• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kepuasan Konsumen Terhadap Loyalitas Merek Rinso (Studi kasus pada Hypermart Sun Plaza Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Kepuasan Konsumen Terhadap Loyalitas Merek Rinso (Studi kasus pada Hypermart Sun Plaza Medan)"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROGRAM STRATA-1

FAKULTAS EKONOMI MEDAN

PENGARUH KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP LOYALITAS MEREK RINSO

(Studi kasus pada Hypermart Sun Plaza Medan)

DRAFT SKRIPSI

OLEH

LIDIA MEIDIANA SIANIPAR 050502086

MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan

(2)

DAFTAR ISI

BAB 2 URAIAN TEORITIS 2.1 Penelitian Terdahulu ... 20

2.2 Pengertian Kepuasan Pelanggan ... 20

2.3 Merek ... 22

2.4 Loyalitas Merek ... 24

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 29

3.2 Rinso ... 33

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Deskriptif . ... 36

4.2 Uji Asumsi Klasik ... 40

(3)

2. Uji Heteroskedastisitas ... 42

3. Uji Multikolinearitas ... 43

4.3 Analisis Regresi Linear Berganda ... 44

1. Uji secara serempak / simultan (Uji F). ... 44

2. Uji Secara Parsial (Uji-T) ... 45

3. Pengujian goodness of Fit ... 47

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 48

5.2 Saran ... 49

(4)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Data Perbandingan Penjualan Rinso dan So Klin ... 3

Tabel 1.2 Operasionalisasi Variabel ... 9

Tabel 1.3 Validitas Instrumen (Uji I) ... 14

Tabel 1.4 Validitas Instrumen (Uji II)... 15

Tabel 1.5 Reliability Statistics ... 16

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 36

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 37

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Penggunaan . 37 Tabel 4.4 Pendapat Responden terhadap Variabel Kinerja ... 38

Tabel 4.5 Pendapat Responden terhadap Variabel Estetika ... 38

Tabel 4.6 Pendapat Responden terhadap Variabel Kualitas yang dipersepsikan ... 39

Tabel 4.7 Pendapat Responden terhadap Variabel Loyalitas Merek .. 40

Tabel 4.8 Uji Kolmogorv-Sminorv ... 41

Tabel 4.9 Uji Glesjer ... 42

Tabel 4.10 Uji Multikolinieritas ... 44

Tabel 4.11 Uji regresi secara bersama-sama (Uji F)... 45

Tabel 4.12 Uji regresi secara parsial (Uji t)... 46

(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih

karunia, bimbingan dan berkatNya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

ini, sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Departemen Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu

penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang dapat membangun

untuk menjadikan skripsi ini lebih baik lagi. Penulis berharap skripsi ini dapat

bermanfaat bagi berbagai pihak.

Penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, nasehat, dan motivasi dari

berbagai pihak selama perkuliahan hingga penulisan skripsi ini. Pada kesempatan

ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M. Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe SE, M.Si, selaku Ketua Departemen

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA selaku Sekertaris Jurusan Departemen

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai

Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk

membimbing serta banyak memberikan masukkan kepada penulis dalam

penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis SE,MBA selaku Dosen Pembimbing I yang

(7)

memberikan saran kepada penulis dalam proses penulisan serta penyusunan

skripsi ini.

5. Bapak Drs. Liasta Ginting, SE,Msi selaku Dosen Penguji II, yang telah

banyak memberikan masukkan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Civitas Akademik di lingkungan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara, atas semua jasa yang telah diberikan selama masa

perkuliahan.

7. Staff Departemen Manajemen : Bang Jum, Kak Dani, Kak Vina, dan Kak Susi

yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis.

8. Keluarga ku yang kukasihi, E. Sianipar dan R. Simanjuntak, Tanteku R.

Pardede, dan abangku Daniel Sianipar yang telah membimbing penulis, serta

memberikan dukungan doa, material dan kasihsayangnya kepada penulis.

9. John Hutagalung yang selalu memberikan dukungan doa, motivasi, dan

semangat bagiku dalam menyelesaikan penelitian ini.

10.Sahabat-sahabat yang selalu menemani hari-hariku selama masa kuliah,

Ribka, Hanny, Ula, Fika, Rene, terimakasih telah membuat masa-masa kuliah

menjadi bermakna.

11.Teman-teman seperjuangan selama kuliah : Ethenk, Rumiris, Rina, Cita,

Tasya, Da BFL ( Asrani, Putri, Cory, Elma, Nila, Dian, Clara), SasFam

(Dona, Maria, Ika Sarah, Deshi), Putibu ( Indry, Qonnie, Dinda), dan buat

teman-teman STAMBUK 2005 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

(8)

Medan, Maret 2009 Penulis

(9)

ABSTRAK

Lidia Meidiana Sianipar (2009). Pengaruh Kepuasan Konsumen Terhadap Loyalitas Merak (Studi Kasus pada Hypermart Sun Plaza Medan). Pembimbing Dra.Nisrul Irawati, MBA. Ketua Departemen, Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe SE, M.Si. Dr.Arlina Nurbaity Lubis SE,MBA (Penguji I). Drs.Liasta Ginting SE,M.Si. (Penguji II).

Penelitian bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepuasan konsumen terhadap loyalitas merek pada Hypermart Sun Plaza Medan.. Masalah yang dirumuskan dalam penelitian apakah variabel kepuasan yang terdiri dari kinerja, estetika, dan kualitas yang dipersepsikan berpengaruh positif terhadap loyalitas merek pada konsumen Hypermart Sun Plaza Medan. Periode penelitian dimulai dari Februari 2009 sampai Maret 2009. Hipotesis yang dikemukakan adalah variabel kinerja, estetika, dan kualitas yang dipersepsikan berpengaruh positif terhadap loyalitas merek pada konsumen Hypermart Sun Plaza.

Metode analisis data yang digunakan untuk melihat pengaruh variabel kinerja, estetika, dan kualitas yang dipersepsikan terhadap loyalitas merek pada konsumen Hymermart Sun Plaza adalah metode analisis deskriptif dan statistik. Pengujian hipotesis secara simultan (uji statistik F) dan parsial (uji statistik t) dengan dengan = 5 %. Penganalisaan data menggunakan software pengolahan data statistik yaitu SPSS for Windows 15.00.

Hasil uji F (simultan) menunjukkan variabel kinerja, estetika, dan kualitas yang dipersepsikan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Loyalitas Merek. Hasil uji secara individual atau secara parsial (Uji Statistik t) menunjukkan bahwa variabel estetika dan kualitas yang dipersepsikan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Loyalitas Merek, sedangkan variabel kinerja tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Loyalitas Merek.

Kata kunci : Loyalitas Merek, Kepuasan Konsumen, Kinerja, Estetika, Kualitas

(10)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pentingnya loyalitas pelanggan dalam pemasaran tidak diragukan lagi.

Pemasar sangat mengharapkan dapat mempertahankan pelanggannya dalam

jangka panjang, bahkan jika mungkin untuk selamanya. Seorang pelanggan yang

loyal akan menjadi aset yang sangat bernilai bagi organisasi. Pelanggan yang

loyal akan mengurangi usaha mencari pelanggan baru, memberikan umpan balik

positif kepada organisasi. Pelanggan yang loyal mempunyai kecenderungan lebih

rendah untuk berpindah merek, kurang sensitif terhadap harga, membeli lebih

sering dan/atau lebih banyak, menjadi strong word of mouth, menciptakan

business referrals (www.uajy.ac.id).

Lingkungan yang berubah cepat membuat tugas pemasar untuk

menciptakan pelanggan yang loyal tidak mudah. Perubahan kondisi perekonomian

dan teknologi beserta trend-nya akan berpengaruh pada konsumen dan

perilakunya. Perubahan kondisi perekonomian di Indonesia misalnya: (1) dari

produksi yang mengandalkan kemajuan teknologi beralih ke kepuasan konsumen

yang mengutamakan pelayanan, (2) dari produksi massal ke produksi yang mass

customization, (3) dari konsumsi yang menekankan pada kepuasan segera ke

konservasi dengan penekanan pada pelestarian lingkungan, pemanfaatan sumber

secara efisien, pencegahan polusi, dan pendaur-ulangan, (4) menurunnya daya beli

konsumen sejak terjadinya krisis ekonomi tahun 1997. Perubahan teknologi

(11)

(2) dari cara-cara yang bersifat personal ke non-personal, (3) dari material yang

berat ke material yang ringan, (4) dari kerangka waktu yang panjang ke kerangka

waktu yang pendek. Semua perubahan tersebut mengakibatkan tekanan

persaingan yang berat, dan mempengaruhi perilaku konsumen (Indahwati, 2004 :

164).

