• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI SEKTOR EKONOMI UNGGULAN DI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2005-2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI SEKTOR EKONOMI UNGGULAN DI PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2005-2009"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI

SEKTOR EKONOMI UNGGULAN DI PROVINSI LAMPUNG

TAHUN 2005-2009

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk

Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:

RACHMAN KURNIAJI

NIM. F0108102

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

iv

MOTTO

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya....”(QS. Al-Baqarah: 286)

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” (QS. Al-Insyirah: 5-6)

Kerja, Kerja, Kerja !!! (Dahlan Iskan)

Only those can see the invisible, they can do the impossible. Take ACTION, make it happen. FIGHT!

(Juragan, Jaya Setiabudi)

Tetaplah Bodoh, Tetaplah Lapar... (Jamil Azzaini)

Legal.. Halal.. Hajar! (Ippho Santosa)

(5)

commit to user

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Demi pertemuan dengan-Nya...

Demi kerinduan kepada utusan-Nya...

Demi bakti kepada orang tua...

Demi manfaat kepada sesama...

Semoga niat ini tetap lurus.

Semoga menjadi ibadah.

Semoga menjadi amal jariyah.

Semoga bermanfaat.

Amiin.

(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaah, segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat, petunjuk,

serta izin-Nya, sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Perubahan

Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor Ekonomi Unggulan di

Provinsi Lampung Tahun 2005-2009” dapat terselesaikan dengan baik.

Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah kepada Rasulullah SAW.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE) pada Jurusan Ekonomi

Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan dan penulisan

skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak, baik berupa

moral maupun material. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati

penulis menyampaikan ungkapan terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Drs. Mulyanto, ME, selaku pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu di tengah kesibukan beliau untuk memberikan

bimbingan, arahan, dan masukan berarti sejak awal hingga akhir penulisan

karya ini.

2. Dr. Wisnu Untoro, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi UNS.

3. Drs. Sutomo, MS, selaku pembimbing akademik selama perkuliahan.

4. Drs. Supriyono, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan.

5. Ibu Izza Mafruhah, SE, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi

(7)

commit to user

vii

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi UNS. Terima kasih atas

bimbingan selama ini.

7. Ibu (Mami) dan Ayah (Papi), atas segala curahan kasih sayang, do’a yang

tulus ikhlas, dan pengorbanan selama ini. Semoga Allah SWT

melimpahkan rahmat-Nya, menyayangi dan membalas kasih sayang

mereka sebagaimana mereka menyayangiku sejak kecil.

8. Adik-adikku, yang senantiasa menemani dalam berbagi keceriaan dan

kegembiraan.

9. Mentor-mentor yang telah merubah pola pikir, membuka wawasan,

menginspirasi, dan membimbing saya hingga saat ini.

10.Rekan-rekan YEA (Young Entrepreneur Academy) dan Ecamp

(Entrepreneur Camp).

11.Pegawai Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung atas bantuan dan

kerjasamanya.

12.Seluruh rekan, dan teman-teman di organisasi KEI FE UNS, BPPI FE

UNS, SIM UNS, JN UKMI UNS, ForMI, EP 2008, dan FoSSEI

Komisariat, Regional, dan Nasional.

13.Almamater yang saya cintai dan banggakan, Universitas Sebelas Maret.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan masukan yang

membangun demi perbaikan selanjutnya. Akhirnya, semoga karya skripsi ini

dapat memberikan manfaat, baik bagi penulis maupun pihak lainnya.

Surakarta, Juni 2012

(8)

commit to user

viii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan Pembimbing ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

3.Ukuran Pertumbuhan Ekonomi ... 14

4.Pembangunan Daerah pada Era Otonomi ... 18

B.Penelitian Terdahulu ... 25

C.Definisi Operasional Variabel ... 32

(9)

commit to user

ix

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A.Deskripsi Wilayah ... 43

1.Administrasi Pemerintahan ... 43

2.Kondisi Geografis ... 44

3.Penduduk ... 46

4.Kemiskinan ... 47

5.Ekonomi ... 48

B.Analisis dan Pembahasan ... 50

1.Analisis Location Quotient ... 50

2.Analisis Gabungan SLQ dan DLQ ... 56

3.Analisis Shift Share ... 59

4.Analisis Tipologi Klassen ... 67

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 72

B.Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75

(10)

commit to user

x

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto

ADHK 2000 Menurut Provinsi Tahun 2006-2010 ... 3

Tabel 1.2 Kontribusi Sektoral PDRB Provinsi Lampung Menurut

Harga Berlaku Tahun 2005-2009 ... 5

Tabel 1.3 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto

ADHK 2000 Provinsi Lampung Tahun 2005-2009 ... 6

Tabel 1.4 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto

ADHK 2000 Kabupaten Kota di Provinsi Lampung

Tahun 2005-2009 ... 7

Tabel 3.1 Analisis Gabungan SLQ dan DLQ ... 37

Tabel 3.2 Klasifikasi Tipologi Klassen ... 41

Tabel 4.1 Penduduk Provinsi Lampung Menurut Kabupaten Kota,

Jenis Kelamin, dan Kepadatan Penduduk Tahun 2010 .... 47

Tabel 4.2 Garis Kemiskinan, Jumlah, dan Persentase Penduduk

Miskin Menurut Kabupaten Kota di Provinsi Lampung

Tahun 2010 ... 48

Tabel 4.3 PDRB Provinsi Lampung ADHK 2000

Tahun 2005-2009 ... 49

Tabel 4.4 Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Kabupaten Kota

di Provinsi Lampung Tahun 2005-2009 ... 50

Tabel 4.5 Hasil Analisis SLQ Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung

Tahun 2005-2009 ... 51

Tabel 4.6 Hasil Analisis DLQ Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung

Tahun 2005-2009 ... 54

Tabel 4.7 Hasil Analisis Gabungan SLQ dan DLQ Kabupaten/Kota

di Provinsi Lampung Tahun 2005-2009 ... 57

Tabel 4.8 Hasil Analisis Shift Share Kabupaten/Kota

di Provinsi Lampung Tahun 2005-2009 ... 62

Tabel 4.9 Hasil Analisis Tipologi Klassen Kabupaten/Kota

(11)

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 29

(12)

commit to user

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1 PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung

Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan

Usaha Tahun 2005-2009 ... 77

Lampiran 2 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten/Kota di

Provinsi Lampung Atas Dasar Harga Konstan 2000

Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2009 ... 81

Lampiran 3 Kontribusi Sektoral PDRB Provinsi Lampung Atas

Dasar Harga Berlaku Tahun 2005-2009 ... 85

Lampiran 4 Hasil Analisis SLQ Kabupaten Kota di

Provinsi Lampung ... 86

Lampiran 5 IPPsi Kabupaten/Kota dan IPPSn Provinsi Lampung

Tahun 2005-2009 ... 89

Lampiran 6 Hasil Analisis DLQ Kabupaten Kota di

Provinsi Lampung ... 92

Lampiran 7 Hasil Analisis Gabungan SLQ dan DLQ

Kabupaten Kota di Provinsi Lampung ... 95

Lampiran 8 Hasil Analisis Shift Share Kabupaten Kota di

Provinsi Lampung ... 98

Lampiran 9 Hasil Analisis Tipologi Klassen Kabupaten Kota di

(13)

commit to user

(14)

commit to user

ABSTRAK

Analisis Perubahan Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor Ekonomi Unggulan di Provinsi Lampung Tahun 2005-2009

RACHMAN KURNIAJI NIM. F0108102

Pelaksanaan pembangunan telah mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan di berbagai daerah. Namun, perbedaan kondisi geografis, sumber daya alam, infrastruktur, sosial budaya dan kapasitas sumber daya manusia menyebabkan masih adanya kesenjangan antar wilayah. Akibatnya, kesejahteraan masyarakat tidak selalu sama dan merata di seluruh wilayah. Berlakunya otonomi daerah menyebabkan daerah bebas dan lebih leluasa dalam mengembangkan sektor ekonomi yang berada di wilayahnya masing-masing.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sektor basis, sektor unggulan, serta mengetahui perubahan dan pergeseran struktur ekonomi di Provinsi Lampung. Identifikasi dalam penelitian ini menggunakan alat analisis

Static Location Quotient (SLQ), Dynamic Location Quotient (DLQ), Gabungan

SLQ dan DLQ, analisis shift share, dan tipologi klassen dengan menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) wilayah (kabupaten/kota) di Provinsi Lampung yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik.

