• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.4 Metode Analisis Data

Untuk Masalah 1, dianilisis secara deskriptif dengan cara menjelaskan sistem dan pengelolaan usahatani Bawang Merah di Desa Simatupang.

Masalah 2, dianalisis dengan metode perhitungan, yaitu:

Dimana:

TC = Total Cost (Total Biaya)

Universitas Sumatera Utara

20

TR = Y . Py

Pd = TR - TC FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)

VC = Variable Cost (Biaya Variabel) (Soekartawi, 1986).

Masalah 3, dianalisis dengan metode perhitungan yaitu:

Dimana:

TR = Total Penerimaan

Y = Produksi yang diperoleh Py = Harga Y

(Soekartawi, 1986).

Dimana:

Pd = Pendapatan Usahatani TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya.

(Soekartawi, 1986).

Untuk masalah 4, dianalisis dengan menghitung R/C Ratio dan BEP.

• R/C (Return Cost Ratio) dikenal sebagai perbandingan atau nisbah antara penerimaan dan biaya. Secara matematika dapat dituliskan sebagai berikut:

A = R/C R = Py . Y C = FC + VC

A = {(Py . Y) / (FC + VC)} Universitas Sumatera Utara

BEP Produksi = Total Biaya Produksi Harga

BEP Harga = Total Biaya Produksi Total Produksi Dimana:

A = Nisbah C = Biaya

R = Penerimaan Py = Harga output

Y = Biaya tetap FC = Biaya tidak tetap Kriteria:

- Jika R/C > 1, maka usaha layak untuk dilaksanakan - Jika R/C = 1, maka usaha layak impas

- Jika R/C < 1, maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan.

(Soekartawi, 1986).

• Break Even Point (BEP) adalah titik pulang pokok dimana total revenue sama dengan total cost.

Kriteria Uji: titik impas yang terlampaui apabila nilai masing-masing variabel lebih tinggi dari hasil perhitungan BEP (Sunarjono, 2000).

3.5 Definisi &Batasan Operasional

Universitas Sumatera Utara

22

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.5.1 Definisi

1. Usahatani bawang merah adalah suatu usaha yang dilakukan diatas sebidang lahan usahatani dengan menanam tanaman bawang merah.

2. Petani bawang merah adalah orang yang melaksanakan dan mengelola usahatani bawang merah pada sebidang tanah atau lahan.

3. Sarana produksi adalah semua korbanan yang digunakan dalam usahatani bawang merah sehingga menghasilkan suatu keluaran atau output.

4. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk usahatani bawang merah, terdiri atas biaya Tetap (PBB, sewa lahan, biaya penyusutan) dan biaya variabel (Pupuk, Bibit, pestisida dan Tenaga Kerja).

5. Harga jual adalah besarnya nilai penjualan yang diterima oleh petani bawang merah dan suatu waktu dapat berubah tergantung pada permintaan pasar.

6. Penerimaan usahatani bawang merah adalah jumlah produksi bawang merah dikali dengan harga jual bawang merah.

7. Pendapatan usahatani bawang merah adalah penerimaan yang diperoleh petani bawang merah dikurangi dengan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam usahatani bawang merah.

8. Pendapatan tenaga kerja keluarga petani adalah penjumlahan pendapatan bersih dengan upah tenaga kerja petani dan anggota keluarga yang diperhitungkan.

Universitas Sumatera Utara

9. Pendapatan keluarga adalah pendapatan tenaga kerja keluarga petani ditambah bunga modal milik sendiri.

10. Kelayakan usaha adalah ukuran suatu usaha dapat menghasilkan keuntungan yang proporsional dengan membandingkan jumlah penerimaan dan seluruh biaya produksi usahatani.

11. Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue sama dengan total cost.

12. Data yang di analisis adalah data per petani.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Desa Simatupang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara.

2. Sampel penelitian adalah petani bawang merah di Desa Simatupang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara.

