• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tempat dan Waktu

Perbanyakan planlet krisan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB. Aklimatisasi dan budidaya tanaman dilaksanakan di greenhouse petani tanaman hias krisan yang berlokasi di Desa Nongkojajar, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur dengan ketinggian 1080 m dpl. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari hingga September 2011.

Bahan dan Alat

Bahan tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah planlet varian krisan hasil induksi mutasi melalui radiasi sinar gamma (0 dan 20 Gy) dan perendaman dalam EMS 0.77% (0, 105, 120 menit). Asal planlet krisan yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Asal Planlet yang Digunakan

No. Genotipe Perlakuan Kode Keterangan

Varianhasil radiasi sinar gamma

1 Puspita Nusantara 0 Gy PN 0 Kontrol

2 Puspita Nusantara 20 Gy PN 20

3 Dewi Ratih 0 Gy DR 0 Kontrol

4 Dewi Ratih 20 Gy DR 20

Varian hasil perendaman dalam EMS 0.77%

5 Puspita Asri 0 menit PA 0 Kontrol

6 Puspita Asri 105 menit PA 105

7 Puspita Asri 120 menit PA 120

8 Chandra Kirana 0 menit CDK 0 Kontrol

9 Chandra Kirana 105 menit CDK 105

10 Chandra Kirana 120 menit CDK 120

Sumber: Maharani (2011) dan Rahmah (2011)

Bahan yang digunakan untuk perbanyakan planlet diantaranya adalah komposisi media Murashige and Skoog (MS 0), alkohol 70 %, alkohol 96 %, spiritus, dan aquades. Bahan yang digunakan dalam budidaya di greenhouse

adalah rooton-F, Urea, KCl, SP-36, pupuk kandang, dolomit, arang sekam, fungisida, dan insektisida. Alat yang digunakan dalam perbanyakan planlet

diantaranya adalah autoclave, laminar airflow, dan alat yang dibutuhkan dalam kultur jaringan tanaman. Alat yang digunakan dalam budidaya di greenhouse

adalah perlengkapan budidaya tanaman, jaring penegak tanaman, sprayer, mistar, jangka sorong, termometer, hygrometer, dan mikroskop cahaya.

Metode

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT). Perlakuan terdiri dari 7 varian krisan hasil induksi mutasi dan 3 kontrol, setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 30 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 15 tanaman sehingga terdapat 450 tanaman. Penelitian dilakukan pada dua generasi, yaitu generasi M2V1 dan M2V2, sehingga total seluruh tanaman yang digunakan dalam penelitian adalah 900 tanaman.

Model linier rancangan kelompok lengkap teracak adalah: Yij = µ + αi + βj + εij

Keterangan :

Yij = nilai pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = nilai rata-rata umum

αi = pengaruh perlakuan ke-i βj = pengaruh ulangan ke-j

εij = pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j i = 1, 2, ...,10 j = 1, 2, 3

Data yang diperoleh dianalisis dengan uji F, apabila perlakuan berpengaruh nyata terhadap peubah, akan dilakukan uji perbandingan kontras orthogonal dan polinomial. Selanjutnya dilakukan uji bartlet untuk melihat kehomogenan ragam antara kedua generasi yang digunakan, apabila berbeda nyata maka dilakukan analisis ragam gabungan.

Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu aklimatisasi, penanaman tanaman induk, dan budidaya krisan untuk produksi bunga.

 Aklimatisasi Planlet

Botol kultur berisi planlet krisan dikeluarkan dari ruang kultur ke tempat bersuhu ruang untuk penyesuaian dengan lingkungan aklimatisasi. Planlet dipindahkan ke persemaian berisi media arang sekam yang telah disiram dengan fungisida dan bakterisida dengan konsentrasi 2 g/liter. Tanaman disiram dengan menggunakan sprayer 2 kali sehari. Pemeliharaan tanaman hasil aklimatisasi dilakukan di ruang kultur. Setelah berumur 2 minggu, bibit diadaptasikan secara bertahap ke greenhouse. Bibit dipindahkan ke lahan budidaya setelah memiliki 5-7 helai daun dengan ketinggian 7.5 – 10 cm.  Penanaman Tanaman Induk

Bibit krisan yang telah siap untuk dipindahkan ke lahan budidaya ditanam dalam greenhouse sebagai tanaman induk. Tanaman induk merupakan sumber pucuk yang akan digunakan sebagai bibit untuk memproduksi bunga. Tanaman induk dipinching sebanyak tiga kali. Pinching pertama dilakukan agar tanaman induk memproduksi cabang sebagai sumber bibit. Hasil pinching kedua dan ketiga digunakan sebagai bibit generasi M2V1 dan M2V2. Berikut ini merupakan tahapan perbanyakan bibit krisan Generasi M0 hingga M2V2 :

Gambar 2. Tahapan Perbanyakan Bibit Krisan Generasi M0 Hingga M2V2

M M0 M1 M1 M1 M1 M2V1 M2V2 M1 Induksi mutasi Aklimatisasi Dipinching Sub kultur

 Budidaya Krisan untuk Produksi Bunga Persiapan lahan budidaya

Tanaman krisan ditanam pada bedengan. Pembentukan bedengan dilakukan dengan menggunakan cangkul. Sebelum bedengan dibentuk, tanah diolah terlebih dahulu sedalam 30 cm. Proses tersebut dilakukan untuk memperbaiki sifat fisik tanah dan membersihkan gulma dari lahan. Setelah itu, tanah dikeringanginkan selama satu minggu. Kemudian tanah diolah menjadi bedengan setinggi 0.25 – 0.3 m dengan lebar 1.2 m memanjang searah rumah kaca. Jarak antar bedengan adalah 0.3 – 0.4 m.

