• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

D. Metode Analisis Data

Untuk menjawab permasalahan yang telah ditetapkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini digunakan beberapa metode analisis yaitu :

1. Analisis Location Quotient (LQ)

a. Static Location Quotient (SLQ)

Metode SLQ digunakan untuk mengidentifikasi potensi internal yang dimiliki suatu daerah dengan membaginya menjadi dua golongan yaitu sektor basis dan sektor non basis. Analisis LQ dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan merumuskan komposisi dan pergeseran sektor-sektor basis suatu wilayah dengan menggunakan PDRB sebagai indikator pertumbuhan wilayah. (Warpani, 1984). Formulanya adalah (Widodo, 2006) :

SLQ = ...(3.1)

Keterangan :

Vik : nilai produksi sektor i di wilayah

(kabupaten/kota) Provinsi Lampung

Vk : total PDRB wilayah (kabupaten/kota) di

Provinsi Lampung

Vip : nilai produksi sektor i di Provinsi Lampung

commit to user

35 Kriteria pengukuran SLQ :

1) Jika nilai SLQ > 1, berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu di tingkat daerah lebih besar dari sektor yang sama di tingkat nasional.

2) Jika nilai SLQ < 1, berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu di tingkat daerah lebih kecil dari sektor yang sama di tingkat nasional.

3) Jika nilai SLQ = 1, berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu pada tingkat daerah sama dengan sektor yang sama pada tingkat nasional

Apabila nilai SLQ > 1, berarti subsektor tersebut merupakan subsektor unggulan di daerah dan potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian daerah (sektor basis).

Apabila nilai SLQ < 1, berarti subsektor tersebut bukan merupakan subsektor unggulan dan kurang potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian daerah (sektor non basis).

b. Dynamic Location Quotient (DLQ)

DLQ merupakan modifikasi dari SLQ, dengan

mengakomodasi faktor laju pertumbuhan keluaran sektor ekonomi dari waktu ke waktu.

commit to user

36

Analisis DLQ menggunakan analisis laju pertumbuhan sebagai formulasi perhitungan (Widodo, 2006) adalah :

DLQ = ...(3.2)

Keterangan:

DLQ : Dynamic Location Quotient

gi : laju pertumbuhan sektor i di kabupaten/kota di

Provinsi Lampung

gn : rata-rata laju pertumbuhan sektor total di

kabupaten/kota di Provinsi Lampung

Gi : laju pertumbuhan sektor i di Provinsi Lampung

Gn : rata-rata laju pertumbuhan sektor total di

Provinsi Lampung

IPPSi : Indeks Potensial Pengembangan Sektor i di

kabupaten/kota di Provinsi Lampung

IPPSn : Indeks Potensial Pengembangan Sektor di

Provinsi Lampung Kriteria pengukuran DLQ :

Jika DLQ menunjukkan nilai lebih dari 1 (DLQ>1) maka perkembangan sektor pada kabupaten/kota di Provinsi Lampung lebih cepat daripada di Provinsi Lampung yang merupakan daerah acuan, hal ini juga menunjukkan bahwa daerah tersebut merupakan daerah basis.

commit to user

37

Jika nilai DLQ menunjukkan kurang dari 1 (DLQ<1) maka pengembangan sektor pada kabupaten/kota di Provinsi Lampung lebih lambat daripada di Provinsi Lampung yang menjadi daerah acuan. Hal ini juga menunjukkan bahwa daerah tersebut merupakan daerah non basis.

2. Analisis Gabungan SLQ dan DLQ

Gabungan antara nilai SLQ dan DLQ dijadikan kriteria dalam menentukan apakah sektor ekonomi tersebut tergolong unggulan, prospektif, andalan, dan kurang prospektif. Tabel Analisis Gabungan SLQ dan DLQ adalah sebagai berikut:

Tabel. 3.1. Analisis Gabungan SLQ dan DLQ

Kriteria DLQ > 1 DLQ < 1

SLQ > 1 Unggulan Prospektif

SLQ < 1 Andalan Tertinggal

Sumber : Widodo, 2006

3. Analisis Shift Share (SS)

Analisis shift share digunakan untuk menganalisis dan

mengetahui pergeseran dan peranan perekonomian di daerah. Metode ini dipakai untuk mengamati struktur perekonomian dan pergeserannya dengan cara menekankan pertumbuhan sektor di daerah, yang dibandingkan dengan sektor yang sama pada tingkat daerah yang lebih tinggi atau nasional.

