• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.5 Tinjauan Pustaka…………………………………………………..……………….. 6-7

1.7.2 Metode Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan metode agih, metode padan ortografis, dan metode substitusi. Metode agih adalah metode analisis data yang alat penentunya adalah bagian dari bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:15).

Metode padan referensial adalah metode padan yang alat penentunya kenyataan yang ditunjukkan oleh bahasa atau referen bahasa (Sudaryanto, 1993: 13-14).

Teknik dasar yang digunakan adalah teknik “bagi unsur langsung”, teknik lanjutan yang digunakan adalah “teknik baca markah”, yaitu membaca pemarkah, perulangan, bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat.

Berikut contoh penerapan dari dua metode tersebut.

(8) ku mencintaimulebih dari apapun meski pun tiada satu orang pun yang tahu.

(9) danku mencintaimu sedalam-dalam hatiku meski pun engkau hanya kekasih gelapku.

Pada contoh (8) dan (9) terdapat pengulangan kata yang sama pada setiap awal kalimat yaitu ku mencintaimu. Selain itu tedapat pengulangan kata meski pun pada ppertengahan kalimat.Pada contoh pragmatis pengarang menuliskan karya ini agar pembaca dapat menambahkan wawasan mengenai tulisan ini.

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisi Data

Hasil penelitian ini disajikan dengan metnggunakan metode informal, yaitu dengan menggunakan kata-kata yang biasanyaitu kata-kata yang bersifat denotatif dan bukan kata yang bersifat konotatif (Sudaryanto, 1993 :145). Penyampaian hasil analisis data dalam penelitian ini juga dengan menggunakan metode formal, yaitu penyajian hasil analisis data dengan menggunakan table-tabel sesuai keperluan.

1.8 Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian masalah yang dibahas penulis adalah Bab I berisi (1) pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah yang menguraikan mengapa peneliti melakukan penelitian ini, (2) rumusan masalah yang menguraikan masalah-masalah yang ditemukan dalam penelitian ini, (3) tujuan penelitian menguraikan tujuan diadakan penelitian ini, (4) manfaat penelitian menguraikan manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini, (5) landasan teori yang menguraikan teori yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian, mencakup pengertian lirik lagu ungu, lagu ungu, gaya bahasa repetisi, jenis-jenis gaya bahasa repetisi, (6) uraian tentang metode yang digunakan dalam penelitian ini, (7) sistematika penyajian yang menguraikan sistematika penyajian yang terbagi atas empat bab.

Bab II menguraikan pembahasan setiap jenis gaya bahasa repetisi dan gabungan jenis gaya repetisi yang terdapat dalam lirik lagu ungu album sayang.

Bab III membahasfungsi gaya bahasa repetisi yang terdapat dalam lirik lagu Ungu album Sayang.

Bab IV berisi penutup yang mencakup kesimpulan dan saran. Kesimpulan yang dimaksud adalah kesimpulan tentang gaya bahasa repetisi yang terdapat dalam lagu Ungu album sayang. Saran yang dimaksud adalah saran kepada peneliti, penulis, dan masyarakat. Lampiran dari lirik lagu ungu album Sayang serta profil personilnya.

BAB II

JENIS-JENIS GAYA BAHASA REPETISI LIRIK LAGU CIPTAAN UNGU PADA ALBUM SAYANG

2.1 Pengantar

Pada bab II ini diuraikan jenis-jenis gaya bahasa repetisi lirik lagu ciptaan Ungu pada album sayang. Dalam pembahasan ini dikemukakan Sembilan jenis gaya bahasa repetisi lirik lagu ciptaan Ungu pada album sayang, yaitu (i) aliterasi, (ii) asonansi, (iii) antanaklasis, (iv) kiasmus, (v) episeukis, (vi) tautoles, (vii) anafora, (viii) epistrofa, (ix) simploke.

2.2 Aliterasi

Aliterasi adalah sejenis gaya bahasa yang memanfaatkan purwakanti atau pemakaian kata-kata yang permulaannya sama bunyinya (Tarigan, 1985 : 197). Aliterasi adalah semacam gayabahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama. Biasanya dipergunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa, untuk perhiasan atau untuk penekanan (Keraf; 1985 : 130).

Di samping persamaan bunyi atau pengulangan bunyi yang sama antara baris dengan baris yang lain, dikenal pula persamaan bunyi dalam satu baris sajak. Persamaan bunyi itu dapat berupa persamaan bunyi vokal, dapat pula berupa persamaan bunyi konsonan. Pengulangan bunyi dalam suatu rangkaian

kata-kata yang berdekatan – dalam satu baris – berupa bunyi konsonan disebut aliterasi.

