• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.5 Metode Analisis Data

Buku yang digunakan penulis dalam menganalisis data skripsi ini adalah buku yang dikarang oleh Mohammad Nazir yang berjudul Metode Penelitian.

Nazir (1988:67) mengatakan bahwa teknik distribusional bertujuan untuk mengadakan analisis terhadap keseluruhan data yang terkumpul yang menyangkut segala persoalan yang berhubungan dengan pokok permasalahan kemudian disusun berdasarkan sistematika tentu sehingga tidak menyimpang dari apa yang diharapkan penulis.

Nazir (1988:69) mengatakan bahwa langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menganalisis data adalah :

a. Mengumpulkan data sebanyak-banyaknya yang sesuai dengan pokok permasalahan.

b. Membuat generalisasi terhadap data-data yang terkumpul sesuai dengan bentuk dan jenisnya.

c. Mencatat seluruh data yang telah digeneralisasi ke dalam buku kerja.

d. Membuat bentuk penulisan yang sistematis sehingga semua data-data yang terkumpul saling mendukung dan tidak tumpang tindih.

e. Membuat kesimpulan.

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Unsur- unsur Kata Majemuk

Pada bahasa Melayu Labuhan Bilik terdapat unsur-unsur kata majemuk, yang terdiri atas: Pradasar (terikat) dan Kata dasar (bebas).

a. Pradasar (terikat) adalah bentuk bahasa yang perlu digabungkan dengan unsur lain agar dapat dipakai dengan makna yang jelas.

b. Kata dasar (bebas) adalah kata-kata yang menjadi dasar bentukan kata yang lebih besar.

Adapun Pradasar (terikat) dan Kata dasar (bebas) terdiri atas : Unsur Nomina + Nomina, Unsur Nomina + Adjektiva, Unsur Verba + Adjektiva, Unsur Verba + Nomina, Unsur Adjeltiva + Nomina, Unsur Adjektiva + Adjektiva.

Dibawah ini akan dibicarakan satu persatu Pradasar (terikat) dan Kata dasar ( bebas) yang terdiri atas unsur-unsur tersebut :

4.1.1 Unsur Nomina + Nomina

Pada bahasa Melayu Labuhan Bilik terdapat unsur kata majemuk berdasarkan unsur nomina + nomina seperti contoh-contoh berikut :

1. anak sunge „anak sungai‟

2. anak jari „anak jari‟

3. anak kunci „anak kunci‟

4. akal budi „akal budi‟

5. anak buket „anak bukit‟

Dalam unsur nomina+nomina terdapat contoh di atas, kesimpulan dari contoh di atas menganalisis yang terdapat dalam bahasa Melayu Labuhan Bilik.

4.1.2 Unsur Nomina + Adjektiva

Pada bahasa Melayu Labuhan Bilik terdapat unsur kata majemuk berdasarkan unsur nomina + adjektiva seperti contoh-contoh berikut:

6. jalan pintas „jalan pintas‟

7. abah kandong „abang kandung‟

8. abah tiri „abang tiri‟

9. anak haram „anak haram‟

10. atak kandong „kakak kandung‟

Dalam unsur nomina+adjektiva terdapat contoh di atas, kesimpulan dari contoh di atas menganalisis yang terdapat dalam bahasa Melayu Labuhan Bilik.

4.1.3 Unsur Verba + Adjektiva

Pada bahasa Melayu Labuhan Bilik terdapat unsur kata majemuk berdasarkan unsur verba +adjektiva seperti contoh-contoh berikut :

11. ganti rugi „ganti rugi‟

12. korja bakti „kerja bakti‟

13. korja sama „kerja sama‟

14. jatoh miskin „jatuh miskin‟

Dalam unsur verba+adjektiva terdapat contoh di atas, kesimpulan dari contoh di atas menganalisis yang terdapat dalam bahasa Melayu Labuhan Bilik.