Analisis tersebut dapat digunakan untuk mengkaji pergeseran struktur perekonomian daerah dalam kaitannya dengan peningkatan

commit to user

38

perekonomian daerah yang bertingkat lebih tinggi. Perekonomian daerah yang didominasi oleh sektor yang lamban pertumbuhannya akan tumbuh di bawah tingkat pertumbuhan perekonomian daerah di atasnya.

Pertumbuhan ekonomi dan pergeseran struktural suatu perekonomian daerah ditentukan oleh tiga komponen yaitu :

a. Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis

perubahan pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada sektor yang sama yang dijadikan acuan.

b. Pergeseran proporsional (proportional shift) mengukur perubahan relatif, pertumbuhan atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan.

Pengukuran ini memungkinkan kita mengetahui apakah

perekonomian daerah terkonsentrasi pada industri-industri yang tumbuh lebih cepat daripada perekonomian yang dijadikan acuan. c. Pergeseran diferensial (differential shift) membantu kita dalam

menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang diajadikan acuan. Oleh karena itu, jika pergeseran diferensial dari suatu industri adalah positif, maka industri tersebut lebih tinggi daya saingnya daripada industri yang sama pada perekonomian yang dijadikan acuan.

Rumus dari analisis shift share ( John Glasson, dalam Fachrurrazy, 2009) adalah sebagai berikut :

commit to user 39 1) Provincial Share (PS)

= x

...(3.4) 2) Proportional Shift (P)

= x

...(3.5) 3) Differential Shift (D)

= x

...(3.6) Keterangan :

: perubahan pertumbuhan PDRB total wilayah

Provinsi Lampung

: provincial share wilayah Provinsi Lampung

: proportional shift wilayah Provinsi Lampung

: differential shift wilayah Provinsi Lampung

Y : PDRB total wilayah Provinsi Lampung

Lpg : Provinsi Lampung sebagai wilayah referensi

S : wilayah analisis

i : sektor dalam PDRB

t : tahun (2009)

t-1 : tahun awal (2005)

Jika > 0, maka wilayah (kabupaten/kota) di

commit to user

40

tingkat provinsi tumbuh lebih cepat. Sebaliknya jika < 0, maka wilayah (kabupaten/kota) di Provinsi Lampung akan berspesialisasi pada sektor yang di tingkat provinsi tumbuh lebih lambat.

Bila > 0, maka pertumbuhan sektor i di wilayah (kabupaten/kota) lebih cepat dari pertumbuhan sektor yang

sama di Provinsi Lampung dan bila < 0, maka

pertumbuhan sektor i di wilayah (kabupaten/kota) relatif lebih lambat dari pertumbuhan sektor yang sama di Provinsi Lampung.

4. Analisis Tipologi Klassen

Alat analisis tipologi klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi daerah.

Tipologi klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua

indikator yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah.

Untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi di wilayah Provinsi Lampung tahun 2005-2009, digunakan rumus sebagai berikut (Widodo, 2006) :

Pertumbuhan Ekonomi Sektoral = x 100%...(3.7)

Keterangan :

PDRBt : Produk Domestik Regional Bruto tahun t

commit to user

41

Pada penelitian ini, analisis tipologi klassen menggunakan pendekatan sektoral, dimana setiap sektor dikelompokkan berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan, seperti ditunjukkan dalam tabel berikut :

Tabel 3.2. Klasifikasi Tipologi Klassen Kuadran I

Sektor yang maju dan tumbuh pesat (developed sector)

si > s dan ski > sk

Kudran II

Sektor maju tapi tertekan

(stagnant sector)

si < s dan ski > sk Kuadran III

Sektor potensial / masih dapat berkembang (developing sector)

si > s dan ski < sk

Kuadran IV Sektor relatif tertinggal

(underdeveloped sector)

si < s dan ski < sk Sumber : Sjafrizal dalam Fachrurrazy, 2009

Keterangan :

si : laju pertumbuhan sektor tertentu di wilayah (kabupaten/kota) s : laju pertumbuhan sektor tertentu pada Prov. Lampung

ski : kontribusi sektor tertentu terhadap PDRB di wilayah (kabupaten/kota)

sk : kontribusi sektor tertentu terhadap PDRB Prov. Lampung

a. Sektor yang maju dan tumbuh pesat / developed sector (Kuadran I) Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s) dan memiliki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk).

commit to user

42

b. Sektor maju tapi tertekan / stagnant sector (Kuadran II)

Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s), tetapi memiliki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk).

c. Sektor potensial atau masih dapat berkembang / developing sector

(Kuadran III)

Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s), tetapi memiliki kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih kecil dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk).

d. Sektor relatif tertinggal / underdeveloped sector (Kuadran IV) Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s) dan sekaligus memiliki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih kecil dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk).

commit to user

43 BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait