• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PENGARUH BRAND IMAGE DAN BRAND AWARENESS TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PADA KOPI KENANGAN SUN PLAZA MEDAN (STUDI KASUS PADA MAHASISWA FEB USU)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI PENGARUH BRAND IMAGE DAN BRAND AWARENESS TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PADA KOPI KENANGAN SUN PLAZA MEDAN (STUDI KASUS PADA MAHASISWA FEB USU)"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BRAND IMAGE DAN BRAND AWARENESS TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PADA KOPI KENANGAN SUN PLAZA

MEDAN (STUDI KASUS PADA MAHASISWA FEB USU)

OLEH

TIO BONARDO JMH SINAGA 160502169

PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2020

(2)
(3)
(4)
(5)

MINAT BELI KONSUMEN PADA KOPI KENANGAN SUN PLAZA MEDAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh brand image dan brand awareness terhadap minat beli konsumen pada mahasiswa jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Populasi penelitian ini berjumlah 81 orang mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Jumlah sampel adalah 81 orang, jumlah tersebut didapat dari responden yang sudah mengembalikan kuesioner yang diberikan kepada mereka. Teknik analisis menggunakan analisis regresi linear berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara serempak brand image dan brand awareness berpengaruh signifikan terhadap minat beli konsumen pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa brand image berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli konsumen, brand awareness berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli konsumen mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Kata kunci: Brand Image, Brand Awareness, Minat Beli Konsumsi

(6)

THE INFLUENCE OF BRAND IMAGE AND BRAND AWARENESS ON WILLINGNESS TO BUY IN MEDAN SUN PLAZA

COFFEE KENANGAN

This study aims to determine and analyze the influence of brand image and brand awareness on willingness to buy in Medan sun plaza coffee kenangan. The sample of this study was 81 faculty Economics and business students, the number of sample was obtained from respondent who have given back questionnaire that had been given to them The research data were obtaines from research questionnaires.The analysis technique uses multiple linear regression analysis. The results of this study indicate that simultaneously brand image and brand awareness has a significant effect on willingness to buy in Medan sun plaza coffee kenagan. The results of the research partially showed that brand image had a positive and significant effect on willingness to buy, brand awareness had positive and significant effect on willingness to buy in Medan sun plaza coffee kenngan of faculty Economics and Business Student in University of Sumatera Utara.

Keyword: Brand Image, Brand Awareness, Willingness To Buy

(7)

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih setia yang diberikan-Nya sehingga peneliti mampu menyelesaikan skipsi yang berjudul

“Pengaruh Brand Image Dan Brand Awareness Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Kopi Kenangan Sun Plaza Medan”, guna memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua, yakni Ayahanda Jenri Mula Horas Sinaga, SE, MM, dan Ibunda Dr.

Purnama Tioria Sianturi, SH, MH, yang telah membesarkan peneliti dengan segala kekuatan luar biasa yang tidak dapat terbalas, peneliti mengucapkan terima kasih yang tulus, ikhlas, dan tak terhingga kepada kedua orang tua peneliti. Pada kesempatan ini peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Amlys Syahputra Silalahi, SE, M.Si, dan Bapak Doli Muhammad Jafar Dalimunthe, SE, M.Si, selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Inneke Qamariah, SE, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Ami Dilham, M.Si, dan Ibu Dra. Setri Hiyanti Siregar, M.Si, selaku Dosen Penguji I dan Dosen Penguji II yang telah membantu dan

(8)

memberikan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Terima kasih kepada Seluruh Dosen dan Staf di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara untuk segala jasanya selama perkuliahan.

6. Abang, kakak, dan keponakan peneliti Raja Darius Sutardjo Sinaga A.Md, Hari Benarto Jmh Sinaga SH, LL.M, Rachel Evalyn Nadadap SH, dan Sandra Adriela Tornauli Sinaga yang telah meluangkan waktunya untuk mengontrol peneliti serta memberikan motivasi selama dalam mengerjakan skripsi ini.

7. Kepada sahabat seperjuangan di M.E.T.A.L, Aga, Richard, Raffi, Iqbal, Rio, Edo, Farras, Epan, Robi, Dani, Toby, Yoga, Jimli, Gilbert, Mike, Samuel, Nizal, Mathius, Nisa, Dila, Yohana, Euginia, Devana dan di kampus

8. Kepada sahabat saya yaitu Shefvin, Monique, Vincent, David, Alex, dan teman-teman di Jakarta yang selalu memberi peneliti semangat dalam mengerjakan skripsi ini.

9. Teman-teman sekelas di Manajemen C, D dan Kewirausahaan, terima kasih atas kebersamaannya selama di bangku perkuliahan.

Peneliti menyadari sepenuhnya skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Juli 2020 Peneliti,

Tio Bonardo Jmh Sinaga 160502169

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i

ABSTRACT ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 7

1.3 Tujuan Penelitian 8

1.4 Manfaat Penelitian 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10

2.1 Landasan teori 10

2.1.1 UMKM 10

2.1.2 Brand Image (Citra Merek) 12

2.1.3 Brand Awarness (Kesadaran Merek) 20

2.1.4 Minat Beli Konsumen 25

2.2 Penelitian Terdahulu 29

2.3 Kerangka Konseptual 30

2.3.1 Hubungan Brand Image terhadap Minat Beli

Konsumen 31

2.3.2 Hubungan Brand Awareness terhadap Minat

Beli Konsumen 31

2.4 Hipotesis 32

BAB III METODE PENELITIAN 33

3.1 Jenis Penelitian 33

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 33

3.3 Batasan Operasional Variabel 33

3.4 Operasional Variabel 34

3.5 Skala Pengukuran Variabel 35

3.6 Populasi dan Sampel 35

3.6.1 Populasi 35

3.6.2 Sampel 36

3.7 Jenis dan Sumber Data 37

3.8 Metode Pengumpulan Data 38

3.9 Uji Validitas dan Reabilitas 38

3.9.1 Uji Validitas 38

3.9.2 Uji Reliabilitas 41

(10)

3.10.1 Analisis Deskriptif 42 3.10.2 Analisis Regresi Linear Berganda 42

3.11 Uji Asumsi Klasik 43

3.11.1 Uji Normalitas 43

3.11.2 Uji Heteroskedastisitas 44

3.11.3 Uji Multikolinearitas 45

3.12 Koefisien Determinasi (R2) 45

3.13 Pengujian Hipotesis 45

3.13.1 Uji Signifikasi Serempak (Uji - F) 45 3.13.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji - t) 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 48

4.1 Data Penelitian 48

4.2 Analisis Deskriptif Variabel 48

4.2.1 Deskriptif Variabel Brand Image (X1) 48 4.2.2 Deskriptif Variabel Brand Awareness (X2). 50 4.2.4 Deskriptif Variabel Minat Beli KonsumenY) 51

4.3 Analisis Regresi Linier Berganda 53

4.4 Uji Asumsi Klasik 54

4.4.1 Uji Normalitas . 54

4.4.2 Uji Heterokedastisitas 56

4.4.3 Uji Multikolinearitas 57

4.5 Uji Koefisien Determinasi (R2) 57

4.6 Uji Hipotesis 58

4.6.1 Uji Serempak (Uji-F) 58

4.6.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t) 58

4.7 Pembahasan 59

4.7.1 Pengaruh Brand Image Terhadap Minat Beli

Konsumen 59

4.7.2 Pengaruh Brand Awareness Terhadap Minat

Beli Konsumen 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 64

5.1 Kesimpulan. 64

5.2 Saran . 64

DAFTAR PUSTAKA 66

DAFTAR LAMPIRAN 69

(11)

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Kuisoner Pra Survey Brand Image 6