Menurut Lindawati, kecenderungan pola perilaku konsumen di masa

mendatang diperkirakan akan meliputi : konsumen mempunyai perhatian yang

lebih besar terhadap kualitas dan nilai, waktu akan menjadi sangat berharga,

kesadaran konsumen terhadap harga semakin besar. Pola perilaku konsumen yang

demikian menyebabkan kecenderungan konsumen untuk berpindah merek

menjadi lebih tinggi, karena konsumen termotivasi untuk mencari alternatif yang

lebih baik. Hal ini berarti tugas pemasar mengelola loyalitas pelanggan menjadi

semakin rumit dan kompleks, pemasar juga harus bersiap-siap dengan terjadinya

perubahan loyalitas pelanggan. Loyalitas pelanggan mencerminkan loyalitas

pelanggan terhadap obyek tertentu. Obyek tersebut dapat berupa merek, produk,

atau service outlet tertentu.

Kepuasan pelanggan berkaitan erat dengan kualitas. Dalam tahun-tahun

belakangan ini, banyak perusahaan yang mengadopsi program total quality

manajemen (TQM), yang dirancang untuk melakukan perbaikan kualitas produk,

jasa, dan proses pemasaran mereka secara terus menerus (Kotler, 2001: 11).

Kepuasan pelanggan dapat dievaluasi melalui kinerja, estetika,dan kualitas

yang dipersepsikan (Tjiptono, 1997 : 25), Dimana kinerja merupakan

(12)

tersebut terhadap panca indera, dan kualitas yang dipersepsikan merupakan citra

dan tanggung jawab produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya.

Kajian mendalam tentang kepuasan akan memberikan gambaran yang

lengkap dan komprehensif kepada pemasar tentang loyalitas pelanggan.

Gambaran yang komprehensif tentang loyalitas akan membantu pemasar untuk

mengelola loyalitas pelanggan.

Persaingan di antara produsen sabun cuci, khususnya jenis detergen bubuk

telah mengalami persaingan yang sangat pesat. Kondisi ini dipicu keberhasilan

produk-produk top brand dalam meningkatkan laba perusahaan. Pada pasar

detergen bubuk di Indonesia, fenomena terjadinya persaingan dapat dilihat pada

kalangan top brand, misalnya Rinso, So Klin, Attack, Daia, dan sebagainya.

Bentuk persaingan tersebut antara lain dengan memunculkan varian-varian baru

dari merek tersebut. Ketika Rinso mengeluarkan produk Rinso Matic dan Rinso

Excel, sedangkan So Klin juga mengikuti varian So Klin Matic dan So Klin

Higienis. Begitu juga pada Attack, selain jenis regular, juga mengeluarkan produk

Attack Warna, yang mengutamakan keunggulan dalam penjagaan warna pakaian

sehingga tidak mudah kusam.

Data pemasaran sebagai perbandingan antara produk So Klin dan produk

(13)

Tabel 1.1

Data Perbadingan Penjualan Rinso dan So Klin di Pulau Jawa

Tahun Penjualan Rinso (boks) Soklin (boks)

2003 65.241.000 45.654.322

2004 58.456.213 56.432.200

2005 58.765.523 55.465.440

2006 63.548.762 45.213.200

2007 58.745.621 54.322.211

Sumber :

Data pada tabel 1.1 menunjukkan bahwa ketika volume penjualan Rinso

meningkat, diiringi dengan penurunan volume penjualan So Klin, dan demikian

pula sebaliknya. Hal ini mengindikasikan bahwa kemungkinan besar terjadi

persiangan yang ketat antara Rinso dan So Klin.

Fenomena persaingan tidak hanya terjadi tingkat top brand, fenomena

persaingan juga terjadi pada produk-produk follower, misalnya Surf, Total, Boom,

dan merek-merek lain. Merek-merek follower tersebut berusaha mendapatkan

celah pasar yang ditinggalkan oleh produk-produk top brand. Merek-merek

follower tersebut lebih mengunggulkan kelebihan dalam tingkat harga produk,

yaitu lebih murah. .

Rinso juga mengalami banyak benturan dengan produk merek lain seperti

So Klin dalam mempertahankan pasar. Itulah sebabnya sejak memunculkan Rinso

tahun 1970, perusahaan publik ini tidak pernah berhenti dalam melakukan

promosi. Tak sedikit dana yang mereka keluarkan untuk mempertahankan

posisinya di kategori ini. Seperti yang dapat disaksikan, bahwa promosi dari Daia

termasuk spektakuler dengan menghadirkan beragam hadiah kepada konsumen

yang membeli produknya. Hal ini tentu mengancam keberadaan Rinso yang

mempunyai target market sama, yaitu konsumen sabun cuci atau detergen bubuk.

(14)

pemasaran produknya pada tahun 2004 sebesar 56,45% dari total pasar (SWA,

No.04/XVII/2004). Kondisi ini harus mampu disiasati oleh produsen sehingga

kemungkinan terjadinya perpindahan merek dapat dicegah

Menurut pantauan Nielsen Media Research, pada periode Januari-Juni

2006, Unilever menghabiskan lebih dari Rp 84 miliar untuk mengomunikasikan

Rinso. Dengan jumlah itu, bisa dipastikan belanja iklan Rinso hingga akhir tahun

ini bakal jauh lebih besar ketimbang total pengeluarannya tahun lalu, yaitu sekitar

Rp 127 miliar. Hal ini menunjukkan adanya usaha yang dilakukan Rinso agar

mampu mempertahankan dominasinya.

Riset yang dilakukan oleh Frontier Research Consultant melaporkan

bahwa Rinso merupakan merek sabun detergen yang paling popular, dan posisi

kedua ditempati oleh So Klin. (www.library.ohiou.edu)(2008).

Pada produk detergen, konsumen selalu membandingkan antara satu

produk dengan produk lainnya untuk mencari produk yang dianggap paling baik,

berbagai pertimbangan konsumen sering ditekankan untuk sebuah detergen, antara

lain kinerja produk detergen, estetika, citra, reputasi dan lainnya. Dihadapkan

pada permasalahan ini, Rinso harus mempertimbangkan ulang setiap kebijakan

operasional maupun pemasaran yang dapat memberikan keyakinan kepada

konsumen bahwa produk ini adalah produk yang terbaik.

Penulis merasa tertarik untuk melanjutkan penelitian sebelumnya yang

bertujuan melihat kekonsistenan hasil pada penelitian terdahulu, maka penulis

meneliti “Pengaruh Kepuasan Konsumen Terhadap Loyalitas Merek Rinso”.

Penelitian ini dilakukan dengan melakukan survei terhadap konsumen yang

(15)

1.2 Perumusan Masalah

Penulis merumuskan masalah sebagai berikut: “ apakah variabel kinerja,

estetika, dan kualitas yang dipersepsikan mempunyai pengaruh secara simultan

terhadap loyalitas merek Rinso pada konsumen Hypermart Sun Plaza?”

1.3 Kerangka Konseptual

Menurut Aaker (1994 : 57), loyalitas merek sudah lama menjadi gagasan

sentral dalam pemasaran, dan merupakan satu ukuran keterkaitan seorang

pelanggan pada sebuah merek. Ini mencerminkan bagaimana seorang pelanggan

mungkin akan beralih ke merek lain, terutama jika merek tersebut membuat suatu

perubahan yang mengakibatkan pelanggan tersebut menjadi tidak puas.

Penentuan kebutuhan dan keinginan pelanggan yang akan dipuaskan

merupakan hal yang sulit, karena kebutuhan dan keinginan pelanggan selalu

mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Jika pelanggan merasa puas, maka

akan memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas,

dan juga membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut yang

menguntungkan bagi perusahaan (Tjiptono 1997 : 24).

Konsumen umumnya mengacu pada berbagai faktor atau dimensi dalam

mengevaluasi kepuasan terhadap produk, jasa, atau perusahaan tertentu (Tjiptono,

1997 : 25). Faktor-faktor tersebut antara lain adalah kinerja, estetika, dan kualitas

yang dipersepsikan.

(16)

Gambar 1.1 kerangka konseptual Sumber : Aaker (1997)

1.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang hendak diuji kebenarannya

melalui riset. Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan di atas,

hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

Variabel kinerja, estetika, dan kualitas yang dipersepsikan mempunyai pengaruh

signifikan secara simultan terhadap loyalitas merek Rinso pada konsumen

Hypermart Sun Plaza.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui pengaruh kinerja, estetika, dan kualitas yang dipersepsikan

terhadap loyalitas merek Rinso pada konsumen Hypermart Sun Plaza.

