commit to user
i
ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI
SEKTOR EKONOMI UNGGULAN DI PROVINSI LAMPUNG
TAHUN 2005-2009
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk
Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
RACHMAN KURNIAJI
NIM. F0108102
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
commit to user
commit to user
iv
MOTTO
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya....”(QS. Al-Baqarah: 286)
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” (QS. Al-Insyirah: 5-6)
Kerja, Kerja, Kerja !!! (Dahlan Iskan)
Only those can see the invisible, they can do the impossible. Take ACTION, make it happen. FIGHT!
(Juragan, Jaya Setiabudi)
Tetaplah Bodoh, Tetaplah Lapar... (Jamil Azzaini)
Legal.. Halal.. Hajar! (Ippho Santosa)
commit to user
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Demi pertemuan dengan-Nya...
Demi kerinduan kepada utusan-Nya...
Demi bakti kepada orang tua...
Demi manfaat kepada sesama...
Semoga niat ini tetap lurus.
Semoga menjadi ibadah.
Semoga menjadi amal jariyah.
Semoga bermanfaat.
Amiin.
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaah, segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat, petunjuk,
serta izin-Nya, sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Perubahan
Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor Ekonomi Unggulan di
Provinsi Lampung Tahun 2005-2009” dapat terselesaikan dengan baik.
Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah kepada Rasulullah SAW.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE) pada Jurusan Ekonomi
Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan dan penulisan
skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak, baik berupa
moral maupun material. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati
penulis menyampaikan ungkapan terima kasih yang tulus kepada :
1. Bapak Drs. Mulyanto, ME, selaku pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu di tengah kesibukan beliau untuk memberikan
bimbingan, arahan, dan masukan berarti sejak awal hingga akhir penulisan
karya ini.
2. Dr. Wisnu Untoro, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi UNS.
3. Drs. Sutomo, MS, selaku pembimbing akademik selama perkuliahan.
4. Drs. Supriyono, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan.
5. Ibu Izza Mafruhah, SE, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi
commit to user
vii
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi UNS. Terima kasih atas
bimbingan selama ini.
7. Ibu (Mami) dan Ayah (Papi), atas segala curahan kasih sayang, do’a yang
tulus ikhlas, dan pengorbanan selama ini. Semoga Allah SWT
melimpahkan rahmat-Nya, menyayangi dan membalas kasih sayang
mereka sebagaimana mereka menyayangiku sejak kecil.
8. Adik-adikku, yang senantiasa menemani dalam berbagi keceriaan dan
kegembiraan.
9. Mentor-mentor yang telah merubah pola pikir, membuka wawasan,
menginspirasi, dan membimbing saya hingga saat ini.
10.Rekan-rekan YEA (Young Entrepreneur Academy) dan Ecamp
(Entrepreneur Camp).
11.Pegawai Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung atas bantuan dan
kerjasamanya.
12.Seluruh rekan, dan teman-teman di organisasi KEI FE UNS, BPPI FE
UNS, SIM UNS, JN UKMI UNS, ForMI, EP 2008, dan FoSSEI
Komisariat, Regional, dan Nasional.
13.Almamater yang saya cintai dan banggakan, Universitas Sebelas Maret.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan masukan yang
membangun demi perbaikan selanjutnya. Akhirnya, semoga karya skripsi ini
dapat memberikan manfaat, baik bagi penulis maupun pihak lainnya.
Surakarta, Juni 2012
commit to user
viii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Halaman Persetujuan Pembimbing ... ii
Halaman Pengesahan ... iii
3.Ukuran Pertumbuhan Ekonomi ... 14
4.Pembangunan Daerah pada Era Otonomi ... 18
B.Penelitian Terdahulu ... 25
C.Definisi Operasional Variabel ... 32
commit to user
ix
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A.Deskripsi Wilayah ... 43
1.Administrasi Pemerintahan ... 43
2.Kondisi Geografis ... 44
3.Penduduk ... 46
4.Kemiskinan ... 47
5.Ekonomi ... 48
B.Analisis dan Pembahasan ... 50
1.Analisis Location Quotient ... 50
2.Analisis Gabungan SLQ dan DLQ ... 56
3.Analisis Shift Share ... 59
4.Analisis Tipologi Klassen ... 67
BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 72
B.Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 75
commit to user
x
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto
ADHK 2000 Menurut Provinsi Tahun 2006-2010 ... 3
Tabel 1.2 Kontribusi Sektoral PDRB Provinsi Lampung Menurut
Harga Berlaku Tahun 2005-2009 ... 5
Tabel 1.3 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto
ADHK 2000 Provinsi Lampung Tahun 2005-2009 ... 6
Tabel 1.4 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto
ADHK 2000 Kabupaten Kota di Provinsi Lampung
Tahun 2005-2009 ... 7
Tabel 3.1 Analisis Gabungan SLQ dan DLQ ... 37
Tabel 3.2 Klasifikasi Tipologi Klassen ... 41
Tabel 4.1 Penduduk Provinsi Lampung Menurut Kabupaten Kota,
Jenis Kelamin, dan Kepadatan Penduduk Tahun 2010 .... 47
Tabel 4.2 Garis Kemiskinan, Jumlah, dan Persentase Penduduk
Miskin Menurut Kabupaten Kota di Provinsi Lampung
Tahun 2010 ... 48
Tabel 4.3 PDRB Provinsi Lampung ADHK 2000
Tahun 2005-2009 ... 49
Tabel 4.4 Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Kabupaten Kota
di Provinsi Lampung Tahun 2005-2009 ... 50
Tabel 4.5 Hasil Analisis SLQ Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung
Tahun 2005-2009 ... 51
Tabel 4.6 Hasil Analisis DLQ Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung
Tahun 2005-2009 ... 54
Tabel 4.7 Hasil Analisis Gabungan SLQ dan DLQ Kabupaten/Kota
di Provinsi Lampung Tahun 2005-2009 ... 57
Tabel 4.8 Hasil Analisis Shift Share Kabupaten/Kota
di Provinsi Lampung Tahun 2005-2009 ... 62
Tabel 4.9 Hasil Analisis Tipologi Klassen Kabupaten/Kota
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 29
commit to user
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1 PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung
Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan
Usaha Tahun 2005-2009 ... 77
Lampiran 2 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten/Kota di
Provinsi Lampung Atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2009 ... 81
Lampiran 3 Kontribusi Sektoral PDRB Provinsi Lampung Atas
Dasar Harga Berlaku Tahun 2005-2009 ... 85
Lampiran 4 Hasil Analisis SLQ Kabupaten Kota di
Provinsi Lampung ... 86
Lampiran 5 IPPsi Kabupaten/Kota dan IPPSn Provinsi Lampung
Tahun 2005-2009 ... 89
Lampiran 6 Hasil Analisis DLQ Kabupaten Kota di
Provinsi Lampung ... 92
Lampiran 7 Hasil Analisis Gabungan SLQ dan DLQ
Kabupaten Kota di Provinsi Lampung ... 95
Lampiran 8 Hasil Analisis Shift Share Kabupaten Kota di
Provinsi Lampung ... 98
Lampiran 9 Hasil Analisis Tipologi Klassen Kabupaten Kota di
commit to user
commit to user
ABSTRAK
Analisis Perubahan Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor Ekonomi Unggulan di Provinsi Lampung Tahun 2005-2009
RACHMAN KURNIAJI NIM. F0108102
Pelaksanaan pembangunan telah mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan di berbagai daerah. Namun, perbedaan kondisi geografis, sumber daya alam, infrastruktur, sosial budaya dan kapasitas sumber daya manusia menyebabkan masih adanya kesenjangan antar wilayah. Akibatnya, kesejahteraan masyarakat tidak selalu sama dan merata di seluruh wilayah. Berlakunya otonomi daerah menyebabkan daerah bebas dan lebih leluasa dalam mengembangkan sektor ekonomi yang berada di wilayahnya masing-masing.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sektor basis, sektor unggulan, serta mengetahui perubahan dan pergeseran struktur ekonomi di Provinsi Lampung. Identifikasi dalam penelitian ini menggunakan alat analisis
Static Location Quotient (SLQ), Dynamic Location Quotient (DLQ), Gabungan
SLQ dan DLQ, analisis shift share, dan tipologi klassen dengan menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) wilayah (kabupaten/kota) di Provinsi Lampung yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik.