1.2 Kuisoner Pra Survey Brand Awareness . 7

2.1 Daftar Penelitian Terdahulu 29

3.1 Operasional Variabel 34

3.2 Instrumen pengukuran Likert 35

3.3 Hasil Uji Validitas Kuesioner Mengenai Brand Image 39 3.4 Hasil Uji Validitas Kuesioner Mengenai Brand Awareness 40 3.5 Hasil Uji Validitas Kuesioner Mengenai Minat Beli Konsumen 40

3.6 Tabel Uji Reliabilitas 41

4.1 Distribusi Frekuensi dan Presentase Berdasarkan Variabel

brand image 48

4.2 Distribusi Frekuensi dan Presentase Berdasarkan Variabel

brand awareness. 50

4.3 Distribusi Frekuensi dan Presentase Berdasarkan Variabel Minat

Beli Konsumen 52

4.4 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda . 53

4.5 Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov Test . 56

4.6 Uji Heteroskedastisitas dengan Glejser 56

4.7 Uji Multikolinearitas 57

4.8 Koefisien Determinasi 57

4.9 Uji Pengaruh Serempak (Uji-F) 58

4.10 Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji-t) 59

(12)

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual 32

4.1 Uji Histogram 55

4.2 Uji Normalitas Probability Plot 55

(13)

No. Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian 69

2 Distribusi Jawaban Responden 72

3 Uji Validitas 79

4 Uji Reliabilitas 80

5 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden 80

6 Analisis Regresi Linear Berganda 81

7 Uji Normalitas 82

8 Uji Multikolienaritas 83

9 Uji Heterokedastisitas 83

10 Uji Koefisien Determinasi (R2) . 83

11 Uji Signifikan Simultan (Uji F) 84

12 Uji Signifikan Parsial (Uji-T) 84

(14)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kopi merupakan salah satu minuman yang paling popular di dunia. Para penikmat kopi di Indonesia semakin hari semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan semakin menjamurnya bisnis kedai kopi atau coffee shop di berbagai kota di seluruh Indonesia. Saat ini bisnis kedai kopi atau coffee shop menjadi salah satu bisnis yang sangat menjanjikan. Hal ini dikarenakan berkembangnya tren minum kopi di kedai kopi atau biasa disebut nongkrong. Dengan meningkatnya mobilitas dan gaya hidup masyarakat yang dipengaruhi oleh budaya luar, khususnya di kota- kota besar di Indonesia menyebabkan berkembangnya bisnis coffee shop. Coffee shop menjadi tujuan yang diminati terutama oleh kalangan muda untuk sekedar bersantai ataupun berkumpul dengan teman.

Menurut Kasali (2010) meminum kopi kini bukan lagi sekedar untuk menghilangkan rasa kantuk, tapi juga sebagai gaya hidup dimana coffee shop menjadi tempat berkumpul yang amat diminati. Menjamurnya kedai kopi di Indonesia sendiri tak lepas dari semakin tingginya angka minat konsumsi kopi dari tahun ke tahun. Pernyataan tersebut didukung oleh data yang bersumber dari International Coffee Organization (ICO) yang menunjukkan adanya trend kenaikan konsumsi kopi di Indonesia. Pada tahun 2015 ICO merilis data pertumbuhan jumlah peminum kopi di Indonesia, yaitu sebesar 8 persen lebih besar daripada pertumbuhan dunia yang hanya mencapai 6 persen (ICO, 2020). Selaras dengan ICO, data Hasil Proyeksi Konsumsi kopi di Indonesia yang dirilis oleh Pusat Data

(15)

dan Sistem

Informasi Pertanian Kementrian Pertanian yang dirilis pada tahun 2018 pun menunjukkan terjadinya peningkatan konsumsi kopi nasional selama 4 tahun terakhir. Rata-rata pertumbuhan konsumsi kopi nasional mencapai angka 2,49 persen (Pertanian, 2020).

Angka tersebut jelas menunjukkan pasar peminum kopi yang potensial untuk menjadi sasaran investor dan pebisnis.. Alasan utama perkembangan bisnis ini karena modal yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis relatif kecil dibandingkan jenis bisnis lainnya. Melihat data peningkatan konsumsi kopi dan peningkatan coffee shop, wirausahawan harus memiliki citra merek (brand image) pada coffee shop yang akan dibuat. Merek dapat memberikan manfaat yang besar bagi produsen maupun yang konsumen. Merek juga mampu menambah nilai bagi konsumen.

Citra dan keyakinan atas produk yang menyebabkan konsumen ingin terasosiasikan dan membelinya, sehingga konsumen tidak segan membayar mahal untuk mendapatkan produk dengan merek tertentu. Konsumen bersedia membayar lebih tinggi suatu produk karena melekat merek yang merupakan jaminan konsistensi kualitas dan nilai tertentu yang diyakini terkandung didalamnya, tanpa adanya merek konsumen menjadi kurang merasa aman dari kemungkinan buruk diluar harapan (Sundjoto & Hadi, 2012).

Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen yang memiliki citra yang positif terhadap suatu merek, akan lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian.

(16)

Citra merek mengacu pada skema memori akan sebuah merek, yang berisikan interpretasi konsumen atas atribut, kelebihan, penggunaan, situasi, para pengguna, dan karakteristik pemasar dan/atau karakteristik pembuat dari produk/merek tersebut. Citra merek adalah apa yang konsumen pikirkan dan rasakan ketika mendengar atau melihat nama suatu merek. Citra merek konsumen yang positif terhadap suatu brand lebih memungkinkan konsumen untuk melakukan pembelian.

Brand yang lebih baik juga menjadi dasar untuk membangun citra perusahaan yang positif. Pengertian citra menurut Kotler & Keller (2008) citra adalah seperangkat keyakinan, ide, dan kesan, yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu objek.

Wirausahawan juga harus memperhatikan kesadaran merek (brand awareness) terhadap konsumennya, karena menunjukan kesanggupan konsumen (atau calon pembeli) dalam mengingat kembali (recognize) atau mengenali (recall) bahwa suatu merek merupakan suatu bagian dari kategori produk tertentu. Brand awareness merupakan tujuan umum komunikasi pemasaran, adanya brand awareness yang tinggi diharapkan kapanpun kebutuhan kategori muncul, brand tersebut akan dimunculkan kembali dari ingatan yang selanjutnya dijadikan pertimbangan berbagai alternatif dalam pengambilan keputusan. Brand awareness menunjukkan pengetahuan konsumen terhadap eksistensi suatu brand. Jadi brand awareness adalah kemampuan sebuah merek dalam mengenalkan dan bertahan di benak konsumen dalam waktu yang lama serta menjadi referensi utama konsumen dalam suatu kategori produk tertentu.

Brand awareness dapat menandakan keberadaan, komitmen dan inti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Jadi jika kesadaran atas merek tinggi,

(17)

kehadiran merek itu selalu dapat kita rasakan, sebab sebuah merek dengan brand awareness tinggi biasanya disebabkan oleh beberapa faktor yaitu diiklankan secara luas, sehingga diketahui secara luas oleh masyarakat, eksistensi yang sudah teruji oleh waktu, keberadaan merek yang telah berlangsung lama menunjukkan bahwa merek tersebut mampu memenuhi kebutuhan dan harapan konsumen, jangkauan distribusi yang luas, sehingga memudahkan konsumen untuk mendapatkan produk tersebut, merek tersebut dikelola dengan baik.

Di Kota Medan Usaha coffee shop berkembang sangat cepat dari meningkatnya jumlah usaha coffee shop yang semakin banyak. Tren ini menarik kopi kenangan untuk mebuka cabang di medan. Kopi Kenangan merupakan coffee shop yang bukan perusahaan waralaba yang paling cepat berkembang di Indonesia.