Sektor yang teridentifikasi sebagai sektor basis berdasarkan hasil analisis SLQ adalah Sektor Pertanian, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, serta Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih. Berdasarkan hasil analisis DLQ, sektor yang merupakan sektor basis adalah Sektor Industri Pengolahan, Sektor Bangunan, serta Sektor Jasa-Jasa. Sektor Pertanian merupakan sektor unggulan di Provinsi

Lampung berdasarkan hasil analisis gabungan SLQ dan DLQ. Hasil analisis shift

share menunjukkan bahwa Sektor Industri Pengolahan, Sektor Pengangkutan dan

Komunikasi, serta Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan di wilayah (kabupaten/kota) tumbuh lebih cepat daripada sektor yang sama di tingkat provinsi. Hasil analisis tipologi klassen, Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran mendominasi sebagai sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat di wilayah (kabupaten/kota) Provinsi Lampung.

Kata Kunci: Sektor Basis, Sektor Unggulan, Analisis Static Location

(15)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia tengah dihadapkan dengan isu ketimpangan antar daerah

atau wilayah serta antar sektor yang semakin menjadi perhatian karena

pembangunan antar wilayah maupun antar sektor tidak mengalami laju

pertumbuhan dan perkembangan yang merata. Orientasi pembangunan

pada kawasan tertentu menyebabkan terjadinya kesenjangan (gap) yang

luar biasa, misalnya antara Jawa dan luar Jawa, serta antara kawasan barat

dan kawasan timur Indonesia.

Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha dan

kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat,

memperluas lapangan kerja, dan pemerataan pembagian pendapatan

masyarakat. Kinerja pembangunan ekonomi mempunyai kedudukan yang

amat penting, karena keberhasilan di bidang ekonomi dapat menyediakan

sumber daya yang lebih luas bagi pembangunan di bidang lainnya. Namun

sebaliknya, untuk melakukan pembangunan ekonomi diperlukan landasan

yang kuat, yaitu pengambilan kebijakan yang tepat, akurat dan terarah,

supaya hasil yang dicapai benar-benar sesuai dengan yang direncanakan.

(Mulyanto, 2004)

Pelaksanaan pembangunan selama ini telah mendorong

peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan di berbagai daerah.

Namun, perbedaan kondisi geografis, sumber daya alam, infrastruktur,

(16)

commit to user

2

adanya kesenjangan antar wilayah. Akibatnya, kesejahteraan masyarakat

tidak selalu sama dan merata di seluruh wilayah.

Otonomi daerah merupakan langkah strategis bagi bangsa

Indonesia untuk menyongsong era globalisasi ekonomi dengan

memperkuat basis perekonomian daerah. Untuk mendorong langkah

strategis ini, diperlukan pengetahuan tentang basis perekonomian dan

sumberdaya potensial yang dimiliki oleh masing-masing daerah, yang

dalam hal ini adalah kabupaten atau kota. Dengan demikian, pembangunan

ekonomi daerah dapat ditentukan skala dan prioritasnya sesuai dengan

potensi dan kemampuan yang dimilikinya.

Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan

Daerah jelas membawa dampak bagi tiap daerah untuk menggali dan

mengembangkan potensi ekonomi secara mandiri, sehingga ketimpangan

kesejahteraan antar daerah dapat diperkecil.

Selama tahun 2006-2010, Provinsi Lampung terus mengalami

pertumbuhan ekonomi yang positif, seperti ditunjukkan dalam Tabel 1.1.

Rata-rata pertumbuhan ekonominya selama tahun 2006-2010 adalah

sebesar 5,44%. Rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung

masih lebih tinggi dibanding rata-rata laju pertumbuhan ekonomi wilayah

Sumatera sebesar 4,84%. Sedangkan rata-rata pertumbuhan ekonomi di

tingkat nasional selama kurun waktu yang sama adalah sebesar 5,62%.

(17)

commit to user

(18)

commit to user

4

Wilayah Administratif Provinsi Lampung terbagi dalam 12 (dua

belas) kabupaten dan 2 (dua) kota. Wilayah tersebut terdiri dari 214

kecamatan dan 2.463 desa atau kelurahan. Provinsi Lampung berada di

ujung paling selatan Pulau Sumatera yang berbatasan langsung dengan

Selat Sunda. Letaknya diantara 103° 40’ sampai 105° 50’ bujur timur dan

6° 45’ sampai 3°45’ lintang selatan. (BPS Provinsi Lampung)

Provinsi Lampung dipilih sebagai daerah studi/penelitian karena

merupakan salah satu kawasan pertumbuhan strategis di wilayah

Sumatera, dengan pusatnya di Kota Bandar Lampung. Provinsi Lampung

meliputi 12 (dua belas) kabupaten dan 2 (dua) kota yaitu: (i) Kabupaten

Lampung Barat, (ii) Kabupaten Tanggamus, (iii) Kabupaten Lampung

Selatan, (iv) Kabupaten Lampung Timur, (v) Kabupaten Lampung

Tengah, (vi) Kabupaten Lampung Utara, (vii) Kabupaten Way Kanan,

(viii) Kabupaten Tulang Bawang, (ix) Kabupaten Pesawaran, (x)

Kabupaten Pringsewu, (xi) Kabupaten Tulang Bawang Barat, (xii)

Kabupaten Mesuji, (xiii) Kota Bandar Lampung, dan (xiv) Kota Metro.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu

indikator makro paling penting yang dapat digunakan untuk mengetahui

tingkat perkembangan dan struktur perekonomian wilayah di Provinsi

Lampung yang telah dilaksanakan dan sekaligus berguna untuk

menentukan arah pembangunan di masa mendatang, dimana Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) disajikan atas dasar harga berlaku dan

(19)

commit to user

5

Kontribusi sektoral PDRB atas dasar harga berlaku tahun

2005-2009 di Provinsi Lampung menunjukkan sektor yang memberikan

kontribusi paling besar adalah Sektor Pertanian sebesar 37,94% pada tahun

2005 dan sebesar 37,85% pada tahun 2009. Kemudian disusul oleh Sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran dengan rata-rata kontribusi sebesar

14,56%. Sedangkan kontribusi terkecil disumbangkan oleh Sektor Listrik,

Gas, dan Air Bersih sebesar 0,74% pada tahun 2005 dan 1,57% pada tahun

2009. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 1.2 di bawah ini.

Tabel 1.2. Kontribusi Sektoral PDRB Provinsi Lampung Menurut Harga Berlaku Tahun 2005-2009 (Persen)

Nilai Kontribusi Nilai Kontribusi Nilai Kontribusi

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1Pertanian 15.425.767,96 37,94 21.607.652,27 37,17 31.401.152,68 37,85 37,24 2P & G 2.050.084,37 5,04 2.153.425,38 3,70 1.868.702,09 2,25 3,69 3Industri 4.842.671,18 11,91 7.319.197,49 12,59 11.126.650,23 13,41 12,66 4Listrik, Gas & Air 301.453,16 0,74 374.372,03 0,64 1.303.176,44 1,57 0,85 5Bangunan 2.106.215,19 5,18 2.963.003,01 5,10 3.612.426,11 4,35 4,87 6Perdag, H & R 6.019.722,54 14,81 8.733.271,74 15,02 11.548.292,64 13,92 14,56 7P & Kom 2.784.018,25 6,85 4.891.401,05 8,41 7.703.866,12 9,29 8,29 8Keu, P & JP 2.766.925,92 6,81 3.692.311,36 6,35 5.534.637,28 6,67 6,49 9Jasa-Jasa 4.357.904,25 10,72 6.404.698,83 11,02 8.853.885,08 10,67 11,36 Jumlah 40.654.762,82 100,00 58.139.333,16 100,00 82.952.788,67 100,00 100,00 Rata2 Kontribusi No Lapangan Usaha

Tahun

2005 2007 2009

Catatan : P&G : Pertambangan dan Penggalian; Perdag, H&R :

Perdagangan, Hotel dan Restoran; P&Kom : Pengangkutan dan Komunikasi; Keu, P&JP : Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan.