4.1.4 Unsur Verba + Nomina

Pada bahasa Melayu Labuhan Bilik terdapat unsur kata majemuk berdasarkan unsur verba + nomina seperti contoh-contoh berikut :

15. angkat kaki „angkat kaki‟

16. banteng tulang „banting tulang‟

17. banteng harga „banting harga‟

18. balap lereng „balap sepeda‟

19. balas budi „balas budi‟

Dalam unsur verba+nomina terdapat contoh di atas, kesimpulan dari contoh di atas menganalisis yang terdapat dalam bahasa Melayu Labuhan Bilik.

4.1.5 Unsur Adjektiva + Nomina

Pada bahasa Melayu Labuhan Bilik terdapat unsur kata majemuk berdasarkan unsur adjektiva + nomina seperti contoh-contoh berikut :

20. baek budi „baik budi‟

21. baek hati „baik hati‟

22. borat hati „berat hati‟

23. bosar kapala „besar kepala‟

24. bosar mulut „besar mulut‟

Dalam unsur adjektiva+nomina terdapat contoh di atas, kesimpulan dari contoh di atas menganalisis yang terdapat dalam bahasa Melayu Labuhan Bilik.

4.1.6 Unsur Adjektiva + Adjektiva

Pada bahasa Melayu Labuhan Bilik terdapat unsur kata majemuk berdasarkan unsur adjektiva + adjektiva seperti contoh-contoh berikut :

25. awet muda „awet muda‟

26. aman sentosa „aman sentosa‟

27. golap gulita „gelap gulita‟

28. gagah barani „gagah berani‟

29. lomah gemulai „lemah gemulai‟

Dalam unsur adjektiva+adjektiva terdapat contoh di atas, kesimpulan dari contoh di atas menganalisis yang terdapat dalam bahasa Melayu Labuhan Bilik.

4.2 Jenis-jenis Kata Majemuk

Pada bahasa Melayu Labuhan Bilik berdasarkan hubungan unsur-unsurnya, kata majemuk dapat dibedakan atas dua jenis, yakni (a) kata majemuk setara dan (b) kata majemuk bertingkat. Perbedaan kedua macam kata majemuk tersebut adalah sebagai berikut.

a. Kata Majemuk Setara adalah kedua unsurnya memiliki kedudukan yang sama dan sama-sama merupakan inti.

b. Kata Majemuk Bertingkat adalah kedua unsurnya memiliki kedudukan yang tidak sama satu unsurnya merupakan inti, sedangkan lainnya menjadi pewatas.

4.2.1 Kata Majemuk Setara

Pada bahasa Melayu Labuhan Bilik terdapat jenis kata majemuk berdasarkan Kata majemuk setara seperti contoh-contoh berikut :

30. adat istiadat „adat istiadat‟

31. asal usol „asal usul‟

32. borkat karunia „berkat karunia‟

33. bile mana „bila mana‟

34. bujok rayu „bujuk rayu‟

Dalam kata majemuk setara terdapat contoh di atas, kesimpulan dari contoh di atas menganalisis yang terdapat dalam bahasa Melayu Labuhan Bilik.

4.2.2 Kata Majemuk Bertingkat

Pada bahasa Melayu Labuhan Bilik terdapat jenis kata majemuk berdasarkan Kata majemuk bertingkat seperti contoh-contoh berikut:

35. anak angkat „anak angkat‟

36. anak asoh „anak asuh‟

37. anak jaRi „anak jari‟

38. anak kunci „anak kunci‟

39. anak talinga „anak telinga‟

Dalam kata majemuk bertingkat terdapat contoh di atas, kesimpulan dari contoh di atas menganalisis yang terdapat dalam bahasa Melayu Labuhan Bilik.

4.2.3 Kata Majemuk berdasarkan Kelas Kata pembentuknya

Kata majemuk adalah suatu kata yang terbentuk atas gabungan dua morfem atau kata dasar. Kata dasar ini sendiri terbagi lagi kedalam beberapa jenis berdasarkan indikator yang membentuknya, baik itu berdasarkan metode penulisannya, kelas kata pembentuknya, maupun hubungan kata pembentuknya.