Ide kopi kenangan bermula karena pemilik ingin menyebarkan tentang kopi di Indonesia. Misi kopi kenangan untuk menjadi pemimpin pasar di industry coffee shop dan untuk bertujuan untuk menghilangkan batasan antara konsumen online dan offline agar memiliki hubungan spesial antara kopi kenangan dengan konsumennya. Kopi Kenangan telah mendapat pendanaan institusional pertamanya sebesar US$ 8 juta pada Oktober 2018 dari Alpha JWC Ventures yang berbasis di Indonesia. Kopi Kenangan sendiri sudah membuka sebanyak dua belas gerai kopi di Kota Medan.

Kopi Kenangan adalah perusahaan yang bergerak di bidang kopi minuman yang turut meramaikan pasar kopi kekinian di Indonesia. Kopi Kenangan dianggap sukses mengisi ceruk kesenjangan harga antara kopi mahal bertaraf peritel internasional dan kopi instan kemasan yang disajikan di warung-warung kopi.

(18)

Pamor merek Kopi Kenangan semakin kuat seiring dengan perkembangan bisnis Kopi Kenangan, khususnya semenjak mendapatkan suntikan dana dari beberapa modal ventura, seperti Sequoia India, Arrive, Serena Ventures dan Alpha JWC Ventures. Kopi Kenangan berencana memperluas pasar hingga ke luar negeri dengan memperkenalkan cita rasa khas kopi Indonesia

Kopi Kenangan memiliki keunikan tersendiri. Untuk dapat bersaing di pasaran, setiap gerai kopi tentunya harus memiliki keunikannya sendiri. Sejak kemunculannya di tahun 2018, Kopi Kenangan kini menjadi salah satu gerai kopi kekinian yang banyak dicari pecinta kopi. Semua bahan dan alat yang digunakan untuk membuat kopi di Kopi Kenangan dipilih dengan kualitas yang terbaik. Selain rasa kopi susu nya yang menjadi favorit pelanggan, nama kopi yang ditawarkan dibuat menarik sehingga membuat rasa penasaran pelanggan yang ingin mencicipi.

Merek dari Kopi Kenangan menarik karena memiliki keunikan tersendiri. Beberapa nama kopi yang ditawarkan di Kopi Kenangan antara lain Kopi Kenangan Mantan, Kopi Kekasih Gelap, Kopi Kenangan Masa Lalu, Kopi Kekinian dan Es Teh Nostalgia. Keunikan yang dibuat oleh kopi kenangan memunculkan citra merek yang mudah diingat kepada konsumen.

Berdasarkan pengamatan dengan menunjukan keunikan nama dari kopi yang dijual, memungkinkan konsumen memiliki awareness terhadap setiap produk yang dikeluarkan oleh Kopi Kenangan. Namun tidak disemua cabang Kopi Kenangan sama, karena di beberepa cabang seperti di dalam pusat perbelajaan gereai Kopi Kenangan memiliki tempat yang lebih kecil, sehingga logo yang dipajang juga lebih kecil. Kempauan menciptakan brand image dan brand

(19)

awareness yang baik dapat meningkatkan minat beli konsumen pada Kopi Kenangan sun plaza Medan.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, untuk melihat bagaimana kondisi sebenarnya mengenai brand image dan brand awaereness pada Kopi Kenangan Sun Plaza Medan terhadap minat beli konsumen maka dilakukan pra-survey dengan menyebarkan kuisioner sementara, yang terdiri dari indikator mengenai brand image dan brand awareness kepada 30 mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatra Utara. Berdasarkan penyebaran kuisioner tersebut di peroleh data pada Tabel 1.1:

Tabel 1.1

Kuisioner Pra Survey Brand Image

No. Pernyataan Jawaban

Jumlah

S TS

1. Produk Kopi Kenangan memiliki cita rasa yang spesial

23/30 x 100%

= 76,66%

7/30 x 100%

= 23,33%

30 orang

2. Merek Kopi Kenangan memiliki logo yang unik dan khas.

20/30 x 100%

= 66,66%

10/30 x 100%

= 33,33%

30 orang

Sumber: Pra Survey (2020)

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatra Utara sudah mengetahu citra merek dari kopi kenangan. Karena sebanyak 76,66 persen konsumen menunjukan bahwa Kopi kenangan memiliki cita rasa yang special tetapi tidak setuju dan juga menurut survey yaitu sebesar 66,66 persen bahwa Kopi Kenangan memiliki logo yang unik dan khas.

Berdasarakan hal tersebut untuk melihat brand awareness pada Kopi Kenangan Sun Plaza Medan terhadap minat beli konsumen, kembali dilakukan

(20)

penyebaran kuisioner sementara terhadap 30 mahasiswa. Hasil penyebaran kusioner awal dapat dilihat pada Tabel 1.2

Tabel 1.2

Kuisioner Pra Survey Brand Awareness

No. Pernyataan Jawaban

Jumlah

S TS

1. Saya sudah mengenal produk Kopi 23/30 x 100% 7/30 x 100% 30 orang

kenangan = 76,66% = 23,3%

2. Merek coffee shop yang muncul 14/30 x 100% 16/30 x 100% 30 orang dalam benak saya pertama kali adalah

Kopi Kenangan.

= 46,66% = 53,33%

Sumber: Pra Survey (2020)

Dapat dilihat dari Tabel 1.2 bahwa mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatra Utara sebagian besar konsumen sudah mengenal produk dari Kopi Kenangan yaitu sebesar 76,66 persen. Namun sebanyak 53,33 persen dari hasil pra-surver bahwa Kopi Kenangan bukanlah merek coffee shop yang pertama kali muncul di dalam benak konsumen.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Brand Image dan Brand Awareness Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Kopi Kenangan Sun Plaza Medan (Studi Kasus Pada Mahasiswa FEB USU)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah yang akan diteliti adalah:

1. Apakah brand image dan brand awareness secara serempak berpengaruh signifikan terhadap minat beli konsumen pada Kopi Kenangan Sun Plaza Medan?

(21)

2. Apakah brand image berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli konsumen pada Kopi Kenangan Sun Plaza Medan?

3. Apakah brand awareness berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli konsumen pada Kopi Kenangan Sun Plaza Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh brand image dan brand awareness secara serempak terhadap minat beli konsumen pada Kopi Kenangan Sun Plaza Medan.

2. Untuk mengetahui pengaruh brand image terhadap minat beli konsumen pada Kopi Kenangan Sun Plaza Medan.

3. Untuk mengetahui pengaruh brand awareness terhadap minat beli konsumen pada Kopi Kenangan Sun Plaza Medan.

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan diperoleh dengan melakukan penelitian ini, antara lain:

1. Bagi Pelaku Bisnis

Penelitian ini dapat memberikan masukan dan pertimbangan bagi bisnis Kopi Kenangan di kota Medan tentang pengetahuan brand image, dan brand awareness terhadap minat beli konsumen.

2. Bagi Peneliti

Memberikan pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan serta pola pikir dalam menganalisis hubungan brand image, dan brand awareness

(22)

terhadap minat beli konsumen pada usaha Kopi Kenangan Medan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi yang dapat dijadikan bahan perbandingan dalam melakukan penelitian di masa yang akan datang.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 UMKM

Usaha mikro adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung, dari usaha mikro, usah kecil atau usaha besar yangmemenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana dimaksud dalam UU tersebut. Di dalam Undang-undang tersebut, kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan UMKM seperti yang tercantum dalam Pasal 6 adalah nilai kekayaanmbersih atau nilai aset tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau hasil penjualan tahunan. Dengan kriteria sebagai berikut:

1. Usaha mikro adalah unit usaha yang memiliki aset paling banyak Rp.50 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dengan hasil penjualan tahunan paling besar Rp.300 juta.