Sektor yang teridentifikasi sebagai sektor basis berdasarkan hasil analisis SLQ adalah Sektor Pertanian, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, serta Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih. Berdasarkan hasil analisis DLQ, sektor yang merupakan sektor basis adalah Sektor Industri Pengolahan, Sektor Bangunan, serta Sektor Jasa-Jasa. Sektor Pertanian merupakan sektor unggulan di Provinsi
Lampung berdasarkan hasil analisis gabungan SLQ dan DLQ. Hasil analisis shift
share menunjukkan bahwa Sektor Industri Pengolahan, Sektor Pengangkutan dan
Komunikasi, serta Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan di wilayah (kabupaten/kota) tumbuh lebih cepat daripada sektor yang sama di tingkat provinsi. Hasil analisis tipologi klassen, Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran mendominasi sebagai sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat di wilayah (kabupaten/kota) Provinsi Lampung.
Kata Kunci: Sektor Basis, Sektor Unggulan, Analisis Static Location
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia tengah dihadapkan dengan isu ketimpangan antar daerah
atau wilayah serta antar sektor yang semakin menjadi perhatian karena
pembangunan antar wilayah maupun antar sektor tidak mengalami laju
pertumbuhan dan perkembangan yang merata. Orientasi pembangunan
pada kawasan tertentu menyebabkan terjadinya kesenjangan (gap) yang
luar biasa, misalnya antara Jawa dan luar Jawa, serta antara kawasan barat
dan kawasan timur Indonesia.
Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha dan
kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat,
memperluas lapangan kerja, dan pemerataan pembagian pendapatan
masyarakat. Kinerja pembangunan ekonomi mempunyai kedudukan yang
amat penting, karena keberhasilan di bidang ekonomi dapat menyediakan
sumber daya yang lebih luas bagi pembangunan di bidang lainnya. Namun
sebaliknya, untuk melakukan pembangunan ekonomi diperlukan landasan
yang kuat, yaitu pengambilan kebijakan yang tepat, akurat dan terarah,
supaya hasil yang dicapai benar-benar sesuai dengan yang direncanakan.
(Mulyanto, 2004)
Pelaksanaan pembangunan selama ini telah mendorong
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan di berbagai daerah.
Namun, perbedaan kondisi geografis, sumber daya alam, infrastruktur,
commit to user
2
adanya kesenjangan antar wilayah. Akibatnya, kesejahteraan masyarakat
tidak selalu sama dan merata di seluruh wilayah.
Otonomi daerah merupakan langkah strategis bagi bangsa
Indonesia untuk menyongsong era globalisasi ekonomi dengan
memperkuat basis perekonomian daerah. Untuk mendorong langkah
strategis ini, diperlukan pengetahuan tentang basis perekonomian dan
sumberdaya potensial yang dimiliki oleh masing-masing daerah, yang
dalam hal ini adalah kabupaten atau kota. Dengan demikian, pembangunan
ekonomi daerah dapat ditentukan skala dan prioritasnya sesuai dengan
potensi dan kemampuan yang dimilikinya.
Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah jelas membawa dampak bagi tiap daerah untuk menggali dan
mengembangkan potensi ekonomi secara mandiri, sehingga ketimpangan
kesejahteraan antar daerah dapat diperkecil.
Selama tahun 2006-2010, Provinsi Lampung terus mengalami
pertumbuhan ekonomi yang positif, seperti ditunjukkan dalam Tabel 1.1.
Rata-rata pertumbuhan ekonominya selama tahun 2006-2010 adalah
sebesar 5,44%. Rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung
masih lebih tinggi dibanding rata-rata laju pertumbuhan ekonomi wilayah
Sumatera sebesar 4,84%. Sedangkan rata-rata pertumbuhan ekonomi di
tingkat nasional selama kurun waktu yang sama adalah sebesar 5,62%.
commit to user
commit to user
4
Wilayah Administratif Provinsi Lampung terbagi dalam 12 (dua
belas) kabupaten dan 2 (dua) kota. Wilayah tersebut terdiri dari 214
kecamatan dan 2.463 desa atau kelurahan. Provinsi Lampung berada di
ujung paling selatan Pulau Sumatera yang berbatasan langsung dengan
Selat Sunda. Letaknya diantara 103° 40’ sampai 105° 50’ bujur timur dan
6° 45’ sampai 3°45’ lintang selatan. (BPS Provinsi Lampung)
Provinsi Lampung dipilih sebagai daerah studi/penelitian karena
merupakan salah satu kawasan pertumbuhan strategis di wilayah
Sumatera, dengan pusatnya di Kota Bandar Lampung. Provinsi Lampung
meliputi 12 (dua belas) kabupaten dan 2 (dua) kota yaitu: (i) Kabupaten
Lampung Barat, (ii) Kabupaten Tanggamus, (iii) Kabupaten Lampung
Selatan, (iv) Kabupaten Lampung Timur, (v) Kabupaten Lampung
Tengah, (vi) Kabupaten Lampung Utara, (vii) Kabupaten Way Kanan,
(viii) Kabupaten Tulang Bawang, (ix) Kabupaten Pesawaran, (x)
Kabupaten Pringsewu, (xi) Kabupaten Tulang Bawang Barat, (xii)
Kabupaten Mesuji, (xiii) Kota Bandar Lampung, dan (xiv) Kota Metro.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu
indikator makro paling penting yang dapat digunakan untuk mengetahui
tingkat perkembangan dan struktur perekonomian wilayah di Provinsi
Lampung yang telah dilaksanakan dan sekaligus berguna untuk
menentukan arah pembangunan di masa mendatang, dimana Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) disajikan atas dasar harga berlaku dan
commit to user
5
Kontribusi sektoral PDRB atas dasar harga berlaku tahun
2005-2009 di Provinsi Lampung menunjukkan sektor yang memberikan
kontribusi paling besar adalah Sektor Pertanian sebesar 37,94% pada tahun
2005 dan sebesar 37,85% pada tahun 2009. Kemudian disusul oleh Sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran dengan rata-rata kontribusi sebesar
14,56%. Sedangkan kontribusi terkecil disumbangkan oleh Sektor Listrik,
Gas, dan Air Bersih sebesar 0,74% pada tahun 2005 dan 1,57% pada tahun
2009. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 1.2 di bawah ini.
Tabel 1.2. Kontribusi Sektoral PDRB Provinsi Lampung Menurut Harga Berlaku Tahun 2005-2009 (Persen)
Nilai Kontribusi Nilai Kontribusi Nilai Kontribusi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1Pertanian 15.425.767,96 37,94 21.607.652,27 37,17 31.401.152,68 37,85 37,24 2P & G 2.050.084,37 5,04 2.153.425,38 3,70 1.868.702,09 2,25 3,69 3Industri 4.842.671,18 11,91 7.319.197,49 12,59 11.126.650,23 13,41 12,66 4Listrik, Gas & Air 301.453,16 0,74 374.372,03 0,64 1.303.176,44 1,57 0,85 5Bangunan 2.106.215,19 5,18 2.963.003,01 5,10 3.612.426,11 4,35 4,87 6Perdag, H & R 6.019.722,54 14,81 8.733.271,74 15,02 11.548.292,64 13,92 14,56 7P & Kom 2.784.018,25 6,85 4.891.401,05 8,41 7.703.866,12 9,29 8,29 8Keu, P & JP 2.766.925,92 6,81 3.692.311,36 6,35 5.534.637,28 6,67 6,49 9Jasa-Jasa 4.357.904,25 10,72 6.404.698,83 11,02 8.853.885,08 10,67 11,36 Jumlah 40.654.762,82 100,00 58.139.333,16 100,00 82.952.788,67 100,00 100,00 Rata2 Kontribusi No Lapangan Usaha
Tahun
2005 2007 2009
Catatan : P&G : Pertambangan dan Penggalian; Perdag, H&R :
Perdagangan, Hotel dan Restoran; P&Kom : Pengangkutan dan Komunikasi; Keu, P&JP : Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan.