1.5.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

Loyalitas Merek (Y) Kinerja (X1)

Estetika (X2)

(17)

a. Bagi Perusahaan

Penelitian ini dapat memberikan gambaran baru bagi perusahaan terhadap

tingkat sensitivitas konsumen dan variabel loyalitas konsumen terhadap

suatu merek sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan

dalam mengambil keputusan pada masa sekarang maupun masa yang akan

datang.

b. Bagi Akademik

Penelitian ini dapat memberikan tambahan perbendaharaan pustaka terutama

mengenai pentingnya strategi pemasaran sebagai dasar untuk memenangkan

persaingan.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan yang diperoleh

selama bangku kuliah dan membandingkan teori yang telah dipelajari

dengan aplikasinya di dalam masyarakat.

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Definisi Operasional

Definisi Operasional variabel adalah unsur penelitian yang

memberitahukan cara mengukur suatu variabel. Jadi dapat dikatakan bahwa

definisi operasional adalah petunjuk pelaksanaan cara mengukur suatu

variabel. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel terikat

(18)

a. Variabel terikat (Y) yaitu loyalitas merek merupakan suatu sikap

menyenangi suatu merek yang dipresentasikan dalam pembelian yang

skonsisten terhadap merek itu sepanjang waktu.

b. Variabel bebas (X), yaitu kepuasan konsumen yang terdiri dari variabel

kinerja (X1), estetika (X2), dan kualitas yang dipersepsikan (X3).

Tabel 1.2 Operasional Variabel

Variabel Sub variabel Definisi Indikator Skala

(19)

Variabel Sub variabel Definisi Indikator Skala

Sumber: Tjiptono (1997:25), Aaker (1994:63) (diolah oleh penulis)

1.6.2 Skala Pengukuran Variabel

Pengukuran indikator variabel dalam penelitian ini menggunakan skala

likert, yaitu dengan menyusun range skor dalam skala likert. Menurut

Sugiyono(2001:102) skala likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau

gejala sosial. Dalam penelitian ini, kuesioner disusun dengan

menggunakan skala Likert dengan bobot nilai 1 sampai 5.

Pembagian skala variabel adalah sebagai berikut:

a. Sangat setuju diberi skor 5

b. Setuju diberi skor 4

(20)

d. Tidak setuju diberi skor 2

e. Sangat tidak setuju diberi skor 1

1.6.3 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah rata-rata pengunjung harian di

Hypermart Sun Plaza yaitu 2500 orang pengunjung setiap hari.

2. Sampel

Sampel yang dipilih menggunakan metode purposive sampling, dimana

sampel dipilih dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2004 : 78). Adapun

kriteria dari sampel adalah konsumen Hypermart yang telah berbelanja produk

Rinso minimal sebanyak dua kali.

Metode pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin, yaitu :

n = N

( 1 + Ne²)

Keterangan : n = jumlah sampel

N = ukuran populasi

e = % kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan sampel yang

masih bisa ditolerir

Perhitungan pengambilan sampel dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

n = 2500

( 1 + 2500 x 0.1²)

(21)

1.6.4 Tempat dan Waktu Penelitian

Penulis melakukan penelitian di lokasi Hypermart Sun Plaza, lantai 4 Sun

Plaza, Jl. KH Zainul Arifin Medan. Penelitian dilakukan dari bulan Februari

2009 sampai dengan Maret 2009.

1.6.5 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data primer, data yang diperoleh secara langsung dari responden yang

terpilih pada lokasi penelitian. Data primer diperoleh dari daftar

pertanyaan atau kuesioner.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui penelitian perpustakaan,

buku-buku, jurnal referensi, surat kabar, dan literatur ilmiah lainnya.

1.6.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Daftar pertanyaan/kuesioner

Menyebarkan daftar pertanyaan untuk diisi oleh konsumen Rinso di

Hypermart Sun Plaza.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap responden untuk memperjelas jawaban

dari kuesioner yang telah diisi.

3. Studi dokumentasi

Mengumpulkan data dari buku-buku, tulisan ilmiah, dan internet yang

(22)

1.6.7 Uji Validitas dan Reliabilitas

Ketepatan pengujian suatu hipotesis tentang hubungan variabel

penelitian sangat tergantung pada kualitas data yang dipakai dalam

pengujian tersebut. Pengujian hipotesis penelitian tidak akan mengenai

sasarannya bilamana data yang dipakai tidak reliable dan tidak

menggambarkan secara tepat konsep yang diukur. Oleh karena itu perlu

dilakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen.

Menurut Sugiyono (2005 : 115), instrumen yang valid berarti alat

ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Untuk

menguji validitas digunakan pendekatan koefisien korelasi yaitu dengan

cara mengkorelasikan antara skor butir pernyataan dengan skor totalnya.

Bila nilai korelasinya positif dan r > 0.361 maka butir pertanyaan tersebut

dinyatakan valid. Dalam uji validitas pengambilan keputusan adalah:

1. Jika r hitung > r tabel, maka pernyataan tersebut dinyatakan valid

2. Jika r hitung < r tabel, maka pernyataan tersebut dinyatakan tidak valid

Jika telah memenuhi syarat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

instrumen tersebut telah memiliki validitas konstruk yang baik. Sementara

butir-butir pertanyaan yang tidak valid akan gugur dan dikeluarkan.

Setelah semua butir pernyataan dinyatakan valid maka instrumen tersebut

layak untuk kuesioner penelitian.

Penulis mengajukan kuesioner yang berisi 18 pernyataan yang

menyangkut variabel independen yaitu kinerja, estetika dan kualitas yang

dipersepsikan, dan varibel dependen yaitu loyalitas merek . Kuesioner

(23)

yang telah ditetapkan. Uji validitas instrumen dapat dilihat pada Tabel 1.3

Hasil pengolahan data pada Tabel 1.3 menunjukkan bahwa pada

pernyataan 2 tidak valid karena corrected item total correlation lebih kecil

dari nilai tabel R untuk 30 sampel yaitu 0.361, maka pernyataan tersebut

harus dikeluarkan. Pengujian kembali, dapat dilihat pada Tabel 1.4

(24)

Tabel 1.4

Hasil pengujian validitas kembali terlihat pada Tabel 1.4, seluruh

pernyataan telah valid yaitu nilai corrected item total correlation

seluruhnya telah bernilai lebih besar atau sama dengan 0.361.

b. Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa

kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama.

Bila koefisien korelasi (r) positif dan signifikan, maka instrumen tersebut

sudah dinyatakan reliabel.

Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai

Cronbach Alpha > 0.6 atau nilai Cronbach Alpha > 0.8. Berdasarkan hasil

(25)

Tabel 1.5 Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.903 17

Sumber : Data primer diolah (2009)

Pada tabel 1.5 dapat dilihat nilai cronbach alpha adalah 0.903 yang

berarti bahwa cronbach alpha lebih besar dari 0.8. Dapat disimpulkan

bahwa data telah reliabel.

1.6.8 Metode Analisis Data

a. Metode Analisis Deskriptif

Metode ini merupakan metode analisis data di mana peneliti

mengumpulkan, mengklasifikasikan, menganalisis, dan menginterprestasikan

data sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai masalah yang

diteliti.

b. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi

sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni

distribusi data dengan bentuk lonceng dan distribusi data tersebut tidak

menceng ke kiri atau menceng ke kanan. Uji normalitas dilakukan

dengan menggunakan pendekatan kolmogorv sminorv. Dengan

menggunakan tingkat signifikan 5% (0.05). Jika nilai Asymp.Sig.

(2-tailed) di atas nilai signifikan 5% artinya variabel residual berdistribusi

(26)

2. Uji Heteroskedastisitas

Tujuan uji ini pada prinsipnya untuk menguji apakah sebuah grup

mempunyai varians yang sama di antara anggota grup tersebut. Artinya

jika varians variabel independent adalah konstan (sama) untuk setiap

nilai tertentu variabel independen disebut homoskedastisitas.

Sedangkan heteroskedastisitas diuji dengan menggunakan uji glejser

dengan pengambilan keputusan jika variabel independen signifikan

secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi

terjadi heteroskedastisitas. Jika probabilitas signifikan di atas tingkat

kepercayaan 5% (0.05) dapat disimpulkan model regresi tidak

mengarah adanya heteroskedastisitas. (Situmorang, dkk, 2008 : 63).

3. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas berarti adanya hubungan linier yang sempurna atau

pasti di antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari

model regresi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas

dapat dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan Variance

Inflation Factor (VIF) dengan membandingkan sebagai berikut:

a. VIF < 5 maka tidak terdapat multikolinearitas

b. Tolerance > 0.1 maka tidak terdapat multikoliniearitas

c. Analisis Regresi Linier Berganda

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat,

peneliti menggunakan analisis regresi linier berganda. Agar hasil yang

diperoleh lebih terarah, peneliti menggunakan bantuan program software

(27)

Formulasi yang digunakan adalah :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Keterangan :

Y : Loyalitas Merek

a : Konstanta

b 1-3 : Koefisien regresi berganda

X1 : Kinerja

X2 : Estetika

X3 : Kualitas yang dipersepsikan

e : Standar error

Adapun pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Uji secara serempak / simultan (Uji F) atau ANOVA

Uji F menunjukkan apakah semua variabel bebas (X) yang dimasukkan

dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel

terikat (Y).

Kriteria pengambilan keputusan :

Ho diterima jika F hitung < F tabelpada = 5 %

Ha diterima jika F hitung > F tabel pada = 5 %

2. Uji Secara Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk menentukan seberapa besar pengaruh variabel bebas

secara parsial terhadap variabel terikat.

Kriteria pengambilan keputusan :

Ho diterima jika t hitung < t tabel pada = 5 %

(28)

3. Pengujian Godness of Fit ( R2)

Koefisien goodness of fit atau determinasi (R2) digunakan untuk mengukur

seberapa besar kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat.

Semakin besar koefisien determinasi (R2) menunjukkan semakin baik

(29)

BAB 2

URAIAN TEORITIS

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian Erwin Nugraha (2006) yang berjudul “Analisis pengaruh

kepuasan dan kesukaan terhadap kesetiaan konsumen detergen bubuk Rinso”.

Penelitian dilakukan untuk mengetahui, menganalisis, dan membuktikan besarnya

pengaruh kepuasan dan kesukaan konsumen terhadap kesetiaan merekpada

detergen Rinso.

Hasil penelitian mengenai pengaruh kepuasan konsumen dan kesukaan

akan merek terhadap kesetiaan akan merek Rinso adalah sebesar 77,9%

sedangkan sisanya yaitu 22,1% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Selain itu,

hubungan antara kepuasan dan kesukaan terhadap loyalitas masing – masing

menunjukkan angka +0,728 untuk hubungan antara kepuasan dengan kesetiaan

serta angka +0,847 untuk hubungan antara kesukaan dengan kesetiaan. Kedua

angka tersebut mempunyai arti bahwa kepuasan dan kesukaan konsumen

mempunyai hubungan yang erat dan searah terhadap kesetiaan akan merek Rinso.

2.2 Pengertian Kepuasan Pelanggan

Kata kepuasan pelanggan berasal dari bahasa Latin ‘satis’ yang artinya

cukup baik dan ‘factio’ yang artinya melakukan atau membuat. Secara sederhana

kepuasan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu

memadai (Tjiptono,1997 : 23).

Menurut Kotler (2001 : 9) kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa

(30)

yang dipikirkan terhadap kinerja (hasil) yang diharapkan. Jika kinerja memenuhi

harapan, pelanggan puas. Jika kinerja melebihi harapan, maka pelanggan amat

puas atau amat senang.

Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya

pengertian kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara harapan dan kinerja

atau hasil yang dirasakan.

Dalam mengevaluasi kepuasan terhadap produk, jasa, atau perusahaan

tertentu, konsumen umumnya mengacu pada berbagai faktor atau dimensi. Faktor

yang sering digunakan dalam mengevaluasi kepuasan terhadap suatu produk

manufaktur menurut Garvin (dalam Tjiptono,1997 : 25) antara lain meliputi :

1. Kinerja (performance), yaitu karakteristik operasi pokok dari produk inti (core

product) yang dibeli.

2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu karakteristik sekunder

atau pelengkap.

3. Keandalan (reliability), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan

atau gagal dipakai.

4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to spesifications), yaitu sejauh

mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah

ditetapkan sebelumnya.

5. Daya tahan (durability). Berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat

terus digunakan.

6. Serviceability. Meliputi kecepatan, kenyamanan, serta penanganan keluhan

yang memuaskan. Pelayanan yang diberikan tidak terbatas hanya sebelum

(31)

7. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indera.

8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu citra dan reputasi produk

serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya.

2.3 Merek

Menurut Kotler (2001 : 357) merek adalah tanda, simbol, atau rancangan

atau kombinasi dari semua yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi produk atau

jasa dari satu atau kelompok penjual dan membedakannya dari produk pesaing.

Merek adalah payung yang mempresentasikan produk atau layanan. Merek

merupakan cerminan value yang diberikan perusahaan kepada pelanggan.

Menurut Sitinjak, dkk (2004 : 2) merek mengandung janji perusahaan

untuk secara konsisten memberikan ciri, manfaat, atau jasa tertentu kepada

pembeli. Merek lebih dari sekedar jaminan kualitas karena di dalamnya tercakup

enam pengertian berikut ini :

1. Atribut produk, seperti halnya kualitas, gengsi, nilai jual kembali, desain,

dan lain-lain.

2. Manfaat, meskipun suatu merek membawa sejumlah atribut, konsumen

sebenarnya membeli manfaat dari produk tersebut. Dalam hal ini, atribut

merek diperlukan untuk diterjemahkan menjadi manfaat fungsional atau

manfaat emosional.

3. Nilai. Merek juga menyatakan sesuatau tentang nilai produsen. Mercedes

menyatakan produk yang berkinerja tinggi, aman, bergengsi dan

sebagainya. Dengan demikian produsen Mercedes juga mencapai nilai

(32)

4. Budaya. Merek juga mencerminkan budaya tertentu.

5. Kepribadian. Merek mencerminkan kepribadian tertentu. Sering kali

produk tertentu menggunakan kepribadian orang yang terkenal untuk

mendongkrak atau menopang merek produknya.

6. Pemakai. Merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau

menggunakan produk tersebut.

Nicolon (2004 : 4) mendefinisikan merek adalah entitas yang mudah dikenali

dan menjanjikan nilai-nilai tertentu. Sebuah nama, logo, singkatan, desain atau

apa saja, dikatakan sebagai merek kalau memenuhi empat hal, antara lain: dapat

dikenali, memiliki entitas (mewakili suatu yang ada), janji-janji tertentu (spesific

promises), dan memiliki nilai.

Lamb (2001 : 423) mengungkapkan bahwa ciri-ciri dari nama merek yang

efektif, yaitu:

a) Mudah diucapkan

b) Mudah dikenali

c) Mudah diingat

d) Pendek / singkat

e) Berbeda atau unik

f) Menggambarkan manfaat dari produk

g) Mempunyai konotasi yang positif

h) Memperkuat citra produk yang diinginkan

Memiliki merek yang kuat merupakan aspek vital bagi setiap perusahaan,

karena keunggulan yang bisa didapatkan beraneka ragam, mulai dari persepsi

(33)

tambahan untuk perluasan merek. Menurut Rangkuti (2004 : 229), ada 10

pedoman yang dapat dilakukan untuk membangun kekuatan merek, yaitu:

a. Brand identity

Seperangkat asosiasi merek yang sering digunakan oleh ahli strategi merek

yang secara tidak langsung merupakan janji kepada para konsumen.

b. Value proposition

Sebuah pernyataan secara fungsional, emosional dari suatu merek yang

disampaikan kepada pelanggan.

c. Brand position

Bagian dari identitas merek dan nilai proporsisi yang selalu aktif

dikomunikasikan kepada pasar sasaran.

d. Execution

Pelaksanaan program komunikasi yang tidak hanya ditargetkan pada

identitas dan positioning, tetapi juga sampai memperoleh kecemerlangan

secara terus menerus.

e. Consistency overtime

Memiliki identitas yang konsisten merupakan kekuatan untuk memiliki

merek yang kuat.

2.4. Loyalitas Merek

Definisi loyalitas merek menurut Aaker (1997 : 57) merupakan keterikatan

konsumen terhadap suatu merek. Merek merupakan salah satu bagian penting dari

produk karena merek melindungi konsumen maupun produsen dari pesaing yang

(34)

dan pemanfaatan yang benar, loyalitas merek dapat menjadi asset strategis bagi

perusahaan.

Beberapa manfaat yang dapat diberikan loyalitas merek kepada

perusahaan menurut Aaker (dalam Sitinjak 2004:127) :

1. Reducing marketing costs (mengurangi biaya pemasaran)

Dalam kaitannya dengan biaya pemasaran, akan lebih murah mempertahankan

pelanggan dibandingkan dengan upaya untuk mendapatkan pelanggan baru.

Jadi, biaya pemasaran akan mengecil jika loyalitas merek meningkat.