2. Usaha kecil dengan nilai aset lebih dari Rp. 50 juta sampai dengan paling banyak Rp.500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300 juta hingga maksimum Rp.2.500.000.

3. Usaha menengah adalah perusahaan dengan milai kekayaan bersih lebih dari Rp.500 juta hingga paling banyak Rp.100 milyar hasil penjualan tahunan di atasRp.2,5 milyar sampai paling tinggi Rp.50 milyar.

(24)

Secara umum, tujuan atau sasaran yang ingin dicapai adalah terwujudnya Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang tangguh dan mandiri yang memiliki daya saing tinggi dan berperan utama dalam produksi dan distribusi kebutuhan pokok, bahan baku, serta dalam permodalan untuk menghadapi persainganbebas. UMKM adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan olehorang perorangan atau badan usaha di semua sektor ekonomi. Dalam perspektif perkembangannya, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain itu kelompok ini terbukti tahan terhadap berbagai macam goncangan krisi ekonomi.Maka sudah menjadi keharusn penguatan kelompok Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang melibatkan banyak kelompok. Berikut ini adalah klasifikasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM):

1. Livelhood Activities, merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang labih umum biasa disebut sektor informal. Contohnya pedagang kaki lima.

2. Micro Enterprise, merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.

3. Small Dynamic Enterprise, merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor.

4. Fast Moving Enterprise, merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi usaha besar (UB).

(25)

2.1.2 Brand Image (Citra Merek)

Perusahaan harus memiliki merek yang berbeda dengan pesaingnya, begitu pula dengan citra merek yang tertanam di benak pelanggan. Karena citra merek merupakan salah satu hal yang dilihat pertama kali oleh pelanggan sebelum melakukan pembelian atau pemilihan produk. Menurut Kotler & Amstrong (2001) citra merek (Brand image) adalah seperangkat keyakinan konsumen mengenai merek tertentu. Brand Image merupakan hal yang penting dan menjadi prioritas utama bagi pemilik usaha. Karena konsumen akan menjadikan acuan sebelum melakukan pembelian.

Brand Image yang baik atau positif adalah yang dapat memberikan dampak nilai lebih terhadap konsumen, jika suatu merek memiliki citra yang buruk maka secara tidak langsung akan berdampak kepada konsumen dan kemungkinan besar konsumen tidak tertarik untuk melakukan pembelian. Maka dalam hal ini perusahaan dituntut melakukan strategi yang baik dan benar agar dapat menarik perhatian kepada konsumen dan tidak kalah saing dengan pelaku bisnis lainnya.

Bagi perusahaan citra merek adalah presepsi yang diberikan konsumen terhadap produk atau jasa yang diberikan perusahaan kepada konsumen. Citra merek adalah penglihatan yang dimiliki oleh konsumen terhadap penilaian untuk perusahaan yang bertahan di benak konsumen.

Menurut Kotler (2003) menyatakan bahwa: brand image yang efektif dapat mencerminkan tiga hal, yaitu:

1. Membangun karakter produk dan memberikan nilai porposional,

2. Menyampaikan karakter produk secara unik sehingga berbeda dengan para

(26)

pesaingnya,

3. Memberi kekuatan emosional dari kekuatan rasional.

Suatu perusahaan yang mampu membentuk Brand Image yang baik maka akan dapat melakukan promosi dengan mudah dan efektif kepada konsumen yang dan memiliki peluang besar untuk dalam meningkatkan loyalitas pelanggan namun apabila memiliki citra merek yang buruk akan ternilai sebaliknya.

Konsumen dalam hal ini adalah mereka yang telah melakukan pembelian dan mereka sadar akan pengertian citra merek tersebut. Citra merek yang baik akan dengan mudah diterima oleh konsumen, dengan demikian akan meningkatkan kepuasan terhadap konsumen. Kotler & Keller (2008) menjelaskan bahwa citra merek adalah persepsi dan keyakinan yang dilakukan oleh konsumen, seperti tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam memori konsumen. Tjiptono (2005), Brand Image atau citra merek adalah deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu. Komponen Brand Image menurut Biels (dalam Consuegra, 2006) citra merek dijabarkan menjadi tiga komponen: citra pembuatproduk/jasa, citra pemakai, dan citra produk/jasaitu sendiri.

Citra merek merupakan pemahaman pelanggan mengenai merek secara keseluruhan. Kepercayaan pelanggan terhadap suatu merek tertentu dan bagaimana pelanggan memandang suatu merek. Citra merek yang positif akan membuat pelanggan menyukai suatu produk dengan merek yang bersangkutan dikemudian hari, sedangkan bagi produsen citra merek yang baik akan menghambat kegiatan pemasaran pesaing. Kotler & Armstrong (2013) mengemukakan pengertian citra merek adalah sekumpulan keyakinan terhadap suatu merek disebut citra merek.

(27)

Ketika suatu brand image telah mampu untuk membangun karakter produk dan memberikan value proposition, kemudian menyampaikan karakter produk tersebut kepada pelanggannya secara unik, berarti brand tersebut telah memberikan suatu kekuatan emosional lebih dari kekuatan rasional yang dimiliki oleh produk tersebut.

Hal ini akan membuat pelanggan mengasosiasikan hal positif dalam pikirannya ketika mereka memikirkan brand tersebut.

Kotler & Keller (2012) mengemukakan faktor-faktor terbentuknya citra merek sebagai berikut:

1. Keunggulan produk merupakan salah satu faktor pembentuk brand image, dimana produk tersebut unggul dalam persaingan. Karena keunggulan kualitas (model dan kenyamanan) dan ciri khas itulah yang menyebabkan suatu produk mempunyai daya tarik tersendiri bagi pelanggan. Favorability of brand association adalah asosiasi merek dimana pelanggan percaya bahwa atribut dan manfaat yang diberikan oleh merek akan dapat memenuhi atau memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka sehingga mereka membentuk sikap positif terhadap merek. Kekuatan merek merupakan asosiasi merek tergantung pada bagaimana informasi masuk kedalam ingatan pelanggan dan bagaimana proses bertahan sebagai bagian dari citra merek.

2. Kekuatan asosiasi merek ini merupakan fungsi dari jumlah pengolahan informasi yang diterima pada proses ecoding. Ketika seorang pelanggan secara aktif menguraikan arti informasi suatu produk atau jasa maka akan tercipta asosiasi yang semakin kuat pada ingatan pelanggan. Pentingnya asosiasi merek pada ingatan pelanggan tergantung pada bagaimana suatu

(28)

merek tersebut dipertimbangkan.

Keunikan merek adalah asosiasi terhadap suatu merek mau tidak mau harus terbagi dengan merek-merek lain. Oleh karena itu, harus diciptakan keunggulan bersaing yang dapat dijadikan alasan bagi pelanggan untuk memilih suatu merek tertentu. Dengan memposisikan merek lebih mengarah kepada pengalaman atau keuntungan diri dari image produk tersebut. Dari perbedaan yang ada, baik dari produk, pelayanan, personil, dan saluran yang diharapkan memberikan perbedaan dari pesaingnya, yang dapat memberikan keuntungan bagi produsen dan pelanggan.

Melihat betapa pentingnya sebuah citra merek dalam mendukung kesuksesan pemasaran suatu produk telah membuat para perancang citra merek berusaha memenuhi hasrat konsumen untuk menjadi bagian dari kelompok sosial yang lebih besar, dipandang terhormat oleh orang lain, atau untuk mendefinisikan diri menurut citra yang diinginkannya. Namun citra yang harus dibangun dalam jangka panjang tidak akan sempat terbentuk jika dalam waktu singkat produk itu rusak atau berkinerja rendah.