Sumber : BPS Lampung (data diolah)
Secara umum, rata-rata laju pertumbuhan sektor ekonomi di
Provinsi Lampung pada tahun 2005 hingga 2009 juga menunjukkan
adanya suatu tingkat pertumbuhan yang positif. Laju pertumbuhan sektor
ekonomi paling tinggi di Provinsi Lampung adalah Sektor Keuangan,
commit to user
6
13,68% pada tahun 2007 dan 13,17% pada tahun 2009. Sektor dengan laju
pertumbuhan tertinggi berikutnya adalah Sektor Pengangkutan dan
Komunikasi, yaitu sebesar 9,62% pada tahun 2007 dan 12,73% pada tahun
2009.
Tabel 1.3. Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Provinsi Lampung Tahun 2005-2009 (Persen)
Nilai Laju Nilai Laju Nilai Laju (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1Pertanian 12.115.807,61 4,11 13.664.013,80 5,29 15.197.807,81 10,34 5,53
2P & G 901.589,31 -12,26 833.792,30 -2,11 811.963,85 -3,55 -4,50
3Industri 3.580.437,44 4,65 4.192.881,68 8,88 4.539.926,94 4,42 5,84
4Listrik, Gas & Air 112.625,48 5,25 121.396,92 9,84 131.543,02 4,92 4,28
5Bangunan 1.486.099,25 4,40 1.638.396,97 6,22 1.799.401,19 8,40 4,83
6Perdag, H & R 4.614.000,10 4,43 5.121.164,26 7,31 5.639.453,97 7,68 5,02
7P & Kom 1.715.600,57 5,24 2.049.951,26 9,62 2.413.809,19 12,73 8,21
8Keu, P & JP 1.826.829,96 10,82 2.320.472,25 13,68 2.825.440,89 13,17 11,40
9Jasa-Jasa 2.399.879,00 4,93 2.660.866,11 3,68 2.942.635,58 9,39 5,21
28.752.868,72 4,17 32.602.935,55 6,61 36.301.982,44 8,97 5,66 Tahun
2005 2007 2009 Rata2
Laju
Total PDRB No Lapangan Usaha
Catatan : P&G : Pertambangan dan Penggalian; Perdag, H&R :
Perdagangan, Hotel dan Restoran; P&Kom : Pengangkutan dan Komunikasi; Keu, P&JP : Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan.
Sumber : BPS Lampung (data diolah)
Sementara itu, laju pertumbuhan ekonomi tertinggi berdasarkan
kabupaten/kota di Provinsi Lampung terjadi di Kabupaten Tanggamus
dengan rata-rata pertumbuhan selama tahun 2005-2009 sebesar 10,90%.
Kemudian disusul oleh Kota Bandar Lampung dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 6,22%. Kabupaten Lampung Selatan mengalami laju
pertumbuhan paling kecil dibandingkan kota/kabupaten lainnya dengan
rata-rata pertumbuhan hanya sebesar 1,03%. Untuk lebih jelasnya dapat
commit to user
7
Tabel 1.4. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Kota Provinsi Lampung Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2005-2009 (Persen)
2005 2006 2007 2008 2009
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1Kab. Lampung Barat 4,43 3,55 5,89 5,09 5,64 4,92 2Kab. Tanggamus 4,68 4,45 7,72 -32,39 70,02 10,90 3Kab. Lampung Selatan 4,30 -16,02 6,53 5,03 5,28 1,03 4Kab. Lampung Timur -0,14 -0,72 6,84 5,21 4,38 3,11 5Kab. Lampung Tengah 5,17 5,82 6,20 5,66 5,94 5,76 6Kab. Lampung Utara 4,80 5,79 6,27 5,69 6,32 5,78 7Kab. Way Kanan 5,10 4,04 5,52 4,60 5,08 4,87 8Kab. Tulang Bawang 4,86 5,88 6,93 6,79 0,40 4,97 9Kab. Pesawaran 1) x x 5,88 5,34 5,48 5,57
10Kab. Pringsewu 2) x x x x x x
11Kab. Mesuji 3) x x x x x x
12Kab. Tulang Bawang Barat 3) x x x x x x
13Kota Bandar Lampung 5,03 6,30 6,83 6,93 6,01 6,22 14Kota Metro 3,90 10,39 6,24 5,21 5,32 6,21 4,17 6,36 6,61 2,18 8,97 5,66
No Kabupaten/Kota Tahun Rata
Rata
Provinsi Lampung
Keterangan : 1) Kabupaten Pesawaran masih bergabung dengan Kabupaten Lampung Selatan
2) Kabupaten Pringsewu masih bergabung dengan Kabupaten Tanggamus
3) Kabupaten Mesuji dan Tulang Bawang Barat masih bergabung dengan Kabupaten Tulang Bawang
Sumber : Badan Pusat Statistik Lampung (data diolah)
Usaha untuk mengetahui sektor-sektor ekonomi yang potensial di
Provinsi Lampung merupakan salah satu aspek penting dan menentukan
agar Pemerintah Daerah mampu mengatur rumah tangga daerah dengan
sebaik-baiknya. Dengan mencari dan menggali potensi daerah yang ada,
diharapkan potensi tersebut dapat dikembangkan dan dioptimalkan. Hal ini
juga berguna untuk menghindari kesalahan dalam penentuan program
pembangunan, karena suatu program pembangunan yang berhasil di suatu
daerah belum tentu berhasil jika diterapkan di daerah lainnya. Selain itu,
commit to user
8
pula diwujudkan sebagai sektor ekonomi unggulan di tingkat lokal
maupun regional, sehingga mampu memberikan kontribusi yang tinggi
terhadap pertumbuhan ekonomi daerah sekaligus mengurangi
ketergantungan terhadap Pemerintah Pusat.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bermaksud menganalisis
kondisi basis ekonomi sektoral dengan menggunakan model SLQ dan
DLQ, untuk mengetahui sektor ekonomi unggulan yang dianalisis dengan
gabungan SLQ dan DLQ, untuk mengetahui perubahan struktur ekonomi
yang dianalisis dengan menggunakan model shift share, dan mengetahui
gambaran struktur perubahan ekonomi dengan alat analisis tipologi
klassen yang terjadi di Provinsi Lampung. Dengan demikian, nantinya
dapat dimanfaatkan untuk mencari dan menciptakan sektor ekonomi
unggulan yang mampu bersaing dengan wilayah lain dan mengetahui
seberapa besar pengaruh perekonomian wilayah (kabupaten/kota) di
Provinsi Lampung terhadap Provinsi Lampung serta dapat menunjang
tingkat pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Oleh karena itu,
penelitian ini mengambil judul “Analisis Perubahan Struktur Ekonomi dan
Identifikasi Sektor Ekonomi Unggulan di Provinsi Lampung Tahun
commit to user
9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diungkapkan di atas,
maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
1. Sektor apakah yang menjadi basis di Provinsi Lampung tahun
2005-2009?
2. Sektor apakah yang menjadi sektor ekonomi unggulan di Provinsi
Lampung tahun 2005-2009?
3. Bagaimana kondisi struktur ekonomi di Provinsi Lampung tahun
2005-2009?
4. Bagaimana gambaran struktur pertumbuhan ekonomi di Provinsi
Lampung tahun 2005-2009?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui sektor yang menjadi basis di Provinsi Lampung
tahun 2005-2009.
