain : The

Indonesian Customer Loyalty Awards (SWA dan Mars), peringkat teratas

untuk Coorporate Governance di Indonesia (The Asset Magazine), dalam

Indonesian Best Brand Awards dan Golden Indonesian Best Brand Awards

(SWA dan Mars) Unilever mendapat 17 penghargaan, Most Admired

Knowledge Entreprise (Dinamis Organization Service), Indonesian Most Admired Company 2005 (Bussiness week and Frontier), International Energy Glophe Awards untuk program lingkungan hidup kategori air, Padma Awards dari departemen sosial dan masih banyak lainnya.

3. Pada tahun 2006, Unilever Indonesia melalui brand-brand yang dimilikinya kembali membuktikan keunggulannya dengan meraih 10 penghargaan dalam Indonesian Best Brand Awards (IBBA) 2006 yang diselenggarakan oleh majalah SWA dan Mars, 11 brand Unilever kembali mendapat penghargaan Indonesian Customer Satisfaction Award (ICSA) 2006 yang diselenggarakan oleh Majalah SWA bekerjasama dengan Frontier Indonesia.

4. Pada Tahun 2007, Unilever mendapat 7 Penghargaan dalam Anugerah

Business Review, penghargaan Indonesia’s Most Admired Company

bekerjasama dengan Frontier Consulting Group, penghargaan kepada Unilever Indonesia sebagai Most Admired Knoledge Enterprise (MAKE) Award 2007, The Most Powerful Distribution Performance 2007 yang diselenggarakan oleh Majalah SWA, MIX bekerjasama dengan

Qasa Strategic Consulting,

5. Pada tahun 2008, untuk kesekian kalinya, brand-brand Unilever Indonesia meraih penghargaan Indonesian Best Brand Awards (IBBA), penghargaan yang diberikan setiap tahun oleh majalah SWA bekerjasama dengan lembaga konsultan Mars yang ditujukan bagi brand-brand di Indonesia yang menjadi pilihan utama konsumen, penghargaan

Indonesia's Most Admired Company (IMAC) 2008 untuk ketiga kalinya

dan selama tiga tahun berturut-turut, penghargaan Indonesian Customer

Satisfaction Award Index (ICSA Index) 2008 selama 8 tahun berturut-turut

yang diselenggarakan oleh Majalah SWA bekerjasama dengan Frontier Indonesia, Proper Award 2008 dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KLH).

3.2 Rinso

Rinso adalah salah satu produk deterjen yang di produksi oleh Unilever dengan berbagai variasi produk yang ditawarkan, seperti: Rinso Warna, Rinso Anti Noda, Rinso Excel, Rinso Matic, dan Rinso Aloe Vera.

Kelima variasi produk Rinso tersebut memilki fungsinya masing-masing, sesuai dengan selera konsumen. Rinso warna berfungsi untuk melindungi warna pakaian, Rinso Anti Noda untuk mengatasi noda pada pakaian, Rinso Excel

memiliki fungsi ganda yaitu membersihkan noda dan menghilangkan bau apek pada pakaian, Rinso Matic digunakan khusus untuk mesin cuci, serta Rinso Aloe Vera berfungsi melindungi kulit tangan dari kekeringan. Rinso memiliki berbagai macam isi kemasan mulai dari 32 gr (sachet) sampai dengan 3 kg. Akan tetapi tidak semua variasi produk tersedia dalam jumlah kemasan tertentu. Contohnya untuk Rinso Aloe Vera, oleh karena produk tersebut masih baru dipasaran, maka perusahaan hanya mengeluarkan Rinso Aloe Vera dengan isi seberat 800 gram.

3.2.1. Strategi Harga

a. Rinso Warna: 1 kg @ Rp11.500 b. Rinso Anti Noda: 1 kg @ Rp11.500 c. Rinso Excel: 1 kg @ 14.700

d. Rinso Matic: 1 kg @ Rp18.210

e. Rinso Aloe Vera: 800 gr @ Rp 10.475

Sumber:

3.2.2. Strategi Promosi

Rinso dipromosikan dengan cara penayangan iklan di media televisi, radio, majalah, koran dan papan reklame. Selain itu Rinso juga memberikan hadiah langsung untuk setiap pembelian produknya. Contohnya hadiah berupa sebuah tuperware untuk setiap pembelian Rinso Excel dengan isi kemasan 2 kg. Hal tersebut merupakan salah satu strategi yang dilakukan oleh Rinso untuk mempromosikan produknya kepada para konsumen.

3.2.3. Strategi Distribusi

Sebagai perusahaan yang berstatus Penanaman Modal Asing (PMA), Unilever tidak menjual produknya langsung ke pengecer atau konsumen. Unilever menjual melalui distributor.

Adapun arus distribusinya sehingga produk deterjen Rinso bisa sampai ke konsumen, digambarkan sebagai berikut:

Produsen Pusat distribusi Distribusi Sub distribusi Pengecer Konsumen

BAB 4

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Deskriptif

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, jumlah pernyataan berupa 12 butir pernyataan untuk variabel X dan 5 butir pernyataan untuk variabel Y, jumlah seluruh pernyataan adalah 17 butir.

Kuesioner yang disebarkan kepada responden berupa pernyataan-pernyataan mengenai kinerja, estetika, dan kualitas yang dipersepsikan (variabel X) dan loyalitas merek (variabel Y). Responden dalam penelitian ini adalah pengunjung Hypermart Sun Plaza Medan yang telah menggunakan detergen Rinso.

Data identitas responden dilihat dari segi jenis kelamin, umur, dan lama pemakaian adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien Persentase

Laki-laki 20 20.83%

Perempuan 76 79.17%

Total 96 100 %

Sumber : Data primer diolah (2009)

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah responden terbanyak adalah berjenis kelamin perempuan yaitu 76 orang atau 79.17%, sedangkan jenis kelamin laki-laki berjumlah 20 orang atau 20.83%.

Perempuan merupakan pasar terbesar karena pada umumnya dalam

Dokumen terkait