Menurut Rangkuti (2012), citra merek dapat dibangun melalui 3 (tiga) cara, yaitu:

1. Berbasis fitur, yaitu: menambahkan fitur produk dengan cara mencocokkan suatu produk dengan hal–hal yang dianggap paling menarik dan relevan bagi konsumen, sehingga menjadi pembangkit asosiasi.

2. Gambaran dari pengguna, yaitu: digunakan jika sebuah merek menciptakan citra dengan memfokuskan pada siapa yang menggunakan merek tersebut.

3. Iklan, yaitu: bagaimana citra produk dan makna asosiatif merek tersebut

(29)

dikomunikasikan oleh iklan dan media promosi lainnya, termasuk public relations dan event sponsorships.

Setelah tiga cara ini diterapkan, maka selanjutnya adalah bagaimana menilai baik tidaknya suatu citra merek. Untuk mengetahui hal tersebut, ada dua aspek dari citra merek yang harus dijadikan pertimbangan, yaitu: bagaimana anda ingin dilihat, dan bagaimana anda terlihat. Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa citra dari sudut pandang konsumen merupakan persepsi mereka mengenai sesuatu, dalam hal ini “merek”. Sedangkan dari sudut pandang produsen, citra merupakan proyeksi dari sekumpulan identitas merek. Oleh karena itu yang menjadi tolak ukur baik tidaknya citra suatu merek dapat diukur melalui identitas merek yang bersangkutan.

Faktor-faktor yang menjadi pendukung brand image (Aaker, 2010):

1. Product Attributes

Sebuah merek dapat memunculkan sejumlah atribut produk tertentu dalam fikiran pelanggan, yang mengingatkannya pada karateristik brand tersebut.

2. Consumer Benefits

Sebuah merek harus bisa memberikan suatu value tersendiri bagi konsistennya yang akan dilihat oleh pelanggan sebagai benefits yang diperolehnya ketika ia membeli atau mengkonsumsi produk tersebut. Consumer benefits terdiri dari:

a. Functional benefits

Merupakan serangkaian keuntungan yang didapatkan karena produk dapat melaksanakan fungsi utamanya.

b. Emotional benefits

Merupakan serangkaian keuntungan yang didapatkan karena produk

(30)

dapat memberikan perasaan yang positif kepada pelanggan.

c. Self Expressive Benefits

Merupakan serangkaian keuntungan yang didapatkan ketika sebuah brand dianggap bisa mewakili ekspresi pribadi seseorang.

d. Brand Personality

Merupakan perangkat karakter personal yang akan diasosiasikan oleh pelanggan terhadap sebuah merek tertentu.

e. User Imagery

User imagery dapat didefinisikan sebagai serangkaian karakteristik manusia yang diasosiasikan dengan ciri-ciri tipikal dari pelanggan yang menggunakan atau mengkonsumsi merek ini.

f. Organizational Associations

Pelanggan seringkali menghubungkan produk yang dibelinya dengan kredibilitas perusahaan yang membuatnya. Hal ini yang kemudian mempengaruhi persepsinya terhadap sebuah merek yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.

g. Brand Customer Relationship

Sebuah merek harus bisa menciptakan hubungan dengan pelanggannya.

Hal ini dapat diukur dengan tujuh dimensi, yaitu:

1) Behavior interdevendence, seperti: pelanggan merasa sangat tergantung dengan suatu merek.

2) Personal commitmen, seperti: pelanggan merasa loyal denganmerek.

3) Love and passion, seperti: pelanggan akan merasa kecewa jika tidak

(31)

dapat menemukan ketika dia membutuhkannya.

4) Nostalgic connection, yaitu mengingatkan pelanggan akan sesuatu hal atau pengalaman di masa lalu.

5) Self concept, yaitu mengingatkan pelanggan tentang dirinyasendiri.

6) Intimacy, yaitu pelanggan merasa familiar dengan merek.

1. Dimensi dan Indikator Brand Image (Citra Merek)

Menurut Keller (2013) dimensi-dimensi utama membentuk citra sebuah merek tertuang dalam berikut ini:

a. Brand Identity (identitas Merek)

Brand identity merupakan identitas fisik yang berkaitan dengan merek atau produk tersebut sehingga pelanggan mudah mengenali dan membedakannya dengan merek atau produk lain, seperti logo, warna, kemasan, lokasi, identitas perusahaan yang memayungi, slogan, dan lain-lain.

b. Brand Personality (Personalitas Merek).

Brand personality adalah karakter khas sebuah merek yang membentuk kepribadian tertentu sebagaimana layaknya manusia, sehingga khalayak pelanggan dengan mudah membedakannya dengan merek lain dalam kategori yang sama, misalnya karakter tegas, kaku, berwibawa, nigrat, atau murah senyum, hangat, penyayang, berjiwa sosial, atau dinamis, kreatif, independen, dan sebagainya.

c. Brand Association (Asosiasi Merek).

Brand Association adalah hal-hal spesifik yang pantas atau selalu dikaitkan dengan suatu merek, bisa muncul dari penawaran unik suatu

(32)

produk, aktivitas yang berulang dan konsisten misalnya dalam hal sponsorship atau kegiatan social resposibility, isu-isu yang sangat kuat berkaitan dengan merek tersebut, ataupun person, simbol-simbol dan makna tertentu yang sangat kuat melekat pada suatu merek.

d. Brand Attitude and Behavior (sikap dan perilaku merek).

Brand attitude and behavior adalah sikap atau perilaku komunikasi dan interaksi merek dengan pelanggan dalam menawarkan benefit-benefit dan nilai yang dimilikinya. Attitude and behavior mencakup sikap dan perilaku pelanggan, aktivitas dan atribut yang melekat pada merek saat berhubungan dengan khalayak pelanggan, termasuk perilaku karyawan dan pemilik merek.

e. Brand Benefit and Competence (Manfaat dan Keunggulan Merek).

Brand benefit and competence merupakan nilai-nilai dan keunggulan khas yang ditawarkan oleh suatu merek kepada pelanggan yang membuat pelanggan dapat merasakan manfaat karena kebutuhan, keinginan, mimpi, dan obsesinya terwujudkan oleh apa yang ditawarkan tersebut.

Citra merek dapat dinilai melalui beberapa dimensi dan indikatornya. Menurut Aaker & Biel (2013), bahwa indikator citra merek terdiri dari tiga komponen, yaitu:

a. Citra Korporat

Citra yang ada dalam perusahaan itu sendiri. Perusahaan sebagai organisasi berusaha membangun citranya dengan tujuan tak lain ingin agar nama perusahaannya bagus, sehingga akan mempengaruhi segala

(33)

hal mengenai apa yang dilakukan oleh perusahaan tersebut.Selain daripada itu citra perusahaan merupakan kesan psikologis dan gambaran dari berbagai kegiatan suatu perusahaan di mata khalayak publiknya yang berdasarkan pengetahuan, tanggapan serta pengalaman- pengalaman yang telah diterimanya.

b. Citra Produk/Konsumen

Citra konsumen terhadap suatu produk yang dapat berdampak positif maupun negatif yang berkaitan dengan kebutuhan, keinginan, dan harapan konsumen. Image dari produk dapat mendukung terciptanya sebuah brand image atau citra dari merek tersebut.

c. Citra Pemakai

Citra pemakai merupakan sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen. Citra pemakai dapat dibentuk langsung dari pengalaman dan kontak dengan pengguna merek tersebut. Manfaat adalah nilai pribadi konsumen yang diletakkan terhadap atribut dari produk atau layanan, yaitu apa yang konsumen pikir akan mereka dapatkan dari produk atau layanan tersebut.