2. Untuk mengetahui sektor ekonomi unggulan di Provinsi Lampung
tahun 2005-2009.
3. Untuk mengetahui perubahan kondisi struktur ekonomi di Provinsi
Lampung tahun 2005-2009.
4. Untuk mengetahui gambaran struktur pertumbuhan ekonomi di
commit to user
10
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat
memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung.
Beberapa manfaat yang diharapkan diperoleh dari hasil penulisan ini
adalah :
1. Hasil penelitian ini dapat memperluas wawasan tentang teori dan
aplikasi ekonomi pembangunan, khususnya dalam studi ekonomi
regional.
2. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan dan evaluasi Pemerintah Daerah Provinsi Lampung dalam
menyusun perencanaan dan mengambil kebijakan pembangunan
daerah.
3. Bagi pembaca dan peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi bahan referensi dan tambahan informasi dalam
mengembangkan penelitian tentang perencanaan dan pembangunan
commit to user
11 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi merupakan proses multidimensi dari
suatu masyarakat untuk mencapai kehidupan yang lebih baik melalui
serangkaian proses. Proses pembangunan tidak hanya ditunjukkan
melalui peningkatan pendapatan masyarakat, melainkan juga diikuti
dengan peningkatan di bidang sosial. Pembangunan ekonomi pada
umumnya diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan
pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka
panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad,
1999).
Dari definisi di atas jelas bahwa pembangunan ekonomi
mempunyai pengertian : (i) suatu proses yang terjadi terus-menerus,
(ii) usaha untuk meningkatkan pendapatan per kapita, (iii) kenaikan
pendapatan per kapita itu harus terus berlangsung dalam jangka
panjang, dan (iv) perbaikan sistem kelembagaan di segala bidang
(misalnya ekonomi, politik, hukum, sosial, dan budaya). Sistem
kelembagaan ini bisa ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek perbaikan di
bidang organisasi (institusi) dan perbaikan di bidang regulasi (formal
commit to user
12
Menurut Todaro (2000), proses pembangunan harus memiliki
tiga tujuan inti yaitu: (i) meningkatan ketersediaan serta perluasan
distribusi berbagai macam barang kebutuhan pokok (sandang, pangan,
papan, kesehatan, dan perlindungan keamanan). (ii) meningkatan
standar hidup yang tidak hanya berupa peningkatan pendapatan, tapi
juga meliputi pertambahan penyediaan lapangan pekerjaan, perbaikan
kualitas pendidikan, serta peningkatan perhatian atas nilai-nilai
kultural dan kemanusiaan, dimana semua itu tidak hanya untuk
memperbaiki kesejahteraan materiil melainkan juga untuk
menumbuhkan jati diri pribadi bangsa yang bersangkutan. (iii)
perluasan pilihan-pilihan ekonomi dan sosial bagi tiap individu dan
bangsa secara keseluruhan, yakni dengan membebaskan mereka dari
sikap ketergantungan.
Terdapat empat model pembangunan yaitu: (i) model
pembangunan ekonomi berorientasi pada pertumbuhan, (ii) penciptaan
lapangan kerja, (iii) penghapusan kemiskinan, (iv) model
pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar
(Suryana, 2000). Seluruh model tersebut bertujuan untuk memperbaiki
kualitas hidup, peningkatan barang-barang dan jasa, penciptaan
lapangan kerja baru dengan upah layak, dengan harapan tercapainya
tingkat hidup minimal untuk semua rumah tangga yang kemudian
commit to user
13
2. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai penjelasan
mengenai faktor-faktor apa yang menentukan kenaikan output per
kapita dalam jangka panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana
faktor-faktor tersebut sehingga terjadi proses pertumbuhan (Boediono,
1992).
Menurut Schumpeter dan Hicks dalam Jhingan (2003), terdapat
perbedaan dalam istilah perkembangan dan pertumbuhan ekonomi.
Perkembanagan ekonomi merupakan perubahan spontan dan
terputus-putus dalam keadaan stasioner yang selalu mengubah dan mengganti
situasi keseimbangan yang ada sebelumnya, sedangkan pertumbuhan
ekonomi adalah perubahan jangka panjang secara perlahan namun
mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk. Hicks
mengemukakan tentang masalah negara-negara terbelakang yang
menyangkut pengembangan sumber-sumber yang tidak atau belum
dipergunakan, meskipun penggunanya telah cukup dikenal.
Simon Kuznet dalam Jhingan (2003) menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka
panjang dalam kemampuan suatu negara (daerah) untuk menyediakan
semakin banyak barang-barang ekonomi kepada penduduknya,
kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan
commit to user
14
Dari sudut pandang tersebut, penelitian ini menggunakan istilah
pertumbuhan ekonomi yang akan dilihat dari sudut pandang Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB). Pertumbuhan ekonomi dapat
diketahui dengan membandingkan PDRB pada satu tahun tertentu
(PDRBt) dengan PDRB tahun sebelumnya (PDRBt-1). Dimana laju
pertumbuhan ekonomi dapat dirumuskan sebagi berikut (Widodo,
2006) :
Laju pertumbuhan ekonomi =
x
100%...(2.1)3. Ukuran Pertumbuhan Ekonomi
Salah satu ukuran pertumbuhan ekonomi adalah Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB). Pengertian PDRB menurut Badan
Pusat Statistik (BPS) adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan
untuk seluruh wilayah usaha dalam suatu wilayah atau merupakan
jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit
ekonomi di suatu wilayah.
Untuk menghitung PDRB yang dihasilkan oleh suatu wilayah
ada tiga pendekatan yang dapat digunakan (Tarigan, 2009) yaitu :
a. Pendekatan Produksi
PDRB merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah dalam
jangka waktu tertentu (satu tahun). Unit produksi dalam
commit to user
15
(i) pertanian, (ii) pertambangan dan penggalian (iii) industri
pengolahan (iv) listrik, gas, dan air bersih (v) bangunan (vi)
perdagangan, hotel, restoran (vii) pengangkutan dan komunikasi
(viii) keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan (ix) jasa-jasa.
b. Pendekatan Pendapatan
PDRB merupakan penjumlahan semua komponen
permintaan terakhir, yaitu: (i) pengeluaran konsumsi rumah tangga
dan lembaga swasta yang tidak mencari untung; (ii) konsumsi
pemerintah; (iii) pembentukan modal tetap domestik bruto; (iv)
perubahan stok; (v) ekspor netto, dalam jangka waktu tertentu
(biasanya satu tahun). Ekspor netto adalah ekspor dikurangi impor.
c. Pendekatan Pengeluaran
PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh
faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu
wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas
jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa
tanah, bunga modal dan keuntungan. Semua hitungan tersebut
sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya.
Menurut ahli ekonomi, ada beberapa faktor yang
commit to user
16
a. Tanah dan kekayaan alam lainnya
Kekayaan alam akan mempermudah usaha untuk
membangun perekonomian suatu negara, terutama pada masa-masa
permulaan dari proses pertumbuhan ekonomi. Dalam setiap negara
dimana pertumbuhan ekonomi baru bermula terdapat banyak
hambatan untuk mengembangkan berbagai kegiatan ekonomi di
luar sektor primer yaitu sektor dimana kekayaan alam terdapat
kekurangan modal, tenaga ahli, dan pengetahuan para pengusaha
untuk mengembangkan kegiatan ekonomi modern di satu pihak,
dan terbatasnya pasar bagi berbagai jenis barang kegiatan ekonomi
di lain pihak, sehingga membatasi kemungkinan untuk
mengembangkan berbagai jenis kegiatan ekonomi.
Jika negara memiliki kekayaan alam yang dapat diusahakan
dengan menguntungkan, hambatan yang baru saja dijelaskan akan
dapat diatasi dan pertumbuhan ekonomi dipercepat
kemungkinannya untuk memperoleh keuntungan tersebut dan
menarik pengusaha-pengusaha dari negara/daerah yang lebih maju
untuk mengusahakan kekayaan alam tersebut.
b. Jumlah dan mutu penduduk dan tenaga kerja
Penduduk yang bertambah dapat menjadi pendorong
ataupun penghambat pertumbuhan ekonomi. Penduduk yang
bertambah akan memperbesar jumlah tenaga kerja dan
commit to user
17
menambah produksi. Selain itu, perkembangan penduduk dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi melalui perluasan pasar yang
diakibatkannya. Besarnya luas pasar tergantung dari
barang-barang yang dihasilkan dalam suatu perekonomian tergantung
pendapatan penduduk dan jumlah penduduk.
Akibat buruk dari pertambahan penduduk terhadap
pertumbuhan ekonomi terjadi ketika jumlah penduduk tidak
sebanding dengan faktor-faktor produksi lain yang tersedia. Ini
berarti penambahan penggunaan tenaga kerja tidak menimbulkan
pertambahan dalam tingkat produksi ataupun jika bertambah,
pertambahan tersebut tidak mengimbangi pertambahan jumlah
penduduk.
c. Barang-barang modal dan tingkat teknologi
Barang-barang modal begitu penting artinya dalam
meningkatkan atau mempertinggi efisiensi pertumbuhan ekonomi.
Barang-barang modal yang sangat bertambah jumlahnya, dan
teknologi yang telah menjadi semakin modern memegang peranan
yang teramat penting dalam mewujudkan kemajuan teknologi yang
tinggi. Jika hanya barang-barang modal yang bertambah tanpa
perkembangan tingkat teknologi maka kemajuan yang dicapai akan
jauh lebih rendah.
d. Sistem sosial dan masyarakat
Sikap masyarakat dapat menentukan sampai dimana
commit to user
18
masyarakat terdapat sikap masyarakat yang dapat memberikan
dorongan besar pada pertumbuhan ekonomi. Sikap tersebut
diantaranya adalah sikap menghemat untuk mengumpulkan lebih
banyak investasi, sikap kerja keras dan kegiatan-kegiatan
mengembangkan usaha, dan sikap selalu menambah pendapatan
dan keuntungan. Di sisi lain sistem sosial dan sikap masyarakat
yang masih mempercayai dan memegang teguh adat istiadat yang
tradisional dapat menghambat masyarakat untuk menggunakan
cara-cara produksi yang modern dan yang produktivitasnya tinggi.
e. Luas pasar sebagai sumber pertumbuhan
Adam Smith menunjukkan bahwa spesialisasi dibatasi oleh
luasnya pasar dan spesialisasi yang terbatas membatasi jumlah
pertumbuhan ekonomi. Pandangan ini menunjukkan bahwa sejak
lama orang telah menyadari tentang pentingnya luas pasar dalam
pertumbuhan ekonomi. Apabila luas pasar terbatas, tidak ada
dorongan kepada para pengusaha untuk menggunakan teknologi
modern yang tingkat produktivitasnya tinggi. Karena
produktivitasnya rendah, maka pendapatan para pekerja tetap
rendah, dan ini selanjutnya membatasi pasar.
4. Pembangunan Daerah pada Era Otonomi
Masalah pokok dalam pembangunan daerah terletak pada
penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang
didasarkan pada kekuatan atau kelebihan yang merupakan ciri khusus
commit to user
19
memanfaatkan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan
sistem kelembagaannya. Tujuannya adalah mengarahkan inisiatif baru
yang berasal dari daerah tersebut pada proses pembangunan untuk
menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang kegiatan
perekonomian suatu daerah (Arsyad, 1999).
a. Otonomi Daerah
Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Dengan ditetapkannya
Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
dan Undang-Undang RI Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah, maka daerah mempunyai hak, wewenang dan kewajiban
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
perundang-undangan. Sejalan dengan adanya undang-undang otonomi daerah
tersebut, maka sudah menjadi kewajiban pemerintah daerah untuk
menangani potensi wilayah yang berada dalam ruang lingkup
pemerintahannya.
Tujuan umum otonomi daerah adalah untuk menghilangkan
berbagai perasaan ketidakadilan pada masyarakat daerah, untuk
mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah, dan meningkatkan
commit to user
20
hakikatnya otonomi daerah merupakan penyerahan wewenang atas
segala urusan pemerintah ke daerah (kabupaten/kota), sehingga
diharapkan pemerintah kabupaten/kota dapat meningkatkan
pelayanannya kepada masyarakat (lebih lancar, lebih mudah, dan
lebih cepat). Sehingga hanya masyarakat sendiri yang dapat
menilai berhasil atau tidaknya otonomi daerah di suatu daerah.
Pelaksanaan otonomi daerah jelas menuntut tiap daerah
untuk bisa melaksanakan optimalisasi semua sumber daya yang
ada. Oleh karena itu, tiap daerah harus bisa secara cermat
memberdayakan potensi alam daerah setempat agar lebih berdaya
guna dan berhasil guna dalam rangka meningkatkan pendapatan
daerah. Daerah memiliki keunggulan tertentu yang berbeda dengan
daerah lain sehingga daerah perlu melakukan antisipasi dengan
menentukan sektor apa yang menjadi basis ekonomi dan
memungkinkan untuk dikembangkan pada masa mendatang.
Searah dengan pelaksanaan kebijakan otonomi daerah,
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota diharapkan
berperan aktif dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan di
wilayah kerjanya. Partisipasi tersebut dilakukan dengan
memperhatikan beberapa azas berikut ini: (i) mengembangkan
keunggulan komparatif yang dimiliki oleh masing-masing daerah
sesuai dengan potensi sumberdaya spesifik yang dimilikinya, serta
disesuaikan dengan kondisi sosial dan budaya setempat, (ii)
commit to user
21
kebijakan ketahanan pangan nasional, (iii) mendorong terjadinya
perdagangan antar daerah, (iv) mendorong terciptanya mekanisme
pasar yang berkeadilan.
b. Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Hingga kini, tidak ada satupun teori yang mampu
menjelaskan pembangunan ekonomi daerah secara komprehensif.
Namun, ada beberapa teori yang secara parsial dapat membantu
untuk memahami arti penting pembangunan daerah. Inti dari
teori-teori tersebut berkisar pada dua hal, yaitu pembahasan yang
berkisar antara metode dalam menganalisis perekonomian daerah
dan teori yang membahas tentang faktor-faktor yang menentukan
pertumbuhan ekonomi suatu daerah tertentu (Tarigan, 2009).
1) Teori Ekonomi Neo Klasik
Menurut teori ini terdapat dua konsep pokok dalam
pembangunan ekonomi daerah yaitu keseimbangan
(equilibrium) dan mobilitas faktor produksi. Artinya, sistem
perekonomian akan mencapai keseimbangan alamiahnya jika
modal bisa mengalir tanpa ada batasan. Oleh karena itu, modal
akan mengalir dari daerah yang memiliki upah tinggi menuju
daerah yang memiliki upah rendah.
2) Teori Basis Ekonomi
Teori ini menyatakan bahwa faktor penentu utama
commit to user
22
langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar
daerah. Teori basis ekonomi menyederhanakan perekonomian
menjadi dua sektor, yaitu sektor basis dan sektor non basis.
Suatu kegiatan dikatakan sebagai basis jika kegiatan tersebut
mampu mengekspor barang dan jasa keluar daerah
perekonomian atau menjual kepada daerah-daerah yang datang
dari luar perekonomian yang bersangkutan. Sektor basis
berperan sebagai faktor penggerak utama, dimana setiap
perubahan yang terjadi dalam ekonomi tersebut akan
menimbulkan dampak pengganda (multiplier effect) terhadap
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah/daerah. Sedangkan sektor
non basis adalah kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa
yang dibutuhkan oleh masyarakat atau oleh sektor ekonomi
basis yang berada dalam batas perekonomian suatu wilayah
atau daerah.