3. Waktu penelitian adalah selama tahun 2017.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian

4.1.1 Luas Wilayah dan Letak Geografis

Desa Simatupang merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara. Luas wilayah Desa Simatupang sebesar 420 Ha dengan tanah kering sebesar 236 Ha, bangunan pekarangan sebesar 13 Ha, tanah sawah sebesar 120 Ha, dan lainnya sebesar 51 Ha. Untuk pembagian jenis penggunaan tanah di seluruh desa di Kecamatan Muara dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Luas Wilayah Kecamatan Menurut Desa/Kelurahan dan Jenis Penggunaan Tanah 2013 (Ha)

No Desa/Kelurahan Tanah Sawah

Tanah Kering

Bangunan Pekarangan

Lainnya Jumlah

1 Huta Lontung 0 410 16 534 960

Sumber: UPT Pertanian Kecamatan Muara.

Universitas Sumatera Utara

Desa Simatupang berada pada 2⁰ 19' 58,66'' Bujur Timur dan 98⁰ 55' 41,63'' Lintang Utara yang terdiri dari 2 (dua) dusun dan mempunyai topografi dataran rendah yang berada pada ketinggian 917 meter di atas permukaan laut.

Adapun batas - batas Desa Simatupang sebagai berikut:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Batu Binumbun

• Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Aritonang

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Humbang Hasundutan

• Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Hutanagodang dan Desa Unte Mungkur 4.1.2 Keadaan Penduduk

Desa Simatupang memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.110 jiwa yang terdiri dari 557 jiwa laki-laki dan 553 jiwa perempuan, dihitung berdasarkan jumlah Rumah Tangga Desa Simatupang dihuni 262 Rumah Tangga.

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga Menurut Desa/Kelurahan Tahun 2015 (orang)

No Desa/Kelurahan Jumlah Penduduk

Jumlah Rumah Tangga

Laki-Laki Perempuan

1 Huta Lontung 545 137 266 279

Sumber: BPS Kabupaten Tapanuli Utara 2015 (diolah).

Universitas Sumatera Utara

26

4.1.3 Sarana dan Prasarana

Desa Simatupang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara memiliki berbagai sarana dan prasarana yang dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 4.3. Sarana dan Prasarana di Desa Simatupang Tahun 2015

No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

1 Balai Desa 1

10 Warung/Kedai Makan/Minum 4

11 Toko/Warung Kelontong 8

Sumber: UPT Pertanian Kecamatan Muara.

Berdasarkan data yang telah diperoleh, Desa Simatupang sudah cukup memadai untuk menunjang kegiatan penduduk setempat karena telah terdapat fasilitas-fasilitas yang membantu kegiatan penduduk seperti kesehatan, rumah ibadat, dan fasilitas pendidikan meskipun hanya terdapat fasilitas SD Negeri dan SMK negeri.

4.2 Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani sampel bawang merah di Desa Simatupang meliputi umur petani, tingkat pendidikan, luas lahan, lama bertani, dan jumlah tanggungan.

Karakteristik petani dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 4.4 Karakteristik Petani Sampel Untuk Desa Simatupang.

No Karakteristik Satuan Range Rataan

1 Umur Petani Tahun 34 – 61 44,06

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Teknis Budidaya Usahatani Bawang Merah 5.1.1 Pengolahan Lahan

Untuk mendapatkan hasil tanaman bawang merah yang baik dibutuhkan tingkat keasaman tanah dengan PH antara 6,0 – 6,8. Jenis tanah yang paling baik adalah tanah lempung yang berpasir atau berdebu karena tanah seperti ini memiliki drainase dan aerase yang baik.

Di daerah penelitian, pengolahan lahan dilakukan dengan mencangkul tanah sedalam 20 – 40cm, lalu digemburkan. Kemudian dibentuk bedengan-bedengan dengan lebar 100 - 200cm. Lalu dibuat jarak 20 - 40cm antara bedengan yang satu dengan yang lain agar dapat digunakan sebagai parit. Parit juga memudahkan dalam pemupukan dan penyemprotan sekaligus juga berguna agar lahan tidak tergenang banyak air saat musim hujan.

