• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA MAJEMUK DALAM BAHASA MELAYU LABUHAN BILIK: KAJIAN MORFOLOGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KATA MAJEMUK DALAM BAHASA MELAYU LABUHAN BILIK: KAJIAN MORFOLOGI"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)KATA MAJEMUK DALAM BAHASA MELAYU LABUHAN BILIK: KAJIAN MORFOLOGI. SKRIPSI. DIKERJAKAN OLEH : ASMIDAR NASUTION NIM : 140702007. PROGRAM STUDI SASTRA MELAYU FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(2) KATA MAJEMUK DALAM BAHASA MELAYU LABUHAN BILIK: KAJIAN MORFOLOGI. SKRIPSI. ASMIDAR NASUTION NIM: 140702007. Diketahui Oleh Pembimbing. Dr. Rozanna Mulyani, M.A NIP. 196006091986122001. Disetujui Oleh, Program Studi Sastra Melayu Ketua,. Dr. Rozanna Mulyani, M.A NIP. 196006091986122001. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(3) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(4) ABSTRAK Asmidar Nasution, 140702007 Judul Skripsi: Kata Majemuk Dalam Bahasa Melayu Labuhan Bilik: Kajian Morfologi. Penelitian ini membahas dan mengkaji tentang Kata Majemuk Dalam Bahasa Melayu Labuhan Bilik: Kajian Morfologi. Masalah dalam penelitian ini, yaitu unsur-unsur kata majemuk apakah yang terdapat dalam bahasa Melayu Labuhan Bilik, jenis-jenis kata majemuk apakah yang terdapat dalam bahasa Melayu Labuhan Bilik, makna kata majemuk apa sajakah yang terdapat dalam bahasa Melayu Labuhan Bilik. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan unsur-unsur kata majemuk dalam bahasa Melayu Labuhan Bilik, mendeskripsikan jenis-jenis kata majemuk dalam bahasa Melayu Labuhan Bilik, mendeskripsikan makna kata Majemuk dalam bahasa Melayu Labuhan Bilik. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif menjelaskan bahwa metode kualitatif adalah cara kerja yang bertujuan untuk memecahkan suatu masalah yang didasarkan pada data-data yang terkumpul sebanyak-banyaknya sehingga menghasilkan data yang tepat dan akurat sesuai apa yang diinginkan penulis. Metode deskriptif adalah metode yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data dan juga menyajikan data dan menginterpretasi data. Kata kunci: kata majemuk, unsur-unsur kata majemuk, jenis-jenis kata majemuk, makna kata, makna kata majemuk.. i. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(5) KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahu WaTa’ala atas segala berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga proposal ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “Kata Majemuk Dalam Bahasa Melayu Labuhan Bilik : Kajian Morfologi”. Penulis memilih judul proposal ini karena penelitian dalam kajian ini masih sedikit dilakukan dan juga di latarbelakangi hasrat dan keinginan penulis untuk turut menjaga dan melestarikan kekayaan bahasa daerah, khususnya bahasa Melayu Labuhan Bilik. Skripsi ini terselesaikan bukanlah semata-mata atas jerih payah penulis sendiri, tetapi tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini terdiri atas lima bab, yaitu: Bab pertama berisi pendahuluan terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Bab kedua berisi tinjauan pustaka yang terdiri atas, kepustakaan yang relevan, landasan teori. Bab ketiga membahas tentang metode dasar, lokasi dan sumber data, instrumen penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data. Bab empat pembahasan tentang masalah ada pada perumusan masalah. Bab lima membahasa tentang kesimpulan dan saran. Ii. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(6) Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, demi kesempurnaan skripsi ini.. Medan, Juli 2018 Penulis. Asmidar Nasution 140702007. iii. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(7) UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak,baik itu bantuan mori dan material, semangat serta do’a. Oleh kareana itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada orang-orang yangberjasa bagi penulisan skripsi ini. Adapun ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Allah Subhanahu Wata’ala, karena atas izin dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, serta pada Wakil Dekan dan seluruh staf pegawai Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Dr. Rozanna Mulyani, M.A, selaku Program Studi Sastra Melayu dan sekaligus dosen pembimbing dalam penulisan skripsi yang telah sabar membimbing serta selalu memberi saran, dan motivasi kepada penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. 4. Ibu Dra. Mardiah Mawar Kembaren, M.A. Ph.D, selaku Sekretaris sekaligus dosen penguji program Studi Sastra Melayu, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. 5. Bapak Drs. Irwan, M.si selaku dosen penguji, Program Studi Sastra Melayu, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.. iv. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(8) 6. Segenap Dosen Program Studi Sastra Melayu, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmunya kepada penulis. 7. Terima kasih kepada Kak Tri dan bang Yogo, tata usaha Program Studi Sastra Melayu, yang telah membantu penulis dalam segala macam perihal tentang dokumen-dokumen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis. 8. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pemerintah Republik Indonesia, yang telah memberikan bantuan dana Bidikmisi kepada penulis. Sehingga penulis dapat belajar dan menyelesaikan pendidikan penulis di jurusan Sastra Melayu, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara dengan baik. 9. Terima kasih juga yang sebesar-besarnya kepada pemkab LABUHAN BATU yang telah memberikan beasiswa kepada penulis. Sehingga penulis juga dapat belajar dan dapat menyelesaikan pendidikan penulis di Jurusan Sastra Melayu, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara dengan baik. 10. Kepada kantor kepala Desa Dusun 1 Desa Telaga Suka, yang telah mempermudah penulis dalam mengurus surat-surat penelitian. 11. Kepada orang yang penulis sayangi, Ayahanda Hasim Nasution dan Ibunda Yusnidah (ayah dan mamak terima kasih banyak atas segala do’a, dukungan serta nasihatnya selama ini) dan terima kasih karean telah melahirkan, merawat, dan membesarkan penulis hingga saat ini. v. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(9) 12. Terima kasih kepada kakanda Nita Erliana Nst, Juliana Nst, Elfrida Nst, Ahmad Hidayat Nst, kakak penulis untuk segalanya, memberi nasehat, terutama untuk uang jajannya selama ini. Semoga kelak kita dapat membahagiakan orang tua kita, dapat mencapai cita-cita kita dalam segala hal untuk kebahagiaan orang tua kita. 13. Kepada teman seperjuangan sekaligus sahabat Rizki Ramadhani, yang telah membantu penulis hingga sampai ke titik ini. Terima kasih untuk segala dukungan dan perjuangannya kepada penulis selama ini. 14. Terima kasih kepada teman satu bimbingan Rizki Ramadhani, Putri Alfiah Siregar, S.S, Dina Aulia, Amsari, Nurini, S.S sebagai teman yang selalu setia mendengarkan segala keluh kesah penulis selama ini pada saat tahap penulisan skripsi ini dari awal hingga saat ini. 15. Keluarga. besar. Fakultas. Ilmu. Budaya,. khususnya. teman-teman. seperjuangan di Program Studi Sastra Melayu 2014, Rizki (aseng), Rodiah (bukting), Sari (inun), Desi (Desot), Ayu (Cinte), Kiki (emak), Bella (Ndut), Tria (Gayol), Putri (putal), Afni (ami), Dina (inot), Nuri (Nui), Nanda (Berbie), Aisyah (Kak Ai), Sri (Permai), Devira, Mira, Ali (Belle), Sahat (Jonjang), Zaka (Bg Zek ), Abdul (Bedul), Fahri (Kualo), Amsari (Bg Am), Fauzi (Uzik), M. Rizki (Dangdut). Penulis sangat mengucapkan terima kasih atas kebersamaan untuk selama ini. Penulis bangga memilikisahabat yang selalu membantu dalam kesenangan dan kesedihan.. vi. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(10) Bagi penulis, kalian adalah pengalaman terbaik dalam masa-masa perkuliahan atas semua dukungan, semangat, kerja samanya, canda tawa serta suka dukanya selama masa kuliah. 16. Kepada senior dan junior di Program Studi Sastra Melayu, terima kasih untuk pengalaman yang telah diberikan. Akhirnya untuk semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, penulis ucapkan banyak terima kasih. Semoga segala bantuan dan kebaikan dari semuanya mendapat balasan dari Allah Subhanahu Wata’ala. Amin, Medan, 06 Agustus 2018 Penulis. Asmidar Nasution Nim. 140702007. vii. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(11) DAFTAR ISI ABSTRAK. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .i KATA PENGANTAR. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii UCAPAN TERIMA KASIH. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . v DAFTAR ISI. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .viii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .1 1.2 Rumusan Masalah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6 1.3 Tujuan Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .6 1.4 Manfaat Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8 2.2 Landasan Teori. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Dasar. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24 3.2 Lokasi dan Sumber Data. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .24 3.3 Instrumen Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25 3.4 Metode Pengumpulan Data. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .25 viii. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(12) 3.5 Metode Analisis Data. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 26 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Unsur-unsur Kata Majemuk. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 28 4.1.1 Unsur Nomina + Nomina. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 28 4.1.2 Unsur Nomina + Adjektiva. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .29 4.1.3 Unsur Verba + Adjektiva. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29 4.1.4 Unsur Verba + Nomina. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .30 4.1.5 Unsur Adjektiva + Nomina. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .30 4.1.6 Unsur Adjektiva + Adjektiva. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31 4.2 Jenis-jenis Kata Majemuk. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31 4.2.1. Kata Majemuk Setara. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .32. 4.2.2 Kata Majemuk Bertingkat. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .32 4.3 Makna Kata Majemuk. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 36 4.3.1 Makna Kata Majemuk Kata Benda. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .36 4.3.2 Makna Kata Majemuk Kata Kerja. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41 4.3.3 Makna Kata Majemuk Kata Sifat. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 46 4.3.4 Jenis-jenis Kata Ulang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 50 ix. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(13) 4.3.5 Kata Ulang Berdasarkan Makna yang Terbentuk. . . . . . . . .53 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 55 5.2 Saran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .57 DAFTAR PUSTAKA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .58 LAMPIRAN I : 1. Contoh unsur-unsur Kata Majemuk 2. Contoh Jenis-jenis Kata Majemuk LAMPIRAN II: 1. Surat izin penelitian dari Fakultas 2. Surat keterangan dari Kepala Desa. x. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(14) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia yang dipakai oleh bangsa Indonesia sebagai bahasa nasional diresmikan pada hari sumpah pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Untuk membina dan mengembangkan serta menjaga kelestarian bahasa, kita harus mempelajari aspek bahasa tersebut. Untuk itu, di perlukan penyajian yang diperoleh dari aspk kebahasaan. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional tidak terlepas dari bahasa daerah. Terjadinya bahasa dapat diwujudkan dalam dua hal yaitu bahasa isyarat dan bahasa lambang bunyi (Kridalaksana, 1982 : 38). Bahasa isyarat akan timbul jika seseorang ingin berkomunikasi dengan orang lain teteapi kedua orang itu tidak saling memahami bahasa yang mereka pergunakan. Bahasa sebagai lambang bunyi timbul jika seseorang berkomunikasi dengan orang lain dan mereka saling mengerti bahasa yang digunakan. Bahasa sebagai lambang bunyi dapat diwujudkan ke dalam dua bentuk yaitu bentuk bahasa lisan dan bentuk bahasa tulisan. Demikian besarnya fungsi bahasa bagi kehidupan manusia dalam bersosialisasi dan berkomunikasi. Selain itu, bahasa juga merupakan salah satu unsur universal kebudayaan karena dengan bahasa seluruh aktivitas manusia dalam mewujudkan hasil cipta, karsa, dan rasa dapat tercapai. Maksudnya, bahwa dengan menggunakan bahasa manusia akan dapat memformulasikan hasil cipta, karsa, dan rasa ke dalam wujud yang nyata untuk mengembangkan kehidupannya. Sudah dapat dipastikan bahwa manusia tanpa bahasa akan mengalami kehidupan statis.. 1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(15) Bahasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia karena dengan bahasa seseorang dapat menyampaikan maksud dan keinginannya kepada orang lain. Dengan perkataan lain bahwa bahasa memiliki fungsi sosial, bagi kehidupan manusia karena dengan seseorang dapat berkomunikasi dan beradaptasi dengan manusia lain. Bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia pada umumnya, tetapi bila ditinjau secara sempit bahasa hanya merupakan suatu sistem lambang yang berupa bunyi ujaran yang dipergunakan oleh manusia sebagai penyampaian perasaan dan pikiran. Jadi dapat dikatakan hanya manusia lah yang menggunakan bahasa. Bahasa adalah alat yang mumpunyai peranan penting bagi kehidupan manusia. Karena itu bahasa sangat erat sekali terhadap pemikiran manusia. Sesuai dengan kodrat manusia, bahasa berkembang sesuai dengan lingkungan yang dihadapinya sehingga perkembangan bahasa juga ikut serta di dalamnya. Di dalam dunia ilmu pengetahuan dengan perkembangan tidak mungkin diterapkan tanpa bahasa. Bahasa adalah jembatan komunikasi antar manusia sehingga terjalin hubungan sosial dalam kehidupan sehari-hari mereka. Terdapat keragaman bahasa yang memiliki ciri khas tersendiri di masing-masing negara, salah satunya adalah bahasa Melayu yang memiliki keunikan tersendiri, baik dari huruf, struktur, maupun kosa katanya. Salah satu bahasa Melayu tersebut adalah bahasa Melayu Labuhan Bilik.. 2 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(16) Bahasa Melayu salah satu bagian dari bahasa daerah yang perlu dikembangkan dan dilestarikan eksistensinya karena bahasa Melayu telah memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan bahasa Indonesia. Kita mengetahui bahwa daerah yang paling dominan menyumbangkan kontribusinya terhadap kosa kata bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu. Oleh karena itu, kita berkewajiban memelihara eksistensinya dan kontinuitas bahasa Melayu, tanpa harus melupakan pembinaan bahasa daerah lainnya yang juga merupakan pendukung berkembangnya bahasa Indonesia. Bahasa Melayu Labuhan Bilik adalah salah satu bahasa daerah yang terdapat di provinsi Sumatera Utara, yang dipergunakan oleh penuturnya sebagai bahasa penghubung sehari-hari di samping bahasa Indonesia. Sama seperti bahasabahasa daerah lainnya di Indonesia, bahasa Melayu Labuhan Bilik memiliki peranan yang sangat penting bagi masyarakat Labuhan Bilik, baik di wilayah pemakaiannya maupun di wilayah lainnya yang didiami masyarakat Labuhan Bilik. Labuhan Bilik Desa Telaga Suka Dusun 1adalah sebuah nama daerah yang berada di pinggir Sungai Panai. Asal nama Labuhan Bilik tidak di ketahui secara pasti. Namun, berdasarkan beberapa cerita masyarakat bahwa daerah ini dihuni oleh sekelompok orang yang kemudian membentuk sebuah komunitas yang saling berinteraksi sehingga menjadi sebuah kampung. Posisi daerah ini yang berada di pinggir sungai menyebabkan masyarakat yang bertempat tinggal di daerah ini merupakan masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan. Tidak adanya transportasi darat ke luar dari daerah ini menyebabkan transportasi air menjadi alternatif utama bagi yang bertempat tinggal di daerah ini.. 3 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(17) Untuk mendukung hal itu, masyakat kemudian membuat sebuah tempat untuk menambahkan perahu mereka. Tempat tambatan ini kemudian akhirnya disebut sebagai pelabuhan. Inilah asal kata Labuhan Bilik tersebut. Labuhan. Bilik adalah nama tempat yang berlokasi di sebuah. perkampungan, tepatnya di kecamatan Panai Tengah, Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara. Kalau dilihat dari namanya Labuhan Bilik kedengarannya lucu, kalau kita pisah-pisahkan seperti ini : “Labuhan” adalah pelabuhan, sedangkan “Bilik” adalah kamar. Orang-orang luar yang datang atau sekedar lewat dari pelabuhan ini memberi sebutan dan menamakan daerah ini sebagai “Pelabuhan Bilik”. Sebutan ini kemudian lama kelamaan menghilangkan kata “pe” pada awalnya sehingga penamaan untuk wilayah ini lebih populer dengan nama “Labuhan Bilik”. Bahasa Melayu Labuhan Bilik Desa Telaga Suka Dusun 1 masih sama seperti bahasa lain di Indonesia termasuk dalam rumpun bahasa Indonesia. Dalam penggunaannya, bahasa Melayu Labuhan Bilik di daerah ini dikenal dengan bahasa kampung. Dalam rangka pembinaan dan pengembangan bahasa Melayu telah banyak dilakukan penelitian terhadap struktur bahasa Melayu oleh para ahli bahasa. Namun, dalam penelitian tersebut belum ada yang membahas komposisi (kata majemuk) bahasa Melayu Labuhan Bilik. Jadi , peneliti tertarik untuk meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kata majemuk bahasa Melayu Labuhan Bilik. Dengan harapan agar data-data tertulis tentang kata majemuk dalam bahasa Melayu Labuhan Bilik lebih mudah diperoleh orang-orang yang membutuhkannya baik sebagai data penelitian maupun untuk keperluan komunikasi.. 4 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(18) Komposisi (kata majemuk) merupakan salah satu kajian dalam bidang morfologi. Morfologi adalah cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk- beluk struktur kata serta pengaruh perubahan-perubahan struktur kata terhadap golongan dan arti kata ( Ramlan, 1978 : 2). Proses pemajemukan merupakan bagian dari proses morfologi. Ramlan (1985:46) mengatakan bahwa proses morfologi adalah proses pembentukan katakata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Bentuk dasar itu mungkin berupa kata pada kata rumah sakit, kata rumah dan kata sakit yang merupakan bentuk dasarnya digabungkan sehingga kedua kata itu menjadi satu kata. Morfologi mempunyai tiga bidang kajian yaitu proses pengimbuhan atau afiksasi, kata ulang atau reduplikasi, dan kata majemuk atau komposisi. Hal tersebut dapat kita buktikan dengan melihat banyaknya ahli bahasa yang memberikan tanggapan dan pendapat tentang apa dan bagaimana kata majemuk itu. Namun , dari berbagai pendapat belum ada suatu kesimpulan yang memadai tentang kata majemuk itu. Pada umumnya para ahli bahasa berusaha membedakan kata majemuk dengan frase. Hal tersebut sengaja dilakukan dengan maksud agar masalah kata majemuk tidak tumpang tindih dengan frase. Objek penelitian ini adalah kata majemuk bahasa Melayu Labuhan Bilik yang meliputi unsur-unsur, , jenis-jenis dan makna. Kata Majemuk adalah kata jadian yang terbentuk dari penggabungan dua kata atau lebih menjadi satu kata baru yang mengandung makna baru (Soedjito dan Saryono : 2014 : 183).. 