3) Teori Lokasi
Para ahli ekonomi regional menyatakan bahwa teori
lokasi mencakup tiga hal yaitu lokasi, lokasi, dan lokasi. Hal
tersebut dapat dibenarkan mengingat bahwa lokasi merupakan
salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu usaha.
Perusahaan cenderung meminimalkan biaya dengan cara
memilih lokasi yang memaksimalkan peluangnya untuk
commit to user
23
menyatakan bahwa lokasi yang terbaik adalah biaya yang
termurah antara bahan baku dengan pasar.
4) Teori Tempat Sentral
Teori tempat sentral (central place theory) menganggap
bahwa ada hirarki tempat. Setiap tempat sentral didukung oleh
sejumlah tempat yang lebih kecil yang menyediakan
sumberdaya (industri dan bahan baku). Tempat sentral tersebut
merupakan suatu pemukiman yang menyediakan jasa-jasa bagi
penduduk daerah yang mendukungnya.
5) Teori Kausasi Kumulatif
Kondisi daerah-daerah di sekitar kota yang semakin
buruk menunjukkan konsep dasar dari teori kausasi kumulatif
ini. Dengan kata lain, kekuatan pasar cenderung memperparah
kesenjangan antara daerah-daerah tersebut. Daerah yang maju
mengalami keunggulan kompetitif dibanding daerah-daerah
lain.
6) Teori Daya Tarik (Attraction)
Teori daya tarik industri adalah model pembangunan
ekonomi yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Teori
ekonomi yang mendasarinya adalah bahwa suatu masyarakat
dapat memperbaiki posisi pasarnya terhadap industrialisasi
commit to user
24
7) Peran Pemerintah dalam Pembangunan Daerah
Arsyad (1999) menyatakan bahwa pemerintah memiliki
peran dalam pembangunan daerah untuk mencegah adanya
hal-hal buruk yang diakibatkan oleh mekanisme pasar dan menjaga
agar hasil pembangunan tersebut dapat dinikmati oleh
masyarakat. Adapun peran pemerintah antara lain :
a) Entrepreneur
Pemerintah berperan sebagai entrepreneur,
pemerintah daerah bertanggung jawab untuk menjalankan
suatu usaha bisnis yaitu berupa Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) sehingga ketika diolah dengan lebih baik akan
menghasilkan keuntungan.
b) Koordinator
Pemerintah daerah bertindak sebagai koordinator
untuk menetapkan kebijakan atau mengusulkan
strategi-strategi bagi pembangunan daerahnya. Dalam hal ini,
pemerintah dapat melibatkan kelompok-kelompok
masyarakat.
c) Fasilitator
Pemerintah daerah dapat mempercepat
pembangunan melalui perbaikan lingkungan attitudinal
commit to user
25
akan mempercepat proses pembangunan dan prosedur
perencanaan serta pengaturan daerah yang lebih baik.
d) Stimulator
Pemerintah daerah dapat menstimulasi penciptaan
dan pengembangan usaha melalui tindakan-tindakan khusus
yang akan mempengaruhi perusahaan-perusahaan untuk
masuk ke daerah tersebut dan menjaga agar
perusahaan-perusahaan yang telah ada tetap berada di daerah tersebut.
Stimulasi dapat dilkukan dengan cara antara lain :
pembuatan brosur-brosur, pembangunan kawasan industri,
pembuatan outlet untuk produk-produk industri kecil, dan
membantu industri-industri kecil melakukan pameran.
B. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian sejenis yang pernah dilakukan oleh peneliti
terdahulu antara lain :
1. Triono, Afit (2010)
Dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Perubahan
Struktur Ekonomi di Kabupaten Pemalang Tahun 2001-2008”,
didapatkan kesimpulan bahwa sesuai dengan hasil analisis shift share,
perekonomian Kabupaten Pemalang sangat dipengaruhi perubahan
perekonomian Provinsi Jawa Tengah. Dengan sektor yang mengalami
pertumbuhan cepat meliputi Sektor Pertambangan dan Penggalian;
commit to user
26
Restoran serta Sektor Jasa-Jasa. Dan tidak terdapat perbedaan yang
berarti dari analisis LQ.
2. Irawan, Davit (2010)
Dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Perubahan
Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor Unggulan di Kabupaten
Magetan Tahun 1997-2008”. Dapat disimpulkan bahwa sesuai dengan
hasil analisis shift share, Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran;
Sektor Pertanian; serta Sektor Jasa-Jasa merupakan sektor yang
menyumbangkan nilai terbesar bagi kenaikan kinerja perekonomian
daerah. Menurut hasil analisis LQ, terdapat tiga sektor yang
teridentifikasi sebagai sektor basis yaitu Sektor Pertanian; Sektor
Bangunan; dan Sektor Jasa-Jasa.
3. Febriantina, Farahita Rahmawati (2010)
Dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Perubahan
Struktur Perekonomian dan Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral Daerah
Perkotaan di Provinsi Jawa Timur Tahun 1996-2007”. Disimpulkan
bahwa perubahan sektor ekonomi tejadi pada Sektor Industri dan
Sektor Jasa-Jasa. Sektor basis didominasi oleh sektor sekunder dan
sektor tersier.
4. Fachrurrazy (2009)
Dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Penentuan Sektor
commit to user
27
Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB”. Disimpulkan bahwa analisis
tipologi klassen menunjukkan sektor yang maju dan tumbuh pesat
adalah Sektor Pertanian dan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi.
Hasil analisis LQ menunjukkan Sektor Pertanian; Sektor
Pertambangan dan Penggalian; Sektor Industri Pengolahan; serta
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi merupakan sektor basis di
Kabupaten Aceh Utara.
5. Tabrani, Andi (2008)
Dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Sektor Unggulan
Perekonomian Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara“.
Disimpulkan bahwa berdasarkan hasil analisis LQ untuk menentukan
sektor unggulan di Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera
Utara tahun 2001-2005, saat ini masih berbasiskan Sektor Pertanian
dan Sektor Pertambangan dan Penggalian.
C. Kerangka Pemikiran
Pembangunan daerah merupakan hal penting yang dilaksanakan
dengan tujuan mencapai sasaran pembangunan serta meningkatkan hasil
pembangunan daerah untuk masyarakat secara adil dan merata yang
diindikasikan dengan (i) terciptanya lapangan pekerjaan, (ii) terciptanya
stabilitas ekonomi, (iii) terciptanya basis diversifikasi aktivitas ekonomi
yang luas, (iv) peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi dari
commit to user
28
dan (vi) perluasan pilihan ekonomi dan sosial bagi setiap individu serta
daerah secara keseluruhan.
Kerangka pemikiran penelitian ini berangkat dari kondisi
pertumbuhan perekonomian di Provinsi Lampung, meliputi 12 (dua belas)
kabupaten dan 2 (dua) kota pada tahun 2005-2009 yang tercermin dalam
PDRB. PDRB merupakan keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang
diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi atau lapangan usaha dalam
suatu wilayah selama periode tertentu.
Keunggulan suatu daerah dapat terjadi jika daerah tersebut
memiliki potensi yang lebih tinggi dibanding dengan daerah lainnya.
Potensi tersebut dapat berupa sumber daya alam maupun sumber daya
manusia yang dimanfaatkan dalam proses pembangunan ekonomi daerah.