Adapun beberapa jenis kata majemuk berdasarkan kelas kata pembentuknya sendiri adalah sebagai berikut :

4.2.3.1 Kata Majemuk yang Terbentuk dari jenis Kata Benda + Jenis Kata Benda.

Contohnya :

Sapu tangan : kata benda sapu + kata benda tangan

Gelas kaca : kata benda gelas + kata benda sapu

4.2.3.2 Kata Majemuk yang Terbentuk dari Kata Benda + Jenis Kata Kerja.

Contohnya :

Meja makan : kata benda makan + kata kerja makan

Kursi goyang : kata benda kursi + kata kerja goyang

4.2.3.3 Kata Majemuk yang Terbentuk dari Kata Benda + jenis Kata Sifat.

Contohnya :

Kursi panas : kata benda kursi + kata sifat panas

Rumah sakit : kata benda rumah + kata sifat sakit

4.2.3.4 Kata Majemuk yang Terbentuk dari Kata Sifat + Kata Kerja

Contohnya :

Salah asuh : kata sifat salah + kata kerja asuh

Susah makan : kata sifat susah + kata kerja makan

4.2.3.5 Kata Majemuk yang Terbentuk dari Kata Sifat + Kata Benda

Contohnya :

Sakit hati : kata sifat sakit + kata benda hati

Pahit lidah : kata sifat pahit + kata benda lidah

4.2.3.6 Kata Majemuk yang Terbentuk dari Kata Sifat + Kata Sifat

Contohnya :

Cantik jelita : kata sifat cantik + kata sifat jelita

Tampan rupawan : kata sifat tampan + kata sifat rupawan

4.2.3.7 Kata Majemuk yang Terbentuk dari Kata Kerja + Kata Kerja

Misalnya :

Tarik ulur : kata kerja tarik + kata kerja ulur

Maju mundur : kata kerja maju + kata kerja mundur

4.2.3.8 Kata Majemuk yang Terbentuk dari Kata Kerja + Kata Benda Misalnya :

Buang sampah : kata kerja buang + kata benda sampah

Tendang bola : kata kerja tendang + kata benda bola

4.2.3.9 Kata Majemuk yang Terbentuk dari Kata Kerja + Kata Sifat

Misalnya :

Kerja keras : kata kerja kerja + kata sifat keras

Main kasar : kata kerja main + kata sifat kasar

4.2.3.10 Kata Majemuk yang Terbentuk dari Jenis Kata Bilangan + Kata Benda Misalnya :

Dua kambing : kata bilangan dua + kata benda kambing

Tiga orang : kata bilangan tiga + kata benda orang

4.2.3.11 Kata Majemuk yang Terbentuk dari Kata Bilangan + Kata Kerja

Misalnya :

Satu padu : kata bilangan satu + kata kerja padu

Satu langkah : kata bilangan satu + kata kerja langkah

4.2.3.12 Kata Majemuk yang Terbentuk dari Jenis kata Keterangan + Kata Benda

Misalnya :

Dari Semarang : kata keterangan dari + kata benda semarang

Dengan pisau : kata keterangan dengan + kata benda pisau

4.3 Makna Kata Majemuk

Makna kata dibatasi sebagai hubungan antara bentuk dengan hal atau barang yang diwakilinya atau referennya ( Keraf 1985 :25). Makna kata majemuk dalam bahasa Melayu Labuhan Bilik dapat diuraikan menurut kelas kata. Makna kata majemuk bahasa Melayu Labuhan Bilik sudah dapat kita lihat dari contoh-contoh yang telah diuraikan.

Dalam hal ini, Peneliti menguraikan bagaimana perubahan makna kata majemuk tersebut. Perubahan makna yang terjadi pada kata majemuk ini ditimbulkan oleh proses afiksasi dan reduplikasi.

4.3.1 Makna Kata Majemuk Kata Benda

Kata majemuk kata benda yaitu kata majemuk yang menyatakan sesuatu benda atau yang dibendakan( Keraf, 1985 : 12).

Pada bahasa Melayu Labuhan Bilik terdapat makna kata majemuk kata benda ditimbulkan oleh adanya proses morfologi seperti afiksasi dan reduplikasi.

4.3.1.1 Makna yang Timbul karena Afiksasi

Afiksasi adalah proses melekatnya afiks atau imbuhan pada sebuah kata.