Aliterasi berfungsi untuk menimbulkan kesan tertentu dan bahkan merupakan style bagi seorang penyair. Di samping itu, keduanya juga untuk memberikan hubungan tertentu terhadap kata-kata sebaris terlepas dari hubungan semantik biasa dan menekankan struktur irama sebuah baris serta tekanan tambahan terhadap kata-kata bersangkutan (Luxemburg, 1984 : 196). Dengan adanya bunyi-bunyi yang sama maka sajak kedengaran merdu dan tentunya menyenangkan.

Aliterasi terdapat pada contoh lagu yang berjudul “kekasih gelapku” dipaparkan di bawah ini:

1) Kekasih Gelapku

a. Ku mencintaimu lebih dari apapun b. Meskipun tiada satu orangpun yang tahu c. Ku mencintaimu sedalam-dalam hatiku d. Meskipun engkau hanya kekasih gelapku e. Ku tahu ku takkan selalu ada untukmu f. Disaat engkau merindukan diriku

g. Kutahu ku takkan bisa memberikanmu waktu h. Yang panjang dalam hidupku

i. Yakinlah bahwa engkau adalah cintaku j. Yang ku cari selama ini dalam hidupku k. Dan hanya padamu kuberikan sisa cintaku l. Yang panjang dalam hidupku

m. Hidupku…

n. Ku mencintaimu lebih dari apapun o. Meskipun tiada satu orangpun yang tahu p. Ku mencintaimu sedalam-dalam hatiku

s. Ku mencintaimu sedalam-dalam hatiku t. Meskipun engkau hanya kekasihgelapku u. Ku mencintaimu lebih dari apapun v. Meskipun tiada satu orangpun yang tahu w. Ku mencintaimu sedalam-dalam hatiku x. Meskipun engkau hanya kekasih gelapku

Pada contoh (I) lirik lagu kekasih gelapku adalah repetisi yang mengulang beberapa kata yang sama bunyinya terdapat pada bait pertama baris pertama dan baris ketiga seperti pada contoh pengulangan kata berikut. (1a) ku mencintaimu lebih dari apapun, (1c) ku mencintaimu sedalam-dalam hatiku, pada contoh (1a) dan (1c) kata yang digunakan oleh penyair dalam kalimat ini memiliki awalan kata yang sama bunyinya. Pada contoh kedua (1b) meskipun tiada satu orangpun yang tahu, dan keempat (1d) meskipun engkau hanya kekasih gelapku. Contoh (1b) dan (1d) penyair juga membuktikan bahwa kata-kata yang digunakan dalam kedua kalimat ini memiliki awalan kata-kata yang sama bunyinya.Yaitu pada contoh (1b) meskipun tiada satu orang pun yang tahu, dan (1d) meskipun engkau hanya kekasih gelapku.

Dalam bait kedua juga terdapat perulangan awalan kata pertama dan memiliki bunyi yang sama, seperti pada contoh dalam bait kedua kalimat (1e) ku tahu ku takkan selalu ada untukmu dan pada kalimat (1g)ku tahu ku takkan bisa memberikanmu waktu. Penyair juga menuliskan dua kalimat yang mmemiliki awalan yang sama bunyinya terbukti dalam kalimat (1e) dan kalimat (1g).

Contoh repetisi yang permulaannya sama bunyinya juga terdapat pada bait keempat kalimat pertama (1m) ku mencintaimu lebih dari apapun dan (1o) ku

juga terdapat pada kalimat (1n) meskipun tiada satu orangpun yang tahu, (1p) meskipun engkau kekasih gelapku. Penyair membuktikan pada penikmat atau pendengar bahwa hampir setiap kalimat yang digunakan dalam kalimat ini menggunakan awalan kata-kata yang sama. Penyair yang dimaksud oleh penulis grup band ungu.

Pada bait kelima dan keenam juga penyair mengulangi permulaan kata yang sama bunyinya seperti contoh (1a) ku mencintaimu lebih dari apapun dan pada kalimat (1c)ku mencintaimu sedalam-dalam hatiku. Penyair tiada henti membuktikan permulaan kata yang sama bunyinya di dalam kalimat (1n) meskipun tiada satu orangpun yang tahu dan (1p) meskipun engkau kekasih gelapku dan seterusnya.