5.1.2 Penanaman

Penanaman bawang merah di daerah penelitian dilakukan 1 - 2 kali dalam satu tahun. Sebelum melakukan penanaman, petani di daerah penelitian melakukan pemupukan terlebih dahulu. Untuk wadah pemupukan disiapkan lubang tanam dengan jarak tanam pada musim kemarau 15x15cm dan pada musim hujan 20x20cm. Pupuk yang digunakan para petani antara lain pupuk Kompos, Urea, NPK (Ponska), Za, KCL, Mutiara, SS(Amophos), dan TSP.

Pada lubang yang telah diberi pupuk, ditanam benih yang telah disiapkan dengan 1 umbi pada setiap lubang. Benih yang digunakan adalah benih unggul bawang lokal jenis Samosir namun ada juga petani yang menggunakan benih yang telah di

Universitas Sumatera Utara

28

sisihkan pada panen sebelumnya. Harga benih bawang merah adalah Rp. 25.000 dengan kebutuhan benih rata-rata sebanyak Rp. 5.000Kg/Ha tergantung pada luas lahan dan jarak tanam yang digunakan. Selain menanam bawang merah, petani juga biasanya menanam tanaman selingan seperti padi, jagung, dan kopi.

Setelah benih dimasukkan kedalam lubang tanam, lubang ditutup dengan tanah yang telah digemburkan dengan menggunakan cangkul atau cangkul kecil.

5.1.3 Pemeliharaan

Pemeliharaan dalam usahatani bawang merah terdiri dari pemupukan, penyiangan, penyiraman, penyemprotan.

1. Pemupukan

Jumlah pupuk dan penggunaannya ditentukan oleh petani berdasarkan luas lahan, kesuburan tanah dan modal yang dimiliki oleh petani. Pemupukan pertama dilakukan sebelum penanaman. Kebutuhan pupuk tiap lahan petani sangat beragam tergantung kondisi tanaman bawang merah yang dimiliki dan juga pengetahuan para petani. Rata-rata penggunaan tenaga kerja untuk kegiatan pemupukan adalah ±42 HKO/Ha. Harga dan Jenis pupuk yang digunakan petani di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Jenis dan Harga Pupuk yang Digunakan Petani Bawang Merah per Hektar di Desa Simatupang

No Jenis Pupuk Kebutuhan (Kg/Ha) Harga (Rp/Kg)

1 Kompos 708,81 1.700

2 Urea 183,52 7.000

3 NPK (Ponska) 199,23 5.000

4 Za 80,08 4.500

5 KCL 111,88 8.000

6 Mutiara 160,92 6.000

7 SS/Amophos 109,20 17.500

8 TSP 97,32 5.000

Sumber: Data diolah dari Lampiran 4

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan Tabel. 5.1 dapat dilihat bahwa kebutuhan pupuk paling banyak yaitu pupuk Kompos sebesar 708,81 Kg/Ha dan pupuk yang paling sedikit dibubtuhkan yaitu pupuk Za sebesar 80,08 Kg/Ha. Namun harga pupuk paling mahal ialah pupuk SS/Amophos yaitu Rp. 17.500/Kg walaupun tidak terlalu banyak dibutuhkan dan pupuk yang paling murah ialah pupuk Kompos seharga Rp.1.700/Kg.

2. Penyiangan

Untuk menghilangkan gulma-gulma atau rumput liar yang ada di sekitar tanaman bawang merah, diperlukan penyiangan karena gulma merupakan tempat hama berkembang biak sehingga dapat menurunkan produksi tanaman bawang merah.

Penyiangan dilakukan bersamaan dengan penyulaman dan pembumbunan pada saat tanaman berumur 3 minggu setelah ditanam. Setelah itu dapat dilakukan kembali penyiangan sesuai kondisi lahan dan tanaman. Rata-rata penggunaan tenaga kerja untuk penyiangan di daerah penelitian adalah ±27 HKO/Ha.

3. Penyiraman

Di daerah penelitian, penyiraman dilakukan tergantung musim yang terjadi setiap musim tanam. Jika sedang musim hujan, penyiraman tidak terlalu sering dilakukan, dan sebaliknya jika sedang musim kemarau maka penyiraman dilakukan dua kali sehari selama 10 hari setelah penanaman, kemudian dilanjutkan dengan disiram satu hari sekali. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan alat ember dan gayung atau dapat dilakukan juga dengan gembor/alat siram. Tergantung dengan ketersediaan modal para petani. Rata-rata penggunaan tenaga kerja untuk penyiraman adalah ±27 HKO/Ha.