2. Trade Leverage (meningkatkan perdagangan)

Loyalitas yang kuat terhadap suatu merek akan menghasilkan peningkatan

perdagangan dan memperkuat keyakinan perantara pemasaran. Dapat

disimpulkan bahwa pembeli dalam membeli suatu merek didasarkan atas

kebiasaan mereka selama ini.

3. Attracting new customers (menarik minat pelanggan yang baru)

Dengan banyaknya pelanggan suatu merek yang merasa puas dan suka pada

merek tersebut akan menimbulkan perasaan yakin bagi calon pelanggan untuk

mengkonsumsi merek tersebut terutama jika pembelian yang mereka lakukan

mengandung risiko tinggi. Disamping itu pelanggan yang puas umumnya akan

merekomendasikan merek tersebut kepada orang yang dekat dengannya.

4. Provide time to respond to competitive threats (memberi waktu untuk

merespons ancaman persaingan

Loyalitas merek akan memberikan waktu pada sebuah perusahaan untuk

merespons gerakan pesaing. Jika salah satu pesaing mengembangkan produk

(35)

untuk memperbaharui produknya dengan cara menyesuaikan atau

menetralisasikannya.

Dalam kaitannya dengan loyalitas merek pada suatu produk, didapati

adanya bebrapa tingkatan. Masing-masing tingkatannya menunjukkan tantangan

pemasaran yang harus dihadapi sekaligus aset yang dapat dimanfaatkan. Adapun

tingkatan dalam loyalitas merek adalah sebagai berikut :

1. Switcher ( berpindah-pindah )

Pelanggan yang berada pada tingkatan loyalitas ini dikatakan sebagai

pelanggan yang berada pada tingkat paling dasar. Semakin tinggi frekuensi

pelanggan untuk memindahkan pembeliannya dari suatu merek ke merek-merek

yang lain mengindikasikan mereka sebagai pembeli yang sama sekali tidak loyal

atau tidak tertarik pada merek tersebut. Pada tingkatan ini merek apa pun mereka

anggap memadai serta memegang peranan yang sangat kecil dalam keputusan

pembelian. Ciri yang paling nampak dari jenis pelanggan ini adalah mereka

membeli suatu produk karena harganya murah.

2. Habitual buyer (pembeli yang bersifat kebiasaan)

Pembeli yang berada dalam tingkat loyalitas ini dapat dikategorikan

sebagai pembeli yang puas dengan merek produk yang dikonsumsinya atau

setidaknya mereka tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi merek

produk tersebut. Pada tingkatan ini pada dasarnya tidak didapati alasan yang

cukup untuk menciptakan keinginan untuk membeli merek produk yang lain atau

berpindah merek terutama jika peralihan tersebut memerlukan usaha, biaya

maupun berbagai pengorbanan lain. dapat disimpulkan bahwa pembeli ini dalam

(36)

3. Satisfied buyer (pembeli yang puas dengan biaya peralihan)

Pada tingkatan ini, pembeli merek masuk dalam kategori puas bila mereka

mengkonsumsi merek tersebut, meskipun demikian mungkin saja mereka

memindahkan pembeliannya ke merek lain dengan menanggung switching cost

(biaya peralihan) yang terkait dengan waktu, uang, atau resiko kinerja yang

melekat dengan tindakan mereka beralih merek. Untuk dapat menarik minat para

pembeli yang masuk dalam tingkat loyalitas ini maka para pesaing perlu

mengatasi biaya peralihan yang harus ditanggung oleh pembeli yang masuk dalam

tingkat loyalitas ini maka para pesaing perlu mengatasi biaya peralihan yang harus

ditanggung oleh pembeli yang masuk dalam kategori ini dengan menawarkan

berbagai manfaat yang cukup besar sebagai kompensasinya.

4. Likes the brand (menyukai merek)

Pembeli yang masuk dalam kategori loyalitas ini merupakan pembeli yang

sungguh-sungguh menyukai merek tersebut. Pada tingkatan ini dijumpai perasaan

emosional yang terkait pada merek. Rasa suka pembeli bisa saja didasari oleh

asosiasi yang terkait dengan simbol, rangkaian pengalaman dalam penggunaan

sebelumnya baik yang dialami pribadi maupun oleh kerabatnya ataupun

disebabkan oleh kualitas yang dipersepsikan (perceived quality) yang tinggi.

Meskipun demikian sering kali rasa suka ini merupakan suatu perasaan yang sulit

diidentifikasi dan ditelusuri dengan cermat untuk dikategorikan ke dalam sesuatu

yang spesifik.

5. Commited buyer (pembeli yang komit)

Pada tahapan ini pembeli merupakan pelanggan yang setia. Mereka

(37)

tersebut menjadi sangat penting bagi mereka dipandang dari segi fungsinya

maupun sebagai suatu ekspresi mengenai siapa mereka sebenarnya. Pada

tingkatan ini, salah satu aktualisasi loyalitas pembeli ditunjukkan oleh tindakan

(38)

BAB 3

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1

Sejarah Singkat Perusahaan

Pada tahun 1885, dua bersaudara dari Inggris bernama William dan Lever

mulai mengelola perusahaan dengan nama Lever Brothers. Perusahaan ini

memproduksi sabun cuci dengan merek Sunlight. Dalam memasarkan sabun cuci

ini mereka menggunakan konsep pemasaran, dengan kemasan dan iklan yang baik

sehingga makin lama makin berkembang. Kemudian mereka memproduksi juga

sabun mandi yaitu sabun Lux dan Lifebuoy. Sementara di Belanda pada waktu

yang bersamaan berdiri dua perusahaan keluarga yaitu perusahaan milik keluarga

Anton Jurgens dan perusahaan milik keluarga Van den Bergh. Kedua perusahaan

itu samasama memproduksi mentega. Tak lama kemudian kedua perusahaan itu

bergabung dengan nama Margarine Unie yang bergerak dalam produksi sabun,

mentega dan perdagangan. Lever Brothers dan Margarine Unie sama-sama

melebarkan usahanya di daratan Eropa dan saling bersaing untuk maju. Keduanya

mempunyai kesamaan, yaitu:

a. Sama-sama membuat produk untuk konsumen dalam jumlah besar

b. Jalur distribusinya luas

c. Bahan bakunya sama

Pada tahun 1930, Lever Brothers dan Margarine Unie menjadi satu

perusahaan dengan nama Unilever, dengan cirri khas logo “U”. Perusahaan

Unilever mempunyai dua kantor yaitu di London, Inggris dan Rotherdam

(Belanda). Saat ini Unilever beroperasi di lebih dari 75 negara dengan tenaga

(39)

berlainan yaitu: Lever’s Zeepfabrieken, Van den Bergh’s Fabriekens, Colibri dan

Archa Oil Mill. Namun kemudian asset seluruh perusahaan tersebut ditransfer ke

perusahaan Lever’s Zeepfabrieken dan ketiga perusahaan lainnya dilikuidasi. Pada

tahun tersebut kantor pusat di London mengumumkan bahwa mulai 1 September

1980, keempat perusahaan tersebut telah diorganisasikan menjadi satu

perusahaan dengan menggunakan nama PT Unilever Indonesia. PT Unilever

Indonesia Tbk, adalah perusahaan multinasional yang bergerak dibidang industri

penyediaan kebutuhan sehari-hari. Perusahaan yang berusia lebih dari 70 tahun ini

berstatus Penanaman Modal Asing (PMA) yang menghasilkan beraneka ragam

produk-produk yang diminati oleh banyak orang mulai dari kebutuhan rumah

tangga sampai pada perawatan kecantikan. PT. Unilever Indonesia Tbk.

beroperasi di Indonesia sejak tahun 1933. Sudah lebih dari 70 tahun lamanya

Unilever berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Perusahaan ini

tumbuh menjadi perusahaan penyedia consumer goods yang mempunyai peranan

penting di Indonesia. PT Unilever Indonesia mempunyai pabrik-pabrik yang

berlokasi di:

a. Cikarang: es krim, deterjen, bahan makanan

b. Rungkut: perawatan kecantikan, kosmetika

c. Bogor: teh

Produk Unilever sangat terkenal, setiap hari masyarakat memiliki

kemungkinan menggunakan produk Unilever. Perusahaan Unilever memiliki dua

kekuatan kunci, yaitu:

1. Mempunyai dasar yang kuat dalam pasar lokal dan pengetahuan yang baik

(40)

2. Unilever merupakan bisnis kelas dunia yang menguasai pasar

internasional dan mampu melayani semua tingkatan masyarakat.

Ada tiga divisi yang menjadi bidang usaha unilever, yaitu:

1. Makanan (Food)

Akuisisi yang dilakukan Unilever dalam bidang makanan pada tahun 2000

menjadikan perusahaan ini memimpin dalam kategori masak-memasak.