Jika afiks melekat pada sebuah kata maka akan timbul makna yang berbeda sebelum melekat afiks.

Adapun contoh afiksasi adalah seperti sufiks, prefiks, konfiks, dan infiks.

Berikut ini penjelasan ke-empat contoh afiksasi tersebut sebagai berikut :

Makna yang timbul karena afiksasi antara lain:

(1) Menyatakan „Alat‟

Makna afiks pada kata majemuk akan timbul setelah melekatnya afiks tersebut pada kata majemuk.

Adapun makna afiks tersebut yaitu menyatakan „Alat‟.

Tolong ambekkan panjungkit mangga itu

„Tolong ambilkan pengait mangga itu‟

udah ayah bolik pamotong kayu „Sudah bapak beli pemotong kayu‟

Kata majemuk kata benda yang bermakna „alat‟ terdapat pada kata majemuk yang dilekati awalan / paN-/.

(2) Menyatakan„ tempat‟

Makna menyatakan „tempat‟ pada kata majemuk timbul karena melekatnya afiks pada kata majemuk tersebut.

bapak en rupanya orang negeri lama

„Bapak itu ternyata orang negeri lama udah datang rupanya orang negeri lama en „sudah datang ternyata orang negeri lama itu‟

Kata majemuk kata benda yang bermakna „tempat‟ terdapat pada kata majemuk yang dilekati awalan /rup-/.

4.3.1.2 Makna yang Timbul karena Sufiks

Sufiks adalah suatu kata imbuhan yang pada umumnya terletak di depan kata dasar.

Contoh : a) Buku bacaan yang dibawa Ardi itu milik Aisyah.

Verba + Nomina

b) Revan sangat menyukai asinan yang dibeli ayah.

Adjektiva + Nomina

4.3.1.3 Makna yang Timbul karena Prefiks

Prefiks adalah suatu kata imbuhan atau afiksasi permulaan.

Contoh : a) Aisyah dipilih sebagai ketua Isra‟ Mi‟raj

Adjektiva + Nomina

b) Pedagang sepatu dan baju bulan ini banjir pesanan.

Verba + Nomina

4.3.1.4 Makna yang Timbul karena Konfiks

Konfiks adalah suatu kata imbuhan atau afiksasi yang terletak di depan (awalan) dan di belakang (akhiran kata dasar).

Contoh : a) Kekayaan yang dimiliki H. Muhidin sudah tak ternilai lagi jumlahnya.

Adjektiva + Nomina

b) Pertunjukan motor gp sangat menarik banyak penonton dari luar pulau.

Verba + Nomina

4.3.1.5 Makna yang Timbul karena Infiks

Infiks adalah suatu kata imbuhan atau afiksasi sisipan yang terletak di tengah kata dasar .

Contoh : a) Telunjuk ibu terluka saat memotong bawang.

Verba + Nomina

b) Seruling milik Rehan berbahan viber Nomina + Nomina

c) Kesya sangat suka bermain gelembung sabun.

Adjektiva + Nomina

4.3.1.6 Makna yang Timbul karena Reduplikasi

Reduplikasi adalah proses pengulangan. Pengulangan yang terjadi pada sebuah kata akan memunculkan makna yang berbeda sebelum mengalami pengulangan. Demikian juga terjadi pada kata majemuk kata benda jika diulang akan mengalami perubahan makna.

Makna yang timbul akibat reduplikasi antara lain :

(1) Menyatakan „Jamak‟

Makna menyatakan „jamak‟ timbul pada kata majemuk karena adanya reduplikasi atau proses pengulangan pada kata majemuk tersebut.

Pariok-pariok tanah en udah pocah

„Periyuk-periyuk tanah itu telah pecah‟

Ubi kayu-ubi kayu en indak laku lai

„Ubi kayu-ubi kayu itu tidak laku lagi‟

Kata majemuk kata benda yang bermakna „jamak‟ timbul setelah mengalami proses pengulangan sebagian dan pengulangan seluruhnya.