Sumber : BPS Lampung (data diolah)

Secara umum, rata-rata laju pertumbuhan sektor ekonomi di

Provinsi Lampung pada tahun 2005 hingga 2009 juga menunjukkan

adanya suatu tingkat pertumbuhan yang positif. Laju pertumbuhan sektor

ekonomi paling tinggi di Provinsi Lampung adalah Sektor Keuangan,

(20)

commit to user

6

13,68% pada tahun 2007 dan 13,17% pada tahun 2009. Sektor dengan laju

pertumbuhan tertinggi berikutnya adalah Sektor Pengangkutan dan

Komunikasi, yaitu sebesar 9,62% pada tahun 2007 dan 12,73% pada tahun

2009.

Tabel 1.3. Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Provinsi Lampung Tahun 2005-2009 (Persen)

Nilai Laju Nilai Laju Nilai Laju (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1Pertanian 12.115.807,61 4,11 13.664.013,80 5,29 15.197.807,81 10,34 5,53

2P & G 901.589,31 -12,26 833.792,30 -2,11 811.963,85 -3,55 -4,50

3Industri 3.580.437,44 4,65 4.192.881,68 8,88 4.539.926,94 4,42 5,84

4Listrik, Gas & Air 112.625,48 5,25 121.396,92 9,84 131.543,02 4,92 4,28

5Bangunan 1.486.099,25 4,40 1.638.396,97 6,22 1.799.401,19 8,40 4,83

6Perdag, H & R 4.614.000,10 4,43 5.121.164,26 7,31 5.639.453,97 7,68 5,02

7P & Kom 1.715.600,57 5,24 2.049.951,26 9,62 2.413.809,19 12,73 8,21

8Keu, P & JP 1.826.829,96 10,82 2.320.472,25 13,68 2.825.440,89 13,17 11,40

9Jasa-Jasa 2.399.879,00 4,93 2.660.866,11 3,68 2.942.635,58 9,39 5,21

28.752.868,72 4,17 32.602.935,55 6,61 36.301.982,44 8,97 5,66 Tahun

2005 2007 2009 Rata2

Laju

Total PDRB No Lapangan Usaha

Catatan : P&G : Pertambangan dan Penggalian; Perdag, H&R :

Perdagangan, Hotel dan Restoran; P&Kom : Pengangkutan dan Komunikasi; Keu, P&JP : Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan.

Sumber : BPS Lampung (data diolah)

Sementara itu, laju pertumbuhan ekonomi tertinggi berdasarkan

kabupaten/kota di Provinsi Lampung terjadi di Kabupaten Tanggamus

dengan rata-rata pertumbuhan selama tahun 2005-2009 sebesar 10,90%.

Kemudian disusul oleh Kota Bandar Lampung dengan rata-rata

pertumbuhan sebesar 6,22%. Kabupaten Lampung Selatan mengalami laju

pertumbuhan paling kecil dibandingkan kota/kabupaten lainnya dengan

rata-rata pertumbuhan hanya sebesar 1,03%. Untuk lebih jelasnya dapat

(21)

commit to user

7

Tabel 1.4. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Kota Provinsi Lampung Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2009 (Persen)

2005 2006 2007 2008 2009

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1Kab. Lampung Barat 4,43 3,55 5,89 5,09 5,64 4,92 2Kab. Tanggamus 4,68 4,45 7,72 -32,39 70,02 10,90 3Kab. Lampung Selatan 4,30 -16,02 6,53 5,03 5,28 1,03 4Kab. Lampung Timur -0,14 -0,72 6,84 5,21 4,38 3,11 5Kab. Lampung Tengah 5,17 5,82 6,20 5,66 5,94 5,76 6Kab. Lampung Utara 4,80 5,79 6,27 5,69 6,32 5,78 7Kab. Way Kanan 5,10 4,04 5,52 4,60 5,08 4,87 8Kab. Tulang Bawang 4,86 5,88 6,93 6,79 0,40 4,97 9Kab. Pesawaran 1) x x 5,88 5,34 5,48 5,57

10Kab. Pringsewu 2) x x x x x x

11Kab. Mesuji 3) x x x x x x

12Kab. Tulang Bawang Barat 3) x x x x x x

13Kota Bandar Lampung 5,03 6,30 6,83 6,93 6,01 6,22 14Kota Metro 3,90 10,39 6,24 5,21 5,32 6,21 4,17 6,36 6,61 2,18 8,97 5,66

No Kabupaten/Kota Tahun Rata

Rata

Provinsi Lampung

Keterangan : 1) Kabupaten Pesawaran masih bergabung dengan Kabupaten Lampung Selatan

2) Kabupaten Pringsewu masih bergabung dengan Kabupaten Tanggamus

3) Kabupaten Mesuji dan Tulang Bawang Barat masih bergabung dengan Kabupaten Tulang Bawang

Sumber : Badan Pusat Statistik Lampung (data diolah)

Usaha untuk mengetahui sektor-sektor ekonomi yang potensial di

Provinsi Lampung merupakan salah satu aspek penting dan menentukan

agar Pemerintah Daerah mampu mengatur rumah tangga daerah dengan

sebaik-baiknya. Dengan mencari dan menggali potensi daerah yang ada,

diharapkan potensi tersebut dapat dikembangkan dan dioptimalkan. Hal ini

juga berguna untuk menghindari kesalahan dalam penentuan program

pembangunan, karena suatu program pembangunan yang berhasil di suatu

daerah belum tentu berhasil jika diterapkan di daerah lainnya. Selain itu,

(22)

commit to user

8

pula diwujudkan sebagai sektor ekonomi unggulan di tingkat lokal

maupun regional, sehingga mampu memberikan kontribusi yang tinggi

terhadap pertumbuhan ekonomi daerah sekaligus mengurangi

ketergantungan terhadap Pemerintah Pusat.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bermaksud menganalisis

kondisi basis ekonomi sektoral dengan menggunakan model SLQ dan

DLQ, untuk mengetahui sektor ekonomi unggulan yang dianalisis dengan

gabungan SLQ dan DLQ, untuk mengetahui perubahan struktur ekonomi

yang dianalisis dengan menggunakan model shift share, dan mengetahui

gambaran struktur perubahan ekonomi dengan alat analisis tipologi

klassen yang terjadi di Provinsi Lampung. Dengan demikian, nantinya

dapat dimanfaatkan untuk mencari dan menciptakan sektor ekonomi

unggulan yang mampu bersaing dengan wilayah lain dan mengetahui

seberapa besar pengaruh perekonomian wilayah (kabupaten/kota) di

Provinsi Lampung terhadap Provinsi Lampung serta dapat menunjang

tingkat pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Oleh karena itu,

penelitian ini mengambil judul “Analisis Perubahan Struktur Ekonomi dan

Identifikasi Sektor Ekonomi Unggulan di Provinsi Lampung Tahun

(23)

commit to user

9

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diungkapkan di atas,

maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

1. Sektor apakah yang menjadi basis di Provinsi Lampung tahun

2005-2009?

2. Sektor apakah yang menjadi sektor ekonomi unggulan di Provinsi

Lampung tahun 2005-2009?

3. Bagaimana kondisi struktur ekonomi di Provinsi Lampung tahun

2005-2009?

4. Bagaimana gambaran struktur pertumbuhan ekonomi di Provinsi

Lampung tahun 2005-2009?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas,

maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui sektor yang menjadi basis di Provinsi Lampung

tahun 2005-2009.

2. Untuk mengetahui sektor ekonomi unggulan di Provinsi Lampung

tahun 2005-2009.

3. Untuk mengetahui perubahan kondisi struktur ekonomi di Provinsi

Lampung tahun 2005-2009.

4. Untuk mengetahui gambaran struktur pertumbuhan ekonomi di

(24)

commit to user

10

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat

memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung.

Beberapa manfaat yang diharapkan diperoleh dari hasil penulisan ini

adalah :

1. Hasil penelitian ini dapat memperluas wawasan tentang teori dan

aplikasi ekonomi pembangunan, khususnya dalam studi ekonomi

regional.

2. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

masukan dan evaluasi Pemerintah Daerah Provinsi Lampung dalam

menyusun perencanaan dan mengambil kebijakan pembangunan

daerah.

3. Bagi pembaca dan peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat

menjadi bahan referensi dan tambahan informasi dalam

mengembangkan penelitian tentang perencanaan dan pembangunan

(25)

commit to user

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi merupakan proses multidimensi dari

suatu masyarakat untuk mencapai kehidupan yang lebih baik melalui

serangkaian proses. Proses pembangunan tidak hanya ditunjukkan

melalui peningkatan pendapatan masyarakat, melainkan juga diikuti

dengan peningkatan di bidang sosial. Pembangunan ekonomi pada

umumnya diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan

pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka

panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad,

1999).

Dari definisi di atas jelas bahwa pembangunan ekonomi

mempunyai pengertian : (i) suatu proses yang terjadi terus-menerus,

(ii) usaha untuk meningkatkan pendapatan per kapita, (iii) kenaikan

pendapatan per kapita itu harus terus berlangsung dalam jangka

panjang, dan (iv) perbaikan sistem kelembagaan di segala bidang

(misalnya ekonomi, politik, hukum, sosial, dan budaya). Sistem

kelembagaan ini bisa ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek perbaikan di

bidang organisasi (institusi) dan perbaikan di bidang regulasi (formal

(26)

commit to user

12

Menurut Todaro (2000), proses pembangunan harus memiliki

tiga tujuan inti yaitu: (i) meningkatan ketersediaan serta perluasan

distribusi berbagai macam barang kebutuhan pokok (sandang, pangan,

papan, kesehatan, dan perlindungan keamanan). (ii) meningkatan

standar hidup yang tidak hanya berupa peningkatan pendapatan, tapi

juga meliputi pertambahan penyediaan lapangan pekerjaan, perbaikan

kualitas pendidikan, serta peningkatan perhatian atas nilai-nilai

kultural dan kemanusiaan, dimana semua itu tidak hanya untuk

memperbaiki kesejahteraan materiil melainkan juga untuk

menumbuhkan jati diri pribadi bangsa yang bersangkutan. (iii)

perluasan pilihan-pilihan ekonomi dan sosial bagi tiap individu dan

bangsa secara keseluruhan, yakni dengan membebaskan mereka dari

sikap ketergantungan.

Terdapat empat model pembangunan yaitu: (i) model

pembangunan ekonomi berorientasi pada pertumbuhan, (ii) penciptaan

lapangan kerja, (iii) penghapusan kemiskinan, (iv) model

pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar

(Suryana, 2000). Seluruh model tersebut bertujuan untuk memperbaiki

kualitas hidup, peningkatan barang-barang dan jasa, penciptaan

lapangan kerja baru dengan upah layak, dengan harapan tercapainya

tingkat hidup minimal untuk semua rumah tangga yang kemudian

(27)

commit to user

13

2. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai penjelasan

mengenai faktor-faktor apa yang menentukan kenaikan output per

kapita dalam jangka panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana

faktor-faktor tersebut sehingga terjadi proses pertumbuhan (Boediono,

1992).

Menurut Schumpeter dan Hicks dalam Jhingan (2003), terdapat

perbedaan dalam istilah perkembangan dan pertumbuhan ekonomi.

Perkembanagan ekonomi merupakan perubahan spontan dan

terputus-putus dalam keadaan stasioner yang selalu mengubah dan mengganti

situasi keseimbangan yang ada sebelumnya, sedangkan pertumbuhan

ekonomi adalah perubahan jangka panjang secara perlahan namun

mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk. Hicks

mengemukakan tentang masalah negara-negara terbelakang yang

menyangkut pengembangan sumber-sumber yang tidak atau belum

dipergunakan, meskipun penggunanya telah cukup dikenal.

Simon Kuznet dalam Jhingan (2003) menyatakan bahwa yang

dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka

panjang dalam kemampuan suatu negara (daerah) untuk menyediakan

semakin banyak barang-barang ekonomi kepada penduduknya,

kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan

(28)

commit to user

14

Dari sudut pandang tersebut, penelitian ini menggunakan istilah

pertumbuhan ekonomi yang akan dilihat dari sudut pandang Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB). Pertumbuhan ekonomi dapat

diketahui dengan membandingkan PDRB pada satu tahun tertentu

(PDRBt) dengan PDRB tahun sebelumnya (PDRBt-1). Dimana laju

pertumbuhan ekonomi dapat dirumuskan sebagi berikut (Widodo,

2006) :

Laju pertumbuhan ekonomi =

x

100%...(2.1)

3. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi

Salah satu ukuran pertumbuhan ekonomi adalah Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB). Pengertian PDRB menurut Badan

Pusat Statistik (BPS) adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan

untuk seluruh wilayah usaha dalam suatu wilayah atau merupakan

jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit

ekonomi di suatu wilayah.

Untuk menghitung PDRB yang dihasilkan oleh suatu wilayah

ada tiga pendekatan yang dapat digunakan (Tarigan, 2009) yaitu :

a. Pendekatan Produksi

PDRB merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang

dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah dalam

jangka waktu tertentu (satu tahun). Unit produksi dalam

(29)

commit to user

15

(i) pertanian, (ii) pertambangan dan penggalian (iii) industri

pengolahan (iv) listrik, gas, dan air bersih (v) bangunan (vi)

perdagangan, hotel, restoran (vii) pengangkutan dan komunikasi

(viii) keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan (ix) jasa-jasa.

b. Pendekatan Pendapatan

PDRB merupakan penjumlahan semua komponen

permintaan terakhir, yaitu: (i) pengeluaran konsumsi rumah tangga

dan lembaga swasta yang tidak mencari untung; (ii) konsumsi

pemerintah; (iii) pembentukan modal tetap domestik bruto; (iv)

perubahan stok; (v) ekspor netto, dalam jangka waktu tertentu

(biasanya satu tahun). Ekspor netto adalah ekspor dikurangi impor.

c. Pendekatan Pengeluaran

PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh

faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu

wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas

jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa

tanah, bunga modal dan keuntungan. Semua hitungan tersebut

sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya.

Menurut ahli ekonomi, ada beberapa faktor yang

(30)

commit to user

16

a. Tanah dan kekayaan alam lainnya

Kekayaan alam akan mempermudah usaha untuk

membangun perekonomian suatu negara, terutama pada masa-masa

permulaan dari proses pertumbuhan ekonomi. Dalam setiap negara

dimana pertumbuhan ekonomi baru bermula terdapat banyak

hambatan untuk mengembangkan berbagai kegiatan ekonomi di

luar sektor primer yaitu sektor dimana kekayaan alam terdapat

kekurangan modal, tenaga ahli, dan pengetahuan para pengusaha

untuk mengembangkan kegiatan ekonomi modern di satu pihak,

dan terbatasnya pasar bagi berbagai jenis barang kegiatan ekonomi

di lain pihak, sehingga membatasi kemungkinan untuk

mengembangkan berbagai jenis kegiatan ekonomi.

Jika negara memiliki kekayaan alam yang dapat diusahakan

dengan menguntungkan, hambatan yang baru saja dijelaskan akan

dapat diatasi dan pertumbuhan ekonomi dipercepat

kemungkinannya untuk memperoleh keuntungan tersebut dan

menarik pengusaha-pengusaha dari negara/daerah yang lebih maju

untuk mengusahakan kekayaan alam tersebut.

b. Jumlah dan mutu penduduk dan tenaga kerja

Penduduk yang bertambah dapat menjadi pendorong

ataupun penghambat pertumbuhan ekonomi. Penduduk yang

bertambah akan memperbesar jumlah tenaga kerja dan

(31)

commit to user

17

menambah produksi. Selain itu, perkembangan penduduk dapat

mendorong pertumbuhan ekonomi melalui perluasan pasar yang

diakibatkannya. Besarnya luas pasar tergantung dari

barang-barang yang dihasilkan dalam suatu perekonomian tergantung

pendapatan penduduk dan jumlah penduduk.