2.1.3 Brand Awarness (Kesadaran Merek)

Kesadaran merek (Brand Awareness) adalah salah satu variabel yang telah menunjukan bahwa merek bisa mempengaruhi persepsi bahkan rasa seperti yang dijelaskan oleh Aaker (2003) kesadaran merek telah terbukti memengaruhi persepsi dan bahkan selera. Orang-orang menyukai yang akrab dan siap untuk menganggap segala macam sikap baik terhadap hal-hal yang akrab bagi mereka. Pada umumnya

(34)

konsumen cenderung membeli produk dengan merek yang sudah dikenalnya atas\

dasar pertimbangan kenyamanan, keamanan dan lain-lain. Bagaimanapun juga, merek yang sudah dikenal menghindarkan konsumen dari risiko pemakaian dengan asumsi bahwa brand yang sudah dikenal dapat diandalkan. Jadi membangun kesadaran merek yang kuatsangatlah penting untuk dapat menarik dan melekat di hati konsumen, sehingga dapat memengaruhi nilai pelanggan.

Brand awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu. Bagian dari suatu kategori produk perlu ditekankan karena terdapat suatu hubungan yang kuat antara kategori produk dengan merek yang dilibatkan.

Aaker (2010), mendefinisikan kesadaran merek (brand awareness) adalah kemampuan dari konsumen potensial untuk mengenali atau mengingat bahwa suatu merek termasuk ke dalam kategori produk tertentu. Kesadaran merek atau brand awareness berarti kemampuan konsumen dapat mengenali dan mengingat merek dalam situasi yang berbeda. Kesadaran merek terdiri dari brand recall dan brand recognition. Brand recall berarti ketika konsumen melihat kategori produk, mereka dapat mengingat nama merek persis, dan pengakuan merek berarti konsumen memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi merek ketika ada isyarat merek (Aaker dalam Chi, Yen, & Yang, 2009).

Selain itu, Hoeffler & Keller (dalm Chi, Yen, & Yang, 2009) menunjukkan bahwa kesadaran merek dapat dibedakan dari kedalaman dan keluasan. Kedalaman berarti bagaimana membuat konsumen untuk mengingat atau mengidentifikasi merek dengan mudah, dan keluasan mengungkapkan menyimpulkan ketika

(35)

konsumen membeli produk, nama merek akan datang ke pikiran mereka sekaligus.

Sedangkan menurut Durianto & Liana (2004), brand awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali, mengingatkembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu. Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kesadaran merek (brand awareness) adalah kesanggupan seorang pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu.

Dalam pengenalan maupun pengingatan kesadaran merek akan melibatakan upaya mendapatkan identitas nama dan menghubungkan kategori produk. Agar brand awareness dapat dicapai dan diperbaiki dapat ditempuh beberapa cara berikut ini:

1. Pesan yang disampaikan harus mudah diingat dan tampil beda dibandingkan dengan yang lainnya serta harus ada hubungan antar merek dengan kategori produknya.

2. Memakai slogan atau jingle lagu yang menarik sehingga membantu konsumen untuk mengingat merek.

3. Jika produk memiliki simbol, hendaknya simbol yang dipakai dapat dihubungkan dengan mereknya

4. Perluasan nama merek dapat dipakai agar merek semakin banyak diingat pelanggan.

5. Brand awareness dapat diperkuat dengan memakai suatu isyarat yang sesuai kategori produk, merek, atau keduanya.

6. Melakukan pengulangan untuk meningkatakan pengingatan karena

(36)

membentuk ingatan lebih sulit dibandingkan membentuk pengenalan.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Brand Awareness

Ada beberapa faktor-faktor dan fungsi yang mempengaruhi timbulnya brand awareness yang akan kita bahas sesaat lagi. Kesadaran merk (brand awareness) yang merupakan salah satu unsur penting dalam pencapaian ekuitas merk suatu produk, sudah barang tentu mendapatkan perhatian dari perusahaan dalam upaya memasarkan produknya. Perhatian perusahaan yang tinggi atas kesadaran konsumen terhadap merk produk mereka ini, di dasarkan atas berbagai faktor. Faktor tersebut bisa berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan. Aaker (2010) menjabarkan bahwa “Kesadaran merek” tersebut bisa menjadi suatu signal dari kehadiran, komitmen dan substansi. Ketiga hal tersebut secara tidak langsung merupakan peryataan perusahaan kepada publik mengenai keberadaan produk mereka di pasaran. Pernyataan keberadaan produk mereka merupakan salah satu faktor dari dalam diri perusahaan, faktor- faktor dari dalam perusahaan yang mempengaruhi timbulnya brand awareness adalah:

a. Perusahaan tetap menggeluti bisnis tersebut dalam waktu lama.

b. Perusahaan telah mengiklankan produknya secara luas c. Perusahaan mempunyai jaringan distribusi yang luas

Dari luar perusahaan terdapat beberapa hal yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya brand awareness adalah:

a. Konsumen melakukan pembelian ulang atas merk produk perusahaan.

b. Merek tersebut berhasil, merek lain menggunakannya

(37)

Selain dari faktor-faktor tersebut, brand awareness juga mempunyai fungsi- fungsi yang mendukung tercapainya suatu ekuitas merk. Fungsi-fungsi tersebut adalah:

a. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai keberadaan merk di pasaran

b. Menarik perhatian konsumen untuk melakukan pembeliaan serta melakukan pengulangan-pengulangan pembelian kembali.

c. Mempermudah menguasai pangsa pasar apabila produk perusahaan tersebut merupakan produk perintis di pasaran.

2. Dimensi dan indikator Brand Awareness

Aaker (2013) telah memecah brand awareness menjadi dua dimensi yaitu brand recall dan brand recognition dan dapatdiuraikan sebagai berikut:

a. Recognition

Tingkat minimal dari kesadaran merek. Hal ini penting pada saat seseorang pembeli memilih suatu merek pada saat melakukan pembelian.

b. Recall

Pengingatan kembali pada merek didasarkan terhadap permintaan seseorang untuk menyebutkan merek tertentu dalam suatu kelas produk.

Hal ini diistilahkan dengan pengingatan kembali tanpa bantuan, karena berbeda dari tugas pengenalan, responden tidak perlu dibantu untuk memunculkan merek tersebut.

c. Top-of-mind

Apabila seseorang ditanya secara langsung tanpa diberi bantuan

(38)

pengingatan dan ia dapat, menyebutkan satu nama merek, maka merek yang paling banyak disebutkan pertama sekali merupakan puncak pikiran.

Dengan kata lain, merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada di dalam benak konsumen.

d. Brand Knowledge

Merupakantingkat dimana seseorang mampu membuat sebuah brand merupakan sebuah bagian dalam produk atau jasa tertentu.

2.1.4 Minat Beli Konsumen

Seorang konsumen jika ingin mencari kepuasaan akan suatu produk tersebut, maka akan mencari informasi terlebih dahulu mengenai produk-produk tersebut. Dan jika kebutuhan konsumen kuat dan objek yang dicarinya dapat memenuhi kebutuhan sesuai yang diinginkan maka konsumen akan membeli produk tersebut. Menurut Setyawan (2010) menyatakan beberapa tahapan secara psikologis terjadinya perilaku pembelian. Tahapan tersebut antara lain perhatian, minat, keinginan, keputusan, dan perilaku untuk membeli.

Pengertian Minat Beli Konsumen Minat beli (willingness to buy) merupakan bagian dari komponen perilaku dalam sikap mengkonsumsi. Minat beli konsumen adalah tahap dimana konsumen membentuk pilihan mereka diantara beberapa merek yang tergabung dalam perangkat pilihan, kemudian pada akhirnya melakukan suatu pembelian pada suatu altenatif yang paling disukainya atau proses yang dilalui konsumen untuk membeli suatu barang atau jasa yang didasari oleh bermacam pertimbangan (Suyono & Pramono, 2012).