5 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(19) Makna yang baru pada kata majemuk tersebut dapat dipastikan apabila di antara gabungan tersebut tidak dapat disisipi kata lain . Dasar penilaian terpenting untuk membedakan kata majemuk dengan frase terletak pada konsep satu pengertian. Kontruksi ini tidak lagi menonjolkan makna pada komponennya secara terpisah, tetapi menonjolkan makna yang ditimbulkan oleh gabungan komponen itu sekaligus. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam skripsi ini, antara lain sebagai berikut: 1. Unsur-unsur kata majemuk apakah yang terdapat dalam bahasa Melayu Labuhan Bilik? 2. Jenis-jenis kata majemuk apakah yang terdapat dalam bahasa Melayu Labuhan Bilik? 3. Makna kata majemuk apa sajakah yang terdapat dalam bahasa Melayu Labuhan Bilik? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan unsur-unsur kata majemuk dalam bahasa Melayu Labuhan Bilik. 2. Mendeskripsikan jenis-jenis kata majemuk dalam bahasa Melayu Labuhan Bilik. 3. Mendeskripsikan makna kata majemuk dalam bahasa Melayu Labuhan Bilik.. 6 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(20) 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari hasil penelitian terhadap Kata Majemuk dalam Bahasa Melayu Labuhan Bilik, yaitu : manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1. Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan teori linguistik, khususnya dalam bidang Morfologi. Selain itu, manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan teori linguistik dalam Kata Majemuk dalam Bahasa Melayu Labuhan Bilik. 2. Manfaat Praktis a. Menambah data kepustakaan di Universitas Sumatera Utara, khususnya Program Studi Bahasa dan Sastra Melayu, Fakultas Ilmu Budaya. b. Menjadi sumber informasi tentang kajian Morfologi bagi mahasiswa khususnya program Studi Bahasa dan Sastra Melayu, Fakultas Ilmu Budaya USU.. 7 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(21) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Kepustakaan yang relevan atau sering disebut kajian pustaka adalah salah satu cara untuk mendapatkan referensi yang lebih tepat dan sempurna tentang informasi/data yang ingin kita teliti. Untuk mempertahankan hasil dari suatu karya ilmiah bukanlah pekerjaan yang mudah. Oleh karena itu, seorang penulis akan lebih mudah mempertanggung jawabkannya apabila disertai oleh data-data yang kuat serta buku-buku acuan yang relevan atau yang ada hubungannya dengan yang diteliti. 1. Mariati (2011) dalam skripsi yang berjudul Kompositum (Kata Majemuk) bahasa Simalungun yang bertujuan untuk meneliti bentuk, pola, dan makna kata majemuk bahasa Simalungun. 2. Nurismilyda (1980) dalam jurnal berjudul Kata Majemuk di dalam Bahasa. Minangkabau menjelaskan unsur-unsur kata majemuk dalam bahasa Minangkabau, dan struktur pola susunan kata majemuk. 3. Sitepu(1986), dalam jurnal yang berjudul Analisis Kata Majemuk dan Frasa dalam Bahasa Batak Karo, menyimpulkan bahwa kata majemuk merupakan gabungan dari dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan arti dan tidak dapat disisipkan kata lain di antara unsur – unsurnya. Dengan kata lain arti dari unsur -unsur kata majemuk itu sudah bergeser menjadi suatu pengertian baru yang didukung oleh kedua unsur tersebut.. 8 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(22) 4. Azmah (1995) dalam jurnal yang berjudul Tinjauan Deskripsi frase dan kata majemuk dalam bahasa Indonesia menyimpulkan kata majemuk adalah gabungan dua buah kata atau lebih yang mempunyai satu pengertian baru. Ciri-ciri kata majemuk antara lain : terdiri atas dua kata atau lebih yang membentuk satu pengertian baru, gabungan kata itu dalam hubungannya keluar membentuk satu pusat yang menarik keterangan atas kesatuan itu, dan tidak dapat disisipi bentuk lain. Bentuk yang menjadi pendukung kata majemuk tersebut dapat berupa bentuk bebas, bentuk jadian dan bentuk unik. Perubahan arti kata majemuk dapat terjadi karena proses morfologis. Kajian tentang morfologi bahasa khususnya bahasa Melayu Labuhan Bilik masih sedikit sekali dilakukan oleh para ahli bahasa. Namun ada beberapa buku sebagai acuan kajian pustaka, penulis merujuk. pada beberapa buku yang. berkaitan dengan penelitian ini. Kata majemuk adalah hasil dari proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun terikat, sehingga terbentuk sebuah kontruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda atau yang baru (Abdul Chaer, 2007:187- 188). Kata majemuk merupakan salah satu kajian dalam morfologi. Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk-beluk skruktur kata serta pengaruh perubahan-perubahan struktur kata terhadap golongan atau arti kata (Ramlan,1972:2). Morfologi mempunyai tiga bidang kajian yaitu proses pengimbuhan atau afiksasi, kata ulang atau reduplikasi, kata majemuk atau komposisi. Bentuk kata. 9 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(23) majemuk bahasa Indonesia dapat berupa bentuk bebas (kata majemuk dasar) yaitu bentuk bahasa yang dapat berdiri sendiri ,yang belum mengalami proses morfologis, bentuk bentukan ( kata majemuk berimbuhan dan kata majemuk berulang) yaitu bentuk bahasa yang sudah mengalami proses morfologis, dan bentuk unik adalah bentuk yang hanya dapat berkombinasi dengan bentuk bentuk bebas tertentu. 2.2 Landasan Teori Bloomfield (1995:219) menyebutkan kata majemuk sebagai dua kata bebas di antara konstituen-konstituen langsungnya. Setelah kedua kata bebas itu digabungkan maka tidak tersisip lagi dengan kata yang lain. Morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan –perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik. ( Ramlan , 2001:21). Kridalaksana. (1996). menyebutkan kata. majemuk dengan istilah. pemajemukan atau komposisi yaitu proses penggabungan dua leksem atau lebih yang membentuk kata. Samsuri (1994) menyebutkan bahwa kata majemuk adalah konstruksi yang terdiri dari dua morfem atau dua kata atau lebih. Konstruksi ini bisa berupa : akar + akar, pokok + pokok, atau akar + pokok ( pokok + akar) yang membentuk satu pengertian. Dalam penelitian ini teori didasarkan pada pendapat Soedjito dan Saryono. Menurut Soedjito dan Saryono(2014) kata Majemuk adalah kata jadian yang. 10 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(24) terbentuk dari penggabungan dua kata atau lebih menjadi satu kata baru yang mengandung makna baru. Dasar penelitian terpenting untuk membedakan majemuk dan frase terletak pada konsep satu pengertian. Kontruksi ini tidak lagi menonjolkan makna yang ditimbulkan oleh gabungan komponen itu sekaligus. Adapun pegangannya adalah antara komponen komponen kata majemuk itu tidak dapat disisipkan unsur lain sebab hal ini akan memecahkan sifat pemajemukan. Kontruksi majemuk terdiri atas dua kata atau lebih. Jadi menurut ketentuan ini orang tua merupakan kata majemuk sedangkan orang yang tua merupakan frase. 2.2.1 Unsur-unsur Kata Majemuk Bentuk dasar yang digabungkan dapat berupa (1) pradasar (terikat) dan (2) kata dasar (bebas). 1. Pradasar (terikat) adalah bentuk bahasa yang perlu digabungkan dengan unsur lain agar dapat dipakai dengan makna yang jelas. 2. Kata dasar (bebas) adalah kata-kata yang menjadi dasar bentukan kata yang lebih besar. Dengan menggabungkan (+) dua jenis bentuk dasar itu dapat dihasilkan kata majemuk yang unsur-unsurnya terdiri atas (1) pradasar +. pradasar, (2). pradasar + kata dasar, (3) kata dasar + pradasar, dan (4) kata dasar + kata dasar. Contoh : Kata Majemuk. Kategori. 1. Jual beli. verba + verba. 2. Tatap muka. verba + nomina. 3. Salah baca. adjektiva + verba. 4. Suami istri. nomina + nomina 11 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(25) 5. Rumah makan. nomina + verba. 6. Orang tua. nomina + adjektiva. 7. Panjang lebar. adjektiva + adjektiva. 8. Salah paham. adjektiva + verba. 9. Keras kepala. adjektiva + nomina. Kata majemuk yang dicontohkan di atas, kategori bentuk dasarnya berupa verba pradasar: jual/beli/jumpa dan kata dasar: bangun/makan/pohon, nomina dan adjektiva. Ketiga kategori tersebut dalam proses pembentukan kata majemuk tampak produktif. Masing-masing bersifat terbuka dan memiliki daya gabung yang tinggi. Kategori lainnya, yaitu (1) pronomina, (2) numeralia, (3) adverbia, dan (4) kata tugas dalam proses pembentukan kata majemuk tampak tidak produktif. Untuk mengetahui hal tersebut perhatikan contoh berikut : 10. Pronomina majemuk : apabila „pabila‟ (pronomina + pronomina) bilamana (pronomina + pronomina) bagaimana „kayakmana‟ (nomina + pronomina) manakala (pronomina + nomina) Pronomina atau kata ganti adalah jenis kata yang menggantikan nomina atau frasa nomina. Contoh kalimat : a. Pabila ayahmu barangkat manunaikan ibadah haji. 12 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(26) „Apabila ayahmu berangkat menunaikan ibadah haji‟ Pabila diundangnya, awak berusaha hadir pada perjumpaan en „Apabila diundangnya, saya berusaha hadir pada pertemuan itu‟ b. Bilamana kemerdekaan Indonesia diproklamasikan „Bilamana kemerdekaan Indonesia diproklamasikan‟ Bilamana sonja datang bapak tani pulang sambil menggiring kerbaunya „Bilamana senja tiba bapak tani pulang sambil menggiring kerbaunya‟ c. Kayakmana cara mendidik anak agar berbakti pada orang tua „Bagaimana cara mendidik anak agar berbakti kepada orang tua‟ Banyak orang tua yang kurang memahami kayakmana cara mendidik anak agar berbakti pada orang tua „Banyak orang tua yang kurang memahami bagaimana cara mendidik anak agar berbaktike pada orang tua‟ d. Pada umumnya orang barulah ingat pada Tuhan manakala mengalami nasib yang kurang baik Pada umumnya orang barulah ingat kepada Tuhan manakala mengalami nasib yang kurang baik Pada contoh a,b dan c kata apabila, bilamana, dan bagaimana dapat digunakan sebagai pronomina penanya dan sebagai konjungsi dalam kalimat majemuk bertingkat. Kata manakala lazimnya memang digunakan dalam kalimat majemuk bertingkat, tidak lazim digunakan dalam kalimat tanya.. 13 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(27) 11. Numeralia majemuk : tiga bolas „tiga belas‟ (numeralia + numeralia) ompat mata „empat mata‟ (numeralia + nomina) lima waktu „lima waktu‟ (numeralia + nomina) tujoh kaliling „tujuh keliling‟ (numeralia + nomina) Numeralia atau kata bilangan adalah kata yang menyatakan jumlah benda atau urutannya dalam suatu deretan. Contoh kalimat : a. Sungguh cilaka tiga bolas, lereng pinjaman dicuri orang „Sungguh celaka tiga belas, sepeda pinjaman dicuri orang‟ b. Kadua presiden en sedang mengadakan pertemuan ompat mata „Kedua presiden itu sedang mengadakan pertemuan empat mata c. Umat islam wajib manjalankan lima waktu sacara disiplin dan topat waktu (shalat subuh, lohor, asar, maghrib, dan isya) „Umat islam wajib menjalankan lima waktu secara disiplin dan tepat waktu (shalat subuh, zuhur, asar, maghrib, dan isya)‟ d. Orang tua bisa berputar tujoh kaliling kepalanyakarena memikirkan anak-anaknya yang nakal „Orang tua bisa berputar tujuh keliling kepalanyakarena memikirkan anak-anaknya yang nakal‟ 12. Adverbia majemuk : amat sangat (adverbia + adverbia) hanya sajo „hanya saja‟ (adverbia + adverbia). 14 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(28) hamper salalu „hampir selalu‟ (adverbia + adverbia) lagi pula (adverbia + adverbia) Adverbia atau kata keterangan adalah kelas kata yang memberikan keterangan kepada kata lain. Contoh kalimat : a. Kakalahan kasabolasan Indonesia atas Bahrian 0-10 memang amat sangat mamalukan „Kekalahan kesebelasan Indonesia atas Bahrian 0-10 memang amat sangat memalukan‟ b. Kamu buleh maminjam buku ika hanya sajo harus kamu balekkan topat waktunya „Kamu boleh meminjam buku ini hanya saja harus kamu kembalikan tepat waktunya‟ c. Awak dan iya hamper salalu barangkat dan balek sama-sama „Saya dan dia hampir selalu berangkat dan pulang bersama-sama‟ d. Pak Budi memang guru yang baik lagi pula jujor dan berdisiplin „Pak Budi memang guru yang baik lagi pula jujur dan berdisiplin 13. Kata tugas majemuk : Daripada (preposisi + preposisi ) Oleh karena (preposisi + konjungsi) Sampai dengan (preposisi + preposisi) Selain dari (konjungsi + preposisi). 15 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(29) Kata tugas adalah kata yang hanya memiliki arti gramatikal dan tidak memiliki makna leksikal, sehingga makna bisa menjadi jelas jika dihubungkan dengan kata lain. Contoh kalimat : a. Jakarta memang lobeh rame daripada Surabaya „Jakarta memang lebih ramai daripada Surabaya‟ b. Iya dipileh menjadi lurah oleh karena kajujuorannya „Dia dipilih menjadi lurah oleh karena kejujurannya‟ c. Korjakanlah soal ika dari nomor satu sampe dengan lima puloh „Kerjakanlah soal ini dari nomor satu sampai dengan lima puluh‟ d. Selain dari ayahnya, iya juga manarima kiriman dari ataknya „Selain dari ayahnya, dia juga menerima kiriman dari kakaknya‟ 2.2.2 Jenis-jenis Kata Majemuk Berdasarkan hubungan unsur-unsurnya, kata majemuk dapat dibedakan atas dua jenis, yakni (1) kata majemuk setara dan (2) kata majemuk bertingkat. Perbedaan kedua macam kata majemuk tersebut adalah sebagai berikut. a. Kata Majemuk Setara adalah kedua unsurnya memiliki kedudukan yang sama dan sama-sama merupakan inti. b. Kata Majemuk Bertingkat adalah kedua unsurnya memiliki kedudukan yang tidak sama satu unsurnya merupakan inti, sedangkan lainnya menjadi pewatas.. 16 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(30) Contoh : Setara. Bertingkat. anak cucu. anak asuh. ibu bapak. ibu negara. dunia akhirat. dunia anak-anak. meja kursi. meja hijau. sawah ladang. sawah air. Hubungan setara itu menjadi jelas jika kata majemuk itu difrasekan sebagai berikut : Anak cucu. -. anak dan cucu. Ibu bapak. -. ibu dan bapak. Dunia akhirat -. dunia dan akhirat. Hubungan setara ini akan lebih jelas di katakan dan ini menunjukkan konjungsi setara. Hubungan bertingkat ini akan lebih jelas dikatakan dan ini menunjukkan konjungsi bertingkat. 2.2.3 Makna Kata Majemuk Makna kata dibatasi sebagai hubungan antara bentuk dengan hal atau barang yang diwakilinya atau referennya ( Keraf 1985 :25).. 17 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(31) Makna kata majemuk dibedakan menurut kelas kata, kata majemuk. Perubahan makna yang terjadi pada kata majemuk ditimbulkan oleh proses morfologis seperti afiksasi dan reduplikasi. Kata majemuk kata sifat dapat bermakna sifat dan jamak. Kata majemuk kata bilangan hanya memiliki makna yang menyatakan jumlah. (Nur Azmah,1995 :55-60) Menurut Soedjito dan Saryono (2014) unsur-unsur kata majemuk itu memiliki hubungan makna tertentu, seperti ini : (1) Unsur I dan II „bersinonim‟ Contoh : cantik molek. kasih sayang. cerdik cendekia. muda belia. cinta kasih. nur cahaya. fakir miskin. pahit getir. gagah perkasa. riak gelombang. gembira ria. sanak saudara. hati nurani. sopan santun. Unsur I dan II bersifat tetap, tidak dapat diubah.. 18 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(32) (2) Unsur I dan II „berantonim‟ Contoh : (i). (ii). antar jemput. atas bawah. jatuh bangun. besar kecil. jual beli. jauh dekat. kawin cerai. keluar masuk. maju mundur. pulang pergi. Kata majemuk berantonim contoh di atas, baik kelompok (i) maupun kelompok (ii) merupakan bentuk beku urutannya tidak dapat diubah, misalnya maju mundur diubah menjadi mundur maju, juga pulang pergi tidak dapat diubah menjadi pergi pulang. Kata majemuk berantonim kelompok (i) berurutan secara kronologis (maju dulu, lalu mundur), sedangkam kelompok (ii) tidak berurutan secara kronologis (wajarnya pergi dulu, baru/ lalu pulang). (3) Unsur I dan II „saling melengkapi‟ Contoh : Akal budi. iri dengki. Amal bakti. kaki tangan. Asam garam. kaum keluarga. Baca tulis. kurus kering. Belajar mengajar. lemah lembut. Bebas rahasia. mata telinga. Cerdas cermat. nusa bangsa. Daya upaya. rukun damai 19 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(33) Hati nurani. suka rela. Jantung hati. zakat fitrah. Diantara unsur I dan II dapat disisipkan kata penghubung (4) Unsur I menjadi‟ sasaran‟ unsur II („yang di-) Contoh : Anak angkat. ayam panggang. Anak pungut. nasi tanak. Ayam goreng. param kocok. Jagung bakar. ubi rebus. Kambing guling. peluru kendali. Kopi bubuk. sambal ulek. Nara pidana. senjata genggam. Nasi bungkus. tangga lipat. Jagung bakar. tikar anyam. Kata majemuk contoh di atas dapat difrasekan dengan konstituen yang di: nasi kukus- nasi yang dikukus, ubi rebus – ubi yang direbus. (5) Unsur I serupa/seperti dengan unsur II Contoh : Bulat telur. jinak-jinak merpati. Buta ayam. kerak-kerak kerak. Kuning gading. malu-malu kucing. Kuning langsat. tua-tua keladi. Patah arang. tua-tua kelapa. Keras-keras kerak, kenak air lembut juga. 20 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(34) Tua-tua keladi, makin tua makin menjadi Tua-tua kelapa, makin tua banyak santannya (6) Unsur I „untuk‟ unsur II Contoh : Alat ukur. peran serta. Daya juang. pipa kuras. Daya tahan. rapar kerja. Hak pilih. ruang bedah. Jam bicara. sanggar kerja. Kapal perang. surat tugas. Kuda pacu. tanda baca. Minyak goreng. uang belanja. Obat bius. warung senggol. Kata majemuk contoh di atas terdiri atas nomina + verba pradasar yang lengkapnya berawalan ber- atau me- alat ukur = alat untuk mengukur, daya juang = daya untuk berjuang. (7) Unsur I „bisa melakukan‟ unsur II Contoh : Jago gulat. tukang daging. Jago lari. tukang sampah. Jago tinju. tukang sayur. Jago bicara. tukang sulap. Juru rawat. tukang tenung. 21 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(35) Kata majemuk contoh di atas bersinonim dengan nomina berawalan pe-: jago gulat = pegulat, jago tinju = petinju; juru rawat = perawat. Unsur tukang dapat diganti dengan awalan pe: pedagang, pesampah, pesayur, pesulap, dan petenung. Penggunaan nomina (pelaku) pe- terasa lebih halus daripada kata majemuk dengan unsur kata tukang. (8) Unsur II „menjadi alat‟ unsur I Contoh :. i. ii. Loncat galah. kapal layar. Lari gawang. kereta api. Mandi uap. mesin uap. Terjun payung. lampu minyak. Tusuk jarum. rem angin. Kata majemuk kelompok (i) terdiri atas verba + nomina, sedangkan kelompok (ii) tersiri atas nomina + nomina. Di antara unsur I dan II dapat disisipkan preposisi dengan. (9) Unsur II „mengeraskan‟ unsur I (sangat / sekali ) Contoh : Hitam legam (sangat hitam/hitam sekali) Putih metah (sangat putih/putih sekali) Merah padam (sangat merah/merah sekali) Gelap gulita (sangat gelap/gelap sekali) Terang benderang (sangat terang/terang sekali) Basah kuyup (sangat basah/basah sekali) Kering kerontang (sangat kering/kering sekali). 