2.3 Asonansi

Asonansi adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan vokal yang sama. Di samping persamaan bunyi atau pengulangan bunyi yang sama antara baris dengan baris yang lain, dikenal pula persamaan bunyi dalam satu baris sajak. Persamaan bunyi itu dapat berupa persamaan bunyi vokal, dapat pula berupa persamaan bunyi konsonan.

Asonansi berfungsi untuk menimbulkan kesan tertentu dan bahkan merupakan syleatau gayabagi seorang penyair. Di samping itu, keduanya juga untuk memberikan hubungan tertentu terhadap kata-kata sebaris terlepas dari hubungan semantik biasa dan menekankan struktur irama sebuah baris serta tekanan tambahan terhadap kata-kata bersangkutan (Luxemburg, 1984 : 196). Dengan

adanya bunyi-bunyi yang sama maka sajak kedengaran merdu dan tentunya menyenangkan.

(2) 1000 Malam

a. Di sini tanpa-Mu semuanya terasa mati b. Semuanya terasa tak berarti

c. Di sini tanpa-Mu malam pun terasa panjang d. Bulan pun tak menyinari malamku

e. Satu malam bagaikan 1000 malam f. Tanpa-Mu semuanya terasa hilang g. Satu malam bagaikan 1000 malam h. Tanpa-Mu semua jadi tak berarti

i. Di sini tanpa-Mu segalanya terasa hampa j. Semuanya terasa tak berwarna

k. Di sini tanpa-Mu detak jantungku berhenti l. Segala yang hidup pun terasa mati

m. Kini aku menyadari

n. Bahwa Kau-lah satu-satunya alasan aku untuk tetap hidup o. Aku hidup untuk mencari diri-Mu

p. Aku hidup untuk berjalan di jalan-Mu q. Karena semua hidupku adalah milik-Mu r. Semua tak berarti

Pada contoh (II) jenis gaya bahasa perulangan asonansi ini penyair menerangkan sejenis gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan vokal yang sama. Terlihat pada contoh di atas pada bait kedua baris pertama (2e) Satu malam bagaikan 1000 malam. Diulangi lg pada bari ketiga bait kedua yaitu (2g) satu malam bagaikan 1000 malam. Penyair menujukkan bunyi vokal yang sama dalam satu baris, dan telah diulangi lagi pada kalimat ketiga untuk meperjelas bunyi vokal yang sama dalam satu baris.

mencari diri-Mu, baris keempat (p) aku hidup untuk berjalan di jalan-Mu, dan baris kelima (2q) karena semua hidupku adalah milik-Mu. Pada setiap baris penyair menegaskan bahwa pada bait ketiga ini terdapat bunyi vokal yang sama disetiap awal dan akhir baris.

2.4 Antanaklasis

Antanaklasis adalah gaya bahasa yang mengandung ulangan kata yang sama dengan makna yang berbeda. (Tarigan, 1985 : 198).

(3).Berjanjilah

a. berjanjilah kau setia bila kau jadi kekasihku lagi b. berjanjilah kau setia selama kau masih disisiku

c. kau mungkin bukanlah sesuatu yang baru dalam hidupku d. dalam pencarian cintaku wujudkan mimpi-mimpiku e. karena dahulu engkau pernah menjadi kekasih hatiku f. perhiasan dalam mimpiku mewarnai seluruh hidupku g. berjanjilah kau setia bila kau jadi kekasihku lagi h. berjanjilah kau setia bila kau masih mencintaku i. berjanjilah kau setia untuk menyayangi aku lagi j. berjanjilah kau setia selama kau masih disisiku k. semoga hasrat ini temani untuk slamanya l. semoga cinta ini akan slalu ada

m. berjanjilah kau setia bila kau jadi kekasihku lagi n. berjanjilah kau setia bila kau masih mencintaku o. berjanjilah kau setia untuk menyayangi aku lagi p. berjanjilah kau setia selama kau masih di sisiku q. berjanjilah kau setia untuk menyayangi aku lagi r. berjanjilah kau setia selama kau masih di sisiku s. berjanjilah berjanjilah

makna yang berbeda. Seperti pada contoh bait pertama dalam lirik “berjanjilah” pada kalimat pertama (3a) berjanjilah kau setia bila kau jadi kekasihku lagi, pada kaliamat kedua (3b) berjanjilah kau setia selama kau masih di sisiku. Pada bait pertama ini menjelaskan bahwa penyair mengulangi kalimat yang sama tetapi memiliki makna yang berbeda.Makna yang berbeda di dalam kalimat ini pertama berjanjilah kau setia bila kau jadi kekasihku lagidan pada kalimat kedua berjanjilah kau setia selama kau masih di sisiku.Pada kalimat pertama penyair meminta kepada kekasihya untuk berjanji kepadanya janji yang pertama adalah berjanji untuk setiabila sang kekasih menjadi kekasih penyair. Pada janji yang kedua penyair meminta sang kekasih berjanji untuk setia kepadanya bila dia (sang kekasih) masih di sisi sang penyair.