(2) Menyatakan „Menyerupai‟

Makna yang menyatakan „menyerupai‟ akan muncul pada kata majemuk setelah adanya proses pengulangan pada kata majemuk tersebut.

Adekku suka mambuat sampan-sampanan dari kortas

„Adikku suka membuat sampan – sampan dari kertas‟

Makna „menyerupai‟ ditemukan pada kata majemuk kata benda dengan pengulangan sebagian kata majemuk kata benda tersebut.

(3) Menyatakan „Saling‟

Makna yang menyatakan „saling‟ akan muncul pada kata majemuk setelah adanya proses pengulangan pada kata majemuk tersebut.

Tarek-menarek antara kadua benda en menghaselkan energi

„Tarik-menarik antara kedua benda itu menghasilkan energi‟

Gerombolan en pukol mamukol sampe polisi datang

„Gerombolan itu pukul memukul hingga polisi datang‟

Makna „saling‟ ditemukan pada kata majemuk kata benda dengan pengulangan sebagian kata majemuk kata benda tersebut.

(4) Menyatakan „Bilangan‟

Makna menyatakan „bilangan‟ timbul pada kata majemuk karena adanya reduplikasi atau proses pengulangan pada kata majemuk tersebut.

Ayah mengkasi kami bonbom satu-satu

„Ayah memberi kami permen satu-satu‟

Iya berjanji untuk membagi kauntongan lima puloh-lima puloh dengan awak

„Dia berjanji untuk membagi keuntungan lima puluh-lima puluh dengan saya‟

Kata majemuk kata benda yang bermakna „bilangan‟ timbul setelah mengalami proses pengulangan sebagian dan pengulangan seluruhnya.

4.3.2 Makna Kata Majemuk Kata Kerja

Kata majemuk kata kerja adalah kata majemuk yang menyatakan suatu tindakan atau suatu pekerjaan.Makna kata majemuk kata kerja yang timbul akibat adanya proses afiksasi dan reduplikasi.

4.3.2.1 Makna yang Timbul karena Afiksasi

Afiksasi adalah proses melekatnya afiks atau imbuhan pada sebuah kata.

Jika afiks melekat pada sebuah kata maka akan timbul makna yang berbeda sebelum melekat afiks.

Demikian juga terjadi pada kata majemuk kata kerja. Makna yang timbul karena afiksasi antara lain:

(1) Menyatakan „Memakai‟

Makna menyatakan „memakai‟ timbul pada kata majemuk setelah melekat afiks pada kata majemuk tersebut.

Mamakek pariok tanah ja enek en mamasak

„Memakai periuk tanahnya nenek itu memasak‟

Makna „memakai‟ yang ditemukan pada kata majemuk kata kerja ini terbentuk dari kata majemuk yang komponen pertamanya dilekati awalan / mam-/.

(2) Menyatakan „Memiliki‟

Makna menyatakan „memiliki‟ akan timbul pada kata majemuk karena adanya afiks yang melekat pada kata majemuk tersebut.

Mampunyai bayi kocik ia sekarang

„Mempunyai bayi kecil dia sekarang‟

Makna „memiliki‟ yang ditemukan pada kata majemuk kata kerja timbul karena melekatnya awalan / mam-/ pada komponen pertama kata majemuk tersebut.

(3) Menyatakan „Menanam‟

Makna yang menyatakan „Menanam‟ akan timbul pada kata majemuk karena adanya afiks yang melekat pada kata majemuk tersebut.

Mananam ubi jalar enek kita sakarang

„Menanam ubi jalar nenek kita sekarang‟

Makna „menanam‟ yang ditemukan pada kata majemuk kata kerja timbul karena melekatnya awalan /man-/ pada komponen kata majemuk tersebut.

(4) Menyatakan „Memelihara‟

Makna yang menyatakan „memelihara‟ akan muncul pada gabungan kata majemuk karena adanya afiks yang melekat pada kata majemuk tersebut.

Ayah saya mamolihara korbo di ladang

„Bapak saya memelihara kerbau di ladang‟

Makna „memelihara‟ yang ditemukan pada kata majemuk kata kerja timbul karena melekatnya awalan /mam-/ pada komponen pertama kata majemuk tersebut.