22 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(36) Panas terik (sangat panas/panas sekali) Unsur II kata majemuk contoh di atas berupa unsur unik, yakni unsur yang hanya berdaya gabung dengan kata tertantu, tidak pernah berdiri, dan juga tidak memiliki makna sendiri.. 23 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(37) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Dasar Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Furchan (1992 : 21) menjelaskan bahwa metode kualitatif adalah cara kerja yang bertujuan untuk memecahkan suatu masalah yang didasarkan pada data-data yang terkumpul sebanyak-banyaknya sehingga menghasilkan data yang tepat dan akurat sesuai apa yang diinginkan penulis. Surakhmad (1974:16) metode deskriptif adalah metode yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data dan juga menyajikan data dan menginterpretasi data. 3.2 Lokasi dan Sumber Data Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilakukan. Penerapan lokasi penelitian merupakan tahap yang sangat penting dalam penelitian kualitatif, karena dengan diterapkannya lokasi penelitian berarti objek dan tujuan sudah diterapkan sehingga mempermudah penulis dalam melakukan penelitian. Lokasi ini bisa diwilayah tertentu atau suatu lembaga tertentu dalam masyarakat. Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis berada di lokasi Dusun 1 Desa Telaga Suka Labuhan Bilik Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhan Batu. Karena lokasi tersebut dapat dikumpulkan sumber data lisan yang diambil langsung ke lapangan dengan menunjukan sebagai sumber data yang dianggap dapat menggunakan Kata Majemuk ketika berkomunikasi dalam masyarakat Melayu Labuhan Bilik.. 24 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(38) 3.3 Instrumen Penelitian Ada dua hal yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian yaitu instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Adapun instrumen penelitian yang penulis gunakan adalah alat rekam. Alat rekam ini digunakan untuk merekam data dari narasumber. Alat rekam sangat penting digunakan dalam penelitian, karena tidak semua data dapat penulis ingat. 3.4 Metode Pengumpulan Data Metode adalah cara yang harus dilaksanakan. Pengumpulan data adalah suatu tindakan untuk memperoleh data yang benar dan terjamin. Sejalan dengan prinsip metode tersebut digunakan teknik dasar dan teknik lanjutan.Teknik dasar yang digunakan adalah teknik rekam. Peneliti menggunakan segenap kemampuan untuk merekam pembicaraan seseorang atau beberapa orang yang menggunakan bahasa Melayu Labuhan Bilik. Metode pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang dipergunakan. Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena pada umumnya data yang dikumpulkan digunakan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Metode pengumpulan data dilakukan adar dapat memiliki acuan sumbersumber datayang cukup valid. Pendekatan pengamatan secara langsung dilaksanakan terhadap subjek sebagaimana adanya di lapangan. Adapun langkah-langkah dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:. 25 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(39) 1. Metode Kepustakaan, yaitu melakukan penelitian dengan mencari data dari buku-buku yang berhubungan dengan penulisan skripsi yang berkaitan dengan judul yang dapat mendukung pelaksanaan penelitian. 2. Metode Observasi, yaitu mengadakan pengamatan ke lokasi penelitian dengan cara mengadakan pendekatan dan pengamatan terhadap lokasi dan masyarakat Dusun 1 Desa Telaga Suka Labuhan Bilik. 3.5 Metode Analisis Data Buku yang digunakan penulis dalam menganalisis data skripsi ini adalah buku yang dikarang oleh Mohammad Nazir yang berjudul Metode Penelitian. Nazir (1988:67) mengatakan bahwa teknik distribusional bertujuan untuk mengadakan analisis terhadap keseluruhan data yang terkumpul yang menyangkut segala persoalan yang berhubungan dengan pokok permasalahan kemudian disusun berdasarkan sistematika tentu sehingga tidak menyimpang dari apa yang diharapkan penulis. Nazir (1988:69) mengatakan bahwa langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menganalisis data adalah : a. Mengumpulkan data sebanyak-banyaknya yang sesuai dengan pokok permasalahan. b. Membuat generalisasi terhadap data-data yang terkumpul sesuai dengan bentuk dan jenisnya. c. Mencatat seluruh data yang telah digeneralisasi ke dalam buku kerja.. 26 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(40) d. Membuat bentuk penulisan yang sistematis sehingga semua data-data yang terkumpul saling mendukung dan tidak tumpang tindih. e. Membuat kesimpulan.. 27 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(41) BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Unsur- unsur Kata Majemuk Pada bahasa Melayu Labuhan Bilik terdapat unsur-unsur kata majemuk, yang terdiri atas: Pradasar (terikat) dan Kata dasar (bebas). a. Pradasar (terikat) adalah bentuk bahasa yang perlu digabungkan dengan unsur lain agar dapat dipakai dengan makna yang jelas. b. Kata dasar (bebas) adalah kata-kata yang menjadi dasar bentukan kata yang lebih besar. Adapun Pradasar (terikat) dan Kata dasar (bebas) terdiri atas : Unsur Nomina + Nomina, Unsur Nomina + Adjektiva, Unsur Verba + Adjektiva, Unsur Verba + Nomina, Unsur Adjeltiva + Nomina, Unsur Adjektiva + Adjektiva. Dibawah ini akan dibicarakan satu persatu Pradasar (terikat) dan Kata dasar ( bebas) yang terdiri atas unsur-unsur tersebut : 4.1.1 Unsur Nomina + Nomina Pada bahasa Melayu Labuhan Bilik terdapat unsur kata majemuk berdasarkan unsur nomina + nomina seperti contoh-contoh berikut : 1. anak sunge. „anak sungai‟. 2. anak jari. „anak jari‟. 3. anak kunci. „anak kunci‟. 4. akal budi. „akal budi‟. 5. anak buket. „anak bukit‟. 28 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(42) Dalam unsur nomina+nomina terdapat contoh di atas, kesimpulan dari contoh di atas menganalisis yang terdapat dalam bahasa Melayu Labuhan Bilik. 4.1.2 Unsur Nomina + Adjektiva Pada bahasa Melayu Labuhan Bilik terdapat unsur kata majemuk berdasarkan unsur nomina + adjektiva seperti contoh-contoh berikut: 6. jalan pintas. „jalan pintas‟. 7. abah kandong. „abang kandung‟. 8. abah tiri. „abang tiri‟. 9. anak haram. „anak haram‟. 10. atak kandong. „kakak kandung‟. Dalam unsur nomina+adjektiva terdapat contoh di atas, kesimpulan dari contoh di atas menganalisis yang terdapat dalam bahasa Melayu Labuhan Bilik. 4.1.3 Unsur Verba + Adjektiva Pada bahasa Melayu Labuhan Bilik terdapat unsur kata majemuk berdasarkan unsur verba +adjektiva seperti contoh-contoh berikut : 11. ganti rugi. „ganti rugi‟. 12. korja bakti. „kerja bakti‟. 13. korja sama. „kerja sama‟. 14. jatoh miskin. „jatuh miskin‟. Dalam unsur verba+adjektiva terdapat contoh di atas, kesimpulan dari contoh di atas menganalisis yang terdapat dalam bahasa Melayu Labuhan Bilik.. 29 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(43) 4.1.4 Unsur Verba + Nomina Pada bahasa Melayu Labuhan Bilik terdapat unsur kata majemuk berdasarkan unsur verba + nomina seperti contoh-contoh berikut : 15. angkat kaki. „angkat kaki‟. 16. banteng tulang. „banting tulang‟. 17. banteng harga. „banting harga‟. 18. balap lereng. „balap sepeda‟. 19. balas budi. „balas budi‟. Dalam unsur verba+nomina terdapat contoh di atas, kesimpulan dari contoh di atas menganalisis yang terdapat dalam bahasa Melayu Labuhan Bilik. 4.1.5 Unsur Adjektiva + Nomina Pada bahasa Melayu Labuhan Bilik terdapat unsur kata majemuk berdasarkan unsur adjektiva + nomina seperti contoh-contoh berikut : 20. baek budi. „baik budi‟. 21. baek hati. „baik hati‟. 22. borat hati. „berat hati‟. 23. bosar kapala. „besar kepala‟. 24. bosar mulut. „besar mulut‟. Dalam unsur adjektiva+nomina terdapat contoh di atas, kesimpulan dari contoh di atas menganalisis yang terdapat dalam bahasa Melayu Labuhan Bilik.. 30 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(44) 4.1.6 Unsur Adjektiva + Adjektiva Pada bahasa Melayu Labuhan Bilik terdapat unsur kata majemuk berdasarkan unsur adjektiva + adjektiva seperti contoh-contoh berikut : 25. awet muda. „awet muda‟. 26. aman sentosa. „aman sentosa‟. 27. golap gulita. „gelap gulita‟. 28. gagah barani. „gagah berani‟. 29. lomah gemulai. „lemah gemulai‟. Dalam unsur adjektiva+adjektiva terdapat contoh di atas, kesimpulan dari contoh di atas menganalisis yang terdapat dalam bahasa Melayu Labuhan Bilik. 4.2 Jenis-jenis Kata Majemuk Pada bahasa Melayu Labuhan Bilik berdasarkan hubungan unsur-unsurnya, kata majemuk dapat dibedakan atas dua jenis, yakni (a) kata majemuk setara dan (b) kata majemuk bertingkat. Perbedaan kedua macam kata majemuk tersebut adalah sebagai berikut. a. Kata Majemuk Setara adalah kedua unsurnya memiliki kedudukan yang sama dan sama-sama merupakan inti. b. Kata Majemuk Bertingkat adalah kedua unsurnya memiliki kedudukan yang tidak sama satu unsurnya merupakan inti, sedangkan lainnya menjadi pewatas.. 31 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(45) 4.2.1 Kata Majemuk Setara Pada bahasa Melayu Labuhan Bilik terdapat jenis kata majemuk berdasarkan Kata majemuk setara seperti contoh-contoh berikut : 30. adat istiadat. „adat istiadat‟. 31. asal usol. „asal usul‟. 32. borkat karunia. „berkat karunia‟. 33. bile mana. „bila mana‟. 34. bujok rayu. „bujuk rayu‟. Dalam kata majemuk setara terdapat contoh di atas, kesimpulan dari contoh di atas menganalisis yang terdapat dalam bahasa Melayu Labuhan Bilik. 4.2.2 Kata Majemuk Bertingkat Pada bahasa Melayu Labuhan Bilik terdapat jenis kata majemuk berdasarkan Kata majemuk bertingkat seperti contoh-contoh berikut: 35. anak angkat. „anak angkat‟. 