Pada contoh bait kedua yang terdapat pada kalimat pertama (3g) berjanjilah kau setia bila kau jadi kekasihku lagi, pada bait kedua (3h) berjanjilah kau setia bila kau masih mencintaku, pada kalimat ketiga (3i) berjanjilah kau setia selama kau untuk menyayangi aku lagi, dan kalimat keempat dalam bait kedua (3j) berjanjilah kau setia selama kau masih di sisiku. Pada bait kedua ini juga penyair mengulangi beberapa kata yang sama dalam setiap kalimat yang diucapkan berturut-turut dan memiliki makna yang berbeda dalam setiap kalimat.

2. 5 Kiasmus

Kiasmus adalah gaya bahasa yang berisikan perulangan dan sekaligus pula merupakan inverse hubungan antara dua kata dalam satu kalimat (Ducrot and Todorov, 1981: 277).

Dia menyalahkan yang benar dan membenarkan yang salah. (4). Bukan Aku

a. Sudah kucoba untuk selalu b. mengerti apa yang kau mau

c. sudah kucoba untuk selaluikuti semua yang kau inginkan d. Bukan bukan ku sembunyi

e. namun hargailah perasaanku ini f. bukan bukan ku berlari

g. namun lihat-lihatkah aku disini h. Hari ini hari esok

i. bahkan mungkin sampai kau mati j. kau takkan pernah bisa berubah

k. namun ku yakin kau takkan pernah berubah l. Sudah kucoba untuk selalu

m. mengerti apa yang kau mau n. sudah kucoba untuk selalu o. ikuti semua yang kau inginkan

Pada contoh berikut penyair menyampaikan beberapa kata yang termasuk dalam jenis pengulangan kiasmus yang menunjukkan bahwa penyair menulis kata-kata yang memiliki perulang yang sekaligus merupakan kebalikan hubungan antara dua kata dalam satu kalimat. Penyair memberi penegasan melalui contoh di atas yang terdapat pada bait pertama (4a), baris kedua (4b), baris ketiga (4c), dan baris keempat (4d). Pada baris (4a) sudah ku coba untuk selalu, (4b) mengerti apa yang kau mau, (4c) sudah ku coba untuk selalu, (4d) ikuti semua yang kau inginkan.

Pada bait kedua ini penyair menyampaikan atau mencurakan isi hatinya yang sedang dialami suatu malam. Terlihat bahwa penyair menyampaikan perasaannya lewat lirik-lirik yang ia nyanyikan. Dalam bait kedua ini dari baris pertama hingga baris terakhir sangat jelas bahwa penyair merasa kecewa, karena dia merasa tidak dihargai oleh orang yang dia harapkan atau dia kasihi. Pembuktiannya dalam bait ini diawali dari baris pertama (4e) hingga baris terakhir (4j).

2.6 Epizeukis

Epizeukis adalah gaya bahasa perulangan yang bersifat langsung, yaitu kata yang ditekankan atau yang dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut.

(5). Apalah arti cinta

a. Apalah arti hidup tanpa cinta? b. Apalah arti cinta tanpa kasih?

c. Dan apalah arti diriku tanpa hadirmu?? d. Apalah arti semua tanpa dirimu?

e. Ada dalam pelukku f. Bersatu selamanya

g. Karena cintaku ada untuk dirimu h. Memberikan semua yang terindah i. Karna kasih suciku hanya untukmu j. Yang takkan mungkin hilang k. danTakkan pernah bisa sirna... woho...

l. ada dalam pelukku m. bersatu selamanya

o. memberikan semua yang terindah p. karna kasih suciku hanya untukmu q. yang takkan mungkin hilang r. karna cintaku ada untuk dirimu s. memberikan semua yang terindah t. karna kasih suciku hanya untukmu u. yangtakkan mungkin hilang

woho...hahahaha.... woho...hahahaha.

pada contoh v penyair menegaskan jenis gaya bahasa perulangan yang terdapat pada contoh berikut bersifat langsung, yaitu kata yang dipentingkan atau ditekankan diulang beberapa kali berturut-turut. Seperti yang terdapat pada bait pertama baris pertama (5a) apalah arti hidup tanpa cinta, baris kedua (5b) apalah arti cinta tanpa kasih, baris ketiga (5c) dan apalah arti diriku tanpa hadirmu, baris keempat (5d) apalah arti semua tanpa dirimu.