Unilever menjadi pemimpin pasar dalam kategori margarine dan produk

lain kerena kandungan yang terdapat di dalamnya membantu untuk

mengurangi kolesterol. Produk yang dihasilkan Unilever, antara lain: Blue

Band, Royco, Sariwangi, Bango, Walls, dan masih banyak lagi.

2. Perawatan rumah (Home care)

Produk pasar dan sangat terkenal dihasilkan Unilever juga menjadi

pemimpin pasar dan sangat terkenal, Rinso, Surf, Molto, Domestos

Nomos, dan lain-lain.

3. Perawatan tubuh (Personal care)

Unilever mengeluarkan produk untuk perawatan tubuh yang mungkin

hampir setiap hari kita gunakan, antara lain: Pepsodent, Dove, Sunsilk,

Ponds, Lux, dan yang tidak kalah terkenalnya Lifebouy yang dikenal

sebagai sabun kesehatan.

Divisi bisnis makanan menyumbang sebesar 13% sampai 14% dari

total penjualan dalam beberapa tahun terakhir ini, sementara home and

personal care menyumbang sebesar 83% secara historis home dan personal care memang selalu menjadi penyumbang terbesar pendapatan

(41)

Prestasi Unilever yang kuat sebagai pemimpian pasar telah diakui melalui

berbagai penghargaan yang diterimanya. Berikut penghargaan yang diterima

Unilever dalam lima tahun terakhir.

1. Pada tahun 2004, Unilever Indonesia menerima 47 penghargaan lokal dan

regional baik berbagai media massa maupun instansi pemerintah.

2. Pada tahun 2005, 71 penghargaan diterima Unilever antara lain : The

Indonesian Customer Loyalty Awards (SWA dan Mars), peringkat teratas

untuk Coorporate Governance di Indonesia (The Asset Magazine), dalam

Indonesian Best Brand Awards dan Golden Indonesian Best Brand Awards

(SWA dan Mars) Unilever mendapat 17 penghargaan, Most Admired

Knowledge Entreprise (Dinamis Organization Service), Indonesian Most Admired Company 2005 (Bussiness week and Frontier), International Energy Glophe Awards untuk program lingkungan hidup kategori air, Padma Awards dari departemen sosial dan masih banyak lainnya.

3. Pada tahun 2006, Unilever Indonesia melalui brand-brand yang

dimilikinya kembali membuktikan keunggulannya dengan meraih 10

penghargaan dalam Indonesian Best Brand Awards (IBBA) 2006 yang

diselenggarakan oleh majalah SWA dan Mars, 11 brand Unilever kembali

mendapat penghargaan Indonesian Customer Satisfaction Award (ICSA)

2006 yang diselenggarakan oleh Majalah SWA bekerjasama dengan

Frontier Indonesia.

4. Pada Tahun 2007, Unilever mendapat 7 Penghargaan dalam Anugerah

Business Review, penghargaan Indonesia’s Most Admired Company

(42)

bekerjasama dengan Frontier Consulting Group, penghargaan

kepada Unilever Indonesia sebagai Most Admired Knoledge Enterprise

(MAKE) Award 2007, The Most Powerful Distribution Performance

2007 yang diselenggarakan oleh Majalah SWA, MIX bekerjasama dengan

Qasa Strategic Consulting,

5. Pada tahun 2008, untuk kesekian kalinya, brand-brand Unilever

Indonesia meraih penghargaan Indonesian Best Brand Awards (IBBA),

penghargaan yang diberikan setiap tahun oleh majalah SWA bekerjasama

dengan lembaga konsultan Mars yang ditujukan bagi brand-brand di

Indonesia yang menjadi pilihan utama konsumen, penghargaan

Indonesia's Most Admired Company (IMAC) 2008 untuk ketiga kalinya

dan selama tiga tahun berturut-turut, penghargaan Indonesian Customer

Satisfaction Award Index (ICSA Index) 2008 selama 8 tahun berturut-turut

yang diselenggarakan oleh Majalah SWA bekerjasama dengan Frontier

Indonesia, Proper Award 2008 dari Kementerian Negara Lingkungan

Hidup (KLH).

3.2 Rinso

Rinso adalah salah satu produk deterjen yang di produksi oleh Unilever

dengan berbagai variasi produk yang ditawarkan, seperti: Rinso Warna, Rinso

Anti Noda, Rinso Excel, Rinso Matic, dan Rinso Aloe Vera.

Kelima variasi produk Rinso tersebut memilki fungsinya masing-masing,

sesuai dengan selera konsumen. Rinso warna berfungsi untuk melindungi warna

(43)

memiliki fungsi ganda yaitu membersihkan noda dan menghilangkan bau apek

pada pakaian, Rinso Matic digunakan khusus untuk mesin cuci, serta Rinso Aloe

Vera berfungsi melindungi kulit tangan dari kekeringan. Rinso memiliki berbagai

macam isi kemasan mulai dari 32 gr (sachet) sampai dengan 3 kg. Akan tetapi

tidak semua variasi produk tersedia dalam jumlah kemasan tertentu. Contohnya

untuk Rinso Aloe Vera, oleh karena produk tersebut masih baru dipasaran, maka

perusahaan hanya mengeluarkan Rinso Aloe Vera dengan isi seberat 800 gram.

3.2.1. Strategi Harga

a. Rinso Warna: 1 kg @ Rp11.500

b. Rinso Anti Noda: 1 kg @ Rp11.500

c. Rinso Excel: 1 kg @ 14.700

d. Rinso Matic: 1 kg @ Rp18.210

e. Rinso Aloe Vera: 800 gr @ Rp 10.475

Sumber:

3.2.2. Strategi Promosi

Rinso dipromosikan dengan cara penayangan iklan di media televisi, radio,

majalah, koran dan papan reklame. Selain itu Rinso juga memberikan hadiah

langsung untuk setiap pembelian produknya. Contohnya hadiah berupa sebuah

tuperware untuk setiap pembelian Rinso Excel dengan isi kemasan 2 kg. Hal

tersebut merupakan salah satu strategi yang dilakukan oleh Rinso untuk

(44)

3.2.3. Strategi Distribusi

Sebagai perusahaan yang berstatus Penanaman Modal Asing (PMA), Unilever

tidak menjual produknya langsung ke pengecer atau konsumen. Unilever

menjual melalui distributor.

Adapun arus distribusinya sehingga produk deterjen Rinso bisa sampai ke

konsumen, digambarkan sebagai berikut:

Produsen Pusat distribusi Distribusi Sub distribusi Pengecer

Konsumen

(45)

BAB 4

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Deskriptif

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, jumlah

pernyataan berupa 12 butir pernyataan untuk variabel X dan 5 butir pernyataan

untuk variabel Y, jumlah seluruh pernyataan adalah 17 butir.

Kuesioner yang disebarkan kepada responden berupa

pernyataan-pernyataan mengenai kinerja, estetika, dan kualitas yang dipersepsikan (variabel

X) dan loyalitas merek (variabel Y). Responden dalam penelitian ini adalah

pengunjung Hypermart Sun Plaza Medan yang telah menggunakan detergen

Rinso.

Data identitas responden dilihat dari segi jenis kelamin, umur, dan lama

pemakaian adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien Persentase

Laki-laki 20 20.83%

Perempuan 76 79.17%

Total 96 100 %

Sumber : Data primer diolah (2009)

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah responden terbanyak adalah

berjenis kelamin perempuan yaitu 76 orang atau 79.17%, sedangkan jenis

kelamin laki-laki berjumlah 20 orang atau 20.83%.

Perempuan merupakan pasar terbesar karena pada umumnya dalam

menangani urusan rumah tangga perempuan lebih mendominasi dibandingkan

(46)

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur Jumlah Pasien Persentase

18-30 tahun 25 26.04%

31-50 tahun 48 50 %

> 50 tahun 23 23.96 %

Total 96 100 %

Sumber : Data primer diolah (2009)

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah responden terbanyak berusia 31-50

tahun yaitu 48 responden atau 50%, kemudian usia 18-30 tahun sebanyak 25

responden atau 26.04%, sedangkan yang paling sedikit berusia diatas 50 tahun

yaitu 23 orang atau 23.96%.

Hasil klasifikasi data menunjukkan bahwa umur responden 18-30 tahun

termasuk golongan dewasa. Dengan usia responden tersebut diharapkan dapat

mengerti dan menjawab dengan baik setiap pernyataan yang diajukan dalam

kuesioner sehingga hasil yang diperoleh benar-benar sesuai dengan apa yang

dirasakan dan dialami oleh responden selama menggunakan detergen Rinso.