36. anak asoh. „anak asuh‟. 37. anak jaRi. „anak jari‟. 38. anak kunci. „anak kunci‟. 39. anak talinga. „anak telinga‟. Dalam kata majemuk bertingkat terdapat contoh di atas, kesimpulan dari contoh di atas menganalisis yang terdapat dalam bahasa Melayu Labuhan Bilik.. 32 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(46) 4.2.3 Kata Majemuk berdasarkan Kelas Kata pembentuknya Kata majemuk adalah suatu kata yang terbentuk atas gabungan dua morfem atau kata dasar. Kata dasar ini sendiri terbagi lagi kedalam beberapa jenis berdasarkan indikator yang membentuknya, baik itu berdasarkan metode penulisannya, kelas kata pembentuknya, maupun hubungan kata pembentuknya. Adapun beberapa jenis kata majemuk berdasarkan kelas kata pembentuknya sendiri adalah sebagai berikut : 4.2.3.1 Kata Majemuk yang Terbentuk dari jenis Kata Benda + Jenis Kata Benda. Contohnya : . Sapu tangan : kata benda sapu + kata benda tangan. . Gelas kaca : kata benda gelas + kata benda sapu. 4.2.3.2 Kata Majemuk yang Terbentuk dari Kata Benda + Jenis Kata Kerja. Contohnya : . Meja makan : kata benda makan + kata kerja makan. . Kursi goyang : kata benda kursi + kata kerja goyang. 4.2.3.3 Kata Majemuk yang Terbentuk dari Kata Benda + jenis Kata Sifat. Contohnya : . Kursi panas : kata benda kursi + kata sifat panas. . Rumah sakit : kata benda rumah + kata sifat sakit. 33 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(47) 4.2.3.4 Kata Majemuk yang Terbentuk dari Kata Sifat + Kata Kerja Contohnya : . Salah asuh : kata sifat salah + kata kerja asuh. . Susah makan : kata sifat susah + kata kerja makan. 4.2.3.5 Kata Majemuk yang Terbentuk dari Kata Sifat + Kata Benda Contohnya : . Sakit hati : kata sifat sakit + kata benda hati. . Pahit lidah : kata sifat pahit + kata benda lidah. 4.2.3.6 Kata Majemuk yang Terbentuk dari Kata Sifat + Kata Sifat Contohnya : . Cantik jelita : kata sifat cantik + kata sifat jelita. . Tampan rupawan : kata sifat tampan + kata sifat rupawan. 4.2.3.7 Kata Majemuk yang Terbentuk dari Kata Kerja + Kata Kerja Misalnya : . Tarik ulur : kata kerja tarik + kata kerja ulur. . Maju mundur : kata kerja maju + kata kerja mundur. 4.2.3.8 Kata Majemuk yang Terbentuk dari Kata Kerja + Kata Benda Misalnya :. 34 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(48) . Buang sampah : kata kerja buang + kata benda sampah. . Tendang bola : kata kerja tendang + kata benda bola. 4.2.3.9 Kata Majemuk yang Terbentuk dari Kata Kerja + Kata Sifat Misalnya : . Kerja keras : kata kerja kerja + kata sifat keras. . Main kasar : kata kerja main + kata sifat kasar. 4.2.3.10 Kata Majemuk yang Terbentuk dari Jenis Kata Bilangan + Kata Benda Misalnya : . Dua kambing : kata bilangan dua + kata benda kambing. . Tiga orang : kata bilangan tiga + kata benda orang. 4.2.3.11 Kata Majemuk yang Terbentuk dari Kata Bilangan + Kata Kerja Misalnya : . Satu padu : kata bilangan satu + kata kerja padu. . Satu langkah : kata bilangan satu + kata kerja langkah. 4.2.3.12 Kata Majemuk yang Terbentuk dari Jenis kata Keterangan + Kata Benda Misalnya : . Dari Semarang : kata keterangan dari + kata benda semarang. . Dengan pisau : kata keterangan dengan + kata benda pisau. 35 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(49) 4.3 Makna Kata Majemuk Makna kata dibatasi sebagai hubungan antara bentuk dengan hal atau barang yang diwakilinya atau referennya ( Keraf 1985 :25). Makna kata majemuk dalam bahasa Melayu Labuhan Bilik dapat diuraikan menurut kelas kata. Makna kata majemuk bahasa Melayu Labuhan Bilik sudah dapat kita lihat dari contohcontoh yang telah diuraikan. Dalam hal ini, Peneliti menguraikan bagaimana perubahan makna kata majemuk tersebut. Perubahan makna yang terjadi pada kata majemuk ini ditimbulkan oleh proses afiksasi dan reduplikasi. 4.3.1 Makna Kata Majemuk Kata Benda Kata majemuk kata benda yaitu kata majemuk yang menyatakan sesuatu benda atau yang dibendakan( Keraf, 1985 : 12). Pada bahasa Melayu Labuhan Bilik terdapat makna kata majemuk kata benda ditimbulkan oleh adanya proses morfologi seperti afiksasi dan reduplikasi. 4.3.1.1 Makna yang Timbul karena Afiksasi Afiksasi adalah proses melekatnya afiks atau imbuhan pada sebuah kata. Jika afiks melekat pada sebuah kata maka akan timbul makna yang berbeda sebelum melekat afiks. Adapun contoh afiksasi adalah seperti sufiks, prefiks, konfiks, dan infiks. Berikut ini penjelasan ke-empat contoh afiksasi tersebut sebagai berikut : Makna yang timbul karena afiksasi antara lain:. 36 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(50) (1) Menyatakan „Alat‟ Makna afiks pada kata majemuk akan timbul setelah melekatnya afiks tersebut pada kata majemuk. Adapun makna afiks tersebut yaitu menyatakan „Alat‟. Tolong ambekkan panjungkit mangga itu „Tolong ambilkan pengait mangga itu‟ udah ayah bolik pamotong kayu „Sudah bapak beli pemotong kayu‟ Kata majemuk kata benda yang bermakna „alat‟ terdapat pada kata majemuk yang dilekati awalan / paN-/. (2) Menyatakan„ tempat‟ Makna menyatakan „tempat‟ pada kata majemuk timbul karena melekatnya afiks pada kata majemuk tersebut. bapak en rupanya orang negeri lama „Bapak itu ternyata orang negeri lama’ udah datang rupanya orang negeri lama en „sudah datang ternyata orang negeri lama itu‟ Kata majemuk kata benda yang bermakna „tempat‟ terdapat pada kata majemuk yang dilekati awalan /rup-/.. 37 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(51) 4.3.1.2 Makna yang Timbul karena Sufiks Sufiks adalah suatu kata imbuhan yang pada umumnya terletak di depan kata dasar. Contoh : a) Buku bacaan yang dibawa Ardi itu milik Aisyah. Verba + Nomina b) Revan sangat menyukai asinan yang dibeli ayah. Adjektiva + Nomina 4.3.1.3 Makna yang Timbul karena Prefiks Prefiks adalah suatu kata imbuhan atau afiksasi permulaan. Contoh : a) Aisyah dipilih sebagai ketua Isra‟ Mi‟raj Adjektiva + Nomina b) Pedagang sepatu dan baju bulan ini banjir pesanan. Verba + Nomina 4.3.1.4 Makna yang Timbul karena Konfiks Konfiks adalah suatu kata imbuhan atau afiksasi yang terletak di depan (awalan) dan di belakang (akhiran kata dasar). Contoh : a) Kekayaan yang dimiliki H. Muhidin sudah tak ternilai lagi jumlahnya. Adjektiva + Nomina. 38 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(52) b) Pertunjukan motor gp sangat menarik banyak penonton dari luar pulau. Verba + Nomina 4.3.1.5 Makna yang Timbul karena Infiks Infiks adalah suatu kata imbuhan atau afiksasi sisipan yang terletak di tengah kata dasar . Contoh : a) Telunjuk ibu terluka saat memotong bawang. Verba + Nomina b) Seruling milik Rehan berbahan viber Nomina + Nomina c) Kesya sangat suka bermain gelembung sabun. Adjektiva + Nomina 4.3.1.6 Makna yang Timbul karena Reduplikasi Reduplikasi adalah proses pengulangan. Pengulangan yang terjadi pada sebuah kata akan memunculkan makna yang berbeda sebelum mengalami pengulangan. Demikian juga terjadi pada kata majemuk kata benda jika diulang akan mengalami perubahan makna.. 39 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(53) Makna yang timbul akibat reduplikasi antara lain : (1) Menyatakan „Jamak‟ Makna menyatakan „jamak‟ timbul pada kata majemuk karena adanya reduplikasi atau proses pengulangan pada kata majemuk tersebut. Pariok-pariok tanah en udah pocah „Periyuk-periyuk tanah itu telah pecah‟ Ubi kayu-ubi kayu en indak laku lai „Ubi kayu-ubi kayu itu tidak laku lagi‟ Kata majemuk kata benda yang bermakna „jamak‟ timbul setelah mengalami proses pengulangan sebagian dan pengulangan seluruhnya. (2) Menyatakan „Menyerupai‟ Makna yang menyatakan „menyerupai‟ akan muncul pada kata majemuk setelah adanya proses pengulangan pada kata majemuk tersebut. Adekku suka mambuat sampan-sampanan dari kortas „Adikku suka membuat sampan – sampan dari kertas‟ Makna „menyerupai‟ ditemukan pada kata majemuk kata benda dengan pengulangan sebagian kata majemuk kata benda tersebut. (3) Menyatakan „Saling‟ Makna yang menyatakan „saling‟ akan muncul pada kata majemuk setelah adanya proses pengulangan pada kata majemuk tersebut. 40 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(54) Tarek-menarek antara kadua benda en menghaselkan energi „Tarik-menarik antara kedua benda itu menghasilkan energi‟ Gerombolan en pukol mamukol sampe polisi datang „Gerombolan itu pukul memukul hingga polisi datang‟ Makna „saling‟ ditemukan pada kata majemuk kata benda dengan pengulangan sebagian kata majemuk kata benda tersebut. (4) Menyatakan „Bilangan‟ Makna menyatakan „bilangan‟ timbul pada kata majemuk karena adanya reduplikasi atau proses pengulangan pada kata majemuk tersebut. Ayah mengkasi kami bonbom satu-satu „Ayah memberi kami permen satu-satu‟ Iya berjanji untuk membagi kauntongan lima puloh-lima puloh dengan awak „Dia berjanji untuk membagi keuntungan lima puluh-lima puluh dengan saya‟ Kata majemuk kata benda yang bermakna „bilangan‟ timbul setelah mengalami proses pengulangan sebagian dan pengulangan seluruhnya. 4.3.2 Makna Kata Majemuk Kata Kerja Kata majemuk kata kerja adalah kata majemuk yang menyatakan suatu tindakan atau suatu pekerjaan. Makna kata majemuk kata kerja yang timbul akibat adanya proses afiksasi dan reduplikasi.. 