Dalam contoh di atas penyair meperjelas kata-kata atau perulangan yang bersifat langsung yaitu kata-kata yang dipentingkan atau ditekankan untuk diulang beberapakali dalam beberapa kalimat. Terbukti pada bait pertama, kedua, dan keempat. Pada bait pertama penyair menyampaikan perasaannya yang sedang mengharapkan kehadiran seseorang yang dikasihinya datang dalam kehidupannya. Dalam bait ketiga penyair mencurahkan perasaannya yang tak akan pernah berhenti mengharapkan kehadiran seseorang yang dia kasihi dan menegaskan bahwa penyair selalu setia dan tak akan pernah mengharapkan orang lain untu menggantikan orang yang dikasihinya.

2.7 Tautotes

Tautotes adalah gaya bahasa perulangan atau repetisi atas sebuah kata berulang-ulang dalam sebuah konstruksi (Keraf, 1985 : 127).

Tautotes adalah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan sebuah kata berkali-kali dalam sebuah konstruksi (Tarigan, 1985 : 248).

Contoh: Aku adalah kau, kau adalah aku, kau dan aku sama saja.

(6). Di sini untukmu

a. Seandainya kau tahu betapa ku sangat menginginkan dirimu b. Seadainya kau tahu apa yang ada didalam isi hatiku.

c. Akankah bisa kunyatakan rasa cinta dalam hatiku

d. Dan yakinkah bisa kukakatakan bahwa kaulah yang terindah ..untukku

e. Masih disini menantimu berharap kau akan..memikirkanku f. Masih disini menunggumu menanti jawaban atas cintaku g. Masih disini menantimu mengharap cintaku akan bersatu h. Masih disini menunggumu menanti dirimu kembali i. Masih disini ..oh.oh..oh

j. Masih disini ohhhhh ouoo

k. Masih disini menantimu berharap kau akan..memikirkanku l. Masih disini menunggumu menanti jawaban atas cintaku m. Masih disini menantimu mengharap cintaku akan

bersatu

n. Masih disini menunggumu menanti dirimu ..ou oh oohh

Pada contoh yang terdapat dalam jenis gaya bahasa perulangan tautotes ini penyair mejelaskan pengulangan beberapa kata dalam sebuah konstruksi berkali-kali. Seperti yang dipaparkan oleh penyair pada bait pertama bari pertama

(6a) Seandainya kau tahu betapa ku sangat menginginkan dirimu. Dan pada baris kedua (6b) Seadainya kau tahu apa yang ada didalam isi hatiku.

Pada bait kedua penyair mengulang beberapa kata dalam sebuah kalimat berkali-kali. Dibuktikan pada bait kedua dan keempat. Bait kedua terbagi dari (6e)-(6h), dan bait keempat dari (6i) hingga (6n).penyairmengulangi kata-kata yang sama hamper isi keseluruhan setiap baris. Penyair bermaksud menandakan bahwa lirik lagu jenis ini termasuk jenis gaya bahasa perulangan tautotes.

2.8 Anafora

Anafora adalah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pertama pada setiap baris atau setiap kalimat (Tarigan 1985:192).

Majas anafora merupakan bentuk majas perulangan yang menempatkan kata atau frasa yang sama di depan suatu puisi (Suprapto, 1991 : 11).

(7). Baku Jaga

a. Torang nin tau kapan tu badai datang b. Torang nin tau kapan musibah datang c. Yang torang tau Tuhan sayang pa torang d. Ba sabar jo, doa torang panjatkan e. Mari jo torang baku saying

f. Mari jo orang baku jaga

g. Mari jo torang baku pegangan tangan h. Basudara baku sayang

k. Percaya ini Tuhan pe cara l. Percaya ini Tuhan pe sayang m. Percaya Tuhan sayang pa torang

n. Ini peringatan untuk torang samua, untuk torang semua

Gaya bahasa repetisi yang terdapat pada contoh (vii) adalah perulangan kata pertama pada setiap baris atau kalimat. Seperti yang terdapat pada bait pertama baris pertama dan kedua (7a) torang nin tau kapan tu badai datang dan (7b) torang nin tau kapan musibah datang.