Universitas Sumatera Utara

30

4. Penyemprotan

Jika tanaman sudah terlalu banyak ditutupi gulma dan juga banyak hamanya sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman bawang merah, maka dilakukan penyemprotan pestisida. Pestisida yang disemprotkan para petani juga sangat beragam tergantung jenis hama dan gulma yang mengganggu tanaman bawang merah. Jenis dan harga pestisida yang digunakan petani di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Jenis dan Harga Pestisida yang Digunakan Petani Bawang Merah per Hektar di Daerah Penelitian

No Jenis Pestisida Satuan Jumlah per Hektar

Harga per Satuan (Rp/Kg)

Sumber: Data diolah dari lampiran 5

Penyemprotan dilakukan 1 - 3 kali dalam satu minggu untuk menghilangkan gulma dan hama yang ada namun pelaksanaannya tetap bergantung pada ada atau tidaknya gulma dan hama yang mengganggu tanaman bawang merah. Rata-rata penggunaan tenaga kerja untuk penyemprotan adalah ±34 HKO/Ha.

5.1.4 Panen dan Pasca Panen

Tanaman bawang merah sudah dapat dipanen saat berumur ±60Hari. Cara pemanenan biasanya dilakukan dengan cara konvensional yaitu dicabut menggunakan tangan, lalu daunnya diikat untuk dapat digantung digudang maupun diteras depan rumah petani agar bawang terjemur. Setelah daun bawang mengering, dipotong dan umbinya dijemur kembali sampai kering dan layak jual.

Rata-rata jumlah produksi bawang merah di daerah penelitian adalah

Universitas Sumatera Utara

4.022,22Kg/Ha.

Rata-rata penggunaan tenaga kerja untuk panen dan penjemuran bawang merah adalah ±42 HKO/Ha. Curahan tenaga kerja untuk melakukan pemanenan berasal dari Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) dan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK). Untuk TKLK Pria diberikan upah sebesar Rp. 100.000 per HKP, dan TKLK Wanita diberikan upah sebesar Rp. 60.000 per HKW.

5.2 Biaya-Biaya Dalam Usaha Tani Bawang Merah

Biaya produksi yaitu semua pengeluaran petani dalam mengelola usahatani bawang merah untuk menghasilkan output produksi. Biaya produksi yang terdapat dalam proses produksi usahatani bawang merah meliputi biaya Tetap dan biaya Variabel (Biaya tidak tetap).

Biaya tetap yang terdapat pada proses usahatani bawang merah ini meliputi biaya tenaga kerja, dan biaya penyusutan. Biaya variabel yang terdapat dalam proses usahatani bawang merah ini meliputi biaya sewa lahan dan pajak lahan, biaya bibit, pupuk, dan pestisida. Masing-masing biaya yang terdapat pada proses produksi tanaman bawang merah dapat diuraikan sebagai berikut.

5.2.1 Biaya Tetap

Biaya tetap meliputi biaya sewa lahan dan biaya penyusutan peralatan. Besarnya biaya sewa lahan tergantung pada lokasi lahan dan luas lahan. Selain itu ada juga beberapa petani yang tidak membayar sewa lahan karena lahan yang dimiliki merupakan lahan warisan keluarga. Rata-rata biaya sewa lahan untuk lahan petani di daerah penelitian berkisar antara Rp. 218.000 sampai Rp.5 00.000 per Hektar setiap Tahunnya.

Universitas Sumatera Utara

32

Tabel 5.3 Rata-rata Biaya Sewa Lahan pada Petani Sampel Usahatani Bawang Merah di Desa Simatupang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016

No Uraian Luas Lahan (Ha) Biaya Sewa (Rp)

1 Per Petani 0,87 81.226,05

2 Per Hektar 1,00 926.724,14

Sumber: Data diolah pada Lampiran 9a dan 9b

Peralatan yang digunakan untuk melakukan proses produksi usahatani bawang merah juga memiliki nilai penyusutan yang tergolong dalam biaya penyusutan.