Akibat buruk dari pertambahan penduduk terhadap

pertumbuhan ekonomi terjadi ketika jumlah penduduk tidak

sebanding dengan faktor-faktor produksi lain yang tersedia. Ini

berarti penambahan penggunaan tenaga kerja tidak menimbulkan

pertambahan dalam tingkat produksi ataupun jika bertambah,

pertambahan tersebut tidak mengimbangi pertambahan jumlah

penduduk.

c. Barang-barang modal dan tingkat teknologi

Barang-barang modal begitu penting artinya dalam

meningkatkan atau mempertinggi efisiensi pertumbuhan ekonomi.

Barang-barang modal yang sangat bertambah jumlahnya, dan

teknologi yang telah menjadi semakin modern memegang peranan

yang teramat penting dalam mewujudkan kemajuan teknologi yang

tinggi. Jika hanya barang-barang modal yang bertambah tanpa

perkembangan tingkat teknologi maka kemajuan yang dicapai akan

jauh lebih rendah.

d. Sistem sosial dan masyarakat

Sikap masyarakat dapat menentukan sampai dimana

(32)

commit to user

18

masyarakat terdapat sikap masyarakat yang dapat memberikan

dorongan besar pada pertumbuhan ekonomi. Sikap tersebut

diantaranya adalah sikap menghemat untuk mengumpulkan lebih

banyak investasi, sikap kerja keras dan kegiatan-kegiatan

mengembangkan usaha, dan sikap selalu menambah pendapatan

dan keuntungan. Di sisi lain sistem sosial dan sikap masyarakat

yang masih mempercayai dan memegang teguh adat istiadat yang

tradisional dapat menghambat masyarakat untuk menggunakan

cara-cara produksi yang modern dan yang produktivitasnya tinggi.

e. Luas pasar sebagai sumber pertumbuhan

Adam Smith menunjukkan bahwa spesialisasi dibatasi oleh

luasnya pasar dan spesialisasi yang terbatas membatasi jumlah

pertumbuhan ekonomi. Pandangan ini menunjukkan bahwa sejak

lama orang telah menyadari tentang pentingnya luas pasar dalam

pertumbuhan ekonomi. Apabila luas pasar terbatas, tidak ada

dorongan kepada para pengusaha untuk menggunakan teknologi

modern yang tingkat produktivitasnya tinggi. Karena

produktivitasnya rendah, maka pendapatan para pekerja tetap

rendah, dan ini selanjutnya membatasi pasar.

4. Pembangunan Daerah pada Era Otonomi

Masalah pokok dalam pembangunan daerah terletak pada

penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang

didasarkan pada kekuatan atau kelebihan yang merupakan ciri khusus

(33)

commit to user

19

memanfaatkan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan

sistem kelembagaannya. Tujuannya adalah mengarahkan inisiatif baru

yang berasal dari daerah tersebut pada proses pembangunan untuk

menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang kegiatan

perekonomian suatu daerah (Arsyad, 1999).

a. Otonomi Daerah

Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban

daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. Dengan ditetapkannya

Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

dan Undang-Undang RI Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan

Daerah, maka daerah mempunyai hak, wewenang dan kewajiban

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan

kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan

perundang-undangan. Sejalan dengan adanya undang-undang otonomi daerah

tersebut, maka sudah menjadi kewajiban pemerintah daerah untuk

menangani potensi wilayah yang berada dalam ruang lingkup

pemerintahannya.

Tujuan umum otonomi daerah adalah untuk menghilangkan

berbagai perasaan ketidakadilan pada masyarakat daerah, untuk

mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah, dan meningkatkan

(34)

commit to user

20

hakikatnya otonomi daerah merupakan penyerahan wewenang atas

segala urusan pemerintah ke daerah (kabupaten/kota), sehingga

diharapkan pemerintah kabupaten/kota dapat meningkatkan

pelayanannya kepada masyarakat (lebih lancar, lebih mudah, dan

lebih cepat). Sehingga hanya masyarakat sendiri yang dapat

menilai berhasil atau tidaknya otonomi daerah di suatu daerah.

Pelaksanaan otonomi daerah jelas menuntut tiap daerah

untuk bisa melaksanakan optimalisasi semua sumber daya yang

ada. Oleh karena itu, tiap daerah harus bisa secara cermat

memberdayakan potensi alam daerah setempat agar lebih berdaya

guna dan berhasil guna dalam rangka meningkatkan pendapatan

daerah. Daerah memiliki keunggulan tertentu yang berbeda dengan

daerah lain sehingga daerah perlu melakukan antisipasi dengan

menentukan sektor apa yang menjadi basis ekonomi dan

memungkinkan untuk dikembangkan pada masa mendatang.

Searah dengan pelaksanaan kebijakan otonomi daerah,

pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota diharapkan

berperan aktif dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan di

wilayah kerjanya. Partisipasi tersebut dilakukan dengan

memperhatikan beberapa azas berikut ini: (i) mengembangkan

keunggulan komparatif yang dimiliki oleh masing-masing daerah

sesuai dengan potensi sumberdaya spesifik yang dimilikinya, serta

disesuaikan dengan kondisi sosial dan budaya setempat, (ii)

(35)

commit to user

21

kebijakan ketahanan pangan nasional, (iii) mendorong terjadinya

perdagangan antar daerah, (iv) mendorong terciptanya mekanisme

pasar yang berkeadilan.

b. Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Hingga kini, tidak ada satupun teori yang mampu

menjelaskan pembangunan ekonomi daerah secara komprehensif.

Namun, ada beberapa teori yang secara parsial dapat membantu

untuk memahami arti penting pembangunan daerah. Inti dari

teori-teori tersebut berkisar pada dua hal, yaitu pembahasan yang

berkisar antara metode dalam menganalisis perekonomian daerah

dan teori yang membahas tentang faktor-faktor yang menentukan

pertumbuhan ekonomi suatu daerah tertentu (Tarigan, 2009).

1) Teori Ekonomi Neo Klasik

Menurut teori ini terdapat dua konsep pokok dalam

pembangunan ekonomi daerah yaitu keseimbangan

(equilibrium) dan mobilitas faktor produksi. Artinya, sistem

perekonomian akan mencapai keseimbangan alamiahnya jika

modal bisa mengalir tanpa ada batasan. Oleh karena itu, modal

akan mengalir dari daerah yang memiliki upah tinggi menuju

daerah yang memiliki upah rendah.

2) Teori Basis Ekonomi

Teori ini menyatakan bahwa faktor penentu utama

(36)

commit to user

22

langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar

daerah. Teori basis ekonomi menyederhanakan perekonomian

menjadi dua sektor, yaitu sektor basis dan sektor non basis.

Suatu kegiatan dikatakan sebagai basis jika kegiatan tersebut

mampu mengekspor barang dan jasa keluar daerah

perekonomian atau menjual kepada daerah-daerah yang datang

dari luar perekonomian yang bersangkutan. Sektor basis

berperan sebagai faktor penggerak utama, dimana setiap

perubahan yang terjadi dalam ekonomi tersebut akan

menimbulkan dampak pengganda (multiplier effect) terhadap

pertumbuhan ekonomi suatu wilayah/daerah. Sedangkan sektor

non basis adalah kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa

yang dibutuhkan oleh masyarakat atau oleh sektor ekonomi

basis yang berada dalam batas perekonomian suatu wilayah

atau daerah.

3) Teori Lokasi

Para ahli ekonomi regional menyatakan bahwa teori

lokasi mencakup tiga hal yaitu lokasi, lokasi, dan lokasi. Hal

tersebut dapat dibenarkan mengingat bahwa lokasi merupakan

salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu usaha.

Perusahaan cenderung meminimalkan biaya dengan cara

memilih lokasi yang memaksimalkan peluangnya untuk

(37)

commit to user

23

menyatakan bahwa lokasi yang terbaik adalah biaya yang

termurah antara bahan baku dengan pasar.

4) Teori Tempat Sentral

Teori tempat sentral (central place theory) menganggap

bahwa ada hirarki tempat. Setiap tempat sentral didukung oleh

sejumlah tempat yang lebih kecil yang menyediakan

sumberdaya (industri dan bahan baku). Tempat sentral tersebut

merupakan suatu pemukiman yang menyediakan jasa-jasa bagi

penduduk daerah yang mendukungnya.