Pada bait kedua penyair juga membuktikan kata pertama setiap kalimat juga diawali dengan kata-kata yang sama, seperti pada contoh bait kedua pada baris (7e) – (7g). pada baris pertama bait kedua ini penyair menuliskan (7e) mari jo torang baku sayang, baris kedua (7f) mari jo orang baku jaga, dan baris ketiga bait kedua (7g) mari jo torang baku pegangan tangan.

Pada bait ketiga juga terdapat repetisi atau perulangan kata pada setiap baris (7h) – (7j). Padabaris pertama bait ketiga (7h) basudara baku sayang, baris kedua (7i) basudara baku rasa, dan baris ketiga dalam bait ketiga juga terdapat perulangan kata pertama pada setiap baris (7j) basudara torang baku jaga. Dalam bait ketiga ini pada baris prtama (7h) dan diakhiri baris ketiga (7j) jelas mengulangi kata-kata yang sama dalam setiap awal baris.

Bait terakhir juga terdapat repetisi perulangan kata pada setiap baris pertama. Diawali dengan huruf (7k) – (7m). Pada baris pertama (7k) percaya ini Tuhan pe cara, baris kedua bait keempat (7l) percaya ini Tuhan pe sayang, dan baris ketiga (7m) percaya Tuhan sayang pa torang.

2.9 Epistrofa

Epistrofa adalah semacam gaya bahasa repetisi berupa perulangan kata atau frase pada akhir baris atau kalimat berurutan.

Majas efifora merupakan repetisi atau perulangan yang cara melukiskannya dengan menempatkan kata atau kelompok kata yang sama di belakang baris dalam bentuk puisi secara berulang (suprapto, 1991 : 27).

(8). Dia Maha Sempurna a. Cari tempat sembunyi

b. Oh dimanakah aku bisa sembunyi c. Cari tempat sembunyi

d. Oh di mana aku bisa bersembunyi e. Dia maha besar

f. Dia maha melihat g. Dia maha tinggi h. Dia maha sempurna

i. Tak ada satu pun yang luput dari penjagaan-Nya j. Tak ada satu pun yang luput dari pandangan-Nya k. Tak ada satupun yang luput dari penglihatan-Nya l. Tak ada satupun yang luput dari pengawasan-Nya m. Cari tempat sembunyi

n. Oh dimanakah aku bisa sembunyi o. Cari tempat sembunyi

p. Oh dimanakah aku bisa sembunyi q. Dia Maha Kuasa

r. Dia Maha Segala s. Dan tiada satupun

t. Yang mampu menandingi-Nya, u. La Illaha Illallah 8x

w. Ku tak bisa sembunyi

Gaya bahasa repetisi yang terdapat pada contoh epistrofa adalah perulangan kata atau frasa pada akhir baris atau kalimat berurutan seperti yang dituliskan oleh penyair atau pencipta lagu pada contoh (ix) Dalam lagu yang berjudul Dia maha sempurna. Pada bait pertama terdapat perulangan kata dari baris (8a)-(8d) seperti contoh berikut. Dalam bait pertama baris (8a) cari tempat sembunyi, bait pertama baris (8b) oh di mana aku bisa sembunyi, pada bait pertama baris (8c) cari tempat sembunyi, dan baris terakhir (8d) oh di mana aku bisa bersembunyi. Dari bait pertama baris a-d sudah jelas bahwa perulangan kata di akhir kalimat berturut-turut menunjukkan bahwa penyair menuliskan gaya bahasa repetisi yang digunakan adalah perulangan kata atau frasa pada akhir baris atau kalimat berurutan.

2.10 Simploke

Simploke adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan pada awal dan akhir beberapa baris atau kalimat berturut-turut (Keraf, 1985 : 128).

9.Cinta Gila

a. Tahukah kau apa yang kau lakukan itu b. Tahukah kau siksa diriku

c. Bertahun kunantikan jawaban dirimu d. Bertahun-tahunkumenunggu

e. Kau sangka aku akan menyerah f. Kau sangka aku akan pasrah g. Dirimu tak perdulikan aku h. Walau cinta hanya untukmu

k. Untukmu.. l. Untukmu.. m. Untukmu... n. Kau o. Mimpi-mimpiku p. Cinta gelapku q. Hanya padamu r. Hanya kau

Dokumen terkait