Peralatan tersebut meliputi cangkul, selang, goni, kancing mulsa, mulsa, kincir, bambu, garpu tanah, pompa pestisida, penggaris, parang, cangkul kecil serta traktor mini. Biaya penyusutan untuk peralatan usahatani bawang merah dapat dilihat pada Tabel 5.4

Tabel 5.4. Rata-rata Biaya Penyusutan pada Petani Sampel Usahatani Bawang Merah di Desa Simatupang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2015

No Uraian Biaya Penyusutan Per

Petani (Rp)

9 Pompa Pestisida 8.603,57 98.891,63

10 Penggaris 829,50 9.534,48

11 Parang 1.725,00 19.827,59

12 Cangkul Kecil 560,63 6.443,97

13 Traktor Mini 27.000,00 310.344,83

Rataan/Petani 16.279,69 187.122,90

Rataan/Hektar 187.122,90 2.150.837,94

Sumber: Data diolah pada Lampiran 7

Berdasarkan Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa biaya penyusutan paling besar terjadi pada mulsa yaitu Rp. 108.003,41 per petani dan sebesar Rp. 1.241.418,50 per hektar. Sementara itu biaya penyusutan terkecil terjadi pada cangkul kecil yaitu

Universitas Sumatera Utara

Rp. 560,63 per petani dan Rp. 6.443,97 per hektar.

Rata-rata biaya penyusutan cangkul per petani sebesar Rp.16.405 dan per hektar sebesar Rp. 188.563,22, dengan umur ekonomis antara 2 - 5 Tahun. Harga cangkul dalam penelitian ini berkisar atara Rp. 60.000 – Rp. 100.000 per buah.

Rata-rata biaya penyusutan selang per petani sebesar Rp. 14.996.93 dan per hektar sebesar Rp.172.378,56 dengan umur ekonomis selama 2-5 tahun dan harga selang berkisar antara Rp.17.000 sampai Rp.55.000 per buah.

Rata-rata biaya penyusutan Goni perpetani sebesar Rp.2.625 dan per hektar sebesar Rp.30.172,41 dengan umur ekonomis 1 tahun. Harga goni Rp.5000 per lembar.

Rata-rata besar biaya penyusutan untuk besi/kancing mulsa Rp.6.602,59 per petani dan Rp.75.891,80 per hektar. Umur ekonomisnya selama 1 tahun dengan harga Rp.23.000/Kg.

Rata-rata besar biaya penyusutan untuk kincir Rp.1750 per petani dan Rp.20.114,94 per hektar. Umur ekonomisnya selama 3 tahun dengan harga Rp.50.000 per buah.

Rata-rata biaya penyusutan bambu per petani sebesar Rp. 20.837,50 dan per hektar sebesar Rp. 239.511,49 dengan umur ekonomis selama 2 - 5 tahun dan harganya berkisar antara Rp.3000 sampai Rp.5.000 per batang.

Rata-rata besar biaya penyusutan untuk garpu tanah Rp.1.696,88 per petani dan Rp.19.504,31 per hektar. Umur ekonomisnya selama 3 - 5 tahun dengan harga berkisar antara Rp.15.000 sampai Rp.35.000 per buah.

Universitas Sumatera Utara

34

Rata-rata biaya penyusutan untuk pompa pestisida per petani sebesar Rp.8.603,57 dan per hektar sebesar Rp.98.891,63, dengan umur ekonomis selama 6 - 10 tahun dan harganya berkisar antara Rp.500.000 sampai Rp.850.000 per buah.

Rata-rata besar biaya penyusutan untuk penggaris Rp.829,50 per petani dan Rp.9.534,48 per hektar. Umur ekonomisnya selama 5 tahun dengan harga Rp.20.000 sampai Rp.30.000 per buah.

Rata-rata biaya penyusutan untuk parang per petani sebesar Rp.1.725 dan per hektar sebesar Rp.19.827,59, dengan umur ekonomis selama 5 tahun dan harganya Rp.50.000 per buah.

Rata-rata biaya penyusutan untuk traktor mini per petani sebesar Rp.27.000 dan per hektar sebesar Rp.310.344,83, dengan umur ekonomis selama 10 tahun dan harganya Rp.18.000.000 per buah.