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Penggunaan

Lama Penggunaan Jumlah Pasien Persentase

< 1 tahun 13 13.54%

1-3 tahun 26 27.08%

> 3 tahun 57 59.38%

Total 96 100 %

Sumber : Data primer diolah (2009)

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa jumlah responden terbanyak yang sudah

menggunakan detergen Rinso selama lebih dari 3 tahun tahun yaitu 57 responden

atau 59.38%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden telah

setia pada detergen merek Rinso selama lebih dari 3 tahun.

Tanggapan responden untuk pernyataan dari setiap variabel adalah sebagai

(47)

a. Variabel Kinerja sebagai X1

Tabel 4.4

Pendapat Responden terhadap Variabel Kinerja Tanggapan

Sumber : Data primer diolah (2009)

Tabel 4.4 menunjukkan responden dominan setuju bahwa detergen Rinso

mampu menghilangkan noda dengan cepat, namun masih terdapat tanggapan tidak

setuju oleh responden yang menganggap kemampuan Rinso dalam

menghilangkan noda masih dibawah detergen merek lain. Begitu juga terhadap

pemakaian detergen Rinso yang irit dan harga Rinso yang bersaing. Walaupun

dominan responden setuju terhadap pernyataan-pernyataan tersebut, masih

terdapat reponden yang tidak setuju bahwa pemakaian Rinso sangat irit dan

harganya yang bersaing jika dibandingkan produk merek lainnya.

b. Variabel Estetika sebagai X2

Tabel 4.5

Pendapat Responden terhadap Variabel Estetika Sangat

(48)

Pada tabel 4.5 jawaban responden sangat bervariasi terhadap variabel

estetika dari detergen Rinso. Jawaban responden dominan setuju terhadap

variabel-variabel estetika yang diajukan dalam kuesioner, yaitu kemasan yang

tidak mudah rusak, warna kemasan yang menarik, aroma yang khas, nama merek

yang mudah diucapkan dan juga mudah diingat. Walaupun terdapat responden

yang tidak setuju terhadap pernyataan-pernyataan ini, jumlahnya relatif sedikit.

c. Variabel Kualitas yang dipersepsikan sebagai X3

Tabel 4.6

Pendapat Responden terhadap Variabel Kualitas yang dipersepsikan Sangat

Sumber : Data primer diolah (2009)

Tabel 4.6 menunjukkan responden dominan menganggap bahwa Rinso

memiliki citra merek yang baik. Pada variabel reputasi, jumlah responden yang

setuju terhadap pernyataan ini meningkat, artinya bahwa reputasi Rinso terkenal

sangat baik di masyarakat. Merek Rinso juga diakui oleh responden dikenal luas

oleh masyarakat walaupun masih terdapat responden yang tidak setuju terhadap

(49)

c. Variabel Loyalitas Merek sebagai Y

Tabel 4.7

Pendapat Responden terhadap Variabel Loyalitas Merek Sangat

Sumber : Data primer diolah (2009)

Tabel 4. 7 menunjukkan bahwa responden dominan setuju bahwa mereka

lebih menyukai Rinso dibanding mereka dibandingkan merek lainnya dan

menganggap bahwa Rinso adalah merek yang dapat dipercaya. Kecenderungan

responden untuk berpindah ke merek lain, mengatakan hal-hal positif tentang

Rinso, dan juga merekomendasikan Rinso kepada orang lain dinilai tinggi

walaupun masih terdapat beberapa responden yang tidak setuju.

4.2 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi berdistribusi

normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan analisis grafik dilihat dari

titik-titik yang menyebar di sekitar garis diagonal yakni distribusi data

dengan bentuk lonceng dan distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri

atau menceng ke kanan. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan

pendekatan kolmogorv sminorv. Dengan menggunakan tingkat signifikan

5% (0.05) maka jika nilai Asymp.Sig. (2-tailed) di atas nilai signifikan 5%

(50)

Expected Cum Prob

_

Gambar 4.1

Pengujian Normalitas P-P Plot Sumber:Data primer diolah (2009)

Pada Gambar 4.1 terlihat titik-titik yang mengikuti data di sepanjang garis

diagonal, hal ini berarti data berdistribusi normal. Namun untuk lebih

memastikan bahwa data di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal

maka dilakukan uji kolmogorv sminorv.

Tabel 4.8

Std. Deviation 1.89556523

Most Extreme Differences

Absolute .085

Positive .085

Negative -.062

Kolmogorov-Smirnov Z .836

Asymp. Sig. (2-tailed) .487

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.

Sumber : Data Primer diolah (2009)

Pada Tabel 4.8 terlihat bahwa nilai Asymp.Sig. (2-tailed) adalah 0.487 dan

di atas nilai signifikan (0.05), hal ini menunjukkan bahwa variabel residual

(51)

2. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan analisis grafik dan analisis statistik

berupa uji glejser.

Melalui analisis grafik suatu model regresi dianggap tidak tidak terjadi

heteroskedastisitas jika titik-titik menyebar secara acak dan tidak

membentuk suatu pola tertentu yang jelas serta tersebar di atas maupun di

bawah angka nol pada sumbu Y.

a. Analisis Grafik

Regression Studentized Residual3210-1-2-3

Regression Standardized Predicted Value

210-1-2-3

Gambar 4.2

Pengujian Heteroskedastisitas Scatterplot Sumber : Data Primer diolah (2009)

Dari Gambar 4.2 terlihat titik-titik menyebar secara acak dan tidak

membentuk suatu pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun

di bawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi

heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai

untuk memprediksi loyalitas merek berdasarkan masukan variabel

(52)

b. Analisis Statistik

a Dependent Variable: absUt

Sumber : Data Primer diolah (2009)

Tabel 4.9 memperlihatkan bahwa tidak satupun variabel independen yang

signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen absolut Ut

(absUt). Hal ini terlihat dari probabilitas signifikannya di atas tingkat

kepercayaan 5%. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengarah

adanya heteroskedastisitas.

3. Uji Multikolinieritas

Gejala Multikolinieritas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIF

(Variance Inflation Factor). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel

independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.

Tolerance adalah mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih

yang tidak dijelaskan variabel independen lainnya. Nilai yang dipakai untuk

(53)

Tabel 4.10 Uji Multikolinieritas

Coefficients(a)

a Dependent Variable: Loyalitas_merek

Sumber : Data Primer diolah (2009)

Tabel 4.10 memperlihatkan semua nilai variabel independent untuk

Tolerance > 0.1 dan VIF < 5, hal ini berarti tidak terjadi multikolinieritas.

4.3 Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis Regresi Linear Berganda ditujuka n untuk mengetahui hubungan

linier antara beberapa variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam penelitian ini

analisis regresi linier dilakukan dengan metode enter.

Analisis regresi linear berganda dirumuskan sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ei

Sebelum nilai a (konstanta), nilai b1, b2,dan b3 dimasukkan ke dalam persamaan

terlebih dahulu dilakukan uji F, dan uji t , dan analisis determinan dari hasil

pengolahan regresi linier berganda.

1. Uji secara serempak / simultan (Uji F) atau ANOVA

Uji-F menunjukkan apakah semua variabel bebas (X) yang dimasukkan

dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel

terikat (Y).

Kriteria pengambilan keputusan :

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig. Collinearity Statistics

(54)

Ho diterima jika F hitung < F tabelpada = 5 %

Ha diterima jika F hitung > F tabel pada = 5 %

Tabel 4.11

Uji regresi secara bersama-sama (Uji F)

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 335.982 3 111.994 30.184 .000(a)

Residual 341.351 92 3.710

Total 677.333 95

a Predictors: (Constant), Kualitas_yang_dipersepsikan, Kinerja, Estetika b Dependent Variable: Loyalitas_merek

Sumber : Data primer diolah (2009)

Tabel 4.11 memperlihatkan nilai F hitung adalah 30.184 dengan tingkat

signifikansi 0.000. Sedangkan F tabel pada tingkat kepercayaan 95% ( =

0.05) adalah 2.6. Oleh karena pada kedua perhitungan yaitu F hitung > F

tabel, yaitu 30.184 > 2.61, dengan tingkat signifikansi (0.000) < 0.05,

menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen yaitu kinerja, estetika,

dan kualitas yang dipersepsikan secara bersama-sama adalah sangat

signifikan terhadap pembentukan loyalitas merek.

2. Uji Secara Parsial (Uji-t)

Uji-T digunakan untuk menentukan seberapa besar pengaruh variabel

bebas secara parsial terhadap variabel terikat.