Untuk melakukan identifikasi hal tersebut, maka digunakan analisis
Location Quotient (LQ), untuk mengetahui sektor unggulan di Provinsi
Lampung, digunakan analisis gabungan Static Location Quotient (SLQ)
dan Dynamic Location Quotient (DLQ), untuk mengetahui perubahan
struktur ekonomi di Provinsi Lampung digunakan analisis shift share (SS),
dan digunakan tipologi klassen untuk mengetahui gambaran tentang pola
dan struktur pertumbuhan ekonomi daerah. Untuk memudahkan
penelitian, digambarkan kerangka penelitian yang sistematis sebagai
commit to user
29
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah disajikan sebelumnya,
maka dalam penelitian ini dikemukakan hipotesis penelitian sebagai
berikut :
1. Sektor Pertanian diduga menjadi sektor basis di Provinsi Lampung
commit to user
30
2. Sektor Pertanian diduga menjadi sektor ekonomi unggulan di Provinsi
Lampung selama tahun 2005-2009.
3. Kondisi struktur perekonomian di Provinsi Lampung diduga
mengalami perubahan selama tahun 2005-2009.
4. Kondisi struktur pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung diduga
commit to user
31 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini berbentuk survei atas data-data variabel ekonomi
(khususnya PDRB beserta komponen-komponennya) yang telah
dikumpulkan oleh suatu badan atau instansi tertentu (survei atas data
sekunder). Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada variabel PDRB
beserta komponen-komponennya di Provinsi Lampung yang mencakup 12
(dua belas) kabupaten dan 2 (dua) kota, serta PDRB Provinsi Lampung.
Hal ini dimaksudkan agar sektor-sektor ekonomi yang ada di Provinsi
Lampung mendapat prioritas dalam pengembangan di masa mendatang
sehingga menjadi lebih terarah.
B. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang merupakan data runtun waktu (time series) tahun 2005-2009.
Beberapa jenis data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya
adalah :
1. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) kabupaten/kota di Provinsi
Lampung. Sumber dari Tinjauan Ekonomi Regional Daerah Otonom di
Provinsi Lampung Tahun 2010, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi
commit to user
32
2. Administrasi pemerintahan dan kondisi geografis Provinsi Lampung.
Sumber dari Lampung Dalam Angka 2011, Badan Pusat Statistik
(BPS) Provinsi Lampung.
3. Penduduk, kemiskinan, dan kondisi perekonomian di Provinsi
Lampung. Sumber dari Lampung Dalam Angka 2011, Badan Pusat
Statistik (BPS) Provinsi Lampung.
C. Definisi Operasional Variabel
1. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)
PDRB merupakan nilai tambah dari seluruh barang dan jasa
yang dihasilkan dari seluruh sektor ekonomi dalam suatu daerah dalam
kurun waktu satu tahun. Terdapat 2 (dua) jenis PDRB yaitu :
a. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000
PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 adalah jumlah
seluruh dari agregat ekonomi yang dinilai atas dasar harga yang
terjadi pada tahun dasar, yaitu pada tahun 2000.
b. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku adalah nilai barang dan
jasa akhir yang diproduksi sebagai unit produksi di dalam wilayah
dan dalam jangka waktu tertentu yang dinilai sesuai dengan harga
yang berlaku saat ini.
c. Sektor Basis
Sektor basis adalah sektor ekonomi yang memiliki
spesialisasi atau lebih dominan di wilayah studi dibandingkan
commit to user
33
d. Laju Pertumbuhan Sektor Ekonomi
Laju pertumbuhan sektor ekonomi merupakan laju
kenaikan sumbangan sektor ekonomi terhadap Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) yang diukur dalam persen (%).
e. Sektor Unggulan
Sektor unggulan adalah sektor ekonomi yang merupakan
sektor atau kegiatan perekonomian yang mampu melayani pasar
domestik (lokal) atau pasar di luar daerah, atau didapat nilai secara
proporsional dari hasil analisis positif.
f. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang
dalam kemampuan suatu negara (daerah) untuk menyediakan lebih
banyak barang-barang ekonomi kepada penduduknya, kemampuan
ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, penyesuaian
kelembagaan, dan ideologis yang diperlukannya.
g. Struktur Ekonomi
Struktur ekonomi merupakan kontribusi dari kegiatan
produksi secara sektoral menurut lapangan usaha yang mengacu
pada klasifikasi yang dibuat oleh Badan Pusat Statistik.
h. Kondisi Perekonomian
Kondisi perekonomian adalah tingkat perekonomian suatu
daerah berdasarkan perbandingan pendapatan dan pertumbuhan
commit to user
34
D. Metode Analisis Data
Untuk menjawab permasalahan yang telah ditetapkan sebelumnya,
maka dalam penelitian ini digunakan beberapa metode analisis yaitu :
1. Analisis Location Quotient (LQ)
a. Static Location Quotient (SLQ)
Metode SLQ digunakan untuk mengidentifikasi potensi
internal yang dimiliki suatu daerah dengan membaginya menjadi
dua golongan yaitu sektor basis dan sektor non basis. Analisis LQ
dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan merumuskan komposisi
dan pergeseran sektor-sektor basis suatu wilayah dengan
menggunakan PDRB sebagai indikator pertumbuhan wilayah.
(Warpani, 1984). Formulanya adalah (Widodo, 2006) :
SLQ = ...(3.1)
Keterangan :
Vik : nilai produksi sektor i di wilayah
(kabupaten/kota) Provinsi Lampung
Vk : total PDRB wilayah (kabupaten/kota) di
Provinsi Lampung
Vip : nilai produksi sektor i di Provinsi Lampung
commit to user
35 Kriteria pengukuran SLQ :
1) Jika nilai SLQ > 1, berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu di
tingkat daerah lebih besar dari sektor yang sama di tingkat
nasional.
2) Jika nilai SLQ < 1, berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu di
tingkat daerah lebih kecil dari sektor yang sama di tingkat
nasional.
3) Jika nilai SLQ = 1, berarti tingkat spesialisasi sektor tertentu
pada tingkat daerah sama dengan sektor yang sama pada
tingkat nasional
Apabila nilai SLQ > 1, berarti subsektor tersebut
merupakan subsektor unggulan di daerah dan potensial untuk
dikembangkan sebagai penggerak perekonomian daerah (sektor
basis).
Apabila nilai SLQ < 1, berarti subsektor tersebut bukan
merupakan subsektor unggulan dan kurang potensial untuk
dikembangkan sebagai penggerak perekonomian daerah (sektor
non basis).
b. Dynamic Location Quotient (DLQ)
DLQ merupakan modifikasi dari SLQ, dengan
mengakomodasi faktor laju pertumbuhan keluaran sektor ekonomi
commit to user
36
Analisis DLQ menggunakan analisis laju pertumbuhan
sebagai formulasi perhitungan (Widodo, 2006) adalah :
DLQ = ...(3.2)
Keterangan:
DLQ : Dynamic Location Quotient
gi : laju pertumbuhan sektor i di kabupaten/kota di
Provinsi Lampung
gn : rata-rata laju pertumbuhan sektor total di
kabupaten/kota di Provinsi Lampung
Gi : laju pertumbuhan sektor i di Provinsi Lampung
Gn : rata-rata laju pertumbuhan sektor total di
Provinsi Lampung
IPPSi : Indeks Potensial Pengembangan Sektor i di
kabupaten/kota di Provinsi Lampung
IPPSn : Indeks Potensial Pengembangan Sektor di
Provinsi Lampung
Kriteria pengukuran DLQ :
Jika DLQ menunjukkan nilai lebih dari 1 (DLQ>1) maka
perkembangan sektor pada kabupaten/kota di Provinsi Lampung
lebih cepat daripada di Provinsi Lampung yang merupakan daerah
acuan, hal ini juga menunjukkan bahwa daerah tersebut merupakan
commit to user
37
Jika nilai DLQ menunjukkan kurang dari 1 (DLQ<1) maka
pengembangan sektor pada kabupaten/kota di Provinsi Lampung
lebih lambat daripada di Provinsi Lampung yang menjadi daerah
acuan. Hal ini juga menunjukkan bahwa daerah tersebut
merupakan daerah non basis.