Pengertian minat beli menurut Kotler dan Keller (2009), Minat beli

(39)

merupakan perilaku yang muncul sebagai respon terhadap objek yang menunjukkan keinginan konsumen untuk melakukan pembelian. Menurut Durianto & Liana (2004), Minat beli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan minat beli merupakan pernyataan mental dari konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu.

Suatu produk dikatakan telah dikomsumsi oleh konsumen apabila produk tersebut telah diputuskan oleh konsumen untuk dibeli. Karakteristik pribadi konsumen yang dipergunakan untuk memproses rangsangan sangat komplek, dan salah satunya adalah asanya dorongan atau motivasi konsumen untuk membeli. Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa minat beli adalah kesungguhan hati untuk memiliki sesuatu pengorbanan dimana minat beli itu timbul karena konsumen merasa puas terhadap kualitas produk yang diberikan oleh perusahaan.

Perilaku seseorang sangat tergantung pada minatnya, sedangkan minat berperilaku sangat tergantung pada sikap dan norma subyektif atas perilaku.

Keyakinan atas akibat perilaku sangat mmepengaruhi sikap dan norma subyektifnya. Sikap individu terbentuk dari kombinasi antara keyakinan dan evaluasi tentang keyakinan penting seseorang konsumen, sedangkan norma subyektif ditentukan oleh keyakinan dan motivasi.

Konsumen dimanapun dan kapanpun akan dihadapkan dengan sebuah keputusan pembelian untuk melakukan transaksi pembelian. Dimana konsumen

(40)

akan membandingkan atau mempertimbangkan satu barang dengan barang yang lainnya untuk mereka konsumsi. Beberapa faktor yang membentuk minat beli konsumen (Kotler & Keller, 2009), yaitu :

1. Sikap orang lain, sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang akan bergantung pada dua hal yaitu, intensitas sifat negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain.

2. Faktor situasi yang tidak terantisipasi, faktor ini nantinya akan dapat

mengubah pendirian konsumen dalam melakukan pembelian. Hal tersebut tergantung dari pemikiran konsumen sendiri, apakah dia percaya diri dalam memutuskan akan membeli suatu barang atau tidak.

Minat konsumen tumbuh karena suatu motif berdasarkan atribut-atribut sesuai dengan dan kebutuhannya dalam menggunakan suatu produk, berdasarkan hal tersebut maka analisa mengenai bagaimana proses minat dari dalam diri konsumen sangat penting dilakukan, maka cara terbaik untuk mempengaruhi adalah mempelajari apa yang dipikirkannya, dengan demikian akan didapatkan tidak hanya sekedar informasi tentu lebih bagaimanan proses informasi itu dapat berjalan dan bagaimana memanfaatkannya. Hal ini yang dinamakan “The Buying Process”

(proses pemebelian). Proses pemebelian meliputi 5 (lima) hal yaitu:

1. Need (kebutuhan)

Proses pembelian berawal dari adanya kebutuhan yang tak harus dipenuhi atau kebutuhan yang muncul pada saat itu dan memotivasi untuk melakukan pembelian.

(41)

2. Recognition (pengenalan)

Kebutuhan belum cukup untuk merangsang terjadinya pembelian karena mengenali kebutuhan itu sendiri untuk dapat menetapakan sesuatu untuk memenuhinya.

3. Search (pencarian)

Merupakan bagian aktif dalm pembelian yaitu mencari jalan untuk mengisi kebutuhan tersebut.

4. Evaluation (evaluasi)

Suatu proses untuk mempelajari semua yang didapat selama proses pencarian dan mengembangkan beberapa pilihan.

5. Decision (keputusan)

Langkah terakhir dari suatu proses pemebelian untuk mengambil keputusan berdasarkan informasi yang diterima.

1. Dimensi dan Indikator Minat Beli Konsumen

Seorang konsumen tidak dengan sendirinya memiliki keputusan dalam pembelian barang atau jasa. Terlebih dahulu konsumen mencari informasi dari orang terdekat atau orang yang benar-benar dipercaya untuk membantunya dalam pengambilan keputusan. Dimensi dan dalam penelitian ini Menurut Augusty (2006), minat beli dapat di identifikasikan melalui dimensi sebagai berikut:

a. Minat transaksional b. Minat refrensial c. Minat Prefensial

(42)

d. Minat eksploratif

Indikator di dalam penelitian ini Menurut Augusty (2006), minat beli dapat diidentifikasikan melalui indikator-indikator sebagai berikut:

a. Kecenderungan seseorang untuk membeli produk.

b. Kecenderungan seseorang untuk merefresikan produk kepada oranglain.

c. Perilaku seseorang yang memiliki prefensi utama pada produktersebut.

d. Perilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk tersebut dan mencari informasi mendukung sifat sifat positif dari produk tersebut.

2.2 Penelitian terdahulu Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Penelitian

(Tahun) Judul Penelitan Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1 Kamilia Indah

dan Agung Budiatmo (2018)

Pengaruh Brand Image dan Brand awareness Terhadap Minat Beli Sepeda Motor Honda Scoopy Dengan Minat Beli Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Pada Konsumen PT.

Nusantara Sakti di kota Semarang)

Independen:

1. Brand Image 2. Brand Awareness Dependen:

Minat Beli

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa brand image dan brand awareness berpengaruh positif signifikan terhadap minat beli

2 Adriand dan Zeplin (2017))

Pengaruh Brand Image dan Brand Trust Terhadap Keputusan Pembelian Sepatu Converse

Independen:

1. Brand Image 2. Brand Trust

Dependen:

Keputusan Pembelian

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa brand image dan brand trust berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan pembelian

3 Rokhmat Subagiyo (2016)

Pengaruh Brand Image terhadap kepurusan nasabah dalam memilih pembiayaan di BMT Sahara Tulungagung

Independen 1.Brand Image

Dependen:

Keputusan Nasabah

Hasil penelitian menunjukan bahwa Brand Image berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan nasabah 4 Yi Zhang (2015) The Impact of Brand Image

on Consumer Behavior

Independen:

1. Brand Image Dependen:

Hasil penelitian menunjukan bahwa brand image berpengaruh positif signifikan terhadap consumer

(43)

Lanjutan Tabel 2.1

No Penelitian

(Tahun) Judul Penelitan Variabel Penelitian Hasil Penelitian 5 Marheni Eka

Sapiutri dan Tutut Ratna Pranata (2014)

Pengaruh Brand Image Terhadap Kesetiaan Pengguna Smarthphone Iphone

Independen:

1.Brand Image

Dependen:

Kesetiaan Pengguna

Hasil penelitian menunjukan bahwa brand image berpengaruh positif signifikan terhadap kesetiaan pengguna

6 Ermawan Galih Prasetya (2014)

Pengaruh Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian

Independen:

1. Brand Image Dependen :

Keputusan Pembelian

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa brand image secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan pembelian.