(5) Menyatakan „Kausatif „

Makna yang menyatakan „Kausatif‟ akan muncul pada gabungan kata majemuk karena adanya afiks yang melekat pada kata majemuk tersebut.

Lagu en manyonangkan hati ibu en

„Lagu itu menyenangkan hati ibu itu‟

Kalakuannya en membuat awak sonang

„Kelakuanya membuat saya senang‟

Makna „kausatif‟ yang ditemukan pada kata majemuk kata kerja timbul karena komponen pertama kata majemuk tersebut dilekati awalan /maN-/.

4.3.2.2 Makna yang Timbul karena Reduplikasi

Reduplikasi adalah proses pengulangan. Pengulangan yang terjadi pada sebuah kata akan memunculkan makna yang berbeda sebelum mengalami pengulangan. Demikian juga terjadi pada kata majemuk kata kerja jika diulang akan mengalami perubahan makna. Makna yang timbul akibat reduplikasi yaitu Menyatakan „berulang – ulang.‟

Makan tidor sajo korjamu

„Makan tidur saja kerjamu‟

Rizki mondar-mandir saporti mencari sesuatu yang ponting

„Rizki mondar-mandir seperti mencari sesuatu yang penting‟

Makna berulang-ulang ditemukan pada kata majemuk kata kerja yang terbentuk dari penggabungan KK+KK yang diulang seluruhnya.

Menyatakan „bermacam-macam‟

Ibu mambolik sayor-sayoran di pasar

„Ibu membeli sayur-sayuran di pasar‟

Ani mambawak berbagai macam tanam-tanaman kesikolah

‘Ani membawak berbagai macam tanam-tanaman ke sekolah‟

Makna bermacam-macam ditemukan pada kata majemuk kata kerja yang terbentuk dari penggabungan KK+KK yang diulang seluruhnya.

Menyatakan „saling‟

Adi manarek-narek baju Ibu

„Adi menarik-narik baju Ibu‟

Di hari raya, kami saling salam-salaman dengan seluruh anggota kaluarga

„Di hari raya, kami saling salam-salaman dengan seluruh anggota keluarga‟

Makna saling ditemukan pada kata majemuk kata kerja yang terbentuk dari penggabungan KK+KK yang diulang seluruhnya.

4.3.3 Makna Kata Majemuk Kata Sifat

Kata majemuk kata sifat adalah kata majemuk yang menyatakan sifat atau keadaan suatu benda ( Kridalaksana 1989 : 45 ). Makna kata majemuk kata sifat timbul akibat adanya proses morfologi yaitu afiksasi dan reduplikasi.

4.3.3.1 Makna yang Timbul karena Proses Afiksasi

Afiksasi adalah proses melekatnya afiks atau imbuhan pada sebuah kata.

Jika afiks melekat pada sebuah kata maka akan timbul makna yang berbeda sebelum melekat afiks. Demikian juga terjadi pada kata majemuk kata sifat.

Makna yang timbul karena afiksasi yaitu Menyatakan „Sifat‟.

Indak elok beriri hati sama orang

„Tidak baik beriri hati pada orang‟

Jangan ragu kau

„Jangan ragu kamu‟

Makna „ sifat‟ yang ditemukan pada kata majemuk kata sifat timbul karena melekatnya awalan /ber-/ pada komponen pertama kata majemuk tersebut.

Menyatakan „sombong‟

Indak buleh sombong jadi urang

„Tidak boleh sombong jadi orang‟

Makna „ sombong‟ yang ditemukan pada kata majemuk kata sifat timbul karena melekatnya awalan /som-/ pada komponen pertama kata majemuk tersebut.

Menyatakan „rajin‟

Jaoh dari urang tua harus jadi anak yang rajin

„Jauh dari orang tua harus jadi anak yang rajin‟

Makna „ rajin‟ yang ditemukan pada kata majemuk kata sifat timbul karena melekatnya awalan /ra/ pada komponen pertama kata majemuk tersebut.