5) Teori Kausasi Kumulatif

Kondisi daerah-daerah di sekitar kota yang semakin

buruk menunjukkan konsep dasar dari teori kausasi kumulatif

ini. Dengan kata lain, kekuatan pasar cenderung memperparah

kesenjangan antara daerah-daerah tersebut. Daerah yang maju

mengalami keunggulan kompetitif dibanding daerah-daerah

lain.

6) Teori Daya Tarik (Attraction)

Teori daya tarik industri adalah model pembangunan

ekonomi yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Teori

ekonomi yang mendasarinya adalah bahwa suatu masyarakat

dapat memperbaiki posisi pasarnya terhadap industrialisasi

(38)

commit to user

24

7) Peran Pemerintah dalam Pembangunan Daerah

Arsyad (1999) menyatakan bahwa pemerintah memiliki

peran dalam pembangunan daerah untuk mencegah adanya

hal-hal buruk yang diakibatkan oleh mekanisme pasar dan menjaga

agar hasil pembangunan tersebut dapat dinikmati oleh

masyarakat. Adapun peran pemerintah antara lain :

a) Entrepreneur

Pemerintah berperan sebagai entrepreneur,

pemerintah daerah bertanggung jawab untuk menjalankan

suatu usaha bisnis yaitu berupa Badan Usaha Milik Daerah

(BUMD) sehingga ketika diolah dengan lebih baik akan

menghasilkan keuntungan.

b) Koordinator

Pemerintah daerah bertindak sebagai koordinator

untuk menetapkan kebijakan atau mengusulkan

strategi-strategi bagi pembangunan daerahnya. Dalam hal ini,

pemerintah dapat melibatkan kelompok-kelompok

masyarakat.

c) Fasilitator

Pemerintah daerah dapat mempercepat

pembangunan melalui perbaikan lingkungan attitudinal

(39)

commit to user

25

akan mempercepat proses pembangunan dan prosedur

perencanaan serta pengaturan daerah yang lebih baik.

d) Stimulator

Pemerintah daerah dapat menstimulasi penciptaan

dan pengembangan usaha melalui tindakan-tindakan khusus

yang akan mempengaruhi perusahaan-perusahaan untuk

masuk ke daerah tersebut dan menjaga agar

perusahaan-perusahaan yang telah ada tetap berada di daerah tersebut.

Stimulasi dapat dilkukan dengan cara antara lain :

pembuatan brosur-brosur, pembangunan kawasan industri,

pembuatan outlet untuk produk-produk industri kecil, dan

membantu industri-industri kecil melakukan pameran.

B. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian sejenis yang pernah dilakukan oleh peneliti

terdahulu antara lain :

1. Triono, Afit (2010)

Dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Perubahan

Struktur Ekonomi di Kabupaten Pemalang Tahun 2001-2008”,

didapatkan kesimpulan bahwa sesuai dengan hasil analisis shift share,

perekonomian Kabupaten Pemalang sangat dipengaruhi perubahan

perekonomian Provinsi Jawa Tengah. Dengan sektor yang mengalami

pertumbuhan cepat meliputi Sektor Pertambangan dan Penggalian;

(40)

commit to user

26

Restoran serta Sektor Jasa-Jasa. Dan tidak terdapat perbedaan yang

berarti dari analisis LQ.

2. Irawan, Davit (2010)

Dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Perubahan

Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor Unggulan di Kabupaten

Magetan Tahun 1997-2008”. Dapat disimpulkan bahwa sesuai dengan

hasil analisis shift share, Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran;

Sektor Pertanian; serta Sektor Jasa-Jasa merupakan sektor yang

menyumbangkan nilai terbesar bagi kenaikan kinerja perekonomian

daerah. Menurut hasil analisis LQ, terdapat tiga sektor yang

teridentifikasi sebagai sektor basis yaitu Sektor Pertanian; Sektor

Bangunan; dan Sektor Jasa-Jasa.

3. Febriantina, Farahita Rahmawati (2010)

Dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Perubahan

Struktur Perekonomian dan Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral Daerah

Perkotaan di Provinsi Jawa Timur Tahun 1996-2007”. Disimpulkan

bahwa perubahan sektor ekonomi tejadi pada Sektor Industri dan

Sektor Jasa-Jasa. Sektor basis didominasi oleh sektor sekunder dan

sektor tersier.

4. Fachrurrazy (2009)

Dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Penentuan Sektor

(41)

commit to user

27

Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB”. Disimpulkan bahwa analisis

tipologi klassen menunjukkan sektor yang maju dan tumbuh pesat

adalah Sektor Pertanian dan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi.

Hasil analisis LQ menunjukkan Sektor Pertanian; Sektor

Pertambangan dan Penggalian; Sektor Industri Pengolahan; serta

Sektor Pengangkutan dan Komunikasi merupakan sektor basis di

Kabupaten Aceh Utara.

5. Tabrani, Andi (2008)

Dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Sektor Unggulan

Perekonomian Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara“.

Disimpulkan bahwa berdasarkan hasil analisis LQ untuk menentukan

sektor unggulan di Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera

Utara tahun 2001-2005, saat ini masih berbasiskan Sektor Pertanian

dan Sektor Pertambangan dan Penggalian.

C. Kerangka Pemikiran

Pembangunan daerah merupakan hal penting yang dilaksanakan

dengan tujuan mencapai sasaran pembangunan serta meningkatkan hasil

pembangunan daerah untuk masyarakat secara adil dan merata yang

diindikasikan dengan (i) terciptanya lapangan pekerjaan, (ii) terciptanya

stabilitas ekonomi, (iii) terciptanya basis diversifikasi aktivitas ekonomi

yang luas, (iv) peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi dari

(42)

commit to user

28

dan (vi) perluasan pilihan ekonomi dan sosial bagi setiap individu serta

daerah secara keseluruhan.

Kerangka pemikiran penelitian ini berangkat dari kondisi

pertumbuhan perekonomian di Provinsi Lampung, meliputi 12 (dua belas)

kabupaten dan 2 (dua) kota pada tahun 2005-2009 yang tercermin dalam

PDRB. PDRB merupakan keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang

diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi atau lapangan usaha dalam

suatu wilayah selama periode tertentu.

Keunggulan suatu daerah dapat terjadi jika daerah tersebut

memiliki potensi yang lebih tinggi dibanding dengan daerah lainnya.

Potensi tersebut dapat berupa sumber daya alam maupun sumber daya

manusia yang dimanfaatkan dalam proses pembangunan ekonomi daerah.

Untuk melakukan identifikasi hal tersebut, maka digunakan analisis

Location Quotient (LQ), untuk mengetahui sektor unggulan di Provinsi

Lampung, digunakan analisis gabungan Static Location Quotient (SLQ)

dan Dynamic Location Quotient (DLQ), untuk mengetahui perubahan

struktur ekonomi di Provinsi Lampung digunakan analisis shift share (SS),

dan digunakan tipologi klassen untuk mengetahui gambaran tentang pola

dan struktur pertumbuhan ekonomi daerah. Untuk memudahkan

penelitian, digambarkan kerangka penelitian yang sistematis sebagai

(43)

commit to user

29

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah disajikan sebelumnya,

maka dalam penelitian ini dikemukakan hipotesis penelitian sebagai

berikut :

1. Sektor Pertanian diduga menjadi sektor basis di Provinsi Lampung

(44)

commit to user

30

2. Sektor Pertanian diduga menjadi sektor ekonomi unggulan di Provinsi

Lampung selama tahun 2005-2009.

3. Kondisi struktur perekonomian di Provinsi Lampung diduga

mengalami perubahan selama tahun 2005-2009.

4. Kondisi struktur pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung diduga

(45)

commit to user

31 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berbentuk survei atas data-data variabel ekonomi

(khususnya PDRB beserta komponen-komponennya) yang telah

dikumpulkan oleh suatu badan atau instansi tertentu (survei atas data

sekunder). Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada variabel PDRB

beserta komponen-komponennya di Provinsi Lampung yang mencakup 12

(dua belas) kabupaten dan 2 (dua) kota, serta PDRB Provinsi Lampung.

Hal ini dimaksudkan agar sektor-sektor ekonomi yang ada di Provinsi

Lampung mendapat prioritas dalam pengembangan di masa mendatang

sehingga menjadi lebih terarah.

B. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

yang merupakan data runtun waktu (time series) tahun 2005-2009.

Beberapa jenis data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya

adalah :

1. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) kabupaten/kota di Provinsi

Lampung. Sumber dari Tinjauan Ekonomi Regional Daerah Otonom di

Provinsi Lampung Tahun 2010, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi

(46)

commit to user

32

2. Administrasi pemerintahan dan kondisi geografis Provinsi Lampung.

Sumber dari Lampung Dalam Angka 2011, Badan Pusat Statistik

(BPS) Provinsi Lampung.

3. Penduduk, kemiskinan, dan kondisi perekonomian di Provinsi

Lampung. Sumber dari Lampung Dalam Angka 2011, Badan Pusat

Statistik (BPS) Provinsi Lampung.

C. Definisi Operasional Variabel

1. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)

PDRB merupakan nilai tambah dari seluruh barang dan jasa

yang dihasilkan dari seluruh sektor ekonomi dalam suatu daerah dalam

kurun waktu satu tahun. Terdapat 2 (dua) jenis PDRB yaitu :

a. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000

PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 adalah jumlah

seluruh dari agregat ekonomi yang dinilai atas dasar harga yang

terjadi pada tahun dasar, yaitu pada tahun 2000.

b. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku adalah nilai barang dan

jasa akhir yang diproduksi sebagai unit produksi di dalam wilayah

dan dalam jangka waktu tertentu yang dinilai sesuai dengan harga

yang berlaku saat ini.

c. Sektor Basis

Sektor basis adalah sektor ekonomi yang memiliki

spesialisasi atau lebih dominan di wilayah studi dibandingkan

(47)

commit to user

33

d. Laju Pertumbuhan Sektor Ekonomi

Laju pertumbuhan sektor ekonomi merupakan laju

kenaikan sumbangan sektor ekonomi terhadap Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) yang diukur dalam persen (%).

e. Sektor Unggulan

Sektor unggulan adalah sektor ekonomi yang merupakan

sektor atau kegiatan perekonomian yang mampu melayani pasar

domestik (lokal) atau pasar di luar daerah, atau didapat nilai secara

proporsional dari hasil analisis positif.

f. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang

dalam kemampuan suatu negara (daerah) untuk menyediakan lebih

banyak barang-barang ekonomi kepada penduduknya, kemampuan

ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, penyesuaian

kelembagaan, dan ideologis yang diperlukannya.

g. Struktur Ekonomi

Struktur ekonomi merupakan kontribusi dari kegiatan

produksi secara sektoral menurut lapangan usaha yang mengacu

pada klasifikasi yang dibuat oleh Badan Pusat Statistik.

h. Kondisi Perekonomian

Kondisi perekonomian adalah tingkat perekonomian suatu

daerah berdasarkan perbandingan pendapatan dan pertumbuhan

(48)

commit to user

34

D. Metode Analisis Data

Untuk menjawab permasalahan yang telah ditetapkan sebelumnya,

maka dalam penelitian ini digunakan beberapa metode analisis yaitu :

1. Analisis Location Quotient (LQ)

a. Static Location Quotient (SLQ)

Metode SLQ digunakan untuk mengidentifikasi potensi

internal yang dimiliki suatu daerah dengan membaginya menjadi

dua golongan yaitu sektor basis dan sektor non basis. Analisis LQ

dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan merumuskan komposisi

dan pergeseran sektor-sektor basis suatu wilayah dengan

menggunakan PDRB sebagai indikator pertumbuhan wilayah.

(Warpani, 1984). Formulanya adalah (Widodo, 2006) :

SLQ = ...(3.1)

Keterangan :

Vik : nilai produksi sektor i di wilayah

(kabupaten/kota) Provinsi Lampung

Vk : total PDRB wilayah (kabupaten/kota) di

Provinsi Lampung

Vip : nilai produksi sektor i di Provinsi Lampung

(49)

commit to user

35 Kriteria pengukuran SLQ :

1) Jika nilai SLQ > 1, berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu di

tingkat daerah lebih besar dari sektor yang sama di tingkat

nasional.

2) Jika nilai SLQ < 1, berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu di

tingkat daerah lebih kecil dari sektor yang sama di tingkat

nasional.

3) Jika nilai SLQ = 1, berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu

pada tingkat daerah sama dengan sektor yang sama pada

tingkat nasional

Apabila nilai SLQ > 1, berarti subsektor tersebut

merupakan subsektor unggulan di daerah dan potensial untuk

dikembangkan sebagai penggerak perekonomian daerah (sektor

basis).

Apabila nilai SLQ < 1, berarti subsektor tersebut bukan

merupakan subsektor unggulan dan kurang potensial untuk

dikembangkan sebagai penggerak perekonomian daerah (sektor

non basis).

b. Dynamic Location Quotient (DLQ)

DLQ merupakan modifikasi dari SLQ, dengan

mengakomodasi faktor laju pertumbuhan keluaran sektor ekonomi

(50)

commit to user

36

Analisis DLQ menggunakan analisis laju pertumbuhan

sebagai formulasi perhitungan (Widodo, 2006) adalah :

DLQ = ...(3.2)

Keterangan:

DLQ : Dynamic Location Quotient

gi : laju pertumbuhan sektor i di kabupaten/kota di

Provinsi Lampung

gn : rata-rata laju pertumbuhan sektor total di

kabupaten/kota di Provinsi Lampung

Gi : laju pertumbuhan sektor i di Provinsi Lampung

Gn : rata-rata laju pertumbuhan sektor total di

Provinsi Lampung

IPPSi : Indeks Potensial Pengembangan Sektor i di

kabupaten/kota di Provinsi Lampung

IPPSn : Indeks Potensial Pengembangan Sektor di

Provinsi Lampung

Kriteria pengukuran DLQ :

Jika DLQ menunjukkan nilai lebih dari 1 (DLQ>1) maka

perkembangan sektor pada kabupaten/kota di Provinsi Lampung

lebih cepat daripada di Provinsi Lampung yang merupakan daerah

acuan, hal ini juga menunjukkan bahwa daerah tersebut merupakan

(51)

commit to user

37

Jika nilai DLQ menunjukkan kurang dari 1 (DLQ<1) maka

pengembangan sektor pada kabupaten/kota di Provinsi Lampung

lebih lambat daripada di Provinsi Lampung yang menjadi daerah

acuan. Hal ini juga menunjukkan bahwa daerah tersebut

merupakan daerah non basis.

2. Analisis Gabungan SLQ dan DLQ

Gabungan antara nilai SLQ dan DLQ dijadikan kriteria dalam

menentukan apakah sektor ekonomi tersebut tergolong unggulan,

prospektif, andalan, dan kurang prospektif. Tabel Analisis Gabungan

SLQ dan DLQ adalah sebagai berikut:

Tabel. 3.1. Analisis Gabungan SLQ dan DLQ

Kriteria DLQ > 1 DLQ < 1

SLQ > 1 Unggulan Prospektif

SLQ < 1 Andalan Tertinggal

Sumber : Widodo, 2006

3. Analisis Shift Share (SS)

Analisis shift share digunakan untuk menganalisis dan

mengetahui pergeseran dan peranan perekonomian di daerah. Metode

ini dipakai untuk mengamati struktur perekonomian dan pergeserannya

dengan cara menekankan pertumbuhan sektor di daerah, yang

dibandingkan dengan sektor yang sama pada tingkat daerah yang lebih

tinggi atau nasional.

Analisis tersebut dapat digunakan untuk mengkaji pergeseran

(52)

commit to user

38

perekonomian daerah yang bertingkat lebih tinggi. Perekonomian

daerah yang didominasi oleh sektor yang lamban pertumbuhannya

akan tumbuh di bawah tingkat pertumbuhan perekonomian daerah di

atasnya.

Pertumbuhan ekonomi dan pergeseran struktural suatu

perekonomian daerah ditentukan oleh tiga komponen yaitu :

a. Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis

perubahan pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan

perubahan pada sektor yang sama yang dijadikan acuan.

b. Pergeseran proporsional (proportional shift) mengukur perubahan

relatif, pertumbuhan atau penurunan, pada daerah dibandingkan

dengan perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan.