2. Analisis Gabungan SLQ dan DLQ
Gabungan antara nilai SLQ dan DLQ dijadikan kriteria dalam
menentukan apakah sektor ekonomi tersebut tergolong unggulan,
prospektif, andalan, dan kurang prospektif. Tabel Analisis Gabungan
SLQ dan DLQ adalah sebagai berikut:
Tabel. 3.1. Analisis Gabungan SLQ dan DLQ
Kriteria DLQ > 1 DLQ < 1
SLQ > 1 Unggulan Prospektif
SLQ < 1 Andalan Tertinggal
Sumber : Widodo, 2006
3. Analisis Shift Share (SS)
Analisis shift share digunakan untuk menganalisis dan
mengetahui pergeseran dan peranan perekonomian di daerah. Metode
ini dipakai untuk mengamati struktur perekonomian dan pergeserannya
dengan cara menekankan pertumbuhan sektor di daerah, yang
dibandingkan dengan sektor yang sama pada tingkat daerah yang lebih
tinggi atau nasional.
Analisis tersebut dapat digunakan untuk mengkaji pergeseran
commit to user
38
perekonomian daerah yang bertingkat lebih tinggi. Perekonomian
daerah yang didominasi oleh sektor yang lamban pertumbuhannya
akan tumbuh di bawah tingkat pertumbuhan perekonomian daerah di
atasnya.
Pertumbuhan ekonomi dan pergeseran struktural suatu
perekonomian daerah ditentukan oleh tiga komponen yaitu :
a. Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis
perubahan pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan
perubahan pada sektor yang sama yang dijadikan acuan.
b. Pergeseran proporsional (proportional shift) mengukur perubahan
relatif, pertumbuhan atau penurunan, pada daerah dibandingkan
dengan perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan.
Pengukuran ini memungkinkan kita mengetahui apakah
perekonomian daerah terkonsentrasi pada industri-industri yang
tumbuh lebih cepat daripada perekonomian yang dijadikan acuan.
c. Pergeseran diferensial (differential shift) membantu kita dalam
menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah (lokal)
dengan perekonomian yang diajadikan acuan. Oleh karena itu, jika
pergeseran diferensial dari suatu industri adalah positif, maka
industri tersebut lebih tinggi daya saingnya daripada industri yang
sama pada perekonomian yang dijadikan acuan.
Rumus dari analisis shift share ( John Glasson, dalam Fachrurrazy,
2009) adalah sebagai berikut :
commit to user
39
1) Provincial Share (PS)
=
x
...(3.4)2) Proportional Shift (P)
=
x
...(3.5)3) Differential Shift (D)
=
x
...(3.6)Keterangan :
: perubahan pertumbuhan PDRB total wilayah
Provinsi Lampung
: provincial share wilayah Provinsi Lampung
: proportional shift wilayah Provinsi Lampung
: differential shift wilayah Provinsi Lampung
Y : PDRB total wilayah Provinsi Lampung
Lpg : Provinsi Lampung sebagai wilayah referensi
S : wilayah analisis
i : sektor dalam PDRB
t : tahun (2009)
t-1 : tahun awal (2005)
Jika > 0, maka wilayah (kabupaten/kota) di
commit to user
40
tingkat provinsi tumbuh lebih cepat. Sebaliknya jika < 0,
maka wilayah (kabupaten/kota) di Provinsi Lampung akan
berspesialisasi pada sektor yang di tingkat provinsi tumbuh
lebih lambat.
Bila > 0, maka pertumbuhan sektor i di wilayah
(kabupaten/kota) lebih cepat dari pertumbuhan sektor yang
sama di Provinsi Lampung dan bila < 0, maka
pertumbuhan sektor i di wilayah (kabupaten/kota) relatif lebih
lambat dari pertumbuhan sektor yang sama di Provinsi
Lampung.
4. Analisis Tipologi Klassen
Alat analisis tipologi klassen digunakan untuk mengetahui
gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi daerah.
Tipologi klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua
indikator yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per
kapita daerah.
Untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi di wilayah
Provinsi Lampung tahun 2005-2009, digunakan rumus sebagai berikut
(Widodo, 2006) :
Pertumbuhan Ekonomi Sektoral = x 100%...(3.7)
Keterangan :
PDRBt : Produk Domestik Regional Bruto tahun t
commit to user
41
Pada penelitian ini, analisis tipologi klassen menggunakan
pendekatan sektoral, dimana setiap sektor dikelompokkan berdasarkan
kriteria-kriteria yang telah ditentukan, seperti ditunjukkan dalam tabel
berikut :
Tabel 3.2. Klasifikasi Tipologi Klassen Kuadran I
Sektor yang maju dan tumbuh pesat (developed sector)
si > s dan ski > sk
Sektor potensial / masih dapat berkembang (developing sector)
si > s dan ski < sk
Kuadran IV
Sektor relatif tertinggal
(underdeveloped sector)
si < s dan ski < sk Sumber : Sjafrizal dalam Fachrurrazy, 2009
Keterangan :
si : laju pertumbuhan sektor tertentu di wilayah (kabupaten/kota)
s : laju pertumbuhan sektor tertentu pada Prov. Lampung
ski : kontribusi sektor tertentu terhadap PDRB di wilayah
(kabupaten/kota)
sk : kontribusi sektor tertentu terhadap PDRB Prov. Lampung
a. Sektor yang maju dan tumbuh pesat / developed sector (Kuadran I)
Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan
sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan
laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang
menjadi referensi (s) dan memiliki nilai kontribusi sektor terhadap
PDRB (ski) yang lebih besar dibandingkan kontribusi sektor
commit to user
42
b. Sektor maju tapi tertekan / stagnant sector (Kuadran II)
Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan
sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih kecil dibandingkan laju
pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi
referensi (s), tetapi memiliki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB
(ski) yang lebih besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut
terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk).
c. Sektor potensial atau masih dapat berkembang / developing sector
(Kuadran III)
Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan
sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan
laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang
menjadi referensi (s), tetapi memiliki kontribusi sektor terhadap
PDRB (ski) yang lebih kecil dibandingkan kontribusi sektor
tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk).
d. Sektor relatif tertinggal / underdeveloped sector (Kuadran IV)
Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan
sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih kecil dibandingkan
laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang
menjadi referensi (s) dan sekaligus memiliki nilai kontribusi sektor
terhadap PDRB (ski) yang lebih kecil dibandingkan kontribusi
commit to user
43 BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Wilayah
1. Administrasi Pemerintahan
Sebelum tanggal 18 Maret 1964 Provinsi Lampung merupakan
Karasidenan Lampung, yang berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 3 Tahun 1964, yang kemudian menjadi Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1964 Karasidenan Lampung ditingkatkan menjadi
Provinsi Lampung dengan Ibukota Tanjung Karang-Teluk Betung.
Selanjutnya Kotamadya Tanjung Karang-Teluk Betung tersebut
berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 24 Tahun 1983 diganti namanya
menjadi Kotamadya Bandar Lampung sejak tanggal 17 Juni 1983
(BPS Lampung, Lampung Dalam Angka 2011).
Secara administratif Provinsi Lampung dibagi dalam 14 (empat
belas) kabupaten/kota yang selanjutnya terdiri dari beberapa wilayah
kecamatan dengan perincian sebagai berikut : (i) Kabupaten Lampung
Barat dengan Ibukotanya Liwa, luas wilayahnya 4.950,40 Km2 terdiri
dari 25 (dua puluh lima) kecamatan, (ii) Kabupaten Tanggamus
dengan Ibukotanya Kota Agung, luas wilayahnya 3.356,61 Km2 terdiri
dari 20 (dua puluh) kecamatan, (iii) Kabupaten Lampung Selatan
dengan Ibukotanya Kalianda, luas wilayahnya 2.007,01 Km2 terdiri
dari 17 (tujuh belas) kecamatan, (iv) Kabupaten Lampung Timur