Kriteria pengambilan keputusan :

Ho diterima jika t hitung < t tabel pada = 5 %

(55)

Tabel 4.12

Uji regresi secara parsial (Uji t)

Coefficients(a)

a Dependent Variable: Loyalitas_merek

Sumber : Data primer diolah (2008)

Tabel 4.12 dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Hasil dari uji t menunjukkan persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 8.631+ 0.095 X1 + 0.221 X2 + 0.438 X3

b. Variabel kinerja berpengaruh secara positif dan tidak signifikan

terhadap pembentukan loyalitas konsumen, hal ini terlihat dari nilai

signifikan (0.464) > 0.05 dan nilai t hitung (0.736) < t tabel (1,96)

artinya jika ditingkatkan variabel kinerja sebesar satu satuan maka

pembentukan loyalitas merek (Y) tidak akan meningkat sebesar 0.115.

c. Variabel estetika berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

pembentukan loyalitas merek, hal ini terlihat dari nilai signifikan

(0.005) < 0.05 dan nilai t hitung (2.903) > t tabel (1.96) artinya jika

variabel estetika ditingkatkan sebesar satu satuan maka pembentukan

loyalitas merek (Y) akan meningkat sebesar 0.221.

d. Variabel kualitas yang dipersepsikan berpengaruh secara positif dan

signifikan terhadap pembentukan loyalitas merek, hal ini terlihat dari

nilai signifikan (0.000) < 0.05 dan nilai t hitung (4.275) > t tabel (1,96)

(56)

satu satuan maka pembentukan loyalitas merek (Y) akan meningkat

sebesar 0.438.

3. Pengujian Godness of Fit ( R2)

Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam

menerangkan variasi variabel independen. Nilainya adalah 0-1. Semakin

mendekati nol berarti model tidak baik atau variasi model dalam

menjelaskan dengan sangat terbatas sebaliknya semakin mendekati satu

maka suatu model akan semakin baik.

Tabel 4.13

Pengujian Godness of Fit

Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .704(a) .496 .480 1.926

a Predictors: (Constant), Kualitas_yang_dipersepsikan, Kinerja, Estetika b Dependent Variable: Loyalitas_merek

Sumber : Data primer diolah (2009)

Keterangan Tabel 4.13 :

a. R = 0.704 berarti hubungan antara kinerja, estetika, dan kualitas

yang dipersepsikan terhadap pembentukan loyalitas merek sebesar

70.4%. Artinya hubungan antar variabel erat.

b. Adjusted R square sebesar 0.496 berarti 49.6% pembentukan

loyalitas merek konsumen dapat dijelaskan oleh kinerja estetika,

dan kualitas yang dipersepsikan. Sedangkan sisanya 50.4% dapat

(57)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil analisis yang telah dilakukan memiliki kesimpulan sebagai berikut:

1. Kepuasan konsumen detergen Rinso yang terdiri dari kinerja, estetika, dan

kualitas yang dipersepsikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

loyalitas merek Rinso pada pengunjung Hypermart Sun Plaza Medan

dengan F hitung (30.184) lebih besar dari F tabel (2.61).

2. Hasli uji t menunjukkan bahwa variabel kualitas yang dipersepsikan

adalah variabel yang paling dominan terhadap loyalitas merek oleh

konsumen, hal ini menunjukkan bahwa Rinso merupakan merek yang

reputasinya telah dikenal baik oleh masyarakat sehingga kualitas yang

dipersepsikan menjadi hal yang paling berpengaruh dalam kesetiaan

konsumen menggunakan Rinso. Variabel estetika juga merupakan variabel

yang berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap loyalitas merek,

sedangkan variabel kinerja merupakan variabel yang berpengaruh positif

namun tidak signifikan terhadap loyalitas merek.

3. Hasil uji koefisien determinasi (R2) menunjukkan kinerja, estetika, dan

kualitas yang dipersepsikan mempengaruhi loyalitas merek pada

konsumen dengan hubungan antar variabel yang erat dan model dinilai

(58)

5.2 Saran

1. PT. Unilever Indonesia Tbk sebaiknya meningkatkan kepuasan konsumen

dengan meningkatkan kinerja dari Rinso, menambah aspek-aspek estetika agar

semakin menarik, dan terus menjaga nama baik Rinso di masyarakat sehingga

nilai yang dirasakan pelanggan pun akan semakin meningkatkan kepuasan.

Hal ini berguna juga untuk menjaga kelangsungan hidup jangka panjang

detergen Rinso dan meningkatkan loyalitas dari konsumen karena kapan pun

pesaing produk sejenis akan terus bertambah dan memproduksi produk yang

lebih berkualitas dan harga yang kompetitif.

2. PT. Unilever Indonesia Tbk. perlu memfokuskan perhatian pada kinerja dari

detergen Rinso. Selama ini konsumen menganggap bahwa kinerja yang

ditawarkan oleh Rinso tak jauh berbeda dari yang ditawarkan oleh merek

sejenis. Dengan meningkatkan kinerja, konsumen akan merasa semakin yakin

akan pilihannya untuk setia kepada merek Rinso karena Rinso menawarkan

hal yang berbeda dibandingkan merek lainnya.

3. Keterbatasan peneliti menyebabkan penelitian ini hanya mampu menjelaskan

49.6 % pengaruh variabel kinerja, estetika, dan kualitas yang dipersepsikan,

maka disarankan bagi peneliti yang hendak melanjutkan kekonsistenan dari

penelitian ini agar meneliti faktor-faktor yang tidak mampu dijelaskan oleh

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Aaker, David. A. 1997. Ekuitas Merek. Jakarta : PT.Mitra Utama.

Ginting, Paham & Syafrizal Helmi. 2008. Filsafat Ilmu dan Metode Riset. Medan : USU Press.

Kotler, Philip & Gary Armstrong. 2001. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jilid I Terjemahan. Jakarta: Erlangga.

Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Millenium 2. Jakarta : Prehalindo.

Sitinjak, Tony,dkk. 2004. Strategi Menaklukkan Pasar. Jakarta : PT. Gramedia

Simamora, Bilson. 2003. Aura Merek. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Simamora, Bilson. 2003. Aura Merek. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Suliyanto. 2005. Metode Riset Bisnis. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Tjiptono, Fandy. 1997. Strategi Pemasaran. Edisi 2. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Tjiptono, Fandy & Anastasia Diana. 2001. Total Quality Manajemen. Yogyakarta : Penerbit Andi

Tim Penelitian dan Pengembangan Wahana Komputer. 2006. Pengolahan Data

Statistik dengan SPSS 14. Jakarta: Salemba Infotek

Nugraha, Erwin. 2006. Analisis pengaruh kepuasan dan kesukaan Terhadap

Kesetiaan Konsumen Detergen Bubuk Rinso. Undergraduate Thesis. UNIKA

Atmajaya

pukul 20.15 WIB.

pada pukul 19.54 WIB.

Komprehensif dalam Analisa Loyalitas Pelanggan. Diakses oleh Lidia M

pada tanggal 7 Februari 2009 pada pukul17.00 WIB

(60)

pukul 20.00 WIB

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ......................................................  Gambar 4.1 Pengujian Normalitas P-P Plot .......................................
Tabel 1.1  Data Perbadingan Penjualan Rinso dan So Klin di Pulau Jawa
Gambar 1.1 kerangka konseptual Sumber : Aaker (1997)
Tabel 1.2 Operasional Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perhitungan koefisien determinasi (R 2 ), menunjukkan bahwa hubungan antara variabel bebas yaitu kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi kualitas dan loyalitas merek

Pengaruh Kualitas Produk dan Citra Merek Terhadap Loyalitas Konsumen dengan Kepuasan Konsumen sebagai Variabel Intervening Pada Pengguna. Smartphone Oppo (Studi Pada Mahasiswa Di

Dalam penelitian ini, menggunakan kuesioner sebagai alat untuk mengukur pengaruh variabel merek, persepsi kualitas, loyalitas merek, citra merek, dan ekuitas merek

Nilai R 2 loyalitas merek sebesar 0.373 menunjukkan bahwa kualitas fisik, peri- laku karyawan, kesesuaian diri, identitas merek, kese- suaian gaya hidup dan kepuasan konsumen

Variabel brand awareness berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli konsumen pada kopi kenangan sun plaza studi kasus pada mahasiswa Fakultas

Citra merek, kualitas produk, dan kepuasan konsumen secara bersama-sama (simultan) berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen Samsung Galaxy Series pada

Untuk mengetahui dan menganalisis kualitas pelayanan berpengaruh secara langsung positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan Telkomsel pada Grapari Sun

Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel label halal, citra merek dan kualitas produk terhadap loyalitas pelanggan dengan kepuasan