Menyatakan „rendah hati‟

Meskipun terkenal iya memiliki jiwa yang rondah hati

„Meskipun terkenal iya memiliki jiwa yang rendah hati‟

Makna „ter‟ yang ditemukan pada kata majemuk kata sifat timbul karena melekatnya awalan /ra/ pada komponen pertama kata majemuk tersebut.

4.3.3.2 Makna yang Timbul karena Reduplikasi

Reduplikasi adalah proses pengulangan. Pengulangan yang terjadi pada sebuah kata akan memunculkan makna yang berbeda sebelum mengalami pengulangan. Demikian juga terjadi pada kata majemuk kata sifat, jika diulang akan mengalami perubahan makna. Makna kata majemuk kata sifat yang timbul akibat reduplikasi yaitu menyatakan jamak.

Togap tinggi-togap tinggi jantan-jantan itu

„Tinggi besar-tinggi besar pria-pria itu‟

Pamalas-pamalas kau samua

„Pemalas-pemalas kalian semua‟

Makna „jamak‟ yang ditemukan pada kata majemuk kata sifat timbul karena pengulangan pada kata majemuk tersebut secara keseluruhannya.

Menyatakan „perbalasan‟

Sebagai tetangga, kita harus tolong-menolong

„Sebagai tetangga, kita harus tolong-menolong‟

Kami saling tolong-menolong mancari buku di perpustakaan

„Kami saling tolong-menolong mencari buku di perpustakaan‟

Makna „perbalasan‟ yang ditemukan pada kata majemuk kata sifat timbul karena pengulangan pada kata majemuk tersebut secara keseluruhannya.

Menyatakan „menyerupai‟

Adek sangat menyukai rumah-rumahan yang dikasi oleh paman

‘Adik sangat menyukai rumah-rumahan yang diberikan oleh paman‟

Makna „menyerupai‟ yang ditemukan pada kata majemuk kata sifat timbul karena pengulangan pada kata majemuk tersebut secara keseluruhannya.

Menyatakan „agak‟

Mukanya kamerah-merahan setelah dipuji oleh Adi

„Mukanya kemerah-merahan setelah dipuji oleh Adi‟

Biber anak itu kebiru-biruan karena kesojokan

„Bibir anak itu kebiru-biruan karena kedinginan‟

Makna „agak‟ yang ditemukan pada kata majemuk kata sifat timbul karena pengulangan pada kata majemuk tersebut secara keseluruhannya.

Menyatakan „berulang-ulang‟

Ibu memanggel-manggel tukang bakso

„Ibu memanggil-manggil tukang bakso‟

Makna „berulang-ulang‟ yang ditemukan pada kata majemuk kata sifat timbul karena pengulangan pada kata majemuk tersebut secara keseluruhannya.

Menyatakan „banyak‟

Orang-orang bakumpol di halaman kantor desa

„Orang-orang berkumpul di halaman kantor desa‟

Ratna menyusun buku-bukunya di atas meja dengan rapi

„Ratna menata buku-bukunya di atas meja dengan rapi‟

Makna „banyak‟ yang ditemukan pada kata majemuk kata sifat timbul karena pengulangan pada kata majemuk tersebut secara keseluruhannya.

Menyatakan „sangat atau bersungguh-sungguh‟

Peserta olimpiade matematika itu pintar-pintar

„Peserta olimpiade matematika itu pintar-pintar‟

Ratna bakorja dengan hati-hati

„Ratna bekerja dengan hati-hati‟

Makna „sangat atau bersungguh-sungguh‟ yang ditemukan pada kata majemuk kata sifat timbul karena pengulangan pada kata majemuk tersebut secara keseluruhannya.

4.3.4 Jenis-jenis Kata Ulang

Kata ulang memilikibeberapa jenis yang dikelompokkan berdasarkan bentuk, fungsi dan makna yang terbentuk. Berikut ini adalah jenis-jenis kata ulang

Kata ulang memilikibeberapa jenis yang dikelompokkan berdasarkan bentuk, fungsi dan makna yang terbentuk. Berikut ini adalah jenis-jenis kata ulang

Baca selengkapnya

Dokumen terkait