41 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(55) 4.3.2.1 Makna yang Timbul karena Afiksasi Afiksasi adalah proses melekatnya afiks atau imbuhan pada sebuah kata. Jika afiks melekat pada sebuah kata maka akan timbul makna yang berbeda sebelum melekat afiks. Demikian juga terjadi pada kata majemuk kata kerja. Makna yang timbul karena afiksasi antara lain: (1) Menyatakan „Memakai‟ Makna menyatakan „memakai‟ timbul pada kata majemuk setelah melekat afiks pada kata majemuk tersebut. Mamakek pariok tanah ja enek en mamasak „Memakai periuk tanahnya nenek itu memasak‟ Makna „memakai‟ yang ditemukan pada kata majemuk kata kerja ini terbentuk dari kata majemuk yang komponen pertamanya dilekati awalan / mam-/. (2) Menyatakan „Memiliki‟ Makna menyatakan „memiliki‟ akan timbul pada kata majemuk karena adanya afiks yang melekat pada kata majemuk tersebut. Mampunyai bayi kocik ia sekarang „Mempunyai bayi kecil dia sekarang‟. 42 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(56) Makna „memiliki‟ yang ditemukan pada kata majemuk kata kerja timbul karena melekatnya awalan / mam-/ pada komponen pertama kata majemuk tersebut. (3) Menyatakan „Menanam‟ Makna yang menyatakan „Menanam‟ akan timbul pada kata majemuk karena adanya afiks yang melekat pada kata majemuk tersebut. Mananam ubi jalar enek kita sakarang „Menanam ubi jalar nenek kita sekarang‟ Makna „menanam‟ yang ditemukan pada kata majemuk kata kerja timbul karena melekatnya awalan /man-/ pada komponen kata majemuk tersebut. (4) Menyatakan „Memelihara‟ Makna yang menyatakan „memelihara‟ akan muncul pada gabungan kata majemuk karena adanya afiks yang melekat pada kata majemuk tersebut. Ayah saya mamolihara korbo di ladang „Bapak saya memelihara kerbau di ladang‟ Makna „memelihara‟ yang ditemukan pada kata majemuk kata kerja timbul karena melekatnya awalan /mam-/ pada komponen pertama kata majemuk tersebut.. 43 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(57) (5) Menyatakan „Kausatif „ Makna yang menyatakan „Kausatif‟ akan muncul pada gabungan kata majemuk karena adanya afiks yang melekat pada kata majemuk tersebut. Lagu en manyonangkan hati ibu en „Lagu itu menyenangkan hati ibu itu‟ Kalakuannya en membuat awak sonang „Kelakuanya membuat saya senang‟ Makna „kausatif‟ yang ditemukan pada kata majemuk kata kerja timbul karena komponen pertama kata majemuk tersebut dilekati awalan /maN-/. 4.3.2.2 Makna yang Timbul karena Reduplikasi Reduplikasi adalah proses pengulangan. Pengulangan yang terjadi pada sebuah kata akan memunculkan makna yang berbeda sebelum mengalami pengulangan. Demikian juga terjadi pada kata majemuk kata kerja jika diulang akan mengalami perubahan makna. Makna yang timbul akibat reduplikasi yaitu Menyatakan „berulang – ulang.‟ Makan tidor sajo korjamu „Makan tidur saja kerjamu‟ Rizki mondar-mandir saporti mencari sesuatu yang ponting „Rizki mondar-mandir seperti mencari sesuatu yang penting‟. 44 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(58) Makna berulang-ulang ditemukan pada kata majemuk kata kerja yang terbentuk dari penggabungan KK+KK yang diulang seluruhnya. Menyatakan „bermacam-macam‟ Ibu mambolik sayor-sayoran di pasar „Ibu membeli sayur-sayuran di pasar‟ Ani mambawak berbagai macam tanam-tanaman kesikolah ‘Ani membawak berbagai macam tanam-tanaman ke sekolah‟ Makna bermacam-macam ditemukan pada kata majemuk kata kerja yang terbentuk dari penggabungan KK+KK yang diulang seluruhnya. Menyatakan „saling‟ Adi manarek-narek baju Ibu „Adi menarik-narik baju Ibu‟ Di hari raya, kami saling salam-salaman dengan seluruh anggota kaluarga „Di hari raya, kami saling salam-salaman dengan seluruh anggota keluarga‟ Makna saling ditemukan pada kata majemuk kata kerja yang terbentuk dari penggabungan KK+KK yang diulang seluruhnya.. 45 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(59) 4.3.3 Makna Kata Majemuk Kata Sifat Kata majemuk kata sifat adalah kata majemuk yang menyatakan sifat atau keadaan suatu benda ( Kridalaksana 1989 : 45 ). Makna kata majemuk kata sifat timbul akibat adanya proses morfologi yaitu afiksasi dan reduplikasi. 4.3.3.1 Makna yang Timbul karena Proses Afiksasi Afiksasi adalah proses melekatnya afiks atau imbuhan pada sebuah kata. Jika afiks melekat pada sebuah kata maka akan timbul makna yang berbeda sebelum melekat afiks. Demikian juga terjadi pada kata majemuk kata sifat. Makna yang timbul karena afiksasi yaitu Menyatakan „Sifat‟. Indak elok beriri hati sama orang „Tidak baik beriri hati pada orang‟ Jangan ragu kau „Jangan ragu kamu‟ Makna „ sifat‟ yang ditemukan pada kata majemuk kata sifat timbul karena melekatnya awalan /ber-/ pada komponen pertama kata majemuk tersebut. Menyatakan „sombong‟ Indak buleh sombong jadi urang „Tidak boleh sombong jadi orang‟. 46 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(60) Makna „ sombong‟ yang ditemukan pada kata majemuk kata sifat timbul karena melekatnya awalan /som-/ pada komponen pertama kata majemuk tersebut. Menyatakan „rajin‟ Jaoh dari urang tua harus jadi anak yang rajin „Jauh dari orang tua harus jadi anak yang rajin‟ Makna „ rajin‟ yang ditemukan pada kata majemuk kata sifat timbul karena melekatnya awalan /ra/ pada komponen pertama kata majemuk tersebut. Menyatakan „rendah hati‟ Meskipun terkenal iya memiliki jiwa yang rondah hati „Meskipun terkenal iya memiliki jiwa yang rendah hati‟ Makna „ter‟ yang ditemukan pada kata majemuk kata sifat timbul karena melekatnya awalan /ra/ pada komponen pertama kata majemuk tersebut. 4.3.3.2 Makna yang Timbul karena Reduplikasi Reduplikasi adalah proses pengulangan. Pengulangan yang terjadi pada sebuah kata akan memunculkan makna yang berbeda sebelum mengalami pengulangan. Demikian juga terjadi pada kata majemuk kata sifat, jika diulang akan mengalami perubahan makna. Makna kata majemuk kata sifat yang timbul akibat reduplikasi yaitu menyatakan jamak. Togap tinggi-togap tinggi jantan-jantan itu „Tinggi besar-tinggi besar pria-pria itu‟. 47 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(61) Pamalas-pamalas kau samua „Pemalas-pemalas kalian semua‟ Makna „jamak‟ yang ditemukan pada kata majemuk kata sifat timbul karena pengulangan pada kata majemuk tersebut secara keseluruhannya. Menyatakan „perbalasan‟ Sebagai tetangga, kita harus tolong-menolong „Sebagai tetangga, kita harus tolong-menolong‟ Kami saling tolong-menolong mancari buku di perpustakaan „Kami saling tolong-menolong mencari buku di perpustakaan‟ Makna „perbalasan‟ yang ditemukan pada kata majemuk kata sifat timbul karena pengulangan pada kata majemuk tersebut secara keseluruhannya. Menyatakan „menyerupai‟ Adek sangat menyukai rumah-rumahan yang dikasi oleh paman ‘Adik sangat menyukai rumah-rumahan yang diberikan oleh paman‟ Makna „menyerupai‟ yang ditemukan pada kata majemuk kata sifat timbul karena pengulangan pada kata majemuk tersebut secara keseluruhannya. Menyatakan „agak‟ Mukanya kamerah-merahan setelah dipuji oleh Adi „Mukanya kemerah-merahan setelah dipuji oleh Adi‟. 48 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(62) Biber anak itu kebiru-biruan karena kesojokan „Bibir anak itu kebiru-biruan karena kedinginan‟ Makna „agak‟ yang ditemukan pada kata majemuk kata sifat timbul karena pengulangan pada kata majemuk tersebut secara keseluruhannya. Menyatakan „berulang-ulang‟ Ibu memanggel-manggel tukang bakso „Ibu memanggil-manggil tukang bakso‟ Makna „berulang-ulang‟ yang ditemukan pada kata majemuk kata sifat timbul karena pengulangan pada kata majemuk tersebut secara keseluruhannya. Menyatakan „banyak‟ Orang-orang bakumpol di halaman kantor desa „Orang-orang berkumpul di halaman kantor desa‟ Ratna menyusun buku-bukunya di atas meja dengan rapi „Ratna menata buku-bukunya di atas meja dengan rapi‟ Makna „banyak‟ yang ditemukan pada kata majemuk kata sifat timbul karena pengulangan pada kata majemuk tersebut secara keseluruhannya. Menyatakan „sangat atau bersungguh-sungguh‟ Peserta olimpiade matematika itu pintar-pintar „Peserta olimpiade matematika itu pintar-pintar‟. 49 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(63) Ratna bakorja dengan hati-hati „Ratna bekerja dengan hati-hati‟ Makna „sangat atau bersungguh-sungguh‟ yang ditemukan pada kata majemuk kata sifat timbul karena pengulangan pada kata majemuk tersebut secara keseluruhannya. 4.3.4 Jenis-jenis Kata Ulang Kata ulang memilikibeberapa jenis yang dikelompokkan berdasarkan bentuk, fungsi dan makna yang terbentuk. Berikut ini adalah jenis-jenis kata ulang sebagai berikut : 4.3.4.1 Kata Ulang Berdasarkan Bentuk Kata ulang jenis ini adalah kata-kata yang mengalami proses reduplikasi pada bentuknya. Ada beberapa jenis, diantaranya adalah kata ulang sebagian, kata ulang utuh berubah bunyi, kata ulang semu, dan kata ulang berimbuhan. Jenisjenis kata ulang yabng berdasarkan perubahan bentuk. 4.3.4.1.1 Kata Ulang Sebagian (Dwipurwa) Kata ulang sebagian atau disebut dengan dwipurwa adalah kata-kata yang mengalami proses reduplikasi pada sebagian kata saja. Biasanya, proses reduplikasi ini terjadi pada bagian awal kata. Kata ulang dwipurwa di antaranya adalah tetangga, tetua, lelaki, pegunungan, leluasa, pepohonan, dedaunan, dan lain-lain.. 50 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(64) Contoh : . Shinta menyapu dedaunan yang telah memenuhi pekarangan rumah.. . Kita harus menghormati para tetua adat. . Saya melihat lelaki misterius itu memakai baju hitam. 