7 Putri Kumalasari (2013)

Analisis Pengaruh Brand Awareness dan Brand Image terhadap Brand Equity dan Dampaknya Pada MInat Beli Konsumen

Independen:

1. Brand Awareness 2. Brand Image Dependen:

Brand Equity

Moderasi:

Minat Beli Konsumen

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa brand awareness dan brand image secara serempak berpengaruh positif signifikan terhadap brand equity pada minat beli konsumen

8 Afianka Maunaza (2012)

Pengaruh Brand Image Terhadap Minat Beli Konsumen

(Studi Pada Maskapai Penerbangan LION AIR Sebagai Low Cost Carrier)

Independen:

1. Brand Image Dependen :

Minat Beli Konsumen

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kompetensi brand image berpengaruh positif signifikan terhadap minat beli konsumen

9 Ya Ting Yang (2009)

The Impact o Brand Awareness on Consumer Purchase Intention

Independen:

1. Brand awareness Dependen:

Consumer Purchase Intention

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa brand awareness berpengaruh positif signifikan terhadap Consumer Purchase Intention

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual dimaksudkan untuk menggambarkan paradigma penelitian sebagai jawaban atas masalah penelitian. Kerangka

(44)

konseptual akan menjelaskan secara teoritis hubungan antar variabel yang diteliti yaitu variabel independen dan variabel dependen. Kerangka penelitian ini untuk mempermudah jalan pemikiran terhadap permasalahan yang dibahas (Sugiyono, 2014). Kerangka konseptual menggambarkan hubungan dari variabel indpenden yaitu brand image (X1), brand awareness (X2) dengan variabel dependen yaitu minat beli konsumen (Y):

2.3.1 Hubungan Brand Image terhadap Minat Beli Konsumen

Brand image adalah sekumpulan persepsi dan kepercayaan yang dimiliki oleh pelanggan terhadap suatu merek yang direfleksikan melalui asosiasi-asosiasi yang ada dalam ingatan pelanggan (Kotler & Keller, 2012). Produk atau jasa mudah sekali ditiru, namun merek, khususnya citra merek yang terekam dalam benak konsumen tidak dapat ditiru. Sehingga pembentukan citra positif akan suatu merek akan menjadi salah satu tolak ukur penilaian konsumen dalam melihat sebuah produk atau layanan jasa. Minat beli merupakan suatu kekuatan pendorong atau sebagai motif yang bersifat instrinsik yang mamou mendorong seseorang untuk menaruh perhatian secara spontan, wajar, mudah tanpa paksaan . Menurut Seock (2003) semakin positif sikap seseorang konsumen terhadap suatu took atau merek, semakin tinggi pula minat beli konsumen terjadi. Sehingga pembentukan citra merek yang positif akan sangat diperlukan agar dapat menghasilkan minat beli konsumen.

2.3.2 Hubungan Brand Awareness terhadap Minat Beli Konsumen

Brand awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori

(45)

produk tertentu. Para pelaku bisnis yang memiliki kemampuan membuat merek yang mudah dikenali dan memiliki ciri khas, sehingga dapat menarik minat beli konsumen. Bahwa brand awareness berpengaruh positif signifikan terhadap minat beli konsumen.

Seseorang yang mampu membuat brand image dan brand awareness dengan baik maka akan dapat menarik minat beli konsumen. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat digambarkan kerangka konseptual yang diajukan adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang dikemukakan di atas, dapat dirumuskan hipotesis sementara sebagai berikut:

1. Brand Image dan brand awareness secara serempak berpengaruh signifikan terhadap minat beli konsumen pada Kopi Kenangan Sun Plaza Medan.

2. Brand image berpengaruh berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli konsumen pada Kopi Kenangan Sun Plaza Medan.

3. Brand awareness berpengaruh berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli konsumen pada Kopi Kenangan Sun Plaza Medan.

Brand Image

Minat Beli Konseumen Brand Awareness

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, yang memiliki langkah-langkah yang sistematis. Dilihat dari jenis penelitiannya, jenis penelitian asosiatif. Menurut Sugiyono (2017) penelitian asosiatif adalah suatu rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Hal ini dapat dilihat dari variable brand image (X1), dan brand awareness (X2) serta variable terikat yaitu minat beli konsumen (Y) pada bisnis Kopi Kenangan Sun Plaza Medan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bisnis Kopi Kenangan Sun Plaza Medan.

Penelitian ini akan dilakukan dari bulan Mei 2020 s.d bulan Juni 2020.

3.3 Batasan Operasional Variabel

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu variabel bebas (independent variable), dan variabel terikat (dependent variable).

Definisi masing-masing variabel adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2017):

1. Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah brand image (X1), dan brand awareness (X2) 2. Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat

karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini minat beli konsumen (Y).

(47)

3.4 Operasional Variabel

Tujuan utama pemberian defenisi operasional adalah suatu defenisi yang diberikan pada suatu variabel dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Defenisi variabel akan memberikan atau menurunkan arah peneliti untuk memenuhi unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dalam penelitian ini, pada Tabel 3.1 terdapat tiga variabel yang diteliti, yaitu:

Tabel 3.1 Operasional Variabel

Variabel Definisi Dimensi Indikator Skala

Ukur Brand

Image (X1)

Persepsi yang diberikan konsumen terhadap produk atau jasa yang diberikan perusahaan kepada konsumen.

1. Brand Identity 2. Brand Personality 3. Brand Association 4. Brand Attitude and

Behavior 5. Brand Benefit and

Competence

1. Citra korporat 2. Citra Produk/Konsumen

3. Citra Pemakai

Interval

Brand Awareness (X2)

Kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk ertentu

1.Brand Recall 2.Brand Recognition

1. Recognition 2. Recall 3. Top-of-mind

Interval

Minat Beli Konsumen (Y)

Minat beli merupakan perilaku yang muncul sebagai respon terhadap objek yang

menunjukkan keinginan konsumen untuk melakukan pembelian

1. Minat transaksional 2. Minat refrensial 3. Minat Prefensial 4. Minat eksploratif

1. Kecenderungan seseorang untuk membeli produk.

2. Kecenderungan seseorang untuk merefresikan produk

kepada orang lain.

3. Perilaku seseorang yang memiliki prefensi utama pada produk tersebut.

4. Perilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk tersebut

dan mencari informasi mendukung sifat sifat positif

dari produk tersebut.

Interval

Sumber: Kotler & Keller (2009), Aaker (2013), Augusty (2006)

Interval

Interval

Interval

(48)

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Pengukuran masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala likert. Skala likert dikembangkan oleh Rensis Likert, skala likert ini untuk menguji persetujuan atau ketidaksetujuan responden untuk setiap pernyataan yang diberikan oleh peneliti. Skala Likert digunakan untuk mengukur pendapat, presepsi, atau sikap seseorang atau sekelompok orang dengan memberikan rentang nilai. Skala ini sering digunakan pada jenis penelitian berupa survey. Kriteria skala yang digunakan dalam penelitian ini yaitu (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) netral, (4) setuju, dan (5) sangat setuju (Sugiarto, 2017).

Secara jelas teknik penilaian jawaban dari responden dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2

Instrumen Pengukuran Likert

No. Alternatif Jawaban Skor

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Kurang Setuju (KS) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Sumber: Diolah peneliti (2020)

3.6 Populasi dan Sampel 3.6.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2017) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

Referensi

Dokumen terkait

Brand Image Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Produk Mc Donald’s”, maka. penulis dapat menarik kesimpulan sebagai

yang berjudul ” Pengaruh Brand Image Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Absolut Surf Di Ciwalk Bandung ”. 1.2

Nilai Adjusted R Square yang didapat dari hasil pengujian Koefisien Determinan (R 2 ) terhadap minat beli konsumen sebesar 0,881menjelaskan bahwa 88,1% minat beli konsumen

Uji parsial menunjukkan bahwa inovasi dan kualitas pelayanan masing-masing berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli konsumen, dimana nilai thitung variabel

Pengaruh Strategi Inovasi Terhadap Minat beli Konsumen pada usaha Ritel (Studi Kasus pada Distro Kontjo Brothers Medan) Variabel Independen: Strategi Inovasi Variabel

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kualitas produk, promosi, dan harga memiliki pengaruh terhadap minat beli ulang pada pembelian produk Kopi Kenangan. Studi

Pengaruh Social Media Marketing, Brand Awareness Terhadap Keputusan Pembelian Dengan Minat Beli Sebagai Variabel Intervening Pada J.CO Donuts dan Coffee Semarang.Jurnal Of Social And

Pengaruh Brand Ambassador Terhadap Minat Beli Melalui Brand Image Berdasarkan analisis dari hasil penelitian menunjukan bahwa brand ambassador berpengaruh signifikan terhadap minat