5.2.2 Biaya Variabel

Biaya variabelatau biaya tidak tetap meliputi biaya Bibit, Biaya Pupuk, biaya Pestisida dan biaya tenaga kerja.

Dengan kebutuhan bibit yang beragam, maka rata-rata penggunaan bibit di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.5

Tabel 5.5 Rata-rata Biaya Bibit pada Petani Sampel Usahatani Bawang Merah di Desa Simatupang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016

No Uraian Biaya bibit per Petani (Rp)

Biaya bibit per Hektar (Rp

1 Per Petani 929.166,67 10.680.076,63

2 Per Hektar 10.391.666,67 119.444.444,44

Sumber: Data diolah pada Lampiran 3a dan 3b.

Pupuk dan pestisida juga memiliki kebutuhan yang beragam seperti tergantung

Universitas Sumatera Utara

jumlah bibit ,jenis hama, gulma juga pengetahuan petani. Hal ini dapat di rumuskan pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6 Rata-rata Biaya Penggunaan Pupuk dan Pestisida pada Petani Sampel Usahatani Bawang Merah di Desa Simatupang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016.

Saprodi Uraian Jumlah Penggunaan Biaya (Rp)

Pupuk Kompos 708,81 1.055.555,56

Urea 183,52 1.835.249,04

NPK (Ponska) 199,23 15.938.69,73

Za 80,08 640.613,03

KCL 111,88 1.118.773,95

Mutiara 160,92 1.931.034,48

SS/Amophos 109,20 2.729.885,06

TSP 97,32 778.544,06

Rataan 1.441.379,31

Total Harga per Hektar 130.533.205,619

Pestisida Curacron 199,83 79693,49

Antracol 0,81 98160,92

Dursban 174,33 45325,67

Ripcord 118,77 142528,74

Omphilor 0,39 46206,90

Trineb 0,36 28505,75

BM Lamda 229,89 91954,02

Rataan 76.053,64

Total Harga per Hektar 5.924.265,645

Sumber: Data diolah pada Lampiran 4 dan 5.

Berdasarkan Tabel 5.6, keseluruhan biaya pupuk untuk satu hektar lahan sebesar Rp.130.533.205,619 dan keseluruhan biaya pestisida untuk satu hektar lahan sebesar Rp.5.924.265,64. Dalam hal ini, harga pupuk dan pestisida beragam tergantung jenis dan jumlah yang dibutuhkan.

Tenaga kerja juga termasuk kedalam biaya variabel dan merupakan salah satu faktor penting dalam usahatani bawang merah. Dalam hal ini, TKDK tidak dihitung dalam biaya karena Tenaga Kerja Dalam Keluarga tidak dibayar, namun perhitungan HKO juga termasuk TKDK dan TKLK. Jumlah HKO dan biaya tenaga kerja dalam usahatani bawang merah di daerah penelitian dapat

Universitas Sumatera Utara

36

dirumuskan dalam tabel 5.7.

Tabel 5.7 Rata-rata Biaya Penggunaan Tenaga Kerja pada Petani Sampel Usahatani Bawang Merah Desa Simatupang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016.

No Uraian Jumlah HKO Biaya Tenaga Kerja

(Rp)

1 Pengolahan Lahan 4,07 68.666,67

2 Penanaman 4,39 108.666,67

3 Pemupukan 4,0 36.667

4 Penyemprotan 3,0 75.333

5 Penyiangan dan Penyiraman 2,4 0

6 Panen 3,71 97.333,33

7 Pasca Panen 6,0 58.000

Total HKO 27,57

Biaya TK per Petani 444.666,67

Biaya TK per Hektar 5111.111,149

Sumber: Data diolah pada lampiran 6

Berdasarkan Tabel. 5.7 dapa dilihat bahwa tenaga kerja yang paling banyak dibutuhkan yaitu dalam tahap pasca panen yaitu 6,0 HKO dan biaya paling besar dikeluarkan terjadi pada tahap penanaman yaitu sebesar Rp. 108.666,67. Tenaga kerja paling sedikit dibutuhkan pada tahap penyiangan dan penyiraman yaitu sebesar 2,4 HKO dan biaya paling sedikit dikeluarkan pada tahap penyiangan dan penyiraman yaitu Rp.0.