4.3.4.1.2 Kata Ulang Seluruhnya (Dwilingga) Jenis kata ulang ini adalah kata-kata mengalami proses reduplikasi secara keseluruhan. Kata ulang dwilingga di antaranya adalah ibu-ibu, bapak-bapak, adik-adik, rumah-rumah, mobil-mobilan, dan lain-lain. Contoh : . Ketika gempa bumi terjadi mobil-mobil yang terparkir di basement tertimpa bangunan. . Rumah-rumah yang ada di bantaran sungai Ciliwung terendam banjir. . Adik dima-diam mengambil barang saya yang saya letakkan di atas meja. 4.3.4.1.3 Kata Ulang Berubah Bunyi Kata ulang jenis ini adalah kata-kata yang mengalami proses reduplikasi dan mengalami perubahan bunyi pada kata pertama maupun kedua. Bentuk kata ulang ini diantaranya adalah gerak-gerik, sayur-mayur, serba-serbi, lauk-pauk, dan teka-teki. Contoh : . Teka-teki itu sangat sulit untuk dipecahkan. . Ibu membeli sayur mayur di pasar bersama dengan kakak. 51 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(65) . Gerak-gerik lelaki misterius itu terus diperhatikan oleh kami. 4.3.4.1.4 Kata Ulang Berubah Berimbuhan Jenis kata ulang ini adalah kata-kata yang mengalami reduplikasi dengan mendapatkan imbuhan pada kata pertama maupun kata kedua. Kata ulang berimbuhan ini diantaranya adalah, rumah-rumahan, batu-batuan, bermaafmaafan, dan lain-lain. Contoh : . Kakak membuat rumah-rumahan dari kertas. . Semua orang bermaaf-maafan ketika hari raya tiba. . Banyak sekali batu-batuan yang ditemukan di dalam sungai. 4.3.4.1.5 Kata Ulang Semu Jenis kata ulang semu adalah kata ulang yang hampir sama dengan kata ulang keseluruhan, tetapi bedanya adalah pada kata ulang semu tidak memiliki makna jika dipisah. Kata ulang semu ini diantaranya adalah kupu-kupu, kurakura, pura-pura, ubur-ubur, dan cumi-cumi. Contoh : . Aku senang sekali memakan cumi-cumi goreng buatan ibu. . Lautan itu dipenuhi oleh ubur-ubur yang sangat beracun. . Dani pura-pura tidak tahu ketika aku bertanya soal masalah itu. 52 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(66) 4.3.5 Kata Ulang Berdasarkan Makna yang Terbentuk Jenis kata ulang ini adalah kata ulang yang mengalami perubahan makna pada kata yang sebelumnya. Dibawah ini adalah jenis-jenis kata ulang yang berdasarkan makna baru yang terbentuk. 4.3.5.1 Bermkna mirip Kata ulang bermakna mirip ini diantaranya adalah kemerah-merahan, mobil-mobilan, rumah-rumahan, kebapak-bapakan, dan lain-lain. Contoh : . Pipi Rani berubah menjadi kemerah-merahan akaibat malu. . Ayah membelikan adik mobl-mobilan. . Sikpnya yang kebapak-bapakan membuat dirinya disukai oleh semua orang. 4.3.5.2 Bermakna jamak Kata ulang yang bermakna jamak diantaranya adalah kambing-kambing, orang-orang, buku-buku, guru-guru, dan lain-lain. Contoh : . Kambing-kambing milik Pak Ibnu hilang dicuri oleh seseorang. . Kakek gemar membaca buku-buku tentang cerita kepahlawanan.. 53 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(67) 4.3.5.3 Bermakna saling Kata ulang bermakna saling diantaranya adalah pukul-memukul, pandangmemandang, tarik-menarik, dan lain-lain. Contoh : . Tarik menarik antara kedua benda itu menghasilkan energi. . Gerombolan itu pukul memukul hingga polisi datang. 4.3.5.4 Bermakna kolektif atau bilangan Kata ulang jenis ini diantarnya adalah satu-satu, dua-dua, tiga-tiga, dan lain-lain. Contoh : . Ayah membelikkan kami permen satu-satu. . Dia berjanji untuk membagi keuntungan lima puluh-lima puluh dengan saya. 54 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(68) BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis kata majemuk dalam bahasa Melayu Labuhan Bilik, maka dapat disimpulkan bahwa kata majemuk bahasa Melayu Labuhan Bilik adalah : 1. Pokok permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini adalah mengenai kata majemuk dalam bahasa Melayu Labuhan Bilik. 2. Kata majemuk adalah kata jadian yang terbentuk dari penggabungan dua kata atau lebih menjadi satu kata baru yang mengandung makna baru. 3. Unsur-unsur kata majemuk dalam bahasa Melayu Labuhan Bilik adalah : - Pradasar (terikat) adalah bentuk bahasa yang perlu digabungkan dengan unsur lain agar dapat dipakai dengan makna yang jelas. -Kata dasar (bebas) adalah kata-kata yang menjadi dasar bentukan kata yang lebih besar. 4. Jenis-jenis kata majemuk dalam bahasa Melayu Labuhan Bilik adalah : - Kata Majemuk Setara adalah kedua unsurnya memiliki kedudukan yang sama dan sama-sama merupakan inti. -Kata Majemuk Bertingkat adalah kedua unsurnya memiliki kedudukan yang tidak sama satu unsurnya merupakan inti, sedangkan lainnya menjadi pewatas.. 55 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(69) -.Kata Majemuk berdasarkan Kelas Kata pembentuknya : Kata majemuk adalah suatu kata yang terbentuk atas gabungan dua morfem atau kata dasar. Kata dasar ini sendiri terbagi lagi kedalam beberapa jenis berdasarkan indikator yang membentuknya, baik itu berdasarkan metode penulisannya,. kelas. kata. pembentuknya,. maupun. hubungan. kata. pembentuknya. 5. Makna kata majemuk dalam bahasa Melayu Labuhan Bilik adalah : Makna kata majemuk bahasa Melayu Labuhan Bilik diuraikan menurut kelas kata dari kata majemuk. Makna kata majemuk timbul akibat adanya proses morfologis yaitu afiksasi dan reduplikasi. Perubahan makna kata majemuk kata benda timbul karena proses afiksasi yaitu „alat‟ dan „tempat‟ dan perubahan makna karena proses reduplikasi yaitu „jamak‟ dana „menyerupai‟. Perubahan makna kata majemuk kata kerja timbul karena proses afiksasi yaitu „memakai‟, „memiliki‟, „menanam‟, „memelihara‟, dan „kausatif‟ atau nama seseorang. Makna kata majemuk kata kerja karena proses reduplikasi yaitu „berulang-ulang. Makna kata majemuk kata sifat karena proses afiksasi yaitu „sifat‟. Makna kata majemuk kata sifat yang timbul karena proses reduplikasi yaitu „jamak‟. Jenis-jenis kata ulang berdasarkan bentuk yaitu : kata ulang sebagian, kata ulang seluruhnya, kata ulang berubag bunyi, kata ulang berimbuhan, kata ulang semu. Kata Ulang Berdasarkan Makna yang Terbentuk yaitu : bermakna mirip, bermakna jamak, bermkna saling, bermakna kolektif atau bilangan.. 56 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(70) 5.1 Saran Bahasa daerah merupakan sumber utama pendukung perkembangan bahasa Indonesia karena itu perlu dijaga kelestariannya dengan cara memperbanyak penelitian terhadap bahasa-bahasa daerah. Bahasa bersifat dinamis yaitu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Demikian juga dengan bahasa Melayu Labuhan Bilik juga mengalami perkembangan dan perubahan karena banyaknya bahasa asing yang masuk dan bercampur dengan bahasa Melayu Labuhan Bilik. Oleh karena itu, peneliti berharap agar peneliti-peneliti lain tertarik untuk meneliti hal-hal yang berhubungan dengan bahasa Melayu Labuhan Bilik mengingat sangat minimnya buku- buku yang membahas tentang bahasa Melayu Labuhan Bilik. Setiap hasil penelitian yang dilakukan terhadap bahasa-bahasa daerah itu terus dilakukan dan ada baiknya disebarkan ke segala penjuru supaya setiap warga suku yang ada di setiap pelosok dapat membaca dan menikmati keindahan yang terkandung dalam bahasa daerah tersebut dan sekaligus dapat melihat perbedaan dan persamaan yang ada di kepulauan Indonesia. Diharapkan kepada setiap warga suku supaya menanamkan rasa harga menghargai terhadap setiap bahasa seperti menghargai bahasa daerah kita sendiri. Dengan adanya pokok bahasan mengenai kata majemuk dalam bahasa Melayu Labuhan Bilik ini diharapkan menjadi bahan referensi dasar bagi para peneliti dalam pokok bahasan yang sama di masa-masa yang akan datang. Semoga saran-saran di atas dapat menggugah hati para ahli bahasa dan juga para peminat/ pecinta bahasa untuk lebih giat lagi meneliti bahasa 57 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

(71) DAFTAR PUSTAKA Alisyahbana, ST, 1994. Tata Bahasa Baru Indonesia. Jakarta, Penerbit: Dian Rakyat. Azmah Nur (1995) dalam Jurnal yang berjudul Tinjauan Deskripsi frase dan kata majemuk dalam bahasa Indonesia. Badudu, J.S. 1991. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Badudu, J.S. 1973. Adakah Kata Majemuk dalam Bahasa Indonesia, dalam Bunga Rumpai Ilmu Sastra, Nomor 3. Bandung : FS. Universitas Padjadjaran Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Daulay, Mascahaya. 1994. Morfologi Bahasa Mandailing. Medan: Lembaga Penelitian USU. Furchan, 1992. Metode Kualitatif, Penerbit : Surabaya. Keraf Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia, Penerbit: Nusa Indah.s Masinambouw, E.K.M (ed). 1980. Kata Majemuk. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia Mariati, Eva. 2011 dalam Skripsi yang berjudul Kompositum bahasa Simalungun (Kata Majemuk bentuk pola dan makna kata majemuk).. 58 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

Referensi

Dokumen terkait

sebagai Sekretaris Departemen Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan yang selalu memberi saran serta petunjuk kepada penulis hingga selesai skripsi

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana dalam bidang ilmu Sastra Cina..

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian skripsi dalam.. bidang ilmu

3 Contoh Kata Turunan, Majmuk, dan Ganda melalui Proses Pengimbuhan, Pemajmukan, dan Penggandaan 9 Kata Nama Terbitan KNT 11 Kata Kerja Terbitan KKT 12 Perubahan Morfologi Bahasa

MAKANAN TRADISIONAL MASYARAKAT PAKPAK KAJIAN FOLKLOR SKRIPSI SARJANA SEPNO EFENDI SOLIN NIM 110703002 PROGRAM STUDI SASTRA BATAK FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018

Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat1. Ujian Sarjana Dalam Bidang Ilmu

Bahasa Alay pada Remaja dalam Konstelasi Kebahasaan saat ini (Skripsi) Medan : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. (Skripsi) Medan : Fakultas Sastra Universitas

Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Dalam Bidang Ilmu Sastra