Pengukuran ini memungkinkan kita mengetahui apakah

perekonomian daerah terkonsentrasi pada industri-industri yang

tumbuh lebih cepat daripada perekonomian yang dijadikan acuan.

c. Pergeseran diferensial (differential shift) membantu kita dalam

menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah (lokal)

dengan perekonomian yang diajadikan acuan. Oleh karena itu, jika

pergeseran diferensial dari suatu industri adalah positif, maka

industri tersebut lebih tinggi daya saingnya daripada industri yang

sama pada perekonomian yang dijadikan acuan.

Rumus dari analisis shift share ( John Glasson, dalam Fachrurrazy,

2009) adalah sebagai berikut :

(53)

commit to user

39

1) Provincial Share (PS)

=

x

...(3.4)

2) Proportional Shift (P)

=

x

...(3.5)

3) Differential Shift (D)

=

x

...(3.6)

Keterangan :

: perubahan pertumbuhan PDRB total wilayah

Provinsi Lampung

: provincial share wilayah Provinsi Lampung

: proportional shift wilayah Provinsi Lampung

: differential shift wilayah Provinsi Lampung

Y : PDRB total wilayah Provinsi Lampung

Lpg : Provinsi Lampung sebagai wilayah referensi

S : wilayah analisis

i : sektor dalam PDRB

t : tahun (2009)

t-1 : tahun awal (2005)

Jika > 0, maka wilayah (kabupaten/kota) di

(54)

commit to user

40

tingkat provinsi tumbuh lebih cepat. Sebaliknya jika < 0,

maka wilayah (kabupaten/kota) di Provinsi Lampung akan

berspesialisasi pada sektor yang di tingkat provinsi tumbuh

lebih lambat.

Bila > 0, maka pertumbuhan sektor i di wilayah

(kabupaten/kota) lebih cepat dari pertumbuhan sektor yang

sama di Provinsi Lampung dan bila < 0, maka

pertumbuhan sektor i di wilayah (kabupaten/kota) relatif lebih

lambat dari pertumbuhan sektor yang sama di Provinsi

Lampung.

4. Analisis Tipologi Klassen

Alat analisis tipologi klassen digunakan untuk mengetahui

gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi daerah.

Tipologi klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua

indikator yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per

kapita daerah.

Untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi di wilayah

Provinsi Lampung tahun 2005-2009, digunakan rumus sebagai berikut

(Widodo, 2006) :

Pertumbuhan Ekonomi Sektoral = x 100%...(3.7)

Keterangan :

PDRBt : Produk Domestik Regional Bruto tahun t

(55)

commit to user

41

Pada penelitian ini, analisis tipologi klassen menggunakan

pendekatan sektoral, dimana setiap sektor dikelompokkan berdasarkan

kriteria-kriteria yang telah ditentukan, seperti ditunjukkan dalam tabel

berikut :

Tabel 3.2. Klasifikasi Tipologi Klassen Kuadran I

Sektor yang maju dan tumbuh pesat (developed sector)

si > s dan ski > sk

Sektor potensial / masih dapat berkembang (developing sector)

si > s dan ski < sk

Kuadran IV

Sektor relatif tertinggal

(underdeveloped sector)

si < s dan ski < sk Sumber : Sjafrizal dalam Fachrurrazy, 2009

Keterangan :

si : laju pertumbuhan sektor tertentu di wilayah (kabupaten/kota)

s : laju pertumbuhan sektor tertentu pada Prov. Lampung

ski : kontribusi sektor tertentu terhadap PDRB di wilayah

(kabupaten/kota)

sk : kontribusi sektor tertentu terhadap PDRB Prov. Lampung

a. Sektor yang maju dan tumbuh pesat / developed sector (Kuadran I)

Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan

sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan

laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang

menjadi referensi (s) dan memiliki nilai kontribusi sektor terhadap

PDRB (ski) yang lebih besar dibandingkan kontribusi sektor

(56)

commit to user

42

b. Sektor maju tapi tertekan / stagnant sector (Kuadran II)

Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan

sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih kecil dibandingkan laju

pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi

referensi (s), tetapi memiliki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB

(ski) yang lebih besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut

terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk).

c. Sektor potensial atau masih dapat berkembang / developing sector

(Kuadran III)

Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan

sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan

laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang

menjadi referensi (s), tetapi memiliki kontribusi sektor terhadap

PDRB (ski) yang lebih kecil dibandingkan kontribusi sektor

tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk).

d. Sektor relatif tertinggal / underdeveloped sector (Kuadran IV)

Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan

sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih kecil dibandingkan

laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang

menjadi referensi (s) dan sekaligus memiliki nilai kontribusi sektor

terhadap PDRB (ski) yang lebih kecil dibandingkan kontribusi

(57)

commit to user

43 BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Wilayah

1. Administrasi Pemerintahan

Sebelum tanggal 18 Maret 1964 Provinsi Lampung merupakan

Karasidenan Lampung, yang berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 3 Tahun 1964, yang kemudian menjadi Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 1964 Karasidenan Lampung ditingkatkan menjadi

Provinsi Lampung dengan Ibukota Tanjung Karang-Teluk Betung.

Selanjutnya Kotamadya Tanjung Karang-Teluk Betung tersebut

berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 24 Tahun 1983 diganti namanya

menjadi Kotamadya Bandar Lampung sejak tanggal 17 Juni 1983

(BPS Lampung, Lampung Dalam Angka 2011).

Secara administratif Provinsi Lampung dibagi dalam 14 (empat

belas) kabupaten/kota yang selanjutnya terdiri dari beberapa wilayah

kecamatan dengan perincian sebagai berikut : (i) Kabupaten Lampung

Barat dengan Ibukotanya Liwa, luas wilayahnya 4.950,40 Km2 terdiri

dari 25 (dua puluh lima) kecamatan, (ii) Kabupaten Tanggamus

dengan Ibukotanya Kota Agung, luas wilayahnya 3.356,61 Km2 terdiri

dari 20 (dua puluh) kecamatan, (iii) Kabupaten Lampung Selatan

dengan Ibukotanya Kalianda, luas wilayahnya 2.007,01 Km2 terdiri

dari 17 (tujuh belas) kecamatan, (iv) Kabupaten Lampung Timur

Gambar

Gambar 4.1
Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar commit to user  Harga Konstan 2000 Menurut Provinsi Tahun 2006-2010
Tabel 1.2. Kontribusi Sektoral PDRB Provinsi Lampung Menurut Harga
Tabel 1.3. Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 di      Provinsi Lampung Tahun 2005-2009 (Persen)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Proses belajar mengajar di sekolah tidak terlepas dari permasalahan yang dihadapi oleh siswa itu sendiri, permasalahan tersebut dapat mendidik siswa untuk mencapai

universitas) dimana kita mengabdi semakin dikenal di masyarakat sebab individu yang sering menulis itu sering dijadikan sumber berita oleh media massa dengan cara dimintai

Pada awal berdirinya masjid ini diberi nama Jami’ul Kahhirah (Kairo) karena mengambil nama tempat universitas tersebut didirikan, Belakangan, namanya diubah menjadi

a. Sadar akan pentingnya bahasa inggris sebagai sarana komunikasi, SMP N 9 Magelang membagi pelajaran bahasa inggris menjadi dua yaitu “Bahasa Inggris” dan

Yang Mulia, saya ingin menguatkan apa yang disampaikan atau disaksikan oleh Saudara Bithsael Maraou tentang keabsahan dari Ketua KPU Sarmi, yaitu Saudara Helimansi, S.E …

mewujudkan visi menjadi tindakan, mampu menggerakkan klinisi dari luar rumah sakitnya terkait sistem rujukan, mampu membangun infrastruktur pelayanan klinik agar bermutu dan

Data udara atas pada saat kejadian yang diperoleh dari stasiun meteorologi Pangkal Pinang menunjukkan bahwa pesawat terbang dengan ketinggian jelajah 32.000 kaki atau dapat

1. Partisipasi aktif, yaitu kegiatan yang berorientasi pada output dan input politik. Yang termasuk dalam partisipasi aktif adalah, mengajukan usul mengenai suatu kebijakan yang