Dalam penelitian ini, Tenaga Kerja Dalam Keluarga dihitung kedalam HKO namun tidak dibayar. Upah Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) untuk Laki-laki dan wanita berbeda. Untuk Laki-laki diberi upah sebesar Rp.100.000 dan untuk wanita sebesar Rp.60.000. TKLK berasal dari penduduk disekitar lahan para petani atau dapat juga dikatakan tetangga petani sampel itu sendiri. Upah yang diberikan sudah termasuk biaya makan, ongkos transportasi dan upah berkerja.

Universitas Sumatera Utara

5.2.3 Total Biaya Produksi

Total biaya usahatani bawang merah di darah penelitian secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8 Rata-rata Biaya Produksi pada Petani Sampel Usahatani Bawang Merah di Desa Simatupang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016.

No Uraian Biaya Produksi (Rp)

1 Per Petani 2.808.432,69

2 Per Hektar 32.263.439,07

Sumber: Data diolah pada lampiran 9a dan 9b.

Dari Tabel 5.8 dapat dilihat bahwa Rata-rata biaya proses usahatani yang dikeluarkan tiap petani di daerah penelitian dari persiapan lahan hingga pasca panen sebesar Rp.2.808.432,69 per petani dan sebesar Rp.32.263.439,07 untuk satu hektar lahan. Total biaya produksi terdiri dari total biaya tetap dan total biaya variabel yaitu biaya pajak atau sewa lahan, biaya saprodi, biaya penyusutan dan biaya tenaga kerja.

5.2.4 Penerimaan Usahatani

Penerimaan yang didapat para petani bergantung pada harga bawang merah di pasar dan besarnya produksi yang didapat. Harga pasar tidak dapat ditentukan oleh para petani tetapi hasil produksi dapat dimaksimalkan dan biaya produksi juga dapat diatur sedemikian rupa agar mendapatkan penerimaan yang diinginkan para petani. Seluruh pendapatan yang di dapatkan petani dari menjual bawang merah yang di produksinya dinamakan Total hasil penjualan atau Total Revenue (TR).

Harga jual bawang merah di daerah penelitian sering kali mengalami fluktuasi pada waktu-waktu tertentu sehingga dapat diperkirakan harganya sekitar

Universitas Sumatera Utara

38

Rp.15.000 hingga Rp. 20.000 per Kg. Penerimaan para petani di daerah penelitian dapat dirumuskan dalam Tabel 5.9

Tabel 5.9 Rata-rata Penerimaan pada Petani Sampel Usahatani Bawang Merah di Desa Simatupang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2016.

No Uraian Produksi (Kg) Penerimaan (Rp)

1 Per Petani 335,7 6.525.333,3

2 Per Hektar 19.433,3 78.113.888,9

Sumber: Data diolah pada lampiran 10a dan 10b

Berdasarkan Tabel 5.9 dapat dilihat bahwa tiap petani di daerah penelitian menghasilkan rata-rata 335,7 Kg bawang merah dan dijual dipasar dengan harga rata-rata Rp.19.433,33 sehingga penerimaan tiap petani rata-rata sebesar Rp.6.525.333,3. Jika tiap petani memiliki lahan seluas satu hektar, produksinya menjadi 19.433,3 Kg dan penerimaannya sebesar Rp.78.113.888,9.

5.2.5 Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani merupakan hasil bersih yang didapat para petani dari usahataninya, dihitung dengan cara total penerimaan dikurang dengan total biaya produksi yang telah dikeluarkan. Rata-rata pendapatan petani sampel di daerah penelitian sebesar Rp.3.716.900,6 untuk tiap petani dan jika petani memiliki lahan

Pendapatan usahatani merupakan hasil bersih yang didapat para petani dari usahataninya, dihitung dengan cara total penerimaan dikurang dengan total biaya produksi yang telah dikeluarkan. Rata-rata pendapatan petani sampel di daerah penelitian sebesar Rp.3.716.900,6 untuk tiap petani dan jika petani memiliki lahan

Dokumen terkait