Setelah bedengan terbentuk, tanah diolah ringan dengan mencampurkan 20 ton/ha pupuk kandang, dan pupuk dasar yang terdiri dari 200 kg/ha Urea, 350 kg/ha KCl, dan 300 kg/ha SP-36. Sehari sebelum penanaman, bedengan disiram dengan air hingga kapasitas lapang dan dipasang jaring penegak tanaman. Jaring penegak terbuat dari anyaman tali plastik dengan lubang anyam disesuaikan dengan kerapatan tanaman. Pada awal penanaman, jaring penegak dipasang tepat menyentuh tanah kemudian semakin tinggi tanaman jaring penegak dinaikkan agar tanaman tidak rebah.

Bibit krisan ditanam dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm. Lubang tanam dibuat dengan cara ditugal. Bibit krisan ditanam satu persatu pada lubang yang telah disiapkan sedalam 1-2 cm.

Penyinaran

Krisan merupakan tanaman hari pendek yang membutuhkan penambahan cahaya untuk menghambat pembungaan atau pertumbuhan generatif sehingga diperlukan instalasi listrik untuk penambahan lampu dimalam hari. Jarak antar titik lampu yang digunakan adalah 2 x 2.5 m2 dengan ketinggian 1.5 m di atas permukaan bedengan. Penyinaran tambahan dilakukan selama fase vegetatif, yaitu selama 4 jam (pukul 22.00 – 02.00 WIB). Pemberian cahaya tambahan dihentikan setelah tanaman berumur 35 hingga 40 hari, yaitu apabila rata-rata tanaman telah mencapai ketinggian 50-55 cm. Penyinaran dihentikan untuk memacu pertumbuhan generatif (pembungaan).

Pemupukan

Pemupukan lanjutan dilakukan setelah tanaman berumur sekitar 2 minggu. Pupuk yang digunakan diantaranya adalah 1.5 g/m2 Urea dan 6 g/m2 KNO3

yang diaplikasikan melalui siraman atau irigasi. Pemupukan dengan dosis yang sama juga dilakukan pada saat tanaman berumur 4 dan 6 minggu. Pemupukan lanjutan terakhir dilakukan pada saat tanaman berumur 8 minggu dengan menggunakan 1.5 g/m2 Urea, 6 g/m2 KNO3, dan 6 g/m2 SP-36.

Pembuangan tunas utama (knopping)

Knopping adalah pembuangan tunas utama yang tumbuh di tengah atau tunas yang paling besar. Knopping dilakukan agar diperoleh tanaman krisan dengan jumlah kuntum bunga yang banyak dan ukuran bunga relatif seragam. Pembuangan tunas dilakukan saat tanaman mengeluarkan tunas utama.

Panen

Pemanenan dilakukan saat tanaman berumur 15 MST. Waktu panen yang baik adalah sebelum pukul 07.00 atau setelah pukul 15.00 WIB. Kriteria panen pada krisan tipe spray adalah ketika tiga bunga teratas telah mekar sempurna dan minimal dua bunga telah setengah mekar. Pemanenan dilakukan dengan memotong tangkai bunga dengan sudut kemiringan sekitar 45o untuk memberikan bidang serapan air yang luas sehingga bunga dapat bertahan segar lebih lama.

Setelah panen bunga diletakkan dalam bak yang berisi air dengan kedalaman sekitar 20 cm dari dasar bak. Perendaman dalam bak berisi air bertujuan untuk mempertahankan kesegaran bunga setelah panen. Air di dalam bak diganti setiap tiga hari sekali untuk menghindari serangan bakteri yang dapat mempengaruhi kesegaran bunga. Periode kesegaran bunga diukur hingga tanaman telah layu dengan ciri-ciri 30 % daun telah menguning dan 50 % bunga cakram berubah warna menjadi kecoklatan.

Peubah Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada peubah-peubah sebagai berikut:

1. Tinggi tanaman (cm), diukur dari permukaan tanah sampai dengan titik tumbuh.

2. Jumlah ruas batang, diamati dari permukaan tanah sampai dengan titik tumbuh.

3. Jumlah daun, diamati dengan menghitung jumlah daun yang telah membuka sempurna.

4. Diameter bunga (cm).

5. Diameter bunga cakram (cm).

6. Bentuk daun, pada daun yang telah membuka sempurna. 7. Bentuk bunga.

8. Warna bunga, dengan mengamati warna bunga pita dan bunga cakram.

9. Periode kesegaran bunga dalam vas/vase life (hari), yaitu lamanya bunga bertahan dalam keadaan segar bila disimpan dalam vas.

10. Respons time, diamati pada saat hari memasuki hari pendek yaitu saat pemberian cahaya tambahan dihentikan sampai inisiasi bunga.

11. Jumlah stomata, diamati dengan menghitung jumlah stomata dalam bidang pandang.

12. Jumlah kloroplas, diamati dengan menghitung jumlah kloroplas dalam sel penjaga.

Pengamatan jumlah stomata dan jumlah kloroplas dilakukan menggunakan mikroskop cahaya. Sebelum dilakukan pengamatan, preparat dibuat terlebih dahulu. Preparat dibuat dengan cara meletakkan daun pada kaca objektif dan dilekatkan selotip pada bagian bawah atau atas daun. Selanjutnya daun dikerok dengan menggunakan silet hingga tersisa lapisan tipis. Setelah pembuatan preparat selesai, dilakukan pengamatan di bawah mikroskop hingga terlihat stomata dan kloroplas dengan jelas. Perbesaran lensa mikroskop yang digunakan adalah 200 kali dengan luas bidang pandang 0.159 m2.

Dokumen terkait